You are on page 1of 39

3.

Riwayat Keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan utama : Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomy, kualitas nyeri seperti

berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien

melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat, klien

mengeluh kakinya tidak dapat digerakkan, klien mengatakan belum makan atau minum.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah di rawat di rumah sakit, klien mengatakan tidak

mempunyai riwayat alergi obat, makanan, binatang, maupun lingkungan. Klien tidak

mempunyai riwayat pemakaian obat.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Keterangan :

= meninggal

= perempuan
= laki-laki

= klien

= hubungan pernikahan

= hubungan persaudaraan

Dari genogram dan riwayat kesehatan keluarga dapat disimpulkan bahwa klien tidak

mempunyai riwayat penyakit yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya appendiksitis.

d. Riwayat psikososial dan spiritual

Klien mengatakan orang paling dekat dengan dirinya selama di rumah sakit adalah anak-

anaknya, interaksi dalam keluarga baik, pola komunikasi klien dalam keluarga baik, pembuat

keputusan adalah dirinya sendiri, kegiatan kemasyarakatan yang diikuti adalah mengaji.

Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga menjadi khawatir terhadap kondisi

klien, masalah yang mempengaruhi klien saat ini adalah aktivitas klien terbatas. Hal yang sangat

dipikirkan saat ini adalah klien ingin cepat sembuh dari sakitnya. Harapan setelah menjalani

perawatan adalah klien dapat melakukan aktivitas seperti semula. Perubahan yang dirasakan

setelah jatuh sakit adalah klien mengalami keterbatasan dalam beraktivitas. Klien tidak

mempunyai nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan, saat ini aktivitas keagamaan yang

dilakukan adalah berdoa. Kondisi lingkungan rumah baik, ventilasi baik, tidak berada di daerah

industri (pabrik) dan tidak di pinggir jalan raya. dan tidak mempengaruhi kesehatan saat ini.
e. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum sakit

1) Pola nutrisi

Klien tidak ada masalah dengan pola makan. Frekunsi makan 3x/hari, nafsu makan baik, jumlah

yang dihabiskan adalah 1 porsi, tidak ada makanan yang membuat alergi atau makanan yang

tidak di sukai serta tidak ada makanan pantangan, diit makan di rumah yaitu makan biasa. Tidak

ada penggunaan obat-obatan sebelum makan, dan tidak ada penggunaan alat bantu NGT.

2) Pola eliminasi

Klien buang air kecil (BAK) sebanyak 6-7 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat

BAK, tidak ada penggunaan alat bantu kateter. Klien buang air besar (BAB) 1 x/hari dengan

waktu yg tidak tentu, berwarna kuning kecokelatan, bau khas feses, konsistensi padat, klien

tidak pernah menggunaan obat-obatan laksatif.

3) Pola personal hygiene

Klien mandi 2 x/hari dengan menggunakan sabun mandi pada waktu pagi dan sore hari, oral

hygiene (sikat gigi) 2x/hari dengan menggunakan pasta gigi pada waktu pagi dan sore hari,

mencuci rambut 3x/minggu dengan menggunakan shampoo.

4) Pola istirahat dan tidur

Klien tidur siang + 2 jam / hari, tidur malam + 7 jam / hari, klien biasa berdoa sebelum tidur.
5) Pola aktivitas dan latihan

Klien bekerja dari pagi sampai sore, klien tidak pernah berolahraga dan tidak ada keluhan dalam

beraktivitas.

6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum - minuman keras / NAPZA.

f. Pola kebiasaan di rumah sakit

1) Pola nutrisi

Pada saat pengkajian klien masih dalam keadaan puasa sampai bising usus positif. Diit

makan yang diberikan adalah bertahap sampai bising usus positif. Tidak ada keluhan

mual ataupun muntah, tidak ada penggunaan obat-obatan sebelum makan dan tidak

ada penggunaan NGT.

2) Pola eliminasi

Klien buang air kecil (BAK) sebanyak 6-7 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan

saat BAK, tidak ada penggunaan alat bantu kateter. Klien mengatakan belum BAB +1

hari setelah operasi.

3). Pola personal hygiene

Klien mandi 1x/hari pada pagi hari, oral hygine dilakukan pada pagi hari.

4) Pola istirahat dan tidur


Klien tidur + 10 jam /hari, tidur siang 3 jam /hari, tidur malam 7 jam /hari, klien

mempunyai kebiasaan berdoa sebelum tidur.

5) Pola aktivitas dan latihan

Klien tidak dapat beraktivitas secara mandiri, aktivitas klien di bantu oleh keluarga. Klien

mengatakan nyeri pada luka post op jika melakukan pergerakan. Klien juga mengatakan

kakinya tidak dapat digerakkan.

4. Pengkajian Fisik

a. Pemeriksaan fisik umum

Berat badan sebelum sakit 60 kg, berat badan setelah sakit 60 kg, tinggi badan 155 cm,

tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80x /menit, frekuensi nafas 20x /menit, suhu tubuh

360C

b. Sistem Penglihatan

Sisi mata tampak simetris baik kiri maupun kanan, kelopak mata normal, pergerakan

bola mata normal, konjungtiva merah muda, kornea normal tidak keruh/berkabut dan

tidak terdapat perdarahan, sklera anikterik, pupil isokor, otot-otot mata tidak ada

kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak terdapat tanda-tanda radang, klien

menggunakan kacamata, tidak memakai lensa kontak, reaksi terhadap cahaya baik.

c. Sistem Pendengaran

Daun telinga normal, kondisi telinga tengah normal, tidak terlihat adanya cairan yang

keluar dari telinga dan tidak ada perasaan penuh pada telinga, klien tidak mengalami

tinnitus, fungsi pendengaran baik, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
d. Sistem Wicara

Klien tidak mengalami gangguan wicara, klien dapat mengucapkan kata-kata dengan

jelas.

e. Sistem Pernapasan

Pada jalan napas bersih, tidak ada sesak dan klien tidak menggunakan alat bantu

pernapasan, frekuensi nafas 20x /menit, irama nafas teratur, jenis pernafasan spontan,

klien tidak batuk dan tidak terdapat sputum, suara nafas normal/vesikuler, dan tidak

ada nyeri saat bernafas.

f. Sistem Kardiovaskuler

Nadi 80x /menit, irama teratur dengan denyut kuat, tekanan darah 130/90 mmHg, tidak

terjadi distensi vena jugularis baik kanan maupun kiri, temperatur kulit hangat, warna

kulit kemerahan, pengisian kapiler 2 detik, tidak terdapat edema, kecepatan denyut

apical 84 x/menit, irama teratur, tidak terdengar adanya kelainan pada bunyi jantung

dan tidak sakit dada.

g. Sistem Hematologi

Klien tidak terlihat pucat dan tidak ada perdarahan.

h. Sistem Saraf Pusat

Klien mengatakan tidak pusing, tingkat kesadaran composmentis, GCS E4 M6 V5, tidak

terjadi tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (seperti muntah proyektil, nyeri

kepala hebat, papil edema), klien tidak mengalami gangguan sistem persarafan.
i. Sistem Pencernaan

Klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak terdapat carries, tidak tampak stomatitis, lidah

tidak kotor, salifa normal, klien mengatakan tidak nyeri perut, bising usus belum ada

karena masih dalam pengaruh anastesi, klien tidak megalami diare dan konstipasi, tidak

teraba pembesaran hepar, dan abdomen tidak kembung.

j. Sistem Endokrin

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak terdapat luka

ganggren.

k. Sistem Urogenital

Intake 1890 cc, output 1700 cc dan balance cairan 190 cc, tidak ada perubahan pola

kemih, BAK warna kuning jernih, tidak terdapat distensi kandung kemih, dan tidak ada

keluhan sakit pinggang.

l. Sistem Integumen

Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit baik,

terdapat insisi operasi lokasi di perut kanan bawah dengan panjang luka ± 5 cm, kondisi

luka tertutup kassa steril. Tidak ada perdarahan pada luka dan tidak ada pembengkakan.

Tidak ada kelainan kulit, klien terpasang infus IVFD RL 20 tetes/menit kondisi baik,

tetesan lancar, tidak ada tanda-tanda infeksi, keadaan rambut : tekstur rambut baik dan

bersih.
m. Sistem Musculoskeletal

Klien mengalami kesulitan dalam pergerakan karena jika melakukan pergerakan akan

terasa nyeri pada luka post appendiktomi, tidak terdapat fraktur, tidak ada kelainan

struktur tulang belakang. Kekuatan otot tidak di kaji dikarenakan untuk menghindari

terjadinya injuri (klien post appendiktomi hari ke 1).

5. Data tambahan (pemahaman tentang penyakit)

Klien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya yaitu klien dapat menyebutkan

penyebab, tanda dan gejala yang timbul, persiapan yang harus dilakukan sebelum

operasi, dan alasan mengapa harus dilakukan tindakan pembedahan, tindakan yang

dilakukan setelah post operasi (tidak boleh angkat kepala selama 24 jam, puasa sampai

bising usus baik/ada, tidak beraktivitas sampai kekuatan tonus otot baik)

6. Data penunjang

Data penunjang yang terdapat pada klien yaitu hasil pemeriksaan laboratorium pada

tanggal 14 Juli 2010 :

Hemoglobin 11,3 gr/dl (L : 13-16 gr/dl, P : 12-14 gr/dl), Leukosit 4.000/ul (5000-

10.000/ul), Hematokrit 35 % (L : 40-48 %, P : 37-43 %), Trombosit 194.000/ul (150.000-

450.000/ul), GDS 94 mg/dl (<200 mg/dl)


7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis yang terdapat pada klien yaitu : IVFD RL 20 tetes/menit, Injeksi

Kedacillin 3 x 1gr/IV, Injeksi Lactor 3 x 30mg/IV, injeksi Transamin 3 x 1 amp/IV, injeksi

Ranitidine 3 x 25mg/IV, Metronidazole drip 3 x 500mg, dan diit makan bertahap sampai

bising usus positif dan normal.

8. Data Fokus

Data fokus terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Data fokus yang terdapat pada

klien adalah sebagai berikut :

a. Data Subyektif

Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomi, kualitas nyeri seperti berdenyut,

intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien

melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat,

klien mengeluh kakinya tidak dapat digerakkan. Klien mengatakan belum makan dan

minum.

b. Data Obyektif

Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, hasil observasi tanda-tanda

vital Td : 130/90 mmHg, Nd : 80 x/menit, Rr : 20 x/menit, Sh : 360C. Terlihat luka post op

dengan panjang + 5 cm di perut kanan bawah, luka bersih tertutup kassa steril, tidak ada

perdarahan, tidak ada pembengkakan. Skala nyeri 5. Intake 1890 cc, output 1700 cc,

balance 180 cc. mukosa bibir lembab, turgor kulit baik. Bising usus lemah, 2x/menit.
Mobilisasi bedrest dalam 24 jam. Klien terpasang infus IVFD RL 20 tetes/menit di tangan

sebelah kiri sejak tanggal 10 Juli 2010, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kalor, rubor,

dolor, tumor, fungsiolesa. Makan atau minum bertahap sampai bising usus positif,

rangsangan sensori (+), rangsangan motorik (-).

9. Analisa Data

Berdasarkan data yang terkumpul pada tanggal 14 Juli 2010 maka penulis

mengelompokkan analisa data sebagai berikut :

No Data Masalah Etiologi

1. Data Subyektif

a. Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomi, kualitas nyeri seperti berdenyut,

intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien

melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat.

Data Obyektif

a. keadaan umum sakit sedang

b. kes composmentis

c. observasi tanda-tanda vital Td : 130/90 mmHg, Nd : 80 x/menit, Rr : 20 x/menit, Sh :

360C

d. terlihat luka post op di perut kanan bawah dengan panjang + 5 cm


e. skala nyeri 5 Gangguan rasa nyaman nyeri Terputusnya kontinuitas jaringan

2. Data Subyektif : ------

Data Obyektif

a. Tampak terpasang IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri sejak tanggal 10 Juli

2010.

b. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 14 Juli 2010 Leukosit 4.000/ul Resiko

terjadinya infeksi Masuknya mikroorganisme pathogen akibat tindakan invasive

(pemasangan infus)

3 Data Subyektif

a. Klien mengatakan belum makan dan minum.

Data Obyektif

a. Bising usus lemah, 2 x/menit.

b. Diit makan dan minum bertahap sampai bising usus baik. Resiko gangguan

pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Pembatasan masukan oral

4. Data Subyektif

a. Klien mengatakan kakinya tidak dapat digerakan

Data Obyektif

a. Mobilisasi bedrest dalam 24 jam

b. Tampak aktivitas di bantu oleh keluarga

c. Rangsangan sensori (+), rangsangan motorik (-)

d. Klien post appendiktomi hari ke 1. Intoleransi aktivitas Efek anestesi


B. Diagnosa Keperawatan

Setelah data terkumpul dan di analisa, maka dapat dirumuskan beberapa diagnosa

keperawatan, adapun diagnosa keperawatan tersebut disusun berdasarkan hirarki

maslows adalah sebagai berikut :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masunya mikroorganisme pathogen

akibat tindakan invasive (pemasangan infus).

3. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan pembatasan masukan oral.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi.

C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa 1

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

ditandai dengan

Data Subyektif : Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomi, kualitas nyeri

seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul

pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika

klien beristirahat.

Data Obyektif : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, hasil observasi

tanda-tanda vital Td : 130/90 mmHg, Nd : 80 x/menit, Rr : 20 x/menit, Sh : 360C. Terlihat

luka post op di perut kanan bawah dengan panjang + 5 cm. Skala nyeri 5
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

gangguan rasa nyaman nyeri teratasi/berkurang

Kriteria hasil : Klien melaporkan rasa nyeri yang berkurang, tanda-tanda vital dalam

batas normal (Td : 120/80 mmHg, Nd : 80-100 x/menit, Rr : 18-24 x/menit, Sh : 36-

370C), tampak ekspresi wajah rileks, skala nyeri 0-1.

Rencana tindakan

Mandiri

Observasi tanda-tanda vital, kaji skala nyeri, kaji lokasi, durasi, kualitas, intensitas, dan

karakteristik nyeri, anjurkan untuk melakukan teknik manajemen nyeri, anjurkan untuk

mengalihkan perhatian nyeri dengan cara melakukan hal-hal yang menyenangkan

(menonton tv, mendengarkan radio, membaca), observasi keadaan luka, lakukan

perawatan luka teknik aseptic dan antiseptic.

Kolaborasi

Beri terapi sesuai program (Injeksi Lactor 3 x 30mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00

WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan Keperawatan

Tanggal 14 Juli 2010

Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90

mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 17.20

WIB mengkaji keluhan nyeri, hasil : klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomy,
kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat,

nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan

berkurang jika klien beristirahat. (Alif Disiska). Pukul 17.30 WIB menganjurkan teknik

relaksasi untuk mengurangi nyeri, hasil : klien mengerti dan akan melakukannya. (Alif

Disiska). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30 mg/IV, hasil :

obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska).

Evaluasi Keperawatan

Tanggal 15 Juli 2010 Pukul 07.00 WIB

Evaluasi keperawatan secara subyektif , klien mengatakan nyeri pada daerah post

operasi, intensitas nyeri terus menerus, kualitas nyeri sedang, karakteristik nyeri

berdenyut, klien mengatakan nyeri baru hilang jika klien beristirahat. Secara obyektif

yaitu observasi tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,

pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. Skala nyeri 4. Tampak luka post appendiktomy di

perut kanan bawah, kondisi luka tertutup kassa steril. Masalah keperawatan belum

teratasi, tujuan keperawatan belum tercapai. Tindakan keperawatan dilanjutkan dengan

rencana tindakan secara mandiri yaitu observasi tanda-tanda vital, kaji skala nyeri, kaji

lokasi, durasi, intensitas, kualitas, dan karakteristik nyeri, anjurkan teknik manajemen

nyeri, observasi keadaan luka, lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic dan

atiseptik. Rencana tindakan kolaborasi beri obat sesuai program (Injeksi Lactor 3 x

30mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.
Pelaksanaan Keperawatan

Tanggal 15 Juli 2010

Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat

masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas malam). Pukul

07.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg,

nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas malam). Pukul 10.00

WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai

program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 12.00 WIB melakukan

observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit,

pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 17.00 WIB melakukan observasi

tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78 x/menit, pernafasan 20

x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi

parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh

darah vena. (Perawat dinas sore).

Evaluasi Keperawatan

Tanggal 16 Juli 2010 Pukul 07.00 WIB

Evaluasi keperawatan secara subyektif , klien mengatakan nyeri pada daerah post

operasi, intensitas nyeri terus menerus, kualitas nyeri sedang, karakteristik nyeri

berdenyut, klien mengatakan nyeri baru hilang jika klien beristirahat dan jika diberi obat

analgetik. Secara obyektif, observasi tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg,

nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C, skala nyeri 3, tampak luka post
appendiktomi di perut kanan bawah, kondisi luka tertutup kassa steril. Masalah

keperawatan belum teratasi, tujuan keperawatan belum tercapai. Tindakan

keperawatan dilanjutkan dengan rencana tindakan mandiri observasi tanda-tanda vital,

kaji skala nyeri, kaji lokasi, durasi, intensitas, kualitas, dan karakteristik nyeri, observasi

keadaan luka, lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik, serta

rencana tindakan kolaborasi beri obat sesuai program (Injeksi Lactor 3 x 30mg/IV) pada

pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan Keperawatan

Tanggal 16 Juni 2010

Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat

masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas malam). Pukul

07.00 melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas malam). Pukul 09.00 WIB

melakukan perawatan luka post op dan mengobservasi keadaan luka, hasil : klien

merasa nyaman dan keadaan luka baik. (Alif Disiska). Pukul 10.00 WIB memberikan

terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui

pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 12.00 melakukan observasi tanda-tanda vital,

hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C.

(Alif Disiska). Pukul 13.00 WIB mengkaji keluhan nyeri, hasil : klien mengatakan nyeri

pada luka post op sudah berkurang, skala nyeri 1. (Alif Disiska). Pukul 17.00 melakukan

observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan

terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui

pembuluh darah vena. (Perawat dinas sore).

Evaluasi Keperawatan

Tanggal 17 Juli 2010

Evaluasi keperawatan secara subyektif , klien mengatakan nyeri pada luka post op sudah

berkurang. Secara obyektif , observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80

mmHg, nadi 74 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C, skala nyeri 1. Masalah

keperawatan teratasi, tujuan telah tercapai. Tindakan keperawatan dihentikan.

Diagnosa 2

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen

akibat tindakan invasive (pemasangan infus) ditandai dengan

Data Subyektif : ---

Data Obyektif : Tampak terpasang IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri sejak

tanggal 10 Juli 2010, hasil pemeriksaan laboatorium tanggal 14 Juli 2010 Leukosit :

4.000/ul.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam diharapkan resiko

terjadinya infeksi teratasi.

Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan

fungsiolesa), tanda-tanda vital dalam batas normal (Td : 120/80 mmHg, Nd : 80-100
x/menit, Rr : 18-24 x/menit, Sh : 36-370C), hasil pemeriksaan laboratorium leukosit

dalam batas normal ( 5.000-10.000/ul).

Rencana tindakan

Mandiri

Observasi tanda-tanda vital, kaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan

fungsiolesa), lakukan perawatan infus tiap hari, ganti lokasi penusukan infus tiap 3 x 24

jam.

Kolaborasi

Beri terapi sesuai program (injeksi Kedacillin 3 x 1gr/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00

WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan Keperawatan

Tanggal 14 Juli 2010

Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90

mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 18.00

WIB memberikan terapi parenteral injeksi Kedacillin 1gr/IV. Hasil : obat masuk sesuai

program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 19.00 WIB melakukan

perawatan infus. Hasil : infus terpasang dengan baik, tetasan lancar, dan menetes sesuai

program. (Alif Disiska). Pukul 19.10 WIB mengkaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor,

tumor, rubor, dan fungsiolesa). Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor,

rubor, dan fungsiolesa). (Alif Disiska).


Evaluasi Keperawatan

Tangal 15 Juli 2010 Pukul 07.00 WIB

Evaluasi keperawatan secara subyektif , tidak ada. Secara obyektif yaitu observasi tanda-

tanda vital, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu

36⁰C. Tampak terpasang infuse IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri. Infus

terpasang dengan baik, tetesan lancar, dan menetes sesuai program. tidak ada tanda-

tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa). Masalah keperawatan belum

teratasi, tujuan belum tercapai. Tindakan keperawatan dilanjutkan dengan rencana

tindakan mandiri observasi tanda-tanda vital, kaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor,

tumor, rubor, dan fungsiolesa), lakukan perawatan infus tiap hari, dan ganti lokasi

penusukan infuse tiap 3 x 24 jam. Rencana tindakan kolaborasi, beri terapi sesuai

program (injeksi Kedacillin 3 x 1gr/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan Keperawatan

Tanggal 15 Juli 2010

Pukul 01.00 WIB melakukan perawatan infus : mengganti cairan infus IVFD RL 20

tetes/menit, hasil : tetesan infus lancar, menetes sesuai program 20 tetes/menit.

(Perawat dinas malam). Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral injeksi Kedacillin

1gr/IV. Hasil : obat masuk sesuai dengan program melalui pembuluh darah vena.

(Perawat dinas malam). Pukul 07.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil :

tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C.

(Perawat dinas malam). Pukul 09.00 WIB melakukan perawatan infus : mengganti cairan
infus IVFD RL 30 tetes/menit, hasil : tetesan infus lancar, menetes sesuai program. (Alif

Disiska). Pukul 10.00 WIB memberikan terapi parenteral injeksi Kedacillin 1gr/IV. Hasil :

obat masuk sesuai dengan program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul

11.30 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg,

nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 14.00 WIB

melakukan perawatan infus. Hasil : infus terpasang dengan baik, tetesan lancar, dan

menetes sesuai program. (Alif Disiska). Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-

tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20

x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas sore). Pukul 17.30 WIB melakukan perawatan infus :

mengganti cairan infus IVFD RL 30 tetes/menit, hasil : tetesan infus lancar, menetes

sesuai program. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral

injeksi Kedacillin 1gr/IV. Hasil : obat masuk sesuai dengan program melalui pembuluh

darah vena.(Perawat dinas sore).

Evaluasi Keperawatan

Tangal 16 Juli 2010 Pukul 07.00 WIB

Evaluasi secara subyektif, tidak ada. Secara obyektif , observasi tanda-tanda vital, hasil

tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C,

Tampak terpasang infuse IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri. Infuse terpasang

dengan baik, tetesan lancar, dan menetes seuai program. tidak ada tanda-tanda infeksi

(kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa). Masalah keperawatan belum teratasi,

tujuan belum tercapai. Tindakan keperawatan dilanjutkan dengan rencana tindakan


mandiri observasi tanda-tanda vital, kaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor,

dan fungsiolesa), lakukan perawatan infuse tiap hari, ganti lokasi penusukan infuse tiap

3 x 24 jam. Rencana tindakan kolaborasi, beri terapi sesuai program (injeksi Kedacillin 3

x 1gr/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan Keperawatan

Tanggal 16 Juli 2010

Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Kedacillin 1gr/IV, hasil : obat

masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena.(Peawat dinas malam). Pukul 07.00

melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80

x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas malam). Pukul 09.00 WIB

melakukan perawatan infus : mengganti cairan infus IVFD RL 30 tetes/menit, hasil :

tetesan infus lancar, menetes sesuai program. (Alif Disiska). Pukul 10.00 WIB

memberikan terapi parenteral Injeksi Kedacillin 1gr/IV, hasil : obat masuk sesuai

program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 11.30 WIB melakukan

observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,

pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 13.00 WIB melakukan perawatan

infuse. Hasil : infuse terpasang dengan baik, tetesan lancar, dan menetes sesuai

program (20 tetes/menit). (Alif Disiska). Pukul 16.00 WIB melakukan perawatan infus :

mengganti cairan infus IVFD RL 30 tetes/menit, hasil : tetesan infus lancar, menetes

sesuai program. (Perawat dinas sore). Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-

tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi

parenteral Injeksi Kedacillin 1gr/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh

darah vena. (Perawat dinas sore).

Evaluasi Keperawatan

Tanggal 17 Juli 2010 Pukul 07.00 WIB

Evaluasi keperawatan secara subyektif, tidak ada. Secara obyektif , observasi tanda-

tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 74 x/menit, pernafasan 20 x/menit,

suhu 36⁰C, tampak terpasang infuse IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri,

tetesan lancar, dan menetes seuai program. Masalah keperawatan belum teratasi,

tujuan belum tercapai. Tindakan keperawatan dilanjutkan dengan rencana tindakan

mandiri observasi tanda-tanda vital, kaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor,

dan fungsiolesa), lakukan perawatan infuse tiap hari, ganti lokasi penusukan infuse tiap

3 x 24 jam. Rencana tindakan kolaborasi, beri terapi sesuai program (injeksi Kedacillin 3

x 1gr/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.

Diagnosa 3

Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan pembatasan masukan oral ditandai dengan :

Data Subyektif : Klien mengatakan belum makan dan minum.

Data Obyektif : Bising usus lemah, 2x/menit, diit makan dan minum bertahap sampai
bising usus baik.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.

Kriteria Hasil : Klien dapat makan dan minum sesuai dengan kebutuhan, bising usus baik

6-12x.menit.

Rencana Tindakan

Mandiri

Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien, perkirakan / hitung pemasukan kalori,

anjurkan kebersihan oral sebelum makan, tawarkan minum saat makan bila toleran,

libatkan pasien dalam perencanaan, beri makanan yang bervariasi, auskultasi bising

usus.

Kolaborasi

Beri diit sesuai program {makan bertahap mulai dari makan cair, makan lunak(bubur

saring dan bubur kasar), makan biasa} dan beri terapi sesuai program (Injeksi Ranitidine

3 x 25mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB

Pelaksanaan Keperawatan

Tanggal 14 Juli 2010

Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil :

obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena.(Alif Disika). Pukul 19.00 WIB

melakukan auskultasi bising usus. Hasil : bising usus lemah, 2 x/menit. (Alif Disiska)
Evaluasi Keperawatan

Tanggal 15 Juli 2010 Pukul 07.00 WIB

Evaluasi keperawatan secara subyektif yaitu klien mengatakan sudah minum sedikit.

Secara obyektif bising usus lemah, 3 x/menit. Masalah keperawatan belum teratasi,

tujuan keperawatan belum tercapai. Tindakan keperawatan dilanjutkan dengan rencana

tindakan mandiri kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien, perkirakan / hitung

pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal, anjurkan

kebersihan oral sebelum makan, auskultasi bising usus dan rencana tindakan kolaborasi

yaitu berikan diit makan bertahap sesuai dengan kemampuan, beri terapi sesuai

program (Injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00

WIB.

Pelaksanaan Keperawatan

Tanggal 15 Juli 2010

Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil :

obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas malam).

Pukul 07.00 WIB melakukan auskultasi bising usus. Hasil : bising usus 3 x/menit.

(Perawat dinas malam). Pukul 10.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi

Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah

vena. (Alif Disiska). Pukul 12.00 WIB memberikan diit makan cair 250 cc. Hasil : klien

makan habis 240 cc. (Alif Disiska). Pukul 16.00 WIB melakukan auskultasi bising usus.

Hasil : bising usus 5x/menit. (Perawat dinas sore). Pukul 17.00 WIB memberikan diit
makan lunak. Hasil : klien makan habis ½ porsi. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB

memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai

program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas sore).

Evaluasi Keperawatan

Tanggal 16 Juli 2010 Pukul 07.00 WIB

Evaluasi keperawatan secara subyektif yaitu klien mengatakan sudah makan habis 1

porsi. Secara obyektif bising usus 7x/menit, diit makan lunak. Masalah keperawatan

belum teratasi, tujuan keperawatan belum tercapai. Tindakan keperawatan dilanjutkan

dengan rencana tindakan mandiri Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien,

perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai

minimal, anjurkan kebersihan oral sebelum makan, tawarkan minum saat makan bila

toleran, libatkan pasien dalam perencanaan, beri makanan yang bervariasi, auskultasi

bising usus. Rencana tindakan kolaborasi beri diit sesuai program {makan bertahap

mulai dari makan cair, makan lunak(bubur saring dan bubur kasar), makan biasa} dan

beri terapi sesuai program (Injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00

WIB, dan 18.00 WIB.

Pelaksanaan Keperawatan

Tanggal 16 Juli 2010

Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil :

obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas malam).
Pukul 06.00 WIB memberikan diit makan lunak, hasil : kliem makan habis 1 porsi.

(Perawat dinas malam). Pukul 07.00 WIB melakukan auskultasi bising usus. Hasil : bising

usus 10 x/menit. (Perawat dinas malam). Pukul 10.00 WIB memberikan terapi

parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai program melalui

pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 12.00 WIB memberikan diit sesuai. Hasil :

klien makan habis 1 porsi. (Alif Disiska). Pukul 17.00 WIB memberikan diit sesuai. Hasil :

klien makan habis 1 porsi. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi

parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai program melalui

pembuluh darah vena. (Perawata dinas sore).

Evaluasi Keperawatan

Tanggal 17 Juli 2010 Pukul 07.00 WIB

Evaluasi keperawatan secara subyektif yaitu klien mengatakan sudah makan habis 1

porsi. Secara obyektif bising usus 10x/menit, diit makan biasa. Masalah keperawatan

teratasi, tujuan keperawatan tercapai. Tindakan keperawatan dihentikan.

Diagnosa 4

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi ditandai dengan

Data Subyektif : Klien mengeluh kedua kakinya tidak dapat digerakkan.

Data Obyektif : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, tampak aktivitas

dibantu oleh keluarga, mobilisasi bedrest dalam 24 jam, respon sensori (+), respon

motorik (-), klien hari ke 1 post appendiktomi.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan

kebutuhan aktivitas terpenuhi.

Kriteria hasil : Respon sensori (+), respon motorik (+), klien dapat beraktivitas dengan

bantuan minimal/mandiri, mobilisasi pasca operasi baik.

Rencana tindakan

Observasi tanda-tanda vital, kaji keadaan umum dan tingkat kesadaran, kaji respon

motorik dan sensorik pasca operasi, bantu klien dalam beraktivitas, ajarkan mobilisasi

bertahap pasca operasi, dekatkan alat-alat yang dibutuhkan oleh klien, kaji tingkat

kekuatan otot.

Pelaksanaan Keperawatan

Tanggal 14 Juli 2010

Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90

mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 17.10

WIB mengkaji respon motorik dan respon sensorik, hasil respon motorik (-), respon

sensori (+). (Alif Disiska).

Evaluasi Keperawatan

Tanggal 15 Juli 2010 Pukul 07.00 WIB

Evaluasi keperawatan secara subyektif, klien mengatakan kakinya sudah dapat

digerakkan. Secara obyektif, observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90
mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. Tampak aktivitas dibantu

oleh keluarga, respon sensori (+) respon motorik (+). Masalah keperawatan teratasi.

Tindakan keperawatan dihentikan.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membandingkan dan menganalisa antara teori dengan kasus

yang telah dibahas pada bab III mengenai asuhan keperawatan pada klien Ny. K dengan

Post Appendiktomi.

Adapun yang akan dibahas dalam bab ini meliputi kesamaan, kesenjangan antara teori

dan kasus yang ditemukan pada klien Ny. K dengan Post Appendiktomi serta faktor

penghambat dan pendukung dalam asuhan keperawatan pada klien Ny. K dengan

diagnosa medis Post Appendiktomi diruang Cendana I Rumah Sakit Pusat Kepolisian

Raden Said Sukanto Jakarta yang dilakukuan selama dua hari dari tanggal 14 Juli 2010

sampai 16 Juli 2010.

A. Pengkajian Keperawatan

Proses pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2010. Pada tahap

pengkajian penulis mengumpulkan data dasar melalui wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik dan catatan medis pasien.


Pengkajian menurut rencana asuhan keperawatan Marylinn E. doenges yaitu kelemahan

saat beraktivitas, takikardi, distensi abdomen, penurunan atau tidak ada bising usus,

dehidrasi, nyeri pada luka insisi pembedahan, konstipasi, mual dan muntah. Sedangkan

data yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah takikardi karena menurut

teori takikardi dikarenakan sirkulasi darah yang tidak teratur sedangkan Ny. K dengan

post op pada hari pertama tidak ditemukan takikardi. Hal ini dilihat dari data yang

diperoleh dari pengkajian, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu TD :

130/90mmHg, N : 80x/menit, Rr : 20x/menit, Sh : 36⁰C. Tidak ada penurunan bising

usus, pada Ny. K ditemukan adanya bising usus yang lemah yaitu 3 x/menit. Dehidrasi

tidak terjadi karena tidak ditemukannya data yang menunjukkan Ny. K mengalami

dehidrasi, Mual muntah juga tidak ditemukan karena tidak terjadi distensi abdomen,

menurut teori adanya mual disebabkan karena mucus yang diproduksi mukosa terus-

menerus dan meningkatkan gastrointestinal sehingga terjadi distensi abdomen sehingga

menimbulkan rasa mual.

meningkatkan gastrointestinal sehingga terjadi distensi abdomen sehingga

menimbulkan rasa mual. Pada pemeriksaan penunjang/diagnostik yaitu pemeriksaan

foto abdomen dan pemeriksaan laboratorium (leukosit) tidak dilakukan karena pada

pemeriksaan klinik tidak ditemukan adanya tanda-tanda terjadinya komplikasi pasca

pembedahan dan tidak ditemukannya tanda-tanda infeksi pasca pembedahan.


Faktor pendukung yaitu pada pengkajian keperawatan klien terlihat kooperatif

sedangkan faktor penghambat yaitu data-data yang ada pada status klien kurang

lengkap. Pemecahan masalahnya yaitu dengan cara bertanya kembali kepada klien

ataupun keluarga klien serta pada perawat yang bertanggung jawab di ruangan

tersebut.

B. Diagnosa Keperawatan

Pada diagnosa keperawatan pada klien dengan post appendiktomi di dalam teori

terdapat 4 diagnosa keperawatan. Pada kasus Ny. K dengan post appendiktomi terdapat

4 diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa yang muncul pada teori tetapi tidak muncul

pada kasus adalah

1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca

operasi. Diagnosa ini tidak muncul karena pada Ny. K tidak di temukan data yang

menunjukkan bahwa Ny. K mengalami dehidrasi yaitu mukosa bibir pasien lembab,

turgor kulit baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu TD : 130/90 mmHg, N : 80

x/menit, Rr : 20 x/menit dan Sh : 36⁰C.

2. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) berhubungan dengan kurangnya informasi.

Diagnosa ini tidak muncul karena pada saat pengkajian ditemukan data bahwa klien

mengerti tentang penyakitnya yaitu klien dapat menyebutkan penyebab, tanda dan

gejala yang timbul, persiapan yang dilakukan sebelum operasi, dan alasan mengapa

harus dilakukan tindakan pembedahan, serta tindakan yang harus dilakukan post

operasi (tidak mengangkat kepala atau tirah baring selama 24 jam dan puasa sampai
dengan bising usus ada dan baik).

Sedangkan ada dua diagnosa yang tidak ada di teori tetapi muncul pada kasus yaitu

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi. Diagnosa ini muncul

dikarenakan klien post appendiktomy hari pertama. Selain itu, pada saat dilakukan

pengkajian ditemukan data Ny. K mengatakan tidak dapat menggerakkan kakinya dan

belum ada respon motorik. Tirah baring selama 24 jam merupakan suatu intervensi

dimana klien dibatasi untuk tetap berada di tempat tidur guna mencapai tujuan

terapeutik yaitu untuk mengurangi nyeri pasca operasi dan mengembalikan kekuatan

otot dari efek anestesi.

2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan pembatasan

masukan oral. Diagnosa ini muncul karena klien post appendiktomi hari pertama masih

dalam kondisi puasa dan diit makan yang diberikan yaitu makan dan minum bertahap

sampai bising usus baik. Selain itu, pada klien post appendiktomi peristaltik usus belum

normal, sehingga asam lambung/ getah lambung tidak disekresikan. Sekresi getah

lambung akan kembali jika dirangsang dengan makanan (asupan nutrisi secara

bertahap) sehingga akan meningkatkan fungsi lambung dan peristaltik usus.

Pada tahap ini yang menjadi faktor pendukung yaitu berdasarkan hasil analisa data

ditemukannya data-data yang mengacu pada diagnosa keperawatan yang muncul.


Selain itu faktor penghambat yang muncul yaitu ada beberapa data atau informasi yang

kurang lengkap pada saat pengkajian sehingga penulis sedikit kesulitan dalam

menegakkan diagnosa. Tetapi dengan cara mengkaji ulang dan mengumpulkan

informasi lebih lengkap lagi maka diagnosa pun dapat ditegakkan.

C. Perencanaan Keperawatan

Pada tahap perencanaan keperawatanterdapat perbedaan antara teori dan kasus.

Dimana pada teori tidak dicantumkan waktu karena tidak dapat diidentifikasi,

sedangkan pada kasus waktu dibutuhkan untuk program tercapainya tujuan

keperawatan. Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan hirarki Maslows.

Pada penentuan prioritas ditemukan kesenjangan dimana pada teori diagnosa gangguan

rasa nyaman nyeri merupakan diagnosa ketiga, tetapi pada kasus menjadi diagnosa

prioritas. Rencana tersebut menjadi prioritas karena pada klien Ny. K post operasi hari

ke-1 masih merasakan nyeri pada luka insisi pembedahan dengan skala nyeri 5 (sedang).

Selain itu, nyeri merupakan sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak

menyenangkan bagi pasien berkaitan dengan kerusakan jaringan. Sehingga nyeri dapat

merupakan faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk

pulih dari suatu penyakit.

Sedangkan pada diagnosa terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif,

Diagnosa ini menjadi diagnosa kedua dikarenakan jika resiko infeksi ini tidak diatasi

maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi yang juga dapat berakibat menghambat
proses penyembuhan luka pada klien.

Diagnosa resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan pembatasan masukan oral. Diagnosa ini menjadi diagnosa ketiga

bila intake berkurang maka kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi, sementara fungsi umum

dari nutrisi sebagai sumber energi, memelihara jaringan tubuh, mengganti sel tubuh

yang rusak, mempertahankan vitalitas tubuh sehingga apabila kebutuhan nutrisi tidak

terpenuhi dapat mempengaruhi proses penyembuhan.

Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi menjadi diagnosa

keempat, hal ini karena klien masih dapat beraktivitas walaupun terbatas. Selain itu

juga, tampak klien selalu didampingi oleh keluarganya sehingga kebutuhan sehari-hari

klien dapat terpenuhi.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan pada penyusunan perencanaan adalah adanya

bantuan dari perawat senior dan kawan-kawan mahasiswa dalam membuat rencana

keperawatan. Faktor penghambat yang ditemukan adalah penulis tidak mengalami

kesulitan dalam menyusun rencana keperawatan.

D. Pelaksanaan Keperawatan

Dalam tahap pelaksanaan, tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah dibuat dan semua tindakan yang dilakukan pada klien didokumentasikan ke dalam

catatan keperawatan.

Dalam diagnosa pertama yaitu gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas jaringan, penulis tidak melaksanakan menganjurkan klien untuk

mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal yang menyenagkan. Hal ini dikarenakan nyeri

sudah dapat teratasi sedikit dengan bantuan teknik manajemen nyeri yang sebelumnya

telah diajarkan oleh perawat kepada klien sebelum klien dilakukan operasi.

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

Untuk diagnosa yang pertama yaitu gangguan rasa nyaman nyeri tindakan keperawatan

yang dilakukan adalah mengkaji lokasi dan karakteristik nyeri, yaitu nyeri perut kanan

bawah dengan skala nyeri 5, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan

posisi nyaman sehingga klien lebih rileks dan nyaman, melakukan perawatan luka post

op dan melakukan observasi keadaan luka, serta memberikan terapi parenteral injeksi

Lactor 3 x 30 mg/IV.

Untuk diagnosa yang kedua yaitu resiko terjadinya infeksi tindakan keperawatan yang

dilaksanakan adalah mengobservasi tanda-tanda vital, melakukan perawatan infuse

setiap hari, dan memberikan terapi parenteral injeksi Kedacillin 3 x 1gr/IV. Adapun

tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan adalah mengganti lokasi penusukan

infus, karena kondisi daerah pemasangan infus tidak ada tanda-tanda infeksi, infus
menetes dengan lancar, dan kondisi terpasang dengan baik di dalam pembuluh darah

vena. Melakukan kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (leukosit) juga tidak dapat

dilaksanakan karena tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.

Diagnosa resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan

pembatasan masukan oral dan diagnosa intoleransi aktivitas semua rencana tindakan

dapat direalisasikan secara nyata sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat

pada perencanaan keperawatan.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan adalah keluarga yang sangat kooperatif dan

mau bekerja sama saat dilakukan tindakan keperawatan. Tidak banyak mengalami

kesulitan karena sikap kooperatif klien dan keluarga serta bimbingan dari perawat

ruangan sehingga tindakan keperawatan dapat terlaksana dengan baik.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam penulisan proses kepeawatan, pada evaluasi ini

penulis menilai sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai dari 3 diagnosa pada

kasus Ny. K. Setelah dievaluasi ada 3 diagnosa yang teratasi yaitu:

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhuubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

Diagnosa ini telah teratasi, hal tersebut dapat terlihat pada klien yang tampak lebih

rileks, dan didapatkan skala nyeri berkurang yaitu yang awalnya skala nyeri 5 menjadi 1.

2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan pembatasan masukan oral. Disgnosa ini telah teratasi karena klien

dapat memenuhi kebutuhsn nutrisinya dengan baik sesuai diit yang diberikan.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi, diagnosa ini telah teratasi

karena pada hari kedua asuhan keperawatan klien mengatakan sudah dapat

menggerakkan kedua kakinya.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang belum teratasi adalah resiko terjadinya infeksi

berhubungan dengan prosedur invasif. Diagnosa ini belum teratasi, karena pada tanggal

17 Juli 2010 klien masih terpasang infus IVFD RL 20 tetes/menit ditangan kiri.

Faktor pendukung yang penulis temukan saat melakukan evaluasi keperawatan adalah

adanya bantuan dari perawat ruangan dan rekan mahasiswa dalam memberikan askep

pada klien, serta dengan adanya informasi dari tenaga medis lainnya, juga adanya

kriteria hasil yang sudah penulis buat sebelumnya sehingga dapat di jadikan pedoman

dalam menentukan apakah tujuan tercapai atau belum.

Faktor penghambat yang penulis temukan adalah adanya keterbatasan waktu dalam

melaksanakan tindakan keperawatan. Alternatif pemecahan masalah yang penulis

lakukan adalah dengan mengkonfirmasikan/mendelegasikan perencanaan keperawatan

kepada perawat di ruangan untuk melanjutkan sehingga evaluasi dapat dilakukan secara

tuntas.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. K dengan diagnosa post appendiktomi, diperoleh

data bahwa Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomi, kualitas nyeri seperti

berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada

saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien

beristirahat atau diberikan obat analgetik, klien mengeluh kakinya tidak dapat

digerakkan, klien mengatakan belum makan maupun minum.

Pada diagnosa keperawatan yang muncul pada teori dengan klien post appendiktomi

adalah empat diagnosa, dua diagnosa keperawatan tidak terdapat dalam kasus. Hal ini

dikarenakan tidak ada data yang menunjang untuk menegakkan diagnosa keperawatan

tersebut. Adapun diagnosa yang muncul pada kasus adalah gangguan rasa nyaman nyeri

berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, resiko terjadinya infeksi

berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen akibat tindakan invasif

(pemasangan infus), resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan masukan oral, dan intoleransi

aktivitas berhubungan dengan efek anestesi.

Pada tahap perencanaan, rencana keperawatan disusun sesuai dengan masalah

keperawatan. Dalam memprioritaskan masalah keperawatan dilihat dari kebutuhan dan


kondisi klien pada saat pengkajian.

Pada tahap pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

keperawatan yang telah dibuat dan didokumentasikan pada catatan keperawatan.

Namun ada beberapa pelaksanaan tindakan keperawatan yang tidak dilakukan sesuai

dengan teori yang telah dibuat. Pada diagnosa pertama, penulis tidak mengajurkan klien

untuk mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal yang menyenangkan.

Pada tahap evaluasi yang di lakukan pada tanggal 17 Juli 2010 dari empat diagnosa

keperawatan yang ada tujuan belum tercapai dan masalah keperawatan belum teratasi

semua. Adapun diagnose yang belum teratasi adalah resiko terjadinya infeksi

berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen karena tindakan invasive

(pemasangan infus). Diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas jaringan dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek

anestesi dapat dievaluasi secara tuntas.

mengajurkan klien untuk mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal yang menyenangkan.

Pada diagnosa ke dua, penulis tidak melakukan pemeriksaan laboratorium (leukosit) dan

tidak melakukan penggantian lokasi penusukan infus.

Pada tahap evaluasi yang di lakukan pada tanggal 17 Juli 2010 dari empat diagnosa

keperawatan yang ada tujuan belum tercapai dan masalah keperawatan teratasi semua.

Adapun diagnosa yang belum teratasi adalah resiko terjadinya infeksi berhubungan
dengan masuknya mikroorganisme pathogen karena tindakan invasive (pemasangan

infus). Diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan, resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan masukan oral, dan intoleransi

aktivitas berhubungan dengan efek anestesi dapat dievaluasi secara tuntas.

B. Saran

1. Untuk Klien dan Keluarga

Diharapkan untuk selalu menjaga kebersihan luka dengan melakukan perawatan luka di

rumah dan mematuhi jadwal kontrol yang telah ditetapkan oleh dokter.

2. Untuk rekan-rekan mahasiswa

a. Diharapkan dalam melakukan pengkajian keperawatan dengan klien post

appendiktomy agar mengkaji secara menyeluruh dan disesuaikan dengan teori yang

ada.

b. Diharapkan agar lebih memahami dan mempelajari lebih dalam ilmu keperawatan

medical bedah khususnya tentang asuhan keperawatan pada klien dengan post

appendiktomi dan juga untuk meningkatkan kepercayaan diri.

You might also like