Professional Documents
Culture Documents
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama : An. SF
Umur : 15 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dan Autoanamnesis, tanggal 19 Februari 2018, pukul 11.00
WIB.
Keluhan Utama : Timbul bintil – bintil berwarna merah dan keropeng pada kulit
yang tersebar di hampir seluruh tubuh
Pasien datang ke poli kulit kelamin RSPAD dengan keluhan timbul bintil – bintil berwarna
merah dan keropeng pada kulit yang tersebar di hampir seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu.
Sekitar 4 hari yang lalu, pasien mengalami demam. Demam dirasakan terus menerus disertai
pusing kepala, lemas dan pegal – pegal pada badan. Pasien juga mengeluh nyeri pada
tenggorokkan.
2
3 hari yang lalu, mulai muncul bintik – bintik kemerahan yang awalnya muncul di punggung
dan kemudian bintik merah tersebut menyebar ke daerah leher, wajah, dada, perut dan juga
lengan. Kemudian bintik - bintik merah menjadi menonjol dan pada sore harinya berubah
menjadi gelembung - gelembung berisi cairan jernih yang tersebar pada hampir seluruh
tubuh. Pasien juga mengeluh merasa gatal pada daerah yang terdapat gelembung sehingga
pasien terkadang menggaruknya. Keesokan harinya, timbul beberapa gelembung - gelembung
berisi cairan baru dan beberapa gelembung - gelembung di badan sudah pecah.
Tidak ada
Tidak ada
3
Gambar 1. Pada regio fasialis tampak papul - papul eritematosa dan tampak sebagian
krusta
Gambar 2. Pada regio coli tampak papul - papul eritematosa dan tampak sebagian krusta
4
Gambar 3. Pada regio thorakalis tampak papul - papul eritematosa dan tampak sebagian
krusta
Gambar 4. Pada regio scapularis , regio vertebralis dan region lumbalis tampak papul -
papul eritematosa dan tampak sebagian krusta
5
Gambar 5. Pada regio brachialis tampak papul - papul eritematosa dan tampak sebagian
krusta
Gambar 6. Pada regio antebrachii tampak papul - papul eritematosa dan tampak sebagian
krusta
6
Gambar 7. Pada regio kruralis tampak papul eritematosa dan tampak sebagian krusta
V. PEMERIKSAAN PEMBANTU
Tidak ada
VI. RESUME
Pasien laki – laki, An. SF, usia 15 tahun, datang dengan keluhan timbul papul dan krusta pada
kulit pada hampir seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu. 4 hari yang lalu, pasien mengalami
demam, pusing, myalgia , malaise, dan nyeri tenggorokkan. Keesokannya mulai muncul
makula eritematosa pada regio lumbalis, dan kemudian menyebar ke regio coli, fasialis,
thoracalis , abdomen dan ekstremitas. Kemudian makula eritema berubah menjadi papul.
Pada sore harinya, papula berubah menjadi vesikel disertai dengan pruritus. Keesokan
harinya, timbul beberapa vesikel baru dan beberapa vesikel sudah pecah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, pasien compos mentis. Status
generalisata dalam batas normal. Pada status dermatologikus, pada lokasi generalisata tampak
papul – papul eritematosa dan tampak sebagian krusta
7
VII. DIAGNOSIS KERJA
Varisela
X. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
Medika mentosa
- Gentamisin sulfat salep 0,1 % dioleskan pada kulit yang berkeropeng 2 kali sehari
XI. PROGNOSIS
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
VARISELA
2.1 Pendahuluan
Di Indonesia dan negara tropis, lainnya, morbiditas varisela masih tinggi, terutama pada masa
anak dan dewasa muda ( pubertas ). Varisela tidak menyebabkan kematian.Sejak lama
disepakati bahwa varisela dapat sembuh sendiri (swasima). Namun, varisela termasuk
penyakit yang kontagius (menular) dan penularan terjadi dengan cepat secara airborn
infection, terutama pada orang serumah dan pada orang dengan imunokompremais. Pada
orang dengan imunokompremais (misalnya pasien dengan Human Imunodeficiency Virus)
dan kelompok tertentu (ibu hamil, neonatus) biasanya gejala lebih berat dan mudah
mengalami komplikasi.1
Berbagai jenis obat antivirus berguna menghambat replikasi Varisella Zoster Virus (VZV),
misalnya asiklovir, valasiklovir, famsiklovir, dan foskarnet. Obat antivirus bermanfaat bila
diberikan dalam waktu 24 jam setelah muncul erupsi kulit. Imunisasi vaksin varisela di
Indonesia tidak termasuk imunisasi yang diharuskan.1
2.2 Definisi
Infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Manifestasi
klinis didahului gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral
tubuh.1
2.3 Epidemiologi
Virus varisela zoster yang menyebabkan varisela dan herper zoster menginfeksi sekitar 98%
orang dewasa. Tanpa imunisasi, 90% kasus pada anak terjadi pada usia <10 tahun, 5 % terjadi
pada orang yang lebih tua yaitu > 15 tahun. Dengan imunisasi (Varivax), insidennya dapat
menurun. Pada daerah metropolitan dengan iklim hangat, epidemi varisela terjadi pada
musim dingin dan musim semi.2
9
2.4 Etiologi
VZV adalah virus DNA dan anggota dari grup herpesvirus. Seperti herpesvirus lainnya, VZV
terus bertahan di dalam tubuh setelah infeksi pertama sebagai infeksi laten. VZV bertahan
pada nervus saraf ganglia.Virion VZV berbentuk bulat, berdiameter 150-200 nm, DNA
terletak di antara nukleakapsid, dan dikelilingi oleh selaput membran luar dengan sedikitnya
terdapat tiga tonjolan glikoprotein mayor. Glikoprotein ini yang merupakan target imunitas
humoral dan seluler. Infeksi primer dengan VZV menyebabkan cacar air.3
2.5 Patogenesis
Masa inkubasi varisela 10-21 hari pada anak imunokompeten (rata-rata 14-17 hari) dan pada
anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu kurang dari 14 hari.VZV masuk
kedalam tubuh manusia dengan cara kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet infection
dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit.VZV masuk ke dalam
tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas, orofaring ataupun
conjungtiva. Siklus replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2-4 yang berlokasi pada
lymph nodus regional kemudian diikuti penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah
dan kelenjar limfe, yang mengakibatkan terjadinya viremia primer (biasanya terjadi pada
hari 4-6 setelah infeksi pertama). Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi , replikasi
virus tersebut dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum matang sehingga
akan berlanjut dengan siklus replikasi virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang
mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan menyebar ke
seluruh tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-16, yang mengakibatkan timbulnya
lesi dikulit yang khas. Seorang anak yang menderita varisela akan dapat menularkan kepada
yang lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbulnya lesi di kulit.4
10
dari tujuh hari.6 Paparan dapat terjadi di sekolah atau ditempat dimana terdapat penderita
varisela. Saat penyakit ini aktif akan menjadi sangat menular.2
11
2.7 Diagnosis
Diagnosis varisela ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala prodromal, rasa gatal, dan
manifestasi klinis sesuai tepmat predileksi dan morfologi yang khas varisela.1 Virus dapat
diisolasi dari lesi vesikel nonpurulent segar pada awal hari ke 3-4 eksantematous. Partikel
herpes virus dapat dilihat langsung dari miskroskop.Isolasi virus membantu memastikan
keberadaan virus tersebut. Pada serologi Complement Fixation Test (CF) adalah cara
terbaik untuk mendiagnosis peningkatan titer.8
12
dengan anaknya, guru-guru, staff rumah sakit, mahasiswa, atau mereka yang mempunyai
hobi traveling.9
Imunisasi yang tersedia saat ini ialah Varivax dan 80% efektif untuk mencegah simptomatik
dari infeksi primer VZV.5% anak-anak yang baru mendapatkan vaksin berkembang menjadi
ruam pada kulit. Vaksin VZV bekerja dengan mengaktifkan imunitas sel mediaor dan
menghasilkan antibodi untuk melawan virus.3 Pada anak imunokompeten, biasanya tidak
diperlukan pengobatan yang spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat simptomatis
yaitu :
a. Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah
b. Vesikel yang sudah pecah atau yang sudah berbentuk krusta, dapat diberikan salap
antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
c. Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan salisilat
(aspirin) untuk menghindari terjadinya sindrom Reye.
d. Kuku jari harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat garukan
Pengobatan Bakteri Superinfeksi Mupirocin ointment : untuk kasus S.aureus dan atau grup
A.Streptococcus Antibiotik oral : diberikan 2 kali sehari pada lesi.2,5
13
2.10 Komplikasi
Pada anak yang imunokompeten, biasanya dijumpai varicella yang ringan sehingga jarang
dijumpai komplikasi. Komplikasi yang dapat dijumpai:5
a. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan oleh bakteri
b. Scar
c. Pneumonia
d. Neurologik
e. Herpes zoster
f. Reye syndrome
BAB III
KESIMPULAN
Varisela merupakan infeksi akut primer oleh virus varisela zoster yang menyerang kulit dan
mukosa, klinis terdapat berbagai gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi
di bagian sentral tubuh.
Masa inkubasi antara 14 sampai 16 hari setelah paparan, dengan kisaran 10 sampai 21 hari.
Biasanya diawali dengan gejala prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malaise,
dan nyeri kepala, disusul dengan timbulnya papula eritematosa yang dalam beberapa jam
berubah menjadi vesikel. Dimana vesikel akan berkembang menjadi pustule, kemudian
menjadi krusta.
Penyebaranannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara setrifugal ke
muka dan ektremitas, serta dapat menyerang selaput lendiri mata, mulut dan saluran nafas
bagian atas, Pada anak – anak jarang memberi komplikasi yang tersering timbul adalah
pneumonia. Dan pada pasien yang disertai dengan defisiensi imun yang berat
.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Aisah S, Handoko RP. Varisela dalam Sri L, Kusmarinah B, Wresti. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh,. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2017. Hal 129-0.
2. Brown RG, Bourke J, Cunliffe. Dermatologi Dasar Untuk Praktik Klinik, Jakarta :
ECG; 2017. Hal 122
3. Wolff K, Johnson RA, 2009, Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology Sixth Edition, United States of America : The McGraw-Hill Companies,
Pp. 831-6.
4. CDC, 2011, Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Disease Thirdteen
Edition: 353-9
5. Arvin AM. Varicella Zoster Virus, Department of Pediatric and Microbiology /
Immunology Standford University School of Medicine.2016; Vol.9 (3) : 361-9.
6. Lubis RD.Varicella dan Herpes Zoster. USU e-Repository 2009 :Hal. 1-9.
7. Kowalak PK, Welsh W, Mayer B. Buku Ajar Patofisiologi, Jakarta : ECG, Hal 71
8. Price AS, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC; 2006. Hal 1447
9. Siregar RS. Varisela. Dalam : Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Ed.2. Jakarta :
EGC; 2004.Hal. 88-4
15