You are on page 1of 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt karena atas berkat rahmat dan hidayah-

Nyalah sehingga saya dapat menyelasaikan tugas makalah remedial dari mata kuliah

Ekonomi Manjerial yang berjudul Analisis Biaya ini, walaupun masih jauh dari kata

sempurna.

Makalah Analisis Biaya ini terwujud tidak hanya dari kerja keras saya sendiri, tetapi

juga dukungan dari dosen pembimbing yang telah mengarahkan serta membimbing dalam

proses perkuliahan ini.

Tak lupa pula, saya haturkan terima kasih kepada ibu Dra. Erlina pakki, MA yang

telah membimbing kami. Makalah ini tidak lepas dari kekurangan, sehingga kami sangat

membutuhkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan terhadap makalah kami ini.

Wassalam

Makassar, 22 November 2010

1
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam melakukan kegiatan operasional sebuah perusahaan terdapat persaingan yang

cukup tinggi. Untuk itu manajer suatu perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaan

yang dipimpinnya sebaik mungkin. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah tujuan

utama yang hendak dicapai oleh perusahaan. Berhasil tidaknya suatu perusahaan ditentukan

oleh kemampuan manajer dalam mengelola perusahaan yang dipimpinnya tersebut. Ukuran

keberhasilan manajer dalam memimpin sebuah perusahaan dapat dilihat dari laba yang

dihasilkan selama periode tertentu. Manajer juga dituntut untuk dapat melihat kemungkinan-

kemungkinan yang akan terjadi maupun kesempatan-kesempatan atau peluang-peluang yang

ada dimasa yang akan datang, jangka pendek maupun jangka panjang. Tugas manajemen

adalah merencanakan masa depan perusahaan agar sedapat mungkin semua kemungkinan dan

kesempatan dapat direncanakan bagaimana menghadapinya.

Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar

kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Besar kecilnya laba

perusahaan akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan.

Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba adalah harga jual, biaya dan volume

penjualan. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan, dan memegang peranan yang sangat

penting dalam mengambil keputusan dan perumusan kebijakan perusahaan masa yang akan

datang. Pengaruh perubahan salah satu faktor tersebut terhadap laba yang akan dicapai tidak

tampak dalam suatu program budget, karena budget biasanya hanya merencanakan laba untuk

suatu kapasitas kegiatan tertentu. Penggunanaan budget ini akan bermanfaat bagi manajemen

apabila disertai dengan tekhnik-tekhnik analisis yang memadai, misalnya dengan analisis

2
break even. Untuk analisis break even, perlu diadakan perhitungan terhadap komponen-

komponen biaya tetap, biaya variabel dan harga dari produki tersebut.

Analisis break even point adalah suatu kegiatan dimana perusahaan dalam kondisi tidak

mendapat laba maupun menderita rugi. Laba merupakan selisih antara penjualan dan biaya-

biaya.

Dalam mengelola perusahaan sehari-hari manajer sering dihadapkan pada berbagai

masalah pengambilan keputusan. Semua bentuk pengambilan keputusan untuk merencanakan

operasinya dengan baik atau bahkan tidak meneruskan operasinya. Salah satu faktor penting

yang dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan tersebut adalah faktor biaya yang

selama satu periode kerja adalah tetap jumlahnya, dan tidak mengalami perubahan. Biaya

variabel merupakan biaya yang dipengaruhi oleh perubahan volume produksi atau penjualan.

Biaya yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen disebut sebagai

biaya relevan. Biaya relevan (relevant cost) adalah biaya yang terjadi dimasa yang akan

datang dan berbeda diantara alternatif yang sedang dipertimbangkan didalam suatu

keputusan.

Jadi sangat penting bagi seorang manajer untuk mengetahui break even perusahaan

yang dipimpinnya. Dengan mengetahui break even (titik impas) manajer perusahaan juga

dapat menargetkan atau merencanakan jumlah penjualan produk agar memperoleh

keuntungan tertentu. Selain itu break even juga dapat digunakan untuk melihat seberapa

jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi dan juga untuk

mengetahui mana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap

keuntungan yang diperoleh.

3
BAB II

PEMBAHASAN

BIAYA

Uang yang dikeluarkan untuk melakukan proses produksi-distribusi dan merupakan

pengorbanan serta mengurangi profit perusahaan.

ANALISIS BIAYA

Analisis biaya, volume dan laba adalah analisis yang berkaitan dengan penentuan

volume penjualan dan komposisi produk untuk mencapai laba yang optimal yang diinginkan.

Analisis biaya, volume dan laba menghendaki adanya pemisahan biaya berdasarkan

perilakunya. Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan harus digolongkan sesuai perilaku

biaya dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan atau aktifitas perusahaan.

TUJUAN ANALISIS BIAYA

 Untuk mengendalikan biaya

 Untuk menentukan keputusan strategi harga

 Untuk merencanakan laba

 Untuk menghitung laba/rugi

TRADISIONAL COSTING

Tradisional costing → volume based costing (jumlah unit, jam, dst).

o Efektif jika: material dan direct cost dominan, teknologi relative stabil, ragam produk

terbatas.

4
o Perkembangan menunjukkan banyak resource harus dikeluarkan untuk kegiatan yang

tidak berkaitan dengan jumlah produksi (set up cost, mat handling cost, dst).

KLASIFIKASI BIAYA

 Natural classification

 Manufacturing Cost (production cost : factory cost)

 Direct Materials (bahan langsung)

 Direct Labour (Buruh langsung)

 Factory Overhead (biaya pabrik tak langsung)

 Bahan tak langsung lainnya

 Buruh/Pegawai tak langsung

 Biaya-biaya tak langsung lainnya

 Commercial Expenses

 Marketing Expenses

 Administrative expense

 Dikaitkan dengan hubungannya pada produk (Direct Materials : Direct Labour ;

Factory overhead)

 Dikaitkan dengan perioda akuntansi (Biaya Investasi dan biaya operasi)

 Dikaitkan dengan sifat perubahannya terhadap jumlah produksi (Fixed Cost &

Variable Cost)

 Dikaitkan dengan bagian/bagian atau departemen di perusahaan

(Departementalization for product costing)

 Producing Department

 Service Departement

 Dikaitkan dengan kebutuhan untuk planning & Control (Budget & Standard Cost)

5
Dikaitkan dengan kebutuhan analisis (Analytical Processes):

o Diferential & Out of pocket cost

o Opportunity Cost & Sunk Cost

KLASIFIKASI BIAYA

Laba

Biaya lain-lain
Biaya administrasi

Biaya pemasaran

Ongkos tak langsung (Overhead cost)

Ongkos bahan langsung

Ongkos pekerja langsung

KLASIFIKASI BERDASAR FIXED & VARIABLE

 Variable Cost

 Berbanding lurus dengan volume produksi.

 Variable cost / unit relative constant.

 Mudah dialokasikan ke bagian-bagian operasi dan akurat.

 Pengendalian terhadap besar kecilnya biaya variabel terutama tercetak pada pimpinan

bagian ybs/supervisor.
6
Contoh : bahan langsung, buruh langsung, bahan-bahan pembantu (supplies) BBM,

Listrik, Tools, Receiving Cost, Royalities, Telpon, Lembur, dst.

 Fixed Cost

 Relatif Tetap untuk suatu “Range” Output produksi tertentu.

 Fixed cost / unit akan naik jika jumlah produksi berkurang.

 Pembebanannya dilakukan dengan metoda alokasi biaya tertentu atau berdasar

keputusan manajerial.

 Pengendaliannya menjadi tanggung jawab top manajer bukan pada pimpinan /

supervisor bagian ybs.

Contoh: gaji eksekutif & karyawan, Depresiasi, Amortisasi Patent, Perawatan gedung

& mesin, Asuransi, sewa gedung, dst.

TITIK IMPAS (BREAK EVEN POINT = BEP)

Break even atau titik impas sampai saat ini belum bisa diterjemahkan kedalam bahasa

Indonesia secara pasti. Hal ini dikarenakan belum adanya kesepakatan tentang pengertian

break even oleh pakar. Masih adanya perbedaan-perbedaan tentang pengertian break even ini.

Berikut ini beberapa definisi break even menurut pakar-pakar ekonomi dalam

literaturnya.

Menurut L.M Samryn (2001:168) dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi

Manajerial” Analisis break even adalah:

“ Titik Impas adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagi titik

dimana total margin kontribusi sama dengan total biaya tetap”.

7
Menurut Charles T. Horngren, Srikant M Datar, dan Gorge Foster (2003:75)

mendefinisikan break even dalam buku terjemahan “Akuntansi Biaya: Penekanan

Manajerial” sebagai berikut:

“ Titik impas (break even point) adalah volume penjualan dimana pendapatan dan jumlah

bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi bersih”.

Menurut Hansen dan Mowen (2005:274) dalam buku terjemahan “Management

Accounting” break even point adalah:

“ Break even point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana

laba sama dengan nol”.

Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa analisis break even point

adalah suatu cara atau alat atau tekhnik yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan

produksi (usaha) dimana dari volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba

dan juga tidak menderita rugi.

Dengan mengetahui titik impasnya (Break Even Point), manajer suatu perusahaan dapat

mengindikasikan tingkat penjualan yang disyaratkan agar terhindar dari kerugian, dan

diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk masa yang akan datang.

Dengan mengetahui titik impas ini, manajer juga dapat mengetahui sasaran volume penjualan

minimal yang harus diraih oleh perusahaan yang dipimpinnya.

Asumsi-asumsi dalam Analisis Break Even:

Ada beberapa asumsi dalam analisis break even yang tercermin dalam anggaran

perusahaan masa yang akan datang. Menurut Henry Simamora (1999:160) dalam bukunya

“Akuntansi Manajemen” asumsi-asumsi penting tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

8
1. Seluruh jenis biaya dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap atau biaya variabel.

Apabila ada biaya campuran, maka biaya tersebut harus dipisahkan menjadi biaya

tetap dan biaya variabel.

2. Fungsi biaya total terbentuk garis lurus. Sudah pasti asumsi ini menganggap hanya

benar apabila perusahaan berproduksi dalam kisar relevan (relevant range).

3. Fungsi pendapatan total juga berbentuk garis lurus. Garis ini diharapkan bahwa harga

jual per unit adalah konstan untuk seluruh volume penjualan yang mungkin.

4. Analisis terbatas pada satu jenis produk. Apabila perusahaan menjual lebih dari satu

produk maka dianggap bahwa kombinasi penjualan adalah konstan.

5. Persediaan awal sama dengan persediaan akhir. Asumsi ini berarti bahwa seluruh

pengeluaran ditahun tertentu untuk memperoleh atau memproduksi barang dilaporkan

sebagai biaya yang ditandingkan dengan pendapatan di laporan rugi-laba tahun

tersebut.

Penggolongan Biaya

Pada umumnya pola perilaku biaya diartikan sebagai hubungan antara total biaya dengan

perubahan volume kegiatan. Berdasarkan perlakuannya dalam hubungannya dengan volume

kegiatan, menurut Mulyadi (1991:507) dalam bukunya “Akuntansi Biaya” biaya dapat

menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Biaya Tetap

Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar perubahan volume kegiatan

tertentu. Biaya tetap per satuan berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan.

Biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan

kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu. Besar biaya tetap

9
dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, tekhnologi dan metode serta

strategi manajemen. Contoh biaya tetap diantaranya; depresiasi, bunga, gaji, sewa.

2. Biaya Variabel

Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume

kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap, semakin besar volume kegiatan

semakin besar pula biaya totalnya, sebaliknya semakin kecil biaya volume kegiatan,

semakin kecil pula biaya totalnya). Biaya bahan baku merupakan contoh biaya

variabel yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi. Ada jenis biaya

variabel yang perilakunya bertingkat (step like behavior) yang mempunyai perilaku

sebagai step variable cost. Contoh biaya variabel cost; material, upah buruh.

3. Biaya Semi Variabel

Adalah biaya yang memiliki unsur biaya tetap dan biaya variabel didalamnya.

Unsur biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk penyediaan jasa,

sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang

dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Contoh biaya semi variabel; selling

expenses, administrasi dan umum, biaya perawatan dan perbaikan.

Cara Menghitung Tingkat Break Even

Analisis break even adalah analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat keseimbangan

antara biaya, volume dan penjualan agar perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.

Alat analisis yang dapat digunakan dalam mencari tingkat break even adalah:

1. Mathematical Aprroach

a. Perhitungan break even atas dasar unit dapat dilakukan dengan menghitung

rumus:
𝐹𝐶
BEP (Q) = 𝑃−𝑉

10
Dimana:

BEP (Q) = Break even point atas dasar unit

FC = Biaya Tetap

P = Harga jual per unit

V = Biaya variabel per unit

Contoh :

Sebuah perusahaan berproduksi dengan biaya tetap Rp 600.000,00 biaya variabel per

unit Rp 80,00 harga jual per unit Rp 160,00 kapasitas produksi maksimal 16.000 unit.

Pemecahan :
𝑅𝑝 600.000
BEP (dalam unit) = 𝑅𝑝 160−𝑅𝑝 80 = 7.500 unit

b. Perhitungan brek even atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:


𝐹𝐶
BEP (Rp) = 𝑉𝐶

Dimana:

BEP (Rp) = Break even point atas dasar rupiah

FC = Biaya Tetap

VC = Biaya variabel per unit

S = Volume penjualan

Contoh :

Perhitungan sales dari soal tersebut adalah

BEP (Rp) = Rp 600.000

11
𝑅𝑝 80 𝑥 16.000
1- 𝑅𝑝 160 𝑥 16.000

𝑅𝑝 600.000
= = Rp 1.200.000,00
1−0,5

2. Graphical Approach
Secara grafik titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue

dan garis total cost.

Perencanaan Laba

Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal mungkin, dengan

pengeluaran biaya sekecil mungkin. Untuk mencapai laba yang direncanakan, perusahaan

perlu merencanakan berapa tingkat laba yang akan dicapai oleh penjualan produknya. Hal ini

perlu dilakukan untuk mengetahui agar perusahaan bisa mengambil keputusan tentang

perencanaan laba. Untuk mengambil keputusan tentang perencanaan laba maka rumus yang

dapat digunakan adalah:

Penjualan = FC + Keuntungan
𝑉𝐶
1- 𝑆

Contoh:

Dengan menggunakan data pada contoh yang diatas untuk menaikkan laba yang

direncanakan sebesar 20% dari profit margin, maka :

Penjualan = FC + Keuntungan
𝑉𝐶
1- 𝑆

= Rp 600.000 + 20%
𝑅𝑝 80 𝑥 16.000
1- 𝑅𝑝 160 𝑥 16.000

𝑅𝑝 600.000+120.000
= 1−0,5

= Rp 1.440.000

12
Tingkat Keamanan ( Margin Of Safety)

Dalam mengevaluasi risiko dalam pengoperasian suatu usaha, para manajer dapat

memakai beberapa indikator. Salah satu indikator yang paling penting adalah margin

pengamanan penjualan. Margin pengamanan penjualan adalah kelebihan penjualan yang

dianggarkan atas volume penjualan impas. Dengan ini maka perusahaan dapat menentukan

seberapa banyak penjualan boleh diturunkan agar perusahaan tidak menderita kerugian.

Rumus yang digunakan adalah :

Marjin Pengamanan Penjualan = Total Penjualan - Penjualan Impas

Dimana:

 Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode

tertentu.

 Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini

perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.

Contoh:

Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp.600.000,00 biaya variabel per unit

Rp 80,00 harga jual per unit Rp 160,00 kapasitas produksi maksimal 16.000 unit dan

kenaikan laba yang direncanakan sebesar 20% maka margin pengamanan penjualannya

sebesar:

MOS = (160 x 16.000) – ( Rp 1.200.000)

= Rp 2.560.000 – Rp 1.200.000

= Rp 1.360.000

Sedangkan jika dinyatakan dalam prosentase, maka :

13
Prosentase Pengamanan Penjualan = Margin Pengamanan Penjualan Dalam Rupaiah

Penjualan

= Rp 2.560.000 – Rp 1.200.000

Rp 160 x 160.000 Unit

= Rp 1.360.000

Rp 2.560.000

= 523,1 %

14
BAB III

KESIMPULAN

Analisis biaya, volume dan laba adalah analisis yang berkaitan dengan penentuan

volume penjualan dan komposisi produk untuk mencapai laba yang optimal yang diinginkan.

Analisis biaya, volume dan laba menghendaki adanya pemisahan biaya berdasarkan

perilakunya. Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan harus digolongkan sesuai perilaku

biaya dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan atau aktifitas perusahaan.

TUJUAN ANALISIS BIAYA

 Untuk mengendalikan biaya

 Untuk menentukan keputusan strategi harga

 Untuk merencanakan laba

 Untuk menghitung laba/rugi

Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar

kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Besar kecilnya laba

perusahaan akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan.

Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba adalah harga jual, biaya dan volume

penjualan. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan, dan memegang peranan yang sangat

penting dalam mengambil keputusan dan perumusan kebijakan perusahaan masa yang akan

datang. Pengaruh perubahan salah satu faktor tersebut terhadap laba yang akan dicapai tidak

tampak dalam suatu program budget, karena budget biasanya hanya merencanakan laba untuk

suatu kapasitas kegiatan tertentu.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hansen. Don R, Mowen. Maryanne M, 2007, Accounting Managerial, 8th ed, by Change

Learning Asia Pte Ltd.

Brigham. Eugene F, Houston. Joel F, 2004, Fundamentals of Financial Management, 10th

Edition, by South-Western.

16

You might also like