Professional Documents
Culture Documents
A. MORFOLOGI
B. KLASIFIKASI
Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu diperhatikan
dalam pengendalian adalah “Ordo Dipthera” yaitu nyamuk, lalat.
b) Klasifikasi
b. Telur nyamuk.
Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada
tempat yang keberadanya kering telur akan rusak dan
mati.Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda-beda
tergantung dari jenisnya.
-Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air
satu persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur
anopeles mempunyai alat pengapung.
-Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas permukaan air secara
bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu
untuk mengapung.
-Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang
terapung diatas air atau menempel pada permukaan benda yang
merupakan tempat air pada batas permukaan air dan tempatnya.
Stadium telur ini memakan waktu 1-2 hari.
c. Jentik nyamuk
Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan
melengkapi bulu-bulunya, stadium jentik mermerlukan waktu 1
minggu.
Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada
tidaknya binatang predator.
d. Kepompong
Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam
air.
Pada staidum ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan
sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu
lebih kurang 1 -2 hari.
2. Lalat
Sama halnya dengan nyamuk, lalat juga berasal dari ordo diphtera dan kelasnya
myriapoda. Lalat terbagi menjadi dua macam, yaitu lalat yang menghisap darah
dan yang tidak menghisap darah.
a) Morfologi
Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih dengan ukuran lebih
kurang 1mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120–130 telur
dan menetas dalam waktu 8–16 jam. Telur yang menetas akan menjadi larva
berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari phase larva ini
berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat yang dingin guna
mengeringkan tubuhnya.
Setelah itu berubah menjadi larva berwarna coklat tua dan tidak bergerak.
Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900
meter, sedangkan Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai
4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya.
Pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali.
Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih
sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin,
tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer.
b) Klasifikasi
Lalat dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk oval. Telur
ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang
lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau
lokasi yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk berkembang
menjadi pupa.
Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat
dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat),1
siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu
sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25
hari atau sekitar 2-3 minggu.
Gambar 1
Dalam waktu 3-4 hari, seekor lalat betina mampu menghasilkan telur sebanyak
500 butir. Dengan kemampuan bertelur ini, maka dapat diprediksikan dalam
waktu 3-4 bulan, sepasang lalat dapat beranak-pinak menjadi 191,01 x 1018
ekor (dengan asumsi semua lalat hidup). Bisa kita bayangkan, dengan
kemampuan berkembang biak lalat tersebut dapat memberikan ancaman
tersendiri.
d) Penyakit yang ditularkan oleh lalat serta gejala-gejalanya
1. Disentri
Penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat rumah yang berasal dari
sampah, kotoran manusia/hewan terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan
bagian tubuh yang lain dari lalat dan bila lalat hinggap kemakanan manusia
maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan dimakan oleh
manusia, akhirnya timbul gejala pada manusia yaitu sakit pada bagian perut,
lemas karena terlambat peredaran darah dan pada kotoran terdapat mucus dan
push.
Penyakit disentri merupakan peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini
ditandai dengan sakit perut dan buang air besar encer secara terus-menerus
(diare) yang bercampur lendir, nanah, dan darah. Berdasarkan penyebabnya
disentri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu disentri amuba dan disentri basiler.
Disentri amoeba disebabkan oleh infeksi parasit Entamoeba histolytica dan
disentri basiler disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella. Bakteri tersebut dapat
tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah terkontaminasi
kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga yang
hidup di tempat yang kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel
di tubuhnya dan menyebar di setiap tempat yang dihinggapi. Bakteri masuk ke
dalam organ pencernaan mengakibatkan pembengkakan hingga menimbulkan
luka dan peradangan pada dinding usus besar. Inilah yang menyebabkan
kotoran penderita sering kali tercampur nanah dan darah. Gejala yang akan
dialami penderita disentri biasanya berupa mencret dan perut mulas, bahkan
sering kali penderita merasakan perih di anus akibat terlalu sering buang air.
Serupa dengan penanganan penyakit gangguan pencernaan lainnya, penderita
disentri harus segera mendapat asupan cairan untuk mencegah terjadinya
dehidrasi. Dalam keadaan darurat, dehidrasi ringan dapat diatasi dengan
pemberian oralit. Jika cairan yang hilang tidak segera tergantikan, dapat
menyebabkan kematian pada penderita.
2. Cholera
Penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala muntah-muntah,
demam, dehydrasi.
Kolera adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae
yang menyerang usus kecil. Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh
melalui air minum yang terkontaminasi oleh binatang vektor misalnya lalat
atau akibat sanitasi yang buruk.
Di dalam tubuh manusia, bakteri Vibrio cholerae akan menghasilkan racun
yang menyebabkan usus halus melepaskan sejumlah besar cairan garam
dan mineral dari dalam tubuh.
Bakteri ini amat sensitif terhadap asam lambung, sehingga penderita yang
kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit ini.
Penderita kolera akan mengalami gejala mulai dari diare hebat, keram perut,
mual, muntah, hingga dehidrasi. Kolera dapat menyebar luas dengan sangat
cepat, terutama di lingkungan yang tidak bersih.
3. Diare
Cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala sakit pada bagian
perut, lemas dan pecernaan terganggu.
Kuman diare biasanya menular melalui mulut, bisa melalui makanan atau
minuman yang tercemar tinja, atau kontak langsung dengan tinja penderita.
Pada saat musim buah (mangga, durian, rambutan) dan musim hujan, maka
lalat biasanya juga menjadi banyak, sehingga sangat berperan dalam
penularan penyakit diare. Apabila lalat hinggap di tinja kemudian hinggap di
makanan atau alat makan, maka akan bisa menularkan pada orang yang
memakan makanan tadi.
Untuk mencegah atau agar makanan tidak dihinggapi lalat, maka lebih
baik menutup setiap makanan yang ada. Sedangkan untuk mencegah
penularan, hendaknya setiap kali membersihkan tinja anak yang
menderita diare, harus segera cuci tangan. Selain itu jangan menganggap
bahwa tinja bayi yang diare itu tidak berbahaya, karena sesungguhnya
tinja bayi tadi kenyataannya mengandung virus atau bakteri.
4. Typhoid
Cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus, sakit pada perut,
sakit kepala, berak darah dan demam tinggi. Penyakit tifus merupakan penyakit
infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini
diakibatkan oleh kurang memelihara kebersihan lingkungan dan mengonsumsi
makanan yang tidak higienis. Penyakit tifus menular melalui air dan makanan
yang tercemar oleh air seni dan tinja penderita penyakit ini.
Penyakit tifus dapat juga ditularkan oleh kotoran yang dibawa oleh lalat dan
kecoa yang menempel di tempat-tempat yang dihinggapinya. Penularan kuman
terjadi melalui mulut, masuk ke dalam lambung, menuju kelenjar limfoid usus
kecil, kemudian masuk ke dalam peredaran darah. Pada umumnya, mereka
yang terinfeksi penyakit ini akan mengalami keluhan dan gejala seperti demam
tinggi, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau
sembelit (sulit buang air besar). Suhu tubuh meningkat terutama pada sore dan
malam hari.
2) Peningkatan kualitas atau kuantitas air dan penyimpanan air yang baik
(melalui penyaluran air, pengolahan air rumah tangga, penyaringan yang
aman dan penyimpanan air minum) melakukan penyimpanan air untuk
minum dan aman untuk di gunakan dalam segala aspek dari penyiapan
makanan tapi hanya bila air dalam kondisi bersih dan tidak terkontaminasi
oleh tangan yang kotor atau tempat penampungan air yang di sediakan
untuk keluarga dan anak-anak untuk mencuci makanan sebelum
disiapkan, membersihkan peralatan dapur, mandi dan mencuci tangan.
Aktivitas ini dapat memutuskan mata rantai penularan kuman, selain itu
juga jari tangan dan lalat yang berhubungan langsung dengan makanan
yang dimakan. Tetapi jika memang air yang telah terkontaminasi, lebih
baik tidak dipergunakan lagi .
3) Meningkatkan kebersihan Makanan. Makanan dapat terkontaminasi
selama dalam perjalanan, persiapan, dan dalam proses memakan
makanan tersebut ataupun dalam proses penyimpanan. Dalam hal
kebersihan makanan bertujuan untuk memastikan bahwa makanan yang
kita makan tidak terkontaminasi atau telah kadaluarsa yang berasal dari
pasar atau kebun, tertutup dengan baik ketika dalam pengangkutan, telah
dicuci sebelum dimasak, dan dimasak dengan benar untuk membunuh
kuman, tertutup di tudung saji atau lemari, untuk melindungi dari lalat dan
sisanya di simpan dalam tempat yang bersih dan di panaskan ketika akan
dimakan lagi. Makanan juga harus dipersiapkan dalam peralatan makan
yang bersih. Dari sini kita akan belajar bagaimana menjaga kebersihan
makanan, Misalnya makanan harus di tutup dengan baik dan harus
mencuci tangan sebelum makan.
4) Meningkatkan cara penanganan sampah dan Saluran air : Melalui
peningkatan cara penanganan sampah yang baik sarang lalat dan tikus
dapat berkurang yang juga dapat mengurangi penyebaran penyakit yang
dapat di sebarkan melalui makanan. Dengan adanya saluran air yang
memadai kita tidak hanya mengurangi lalat tapi juga mengurangi tempat
perkembangbiakan nyamuk.
D. PENATALAKSANAAN
Pengendalian Arthropoda
Merupakan suatu upaya untuk mengurangi jumlah arthropoda dan menghambat
hubungannya dengan manusia. Tujuannya adalah untuk mencegah penularan
penyakit. Pengendalian arthropoda di bagi dalam cara: (1) mekanis, (2) zat kimia, (3)
biologis dan (4) perlindungan perorangan.
1. Mekanis
Ditunjukkan pada pengelolaan tempat hidup dan berkembang biaknya arthropoda.
Upaya tambahan lainnya adalah memasang hambatan mekanis, menghilangkan
atau memindahkan tempat berkembang biaknya, menangkapnya dan
membunuhnya.
Beberapa kegiatan pengendalian mekanis:
a. Perbaikkan sanitasi lingkungan
Pengendalian sanitasi lingkungan bermanfaat dalam pencegahan penyakit dan
pengendalian arthropoda.Upaya ini efektif dalam pengendalian lalat. Dengan
perbaikan sanitasi, lalat akan kehilangan tempat untuk menumbuhkan larvanya.
Hal ini dapat dilakukan dengan menimbun sampah yang bisa membusuk dengan
tanah ( sanitary landfill), tempat sampah harus di tutup rapat dan di cuci bersih
paling tidak seminggu sekali. Selain itu, bangkai hewan harus dikubur supaya
tidak menjadi tempat tumbuhnya larva lalat.
Cubluk, tempat buang air besar, harus ditutup agar lalat tidak bisa masuk, jauh
dari tempat makan kurang lebih 50 m dan tempatnya agar tidak mengotori air
untuk keperluan rumah tangga.Ditempat yang banyak lalat, makanan harus
ditutup.
b. Dengan perangkap
Cara yang biasa dilakukan adalah dengan menaruh zat yang mempunyai daya
tarik bagi arthropoda (umpan) di gabung dengan perekat. Misalnya, kertas
perangkap lalat.
c. Penataan Lingkungan
Penataan lingkungan yang dimaksudkan untuk menghilangkan tempat
perkembangbiakan dan mencegah arthropoda berhubungan dengan manusia.
Beberapa nyamuk dapat diberantas dengan memperlancar aliran air di kali atau
menghilangkan sampah yang menghambat aliran airnya.
2. Zat Kimia
Penggunaan zat kimia sebagai peptisida di gunakan untuk keperluan rumah tangga,
pertanian dan program kesehatan masyarakat sudah lama dilaksanakan.
Pemakaian yang berlebihan, cara pakai yang tidak benar dan kualitas dari peptisida,
banyak menimbulkan masalah lingkungan yang membahayakan kesehatan manusia.
Peptisida dibagi atas peptisida pembunuh serangga, pediculisida terhadap pediculus
(kutu), larvasida terhadap larva.
3. Secara Biologis
Pengendalian arthropoda dengan menggunakan makluk hidup (secara biologis),
antara lain memelihara ikan Gambusia affinis yang akan memangsa larva nyamuk
pada genangan air.
4. Perlindungan Perorangan
Merupakan upaya seseorang untuk menghindari gigitan arthropoda sebagai upaya
pencegahan penularan penyakit atau agar darahnya tidak diisap arthropoda dan
mencegah akibat lainnya.Perlindungan ini dapat dilakukan dengan memakai pakaian
yang menutup tubuh, tidur berkelambu, dan menggunakan zat pengusir serangga
(insect repellent) pada bagian tubuh yang terbuka.
Insect repellent berbeda dengan insektisida sebab hanya mengusir serangga agar
tidak mengigit, tetapi tidak membunuhnya.
Insact repellent itu dapat berupa cairan, salep, aerosol atau serbuk. Di samping
digunakan pada kulit, ada pula yang bisa digunakan pada baju.
Contoh insect repellent, misalnya: Cresol, Ethyl-hexanediol, Dimethyl
Phthalate,Dimethyl Carbamate, Benzyl Benzoate, Chlorodiethyl benzamide.
DAFTAR PUSTAKA
http://cavefauna.wordpress.com/taxonomy/
http://www.hd.co.id/info-medis/penyakit-yang-ditularkan-lewat-air
http://majalahkasih.pantiwilasa.com/index.php?option=com_content&task=view&id=26&Itemi
d=74
http://www.hd.co.id/info-medis/penyakit-yang-ditularkan-lewat-air
http://kiathidupsehat.com/page/98/