You are on page 1of 4

ANTAGONISME OBAT

Antagonis adalah senyawa yang menurunkan atau mencegah sama sekali efek agonis (Mutscler,1991).

1. Antagonisme pada reseptor / reseptor, yaitu antagonisme malalui sistem reseptor yang sama
(antagonisme antara agonis dengan antagonismenya). Misalnya, efek histamin yang dilepaskan dalam
reaksi alergi dapat dicegah dengan pemberian antihistamin yang menduduki reseptor yang sama.

Antagonisme pada reseptor dapat bersifat kompetitif dan nonkompetitif :

1a. Antagonis Kompetitif

Antagonis Kompetitif, seperti halnya agonis, berkaitan dengan reseptor tertentu. Senyawa ini memiliki
afinitas terhadap reseptor. Akan tetapi berbeda dengan agonis, senyawa ini tidak mampu menimbulkan
efek : senyawa ini tidak menunjukkan aktivitas intrinsik. Karena agonis dan antagonis kompetitif bersaing
pada reseptor yang sama( yang disebut bersaing pada tempat kerja ), maka menurut hukum kerja massa,
masing-masing dapat mengusir yang lain dari reseptor akibat kenaikan konsentrasi dari salah satu
senyawa (Mutscler,1991).

Antagonis kompetitif ialah obat yang jika berinteraksi dengan reseptor spesifik membentuk kompleks
ikatan antagonis reseptor secara reversible tetapi tidak menyebabkan timbulnya respon. Oleh karena itu
aktivitas intrinsik suatu antagonis kompetitif kuat sama dengan nol (Ngatidjan, 2006).

● Antagonisme Kompetitif Reversibel

Antagonisme terjadi antara agonis dan antagonis yang berkompetisi untuk menduduki reseptor yang
sama dimana antagonis mengikat tempat ikatan agonis pada reseptornya secara reversibel, dimana
jumlah reseptor yang diduduki antagonis kompetitif dapat dikurangi dengan cara meningkatkan
konsentrasi agonis. Diperlukan dosis agonis yang lebih tinggi untuk memperoleh efek yang sama.
Contoh : antagonisme oleh atropin terhadap asetilkolin pada reseptor kolinergik muskarinik.

● Antagonisme Kompetitif yang Irreversible

Agonis dan antagonis menduduki reseptor yang sama, namun antagonis membentuk suatu ikatan yang
kuat dengan reseptor sehingga sangat sulit untuk lepas dari reseptor. Jumlah reseptor yang inaktif
meningkat karena diduduki oleh antagonis pada saat agonis diberikan. Pada kondisi ini, berapapun
besarnya konsentrasi agonis yang diberikan, efek akhirnya akan tetap karena terjadi inaktivasi total dari
reseptor oleh antagonis. Contoh : antagonisme fenoksibenzamin terhadap noradrenalin pada alfa
adrenoreseptor.

Ikatan antara antagonis irreversible dengan reseptor sanagat erat sehingga tingkat disosiasi dari
kompleks antagonis-reseptor sangat rendah, mendekati nol. Oleh karena itu dengan menaikkan
konsentrasi agonis tidak dapt mengurangi efek antagonis, karena efek antagonis terus meningkat seiring
waktu dan kadar antagonis itu sendiri. Dengan demikian populasi reseptor yang tersisa untuk agonis
berbanding terbalik dengan kadar antagonis, dan efek maksimal agonis menurun (Ngatidjan, 2006).

1b. Antagonis tak Kompetitif

Antagonis tak kompetitif mampu melemahkan kerja agonis dengan cara yang berbeda. Contohnya suatu
obat tidak mencapai daerah reseptor yang sebenarnya, tetapi bekerja pada tempat lain pada protein
reseptor , yaitu alosterik(Mutscler,1991).

Pada antagonis tak kompetitif, aksi penghalangan adalah reversible, mereka membpunyai afinitas tinggi
terhada reseptor atau membentuk perubahan kimiawi yang irreversible dalam reseptor. Pada perubahan
agonis berikutnya tidak menyimpan lagi efek secara penuh.penghalangan ini dapat memblokir hanya
sebagian suatu fraksi reseptor atau dapat keseluruhan. Sebagai contoh :

Norepinefrin dan Fenoksinbenzamin yang pada setiap kadar antagonis, efek Norepinefrin yang penuh
tidak pernah tercapai dan pada kadar Fenoksibenzamin cukup tinggi efek Norepinefrin secara komplit
ditiadakan (Anief, 2007).

Kerja penghambatan ini terjadi akibat senyawa ini menyebabkan perubahan konformasi makromolekul
dan karena itu kondisi untuk agonis pada tempat reseptornya berubah. Kemungkinan lain dari
penghambatan tak kompetitif adalah bahwa proses yang sedang berlangsung dipengaruhi setelah
pembentukan kompleks obat reseptor (Mutscler,1991).

Antagonisme nonkompetitif terjadi jika :

● Antagonis mengikat reseptor secara ireversibel, di receptor site maupun di tempat lain sehingga
menghalangi ikatan agonis dengan reseptornya. Efek maksimal akan berkurang tetapi afinitas agonis
terhadap reseptor yang bebas tidak berubah. Contoh: fenoksibenzamin mengikat reseptor adrenergik α
di receptor site secara ireversibel.

● Antagonis mengikat bukan pada molekulnya sendiri tapi pada komponen lain dalam sistem reseptor,
yakni pada molekul lain yang meneruskan fungsi reseptor dalam sel terget, misalnya molekul enzim
adenilat siklase atau molekul protein yang membentuk kanal ion. Ikatan antagonis pada molekul-molekul
tersebut, secara reversibel maupun ireversibel akan mengurangi efek yang dapat ditimbulkan oleh
kompleks agonis-reseptor tanpa mengganggu ikatan agonis dengan molekul reseptornya (afinitas agonis
terhadap reseptornya tidak berubah).

2. Antagonis Fungsional / Fisiologik

Antagonisme fisiologi, yaitu antagonisme pada sistem fisiologi yang sama tetapi pada sistem reseptor
yang berlainan. Dalam antagonisme fisiologis atau fungsional obat-obat saling antagonis dengan bereaksi
pada reseptor yang berlainan dan menghasilkan efek yang berlawanan. Sebagai contoh :
- Histamine menimbulkan kontraksi otot Bronkhial, sedang Epinefrin menimbulkan relaksasi otot
Bronkhial.

- Norepinefrin suau neurotransmitter simpatis dan Asetilkolin suatu neurotransmitter


parasimpatis efeknya pada ukuran pupil. Disini tidak hanya reseptornya yang berlainan tapi juga ototnya
berbeda. Efek pada otot umumnya adalah kontraksi tapi pada otot susunan anatomisnya berbeda,
terjadi kontriksi (sphincter pupillae) sedangkan yang lain (radial dilator) terjadi dilatasi (Anief, 2007).

3. Antagonis Kimiawi

Antagonisme yang terjadi pada dua senyawa mengalami reaksi kimia pada suatu larutan atau media
sehingga mengakibatkan efek obat berkurang. Sebagai contoh :

Tetrasiklin mengikat secara lekat logam-logam bervalensi 2 dan 3 ( Ca, Mg, Al) efek obat berkurang.

4. Antagonisme Biokimiawi

- Memengaruhi proses biokimiawi

- Obat kedua memengaruhi secara tidak langsung obat pertama yang tersedia pada tempat kerja,
misalnya memengaruhi eliminasi agonis kompetisi transport ( warfarin dengan fenobarbital )

Dapus:

https://www.scribd.com/doc/38397946/ANTAGONISME-OBAT#

http://diary-veteriner.blogspot.com/2011/11/obat-antagonis-dan-agonis.html?m=1

https://www.scribd.com/doc/6754081/RESEPTOR-Farmakologi-Compatibility-Mode

You might also like