You are on page 1of 10

Kadar Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit

Dimas A.P., Koen P., Silvana Tana 26 – 35

Kadar Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit Puyuh (Coturnix coturnix japonica Linn.) Setelah
Pemberian Larutan Kombinasi Mikromineral (Cu, Fe, Zn, Co) Dan Vitamin (A, B 1, B12,
C) dalam Air Minum

*Dimas Aldi Patria, *Koen Praseno, * Silvana Tana


*Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan, Jurusan Biologi,Fakultas Sains dan
Matematika, Universitas Diponegoro

ABSTRACT
Quail (Coturnix-coturnix japonica Linn.) is becoming more popular in Indonesia because of the
product that produce is substantial enough like the meat and egg. The fast reproduction process of the
quail (±41 days) makes this animal often used as an experiment in order to enhance it’s productivity. The
enhancement of quail productivity must also watch another aspects such as fledgling selection, feeding
management, site maintenance, sanitation, and addition of certain vitamin and micro mineral. The aim of
this research was to know the use of micro mineral (Cu, Fe, Zn, Co) and vitamin (A, B 1, B12, C) solution
as drinking water to hemoglobin level and total erythrocyte. Treatment was did for 4 weeks. This research
was a non-factorial experiment with Completely Randomized Design. The data obtained was analyzed
with ANOVA and if there’s real difference between the treatment, the data will be test with Duncan
Multiple Range Test (DMRT) on 95% significant level. The result showed no significant difference on
hemoglobin level, eating consumption level, drinking consumption level, and weight of quail, but has
significant difference on Total Erythrocyte. The most significant of Total erythrocyte was on the twice
dosage of treatment, which the Total Erythrocyte was 3.355.000. The giving of micro mineral and vitamin
solution as drinking water showed no significant difference on hemoglobin level and weight of quail, but
has potency to enhance of Total Erythrocyte on quail. The giving of micro mineral and vitamin solution
has the potency in the drinking management.

Keywords : quail, micro mineral, vitamin, total erythrocyte, hemoglobin level

ABSTRAK
Puyuh (Coturnix-coturnix japonica Linn.) merupakan salah satu komoditi unggas yang semakin
populer di masyarakat karena produk yang dihasilkan cukup banyak seperti daging dan telur. Proses
reproduksi puyuh yang cepat (±41 hari) membuat hewan ini banyak dijadikan hewan percobaan penelitian
dalam rangka peningkatan produktivitas burung puyuh itu sendiri. Peningkatan produktivitas puyuh juga
harus memperhatikan aspek-aspek dalam pemilihan bibit, pengaturan pakan, tempat pemeliharaan,
sanitasi, dan kesehatan juga penambahan vitamin dan mikromineral tertentu. Tujuan pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui potensi pemberian kombinasi mikromineral (Cu, Fe, Zn, Co) dan vitamin (A,
B1, B12, C) dalam air minum pada kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit. Perlakuan dilakukan selama 4
minggu Penelitian ini merupakan percobaan non-faktorial dengan rancangan acak lengkap (RAL). Data
dianalisis dengan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf
signifikan 95%. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tidak nyata pada kadar hemoglobin, konsumsi
pakan, konsumsi minum, dan bobot tubuh, namun memiliki perbedaan nyata pada jumlah eritrosit.
Jumlah eritrosit yang paling signifikan terdapat pada perlakuan dua kali dosis, dimana pada perlakuan ini
jumlah eritrosit yang diperoleh adalah 3.355.000. Pemberian kombinasi larutan vitamin dan mikromineral
tidak berpengaruh terhadap kadar hemoglobin dan bobot tubuh, tetapi berpotensi meningkatkan jumlah
eritrosit pada puyuh. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka pemberian larutan
mikromineral dan vitamin memiliki potensi sebagai suplemen tambahan untuk memperbaiki manajemen
air minum.

Kata kunci : puyuh, mikromineral, vitamin, jumlah eritrosit, kadar hemoglobin

26
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013

PENDAHULUAN (Murwani, 2008). Vitamin merupakan


Pengetahuan tentang gizi yang komponen dari bahan makanan tetapi bukan
semakin meningkat menyebabkan karbohidrat, lemak, protein dan air, dan
kebutuhan protein hewani juga semakin terdapat dalam jumlah sedikit, diperlukan
tinggi. Puyuh (Coturnix coturnix japonica) untuk reaksi-reaksi spesifik dalam sel tubuh
merupakan salah satu komoditi unggas hewan. Zat ini penting untuk fungsi jaringan
yang semakin populer di masyarakat. Hal tubuh secara normal, untuk kesehatan,
ini terbukti dengan banyaknya masyarakat pemeliharaan dan pertumbuhan jaringan
yang berminat untuk beternak puyuh, dan (Widodo, 2002).
meningkatnya masyarakat yang Penghitungan darah pada hewan
mengkonsumsi produk-produk yang merupakan suatu prosedur laboratoris yang
dihasilkan dari ternak puyuh karena dinilai berguna untuk mengetahui jumlah dan
memiliki kandungan protein yang tinggi, jenis-jenis sel yang bersirkulasi dalam
terutama telur yang merupakan produk darah suatu hewan pada waktu tertentu.
utama dari puyuh. Hitungan sel darah total dinyatakan dalam
Peningkatan produktivitas puyuh jumlah sel dalam milimeter kubik darah
harus memperhatikan beberapa hal, yaitu sedangkan kadar hemoglobin dinyatakan
pemilihan bibit, pengaturan pakan, tempat dalam gram per milimeter darah. Fungsi
pemeliharaan, sanitasi, dan kesehatan. Salah darah adalah membawa nutrien yang telah
satu usaha yang dicoba untuk meningkatkan diabsorpsi oleh saluran pencernaan ke
produktivitasnya adalah dilakukannya seluruh jaringan tubuh, membawa oksigen
penelitian melalui pengaturan air minum. dari paru-paru ke jaringan dan membawa
Penambahan kombinasi mikromineral dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru,
vitamin dalam air minum diharapkan dapat membawa produk buangan dari berbagai
memberi hasil yang optimal. Mikromineral jaringan ke alat ekskresi seperti paru-paru,
merupakan mineral yang dibutuhkan dalam mempertahankan keseimbangan asam basa
jumlah yang sedikit tetapi sangat sehinggga pH darah dan cairan tubuh tetap
berpengaruh terhadap produktivitas. dalam keadaan steril serta darah berperan
Mikromineral diperlukan untuk memelihara sebagai bioindikator terhadap status gizi,
fungsi tubuh, mengoptimalkan toksisitas, dan kondisi fisiologi tubuh
pertumbuhan, reproduksi, dan kekebalan (Frandson, 1996).
tubuh. Kekurangan unsur mineral ini dapat
menyebabkan penurunan produktivitas

27
Kadar Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit
Dimas A.P., Koen P., Silvana Tana 26 – 35

Penyemprotan harus diusahakan


mengenai semua bagian kandang,
METODOLOGI
kemudian penyemprotan diulangi pada
Tempat dan Waktu satu sampai dua hari selanjutnya agar

Penelitian dilaksanakan di kandang bibit penyakit dapat terbunuh.

percobaan laboratorium Biologi Struktur


dan Fungsi Hewan, Jurusan Biologi FSM 2. Pembuatan Larutan Percobaan

Universitas Diponegoro pada bulan Mei Mikromineral dan vitamin yang

sampai dengan Juni 2011. digunakan untuk pembuatan larutan


percobaan ini adalah Co, Zn, Fe, dan Cu,

Alat dan Bahan sedangkan vitamin yang digunakan yaitu

Alat-alat yang digunakan pada penelitian A, B1, B12, dan C. Vitamin dan

ini meliputi 2 kandang kolektif ukuran mikromineral yang digunakan pada

80x80x40 cm, kandang baterai 30x40x45 percobaan ini dapat dilihat pada tabel

cm sebanyak 20 kotak kandang, alat makan, 3.1. :

dan minum, serta bola lampu sebagai


pemanas, neraca timbang ohauss, Tabel 3.1. Vitamin dan mikromineral

termohigrometer, set pengukur hemoglobin, yang digunakan pada percobaan

mikroskop, set pengukur jumlah eritrosit.


Satu Kali
Bahan yang digunakan adalah 48 ekor DOQ Vitamin dan Dua Kali Empat Kali
Dosis (Dosis
Mikromineral Dosis Dosis
Normal)
betina, vitamin (A, B1, B12, C), Mineral Mikromineral Fe 80 ppm 160 ppm 320 ppm
Mikromineral Co 22 ppm 44 ppm 88 ppm
(Co, Zn, Fe, Cu), pakan puyuh, air minum, Mikromineral Cu 5 ppm 10 ppm 20 ppm
Mikromineral Zn 40 ppm 80 ppm 160 ppm
desinfektan, sekam, suplemen antistres, Vitamin A 6000 IU 12000 IU 24000 IU
Vitamin B1 0,4 mg 0,8 mg 1,6 mg
vaksin ND1. Vitamin B12 0,003 mg 0,006 mg 0,012 mg
Vitamin C 1050 mg 2100 mg 4200 mg

Cara Kerja Penelitian 3. Pengukuran Parameter Penelitian


1. Persiapan Kandang Parameter yang diamati pada penelitian
Kandang DOQ harus dibersihkan dari ini adalah kadar Hb dan jumlah eritrosit.
berbagai jenis kotoran dan bibit Sedangkan sebagai data pendukung
penyakit. Kandang terlebih dahulu adalah bobot tubuh, konsumsi pakan,
disemprot dengan larutan desinfektan komsumsi minum, dan temperatur
yang dilarutkan dalam air sebanyak 2- harian. Data diperoleh pada minggu
5% atau 20-50 cc ke dalam 1L air.

26
28
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013

terakhir perlakuan. Cara pengambilan pipet eritrosit yang telah dipasang


data adalah sebagai berikut : aspirator sampai dengan skala 1.
Puyuh didekapitasi dan darah yang Kemudian, dengan menggunakan
keluar ditampung menggunakan tabung pipet yang sama larutan hayem
EDTA (venojeck) dihisap sampai dengan skala 101,
a) Kadar Hemoglobin kemudian digojog selama 2 menit
Tabung hemoglobin diisi HCl 0,1 agar larutan menjadi homogen.
N sampai dengan skala 2. Tetesan Cara kerja larutan hayem adalah
darah dihisap dengan merusak sel-sel lain yang ada di
menggunakan pipet hemoglobin dalam sel darah selain sel darah
yang telah dipasang aspirator merah (Kandir, 2009).
sampai dengan skala 0,02 mL. Perhitungan eritrosit dilakukan
Darah dimasukkan ke dalam dengan menggunakan bilik hitung
tabung hemoglobin dan (Improved Neubauer) yang
diusahakan agar semua darah merupakan perangkat untuk
dalam pipet masuk ke dalam penghitungan sel darah dan
tabung, ditunggu beberapa saat menghitung jenis sel serta partikel
hingga terjadi reaksi asam mikroskopis lainnya dalam suatu
hematin. Darah diencerkan volume cairan tertentu (Lingga,
dengan aquades setetes demi 2010).
setetes sambil diaduk dan Cara perhitungan jumlah eritrosit
disesuaikan dengan warna larutan adalah sebagai berikut:
yang terdapat pada blok Tetesan pertama dibuang
komparator (warna standar), dengan diserap
setelah warna sama dengan menggunakan kertas tissue
larutan standar, maka dan tetes berikutnya
pengenceran dihentikan. Tinggi digunakan. Ujung pipet
larutan dalam tabung hemoglobin eritrosit ditempelkan pada
dibaca dan dicatat. tepi gelas penutup bilik
hitung, sehingga larutan
b) Jumlah Eritrosit akan mengalir dengan
Darah yang sudah dikoleksi dalam sendirinya. Perhitungan
tabung venojeck dengan cepat dilakukan pada 80 kotak
dihisap dengan menggunakan dan dicatat jumlah eritrosit

27
29
Kadar Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit
Dimas A.P., Koen P., Silvana Tana 26 – 35

monosakarida, asam amino, vitamin, dan


Rumus perhitungan = E x 50 x 1000 = 5000 E/mm3
mineral. Air juga berfungsi sebagai
Analisis Data katalisator dalam berbagai reaksi
Rancangan percobaan dalam metabolisme di dalam sel, termasuk juga
penelitian ini merupakan percobaan non dalam saluran cerna. Fungsi lain dari air
faktorial menggunakan rancangan acak juga diperlukan untuk memecah zat gizi
lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 kompleks menjadi bentuk-bentuk yang
kali ulangan dengan 3 ekor puyuh dalam lebih sederhana.
setiap ulangan. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan ANOVA, jika Tabel 4.1. jumlah eritrosit, kadar
hemoglobin,konsumsi minum,
terdapat perbedaan nyata dilakukan uji
konsumsi pakan, dan bobot
lanjut dengan menggunakan uji jarak tubuh puyuh pada masing-
masing perlakuan
berganda Duncan (DMRT) pada taraf P1 P2 P3
P0
Parameter (1x (2x (4x
signifikasi 95% (Gomez, 1995). (Kontrol)
Dosis) Dosis) Dosis)
Jumlah Eritrosit
2.353b 1.904b 3.355a 2.751ab
(juta/mm3)
Kadar Hb
HASIL DAN PEMBAHASAN 11.3a 9.38a 12.8a 12.3a
(g/100mL)
Konsumsi
Hasil analisis data penelitian mengenai Minum 47.62a 51.43a 42.53a 40.07a
(mL/ekor/hari)
pengaruh pemberian larutan kombinasi Konsumsi Pakan
31.05a 30.33a 32.77a 31.58a
(g/ekor/hari)
mikromineral (Cu, Fe, Zn, Co) dan vitamin Bobot Tubuh
147.33a 142.00a 147.08a 143.34a
(g/ekor/minggu)
(A, B1, B12, C) dengan dosis berbeda
Keterangan: Angka yang diikuti oleh superskrip yang sama
terhadap kadar hemoglobin, jumlah dalam satu baris menunjukkan perbedaan
Hasil
tidak analisis padakepercayaan
nyata pada taraf perlakuan95% satu
eritrosit, konsumsi minum, konsumsi
P1, P2, dan P3 menunjukkan hasil berbeda
pakan, dan bobot tubuh puyuh disajikan
tidak nyata dengan kontrol P0 terhadap
pada Tabel 4.1.
Banyak faktor yang dapat
peningkatan rata-rata kadar
mempengaruhi pembentukan hemoglobin
hemoglobin. Kombinasi vitamin dan
dalam sel darah, salah satunya adalah tidak
mikromineral diberikan kepada puyuh
ada pemberian vitamin B6 dalam ransum
dengan cara dilarutkan dalam air minum
pakan maupun dalam air minum. Vitamin
karena air merupakan pelarut yang
B6 berfungsi sebagai kofaktor dalam
diperlukan agar reaksi metabolisme dalam
pembentukan hemoglobin, sehingga bila
tubuh dapat berjalan dengan baik. Almatsier
dalam ransum pakan ataupun air minum
(2009) menyatakan bahwa air berfungsi
tidak mengandung vitamin B6 di dalamnya,
sebagai pelarut zat-zat gizi berupa
hasil rata-rata yang didapat akan cenderung
26
30
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013

sama dengan kadar hemoglobin normal jumlah eritrosit yang lebih tinggi daripada
unggas pada umumnya. Kadar normal perlakuan P1 maupun kontrol.
hemoglobin ayam dan unggas lainnya Hal lain yang membuat perlakuan
berada pada kisaran 7,0-13,0 g/dl (Jain, P1 memiliki jumlah eritrosit yang lebih
1993). rendah daripada kontrol juga dapat
Hasil analisis perlakuan pada disebabkan oleh tingkatan stres pada puyuh.
jumlah eritrosit menunjukkan perbedaan Puyuh memiliki sifat yang agresif dan
nyata pada P2 terhadap kontrol dan mudah stres, hal ini akan terjadi apabila
perlakuan P1, namun pada P1 jumlah puyuh dihadapkan pada suatu perubahan
eritrosit yang dihasilkan tidak berbeda lingkungan atau dihadapkan pada faktor
nyata bahkan memiliki nilai yang lebih yang dapat memicu timbulnya stres
kecil daripada kontrol. Hal ini diduga (Fitriyanti, 2011). Ada dua faktor yang
disebabkan oleh palatabilitas pada air dapat membuat puyuh menjadi stres, yaitu
minum. Palatabilitas air minum pada P1 faktor internal dan eksternal. Faktor internal
diduga sama dengan kontrol, oleh karena dapat berupa persaingan dalam
itu nilai pada konsumsi minum puyuh mendapatkan pakan. Faktor eksternal dapat
hampir sama dengan nilai yang diperoleh dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti
pada kontrol, namun penambahan vitamin perubahan temperatur secara ekstrem dan
dan mikromineral mempengaruhi puyuh gangguan-gangguan dari makhluk hidup
menjadi lebih banyak minum pada lainnya. Beberapa indikator terjadinya stres
perlakuan P1 sehingga mikromineral dan pada puyuh dapat diamati dengan terjadinya
vitamin yang masuk dalam tubuh puyuh perubahan pada unsur hematologis,
menjadi ‘meracuni’ puyuh dan endokrinologis, metabolisme, dan tingkah
menyebabkan kadar hemoglobin dan laku (Rasyaf, 1994). Selain itu, faktor
jumlah eritrosit pada perlakuan P1 menjadi genetik juga dapat mempengaruhi
turun. Perlakuan P2 dan P3 merupakan pembentukan eritrosit pada puyuh.
larutan yang lebih pekat daripada perlakuan Pemberian perlakuan puyuh yang paling
P1, sehingga jumlah konsumsi minum optimal untuk meningkatkan jumlah
puyuh pada perlakuan P2 dan P3 lebih eritrosit adalah perlakuan dengan dua kali
sedikit daripada perlakuan P1 dan dosis (P2).
menyebabkan larutan mikromineral dan Rata-rata jumlah eritrosit pada
vitamin bekerja secara baik dalam tubuh perlakuan P2 dan P3 masih termasuk dalam
puyuh yang dibuktikan dengan jumlah eritrosit yang normal. Jain (1993)
meningkatnya kadar hemoglobin dan
31
27
Kadar Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit
Dimas A.P., Koen P., Silvana Tana 26 – 35

menyatakan bahwa kisaran jumlah eritrosit halus untuk diangkut oleh kilomikron
normal unggas yaitu 2,5-3,5 x106 /μL. melalui sistem limfe ke dalam aliran darah
Peran vitamin A dalam eritropoiesis menuju hati. Hati merupakan tempat
terkait dalam fungsinya mensintesis protein, penyimpanan vitamin A yang apabila tubuh
sehingga akan berpengaruh pada memerlukan vitamin ini, maka akan
pertumbuhan sel tulang dimana sumsum dimobilisasi dari hati dalam bentuk retinol
tulang merupakan tempat terjadinya kemudian diangkut melalui membran sel
pembentukan eritrosit. Ball (2004) untuk diikatkan kepada Cellular Retinol
menyatakan vitamin A dibutuhkan dalam Binding Protein (CRBP) untuk dibawa ke
beberapa proses esensial di dalam tubuh sel target (Almatsier, 2009).
seperti metabolisme, hematopoiesis, Peran vitamin C dalam
eritropoiesis, pengaturan diferensiasi sel pembentukan eritrosit terkait dengan fungsi
dan berperan dalam sistem imun. Salah satu vitamin C yang mempercepat penyerapan
fungsi lain dari vitamin A adalah berperan mineral Fe dari mukosa usus halus dan
dalam pembentukan sel darah merah memindahkannya ke dalam aliran darah
melalui interaksinya dengan mineral Fe, menuju sumsum tulang yang selanjutnya
sehingga mencegah terjadinya anemia. digunakan untuk membentuk hemoglobin.
Vitamin A sebagian besar terdapat Almatsier (2009) menyatakan bahwa
pada makanan dalam bentuk ester retinil vitamin C berperan untuk mereduksi ion
yang kemudian bersama karotenoid feri menjadi ion fero dalam usus halus
bercampur dengan lipida lain di lambung. (duodenum), sehingga dapat lebih mudah
Ester retinil dalam mukosa usus halus diserap. Absorbsi terutama terjadi di bagian
dihidrolisis oleh pankreas esterase menjadi atas usus halus dengan bantuan alat angkut
retinol yang lebih mudah diserap daripada protein khusus, yaitu transferin dan feritin.
ester retinil. Karotenoid (β-karoten) dalam Mineral Fe dalam bentuk feritin akan
mukosa usus halus kemudian dipecah mengendap pada pH 7 di dalam usus halus,
menjadi retinol. Penyerapan β-karoten ini kecuali dalam bentuk terlarut seperti ion
juga bergantung dari adanya substansi lain fero.
pada usus halus (Almatsier,2009). Retinol Penambahan mikromineral Cu juga
dalam mukosa usus halus bereaksi dengan dapat mempengaruhi penyerapan Fe dalam
asam lemak dan membentuk ester, tubuh. Linder (1992) menyatakan bahwa
kemudian dengan bantuan cairan empedu unsur Cu mungkin memegang peranan
berdifusi ke dalam sel-sel vili dinding usus dalam memungkinkan aliran Fe dari tempat

26
32
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013

penyimpanannya menuju ke transferin tulang. Sel eritrosit yang sudah matang ini
untuk diangkut ke sumsum tulang dan kemudian dilepas ke pembuluh darah untuk
2+
tempat lainnya. Ion Fe yang diedarkan ke seluruh tubuh. Almatsier
meninggalkan feritin sebagai tempat (2009) menyatakan bahwa vitamin B12
penyimpanan harus beroksidasi menjadi ion berperan untuk mengubah folat menjadi
Fe3+ supaya dapat dengan mudah melekat bentuk aktif, sehingga mampu menjalankan
pada transferin. fungsi fisiologisnya di dalam sel.
Sebagian transferin darah akan Kekurangan vitamin B12 juga akan
membawa Fe ke sumsum tulang dan bagian menyebabkan gangguan pada sintesis DNA,
tubuh lain. Mineral Fe di dalam sumsum sehingga pembelahan sel akan terganggu,
tulang digunakan untuk membentuk terutama untuk sel-sel yang mudah
hemoglobin yang merupakan bagian dari membelah. Sel akan membesar
sel darah merah dan sisanya dibawa ke (megaloblastosis) terutama prekursor
jaringan tubuh yang membutuhkan. eritrosit dalam sumsum tulang.
Kelebihan mineral Fe kemudian disimpan Megaloblastosis akan menyebabkan anemia
sebagai protein feritin dan hemosiderin di megaloblastik dan gangguan saluran
dalam hati (30%), sumsum tulang belakang pencernaan berupa gangguan absorpsi dan
(30%) dan selebihnya di dalam limpa dan rasa lemah. Absorpsi vitamin B12 akan
otot. Absorbsi mineral Fe dalam bentuk menurun seiring dengan meningkatnya
nonhem juga dapat meningkat 4 kali lipat umur dan defisiensi unsur Fe (Almatsier,
bila terdapat vitamin C (Almatsier, 2009). 2009).
Vitamin C juga merupakan salah Penambahan mineral Co diduga
satu antioksidan yang memiliki peranan mempunyai pengaruh stimulan terhadap
untuk menjaga dan memelihara keutuhan eritropoiesis (Linder, 1992). Vitamin B12
membran eritrosit. Hal ini dilaporkan oleh mengandung 4% unsur Co sebagai bagian
Adenkola et al. (2010) bahwa membran esensial dari vitamin tersebut (Arifin,
eritrosit kaya akan asam lemak tak jenuh 2008). Mikroflora yang terdapat dalam
yang rentan terhadap terjadinya peroksidasi sistem pencernaan puyuh tidak dapat
lipid, sehingga menyebabkan mengubah unsur mikro mineral Co yang
ketidakstabilan membran yang kemudian merupakan unsur mineral esensial yang
akan membuat sel menjadi lisis. baik untuk tubuh. Oleh sebab itu puyuh
Vitamin B12 diperlukan untuk perlu mendapatkan suplementasi vitamin
pematangan eritrosit yang berperan dalam B12 yang cukup untuk melakukan kegiatan
proses metabolisme sel di dalam sumsum
33
27
Kadar Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit
Dimas A.P., Koen P., Silvana Tana 26 – 35

fisiologisnya di dalam tubuh, yang rusak dan merupakan radikal bebas. Adanya
termasuk juga pembentukan eritrosit. penambahan dosis Zn dan Cu pada
Jumlah eritrosit yang meningkat perlakuan P2 diduga dapat menjaga
pada perlakuan P2 juga dapat disebabkan keutuhan sel eritrosit dari rusaknya
oleh kemampuan bertahan sel yang lebih membran akibat radikal bebas, sehingga
lama dalam sirkulasinya. Jain (1993) masa hidup eritrosit tetap terjaga, sementara
menungkapkan bahwa kerusakan bentuk proses pembentukan eritrosit (eritropoiesis)
dari membran eritrosit dapat mempengaruhi tetap berlangsung.
masa hidup eritrosit. Membran eritrosit Bobot tubuh dalam penelitian ini
memiliki dua lapisan fosfolipid (bilayer) masih berada dalam kisaran bobot tubuh
dengan molekul kolesterol tidak yang normal. Hal ini sesuai dengan
teresterifikasi yang berada di rantai asam pernyataan Sholehuddin (2011) bahwa
lemak. Membran juga terdiri atas protein bobot tubuh rata-rata seekor puyuh betina
membran integral yang masuk ke dalam adalah sekitar 143-147 g. Data bobot
bagian lemak dan mempertahankan bilayer tersebut dapat diartikan bahwa substrat
serta protein skeletal yang membentuk atau pakan yang diberikan masih berada dalam
menempel pada permukaan dalam bilayer kisaran normal untuk memenuhi kebutuhan
(Meyer dan Harvey, 2004). Mikromineral metabolisme tubuh hewan uji.
Zn memiliki peran langsung terhadap
konformasi protein membran serta interaksi KESIMPULAN
antar protein dalam membran sel. Hasil penelitian menunjukkan
Mikromineral Zn juga menstabilkan peningkatan nilai pengaruh pemberian
membran dengan menyokong hubungan larutan kombinasi mikro mineral (Cu, Fe,
antara skeletal membran dengan protein Zn, Co) dan vitamin (A, B1, B12, C) pada
sitoskeletal. Zn juga berperan sebagai salah dosis dua kali dari dosis normal dalam air
satu nutrisi antioksidan, yang berfungsi minum pada jumlah eritrosit. Berdasarkan
untuk membuang radikal bebas pada hal tersebut, pemberian larutan
plasma membran (Gropper et al., 2005). mikromineral dan vitamin memiliki potensi
Linder (1992) menyatakan bahwa sebagai suplemen tambahan untuk
mikromineral Zn dan Cu bekerja bersama memperbaiki manajemen air minum.
pada suatu enzim yang bernama dismutase
superoksida yang terlibat dalam
pembuangan anion-anion superoksida yang

26
34
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013

DAFTAR PUSTAKA Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler.


Kanisius. Yogyakarta.
Adenkola, A.Y., Kaankuka, F.G., Ikyume, Sholehudin. 2011. Mengenal Puyuh.
T.T., Ichaver, I.F., and Yaakugh,
http//www.forumternak.com/t45-
I.D.I. 2010. Asorbic Acid Effect on
Erythrocyte Osmotic Fragility, mengenal-puyuh.
Hematological Parameters and Widodo, W. 2002. Nutrisi dan Pakan
Performance of Weaned Rabbits at Unggas Kontekstual. Departemen
The End of rainy Season in Pendidikan Nasional. Jakarta.
Makurdi, Nigeria. Journal of
Animal and Plant Sciences 1 (9):
1077-1085
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Gramedia. Jakarta
Ball, G.F.M. 2004. Vitamins: Their Role in
The Human Body. Blackwell
Publishing. London.
Fitriyanti, S.A. 2011. Jumlah Eritrosit dan
Kadar Hemoglobin Puyuh
(Coturnix-coturnix japonica L.)
Setelah Pemberian Larutan Vitamin
A, B12, C dan Kombinasi Ketiganya
Sebagai Drinking Water. Skripsi.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan
Fisiologi Ternak . Edisi keempat.
UGM Press. Yogyakarta.
Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk
Penelitian Pertanian Edisi Kedua.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Gropper, S.S, Smith, J.L, and Groff, J.L.
2005. Advanced Nutrition and
Human Metabolism. Fourth edition.
Wardsworth. USA.
Jain N.C. 1993. Essential of Veterinary
Hematology. Lea & Febiger .
Philadelphia
Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan
Metabolisme. UI Press. Jakarta.
Lingga, N. 2010. Hemositometer.
http://www.scribd.com/doc/410157
59/ Hemositometer. 24 Maret 2011
Meyer, D.J. and Harvey, J.W. 2004.
Veterinary Labortatory Medicine
Interpretation&Diagnosis. Third
Edition. Saunders. USA

35
27

You might also like