You are on page 1of 7

2.

Landasan Teori

A. Asuransi Pertanian
Asuransi pertanian merupakan pengalihan risiko yang dapat memberikan
ganti rugi akibat kerugian usahatani sehingga keberlangsungan usahatani dapat
terjamin. Asuransi usahatani padi memberikan jaminan terhadap kerusakan
tanaman akibat banjir, kekeringan, serta serangan hama dan penyakit tumbuhan
atau organisme penganggu tumbuhan (OPT), sehingga petani akan memperoleh
ganti rugi sebagai modal kerja untuk keberlangusan usahataninya. Menurut
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang
asuransi pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor: 02/Kpts/SR.220/B/01/2016, Asuransi Usahatani Padi (AUTP) adalah
perjanjian antara petani dan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri
dalam pertanggungan risiko Usahatani Padi.
Asuransi pertanian merupakan salah satu program pembangunan
pertanian ditengah tekaan perubahan iklim global dan fluktuasi harga komoditas
pertanian dunia. Asuransi pertanian diajukan sebagai salah satu bentuk kebijakan
untuk meningkatkan pendapatan petani dan dapat mengurangi ketergantungan
terhadap impor pangan. Sumber pembiayaan pelaksanaan AUTP dapat berasal
dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD).
B. Tujuan dan Manfaat AUTP
Direktorat jenderal prasarana dan sarana pertanian kementerian pertanian
republik indonesia, 2017 menjelaskan bahwa Tujuan penyelenggaraan asuransi
usahatani padi adalah untuk memberikan perlindungan dalam bentuk bantuan
modal kerja kepada petani yang gagal panen, disamping itu asuransi bertujuan
untuk membagi kerugian akibat risiko yang muncul. Manfaat yang didapat petani
melalui AUTP yakni, memperolah ganti rugi keunagan yang dapat digunakan
sebagai modal kerja usahatani untuk pertanaman berikutnya, meingkatkan
aksesibilitas petani terhadap sumber-sumber pembiayaan serta mending petani
untuk menggunakan input produksi sesuai anjuran usahatani yang baik.

Harga pertanggungan atau nominal klaim ditetapkan sebesar Rp


6.000.000,- per hektar per musim tanam. Biaya untuk mendapatkan perlindungan
asuransi atau premi dikenakan sebesar Rp 180.000,-/ha. Nominal tersebut belum
termasuk bantuan premi dari pemerintah sebesar Rp 144.000,-/ha atau jika
dijumlahkan, petani hanya membayar premi sebesar Rp 36.000,-/ha. Apabila luas
lahan kurang dari satu hekatr maka besarnya premi dihitung secara proporsional.
Lokasi AUTP dilaksanakan pada sawah irigasi (irigasi teknis, irigasi
setengah teknis, irigasi desa/sederhana, dan lahan rawa pasang surut/lebak yang
telah memiliki sistem tata air yang berfungsi) dan lahan sawah tadah hujan yang
tersedia sumber-sumber air (air permukaan dan air tanah), diprioritaskan pada
wilayah sentra produksi padi dan atau wilayah penyelenggaraan Upsus padi serta
lokasi terletak dalam satu hamparan.

C. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan menurut G. R. Tery (2000) diartikan sebagai
pemilihan yang dilandasi oleh kriteria tertentu dengan dua atau lebih alternatif
yang memungkinkan.
Terdapat lima faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut
Arroba (1998), yakni:
a. Informasi yang diketahui terkait masalah yang dihadapi
b. Tingkat pendidikan
c. Kepribadian
d. Pengalaman
e. Budaya
Pendapat lain datang dari Kotler (2003) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan, antara lain:
a. Faktor budaya, meliputi peran budaya, sub budaya dan kelas sosial
b. Faktor sosial, meliputi kelompok acuan, keluarga, peran dan status
c. Faktor pribadi, diantaranya usia, siklus hidup, pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.
d. Faktor psikologis berupa motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan
pendirian.
Selain faktor diatas, terdapat faktor lingkungan yang di kemukakan oleh
Engel, Blackwell dan Minard (1994) yakni lingkungan sosial dan lingkungan
keluarga.

Maksud, Tujuan dan Sasaran


Maksud penyelanggaaraan AUTP ini adalah untuk melindungi kerugian
nilai ekonomi usahatani padi akibat gagal panen, sehingga petani memiliki
modal kerja untuk pertanaman berikutnya.
Tujuan penyelenggaraan AUTP adalah untuk:

a. Memberikan perlindungan kepada petani jika terjadi gagal panen


sebagai akibat risiko banjir, kekeringan, dan serangan OPT.
b. Mengalihkan kerugian akibat risiko banjir, kekeringan, dan serangan
OPT kepada pihak lain melalui pertanggungan asuransi.
Sasaran penyelenggaraan asuransi usahatani padi adalah:

a. Terlindunginya petani dari kerugian karena


memperoleh ganti rugi jika terjadi gagal panen
sebagai akibat risiko banjir, kekeringan, dan atau
serangan OPT.
b. Teralihkannya kerugian petani akibat risiko banjir,
kekeringan, dan atau serangan OPT kepada pihak
lain melalui skema pertanggungan asuransi.
Manfaat yang dapat diberikan petani melalui AUTP adalah:

a. Memperoleh ganti rugi keuangan yang akan


digunakan sebagai modal kerja usahatani untuk
pertanaman berikutnya.
b. Meningkatkan aksesibilitas petani terhadap sumber-
sumber pembiayaan.
c. Mendorong petani untuk menggunakan input
produksi sesuai anjuran usahatani yang baik.
Indikator yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan kegiatan ini adalah:

a. Petani membayar premi asuransi.


b. Bantuan premi diberikan kepada petani dengan
mengikuti prosedur penyaluran bantuan sesuai
dengan Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Premi
Asuransi Usahatani Padi.
c. Petani mendapat perlindungan asuransi bila mengalami
gagal panen.
c.

D. Teori Perilaku Konsumen

Konsumen sebagai pengambil keputusan perilakunya sangat dibatasi oleh


beberapa faktor seperti harga produk dan pendapatan. Keterbatasan dana
menuntut konsumen untuk berhati-hati dalam mengalokasikan dana untuk
berbagai barang kebutuhan, agar dapat memperoleh barang yang memiliki
utilitas tinggi sesuai dengan kebutuhan. Utilitas itu sendiri adalah kemampuan
suatu barang dalam memenuhi kebutuhan manusia (Murni dan Amaliawiati,
2012).
Konsep utilitas berkaitan erat dengan perilaku konsumen dikarenakan
konsumen selalu bertindak rasional dalam memilih barang. Kaitan erat tersebut
menyebabkan teori utilitas sering digunakan untuk menganalisis perilaku
konsumen (Murni dan Amaliawiati, 2012).
Terdapat dua pendekatan untuk menaganalisis perilaku konsumen, yaitu
pendekatan kardinal dan ordinal (Salvatore, 2008).
Pendekatan Kardinal
Terdapat dua konsep utilitas yang dapat diukur menurut Case dan Fair
(2011) yaitu:
1. Total Utility (TU), yaitu jumlah keseluruhan kepuasan (utilitas) yang
diperoleh konsumen dalam mengonsumi sejumlah barang tertentu. Hukum
yang berlaku untuk TU disebut increasing total utility. Hukum tersebut
menyebutkan bahwa semakin banyak barang yang dikonsumsi per-satuan
waktu, semakin besar jumlah nilai guna (TU) yang diperoleh, sampai pada
satu titik tertentu (titik kepasan maksimum). Setelah titik ini tercapai
penambahan jumlah barang yang dikonsumsi akan menimbulkan Total
Utility yang menurun.
2. Marginal Utility (MU), yaitu pertambahan nilai guna (kepuasan) yang
diperoleh sebagai akibat dari pertambahan satu unit barang yang
dikonsumsi. Hukum yang berlaku dalam konsep MU disebut the Law of
Diminishing Marginal Utility, yaitu semakin banyak sesuatu barang yang
dikonsumsi pertambahan nilai guna (kepuasan) yang diperoleh dari setiap
pertambahan 1 unit barang yang dikonsumsi akan menurun.

Gambar 2.1 Kurva Utilitas

Sumber: Teori Mikroekonomi, Salvatore, 2010


Pendekatan Ordinal
Untuk memahami perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal dapat
dipelajari menggunakan dua konsep yakni, konsep kurva kepuasan sama
(Indifference Cuve) dan garis anggaran (Budget Line).
1. Kurva kepuasan sama (Indifference Curve) adalah suatu garis yang
menghubungkan titik-titik kombinasi dari dua macam barang
konsumsi yang dapat memberikan kepuasan sama.
2. Garis anggaran (Budget Line) merupakan suatu garis anggaran
pengeluaran yang memperhatikan hubungan berbagai titik
kombinasi dari dua macam barang yang di konsumsi dengan batas
anggaran tertentu yang sama.

Grafik 2.2 Indefference Curve


Sumber: Teori Mikroekonomi, Salvatore, 2010
E. Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2012) sebagai


suatu sikap konsumen terhadap satu pilihan merek produk yang terbentuk
melalui evaluasii atas berbagai macam merek dalam berbaga pilihan yang
tersedia. Selain itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, preferensi dapat
juga sebagai kecenderungan terhadap sesuatu hal atau pilihan yang lebih di
senangi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa preferensi adalah suatu
pilihan yang diambil dan dipilih oleh konsumen dari berbagai pilihan yang
tersedia.

F. Circular Cumulative Causation

Prinsip circular cumulative causation dilatar belakangi oleh perubahan


pada suatu lembaga akan mempengaruhi lembaga lainnya/ timbal balik,
perubahan ini bersifat melingkar dan berlangsung secara terus menerus. Prinsip
CCC ini jika digunakan secara kuantitaif, dapat digunakan untuk melihat
keterkaitan antar variabel dan interaksi antar variabel tersebut. Keterkaitan antar
variabel dapat dianalisis dan diterapkan sebagai perencanaan ekonomi bagi
institusi tertentu.

Keterkaitan prinsip CCC dengan penelitian ini dapat dilihat dari hubungan
antar variabel-variabel independen yakni usia, pendidikan, pendapatan, status
kepemilikan lahan, risiko dan harga premi yang dapat berakibat pada keputusan
partisipasipetani dalam membeli asuransi pertanian di Kabupaten Karawang.
Kotler, Philip, 2003. Manajemen Pemasaran,. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia
Murni Asfia. Dan Amaliawiati Lia. 2012. Ekonomika Mikro. Replika Aditama:
Bandung.

Arroba, T. 1998. Decision Making by Chinese-US. Journal of Social Psychology.


38. 102-116.
Terry, George R. 2000. Principles of Management Alih Bahasa Winardi. Penerbit
Alumni, Bandung
Salvatore, Dominick 2008. Microeconomics: Theory and applications, 5th edition.
Engel, Blackwell, dan Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Karl E Case, Ray C Fair, dan Sharon C Oster. 2011. Principles of
Microeconomics. 10th edition. The Pearson Series Economics.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management 13rd. New
Jersey: Pearson Prentice Hall, Inc.

You might also like