Professional Documents
Culture Documents
1
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.
2
1. Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata,
reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun
kombinasi dari keduanya.
2. Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman
tangan tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
3. GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau
tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan
yang diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score)
dengan rentang angka 1– 6 tergantung responnya yaitu :
a) Eye (respon membuka mata)
(4):Spontan
(3):Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka
mata).
(2):Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,
misalnya menekan kuku jari)
(1): Tidak ada respon
b) Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya
berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-
kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat.
Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
c) Motor (respon motorik)
(6):Mengikuti perintah
3
(5):Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4):Withdraws (menghindar/menarik ekstremitas atau
tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3):Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi
kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang
nyeri).
(2):Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya
extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1):Tidak ada respon
Berdasarkan Fokal
Tumor Lobus Frontalis
a. Gangguan keperibadian dan mental seperti
apatis,kesukaran dalam pandangan ke depan, regresi
dalam tingkah laku social
b. Graps refleks (reflek memegang)
c. Spasme tonik pada jari-jari kaki atau tangan
d. Kejang fokal atau wajah
e. Todd’s paralisis
f. Afasia motorik
g. Jika terjadi di traktus kortikospinalis :hemiparesis
sampai hemiplegia kontralateral lesi
h. Sindrom foster kennedy
Tumor lobus temporalis
a. Kajang parsiil
b. Movement motoric automatic
c. Nyeri epigastrium
d. Perasaan fluttering di epigastrik atau toraks
e. Dejavu
Tumor lobus parietalis
4
a. Astereognosis
b. Antopognosis
c. Hemianestesia
d. Tidak dapat membedakan kanan taua kiri
e. Loss of body image
Tumor lobus oksipitalis
a. Gangguan yojana penglihatan
b. Nyeri kepala di daerah oksipital
c. Hemianopsia homonym
Tumor Serebellum
a. Nyeroi kepala, muntah ban pupil edema
b. Ganguan gait dan gangguan koordinasi
c. Bila berjalan kan jatuh ke sisi lesi
d. Ataksia, tremor, nistagmus hipotonia
Tumor daerah thalamus
a. Refleks babinsky positif, hemiparesis, hiperrefleks
b. Tekanan intracranial yang tinggi
c. Lama kelamaan bisa menjadi hidrosefalus
Tumor daerah pineal/epifise
a. Tanda perinaud fenomena bell
b. Fenomena puppenkoft
c. Pupil argyl Robertson
d. Pubertas prekoks
e. Diabetes insipidus
Tumor batang otak
a. Kesadaran menurun
b. Gangguan N III
c. Sindrom webber
d. Sindrom benedict
e. Sindrom claude
Tumor sudut sereblo pontin
5
a. Gangguan pendengaran
b. Vertigo
Berdasarkan PTIK
Nyeri kepala,kejang, gangguan mental, pembesaran
kepala, papiledema, sensasi abnormal di kepala, false
localizing sign
3) Perkemihan B4 (Bladder)
Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk alat
kelamin normal, uretra normal, produksi urin normal
4) Pencernaan B5 (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial
sehingga menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan
muntah ini biasanya akan diikuti dengan penurunan nafsu makan
pada pasien. Kondisi mulut bersih dan mukosa lembab
5) Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan
kelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh
kelelahan.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan perembesan tumor:
peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan penekanan
medula oblongata.
3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral (00200) berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema
serebri.
4. Resiko cedera (00035) berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap
hipotensi ortostatik.
6
5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan
dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
6. Gangguan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan gangguan
sensorik dan motorik
7. Gangguan rasa nyaman (00214) berhubungan dengan nyeri akibat tidak
mampu menggerakan leher.
b. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan perembesan tumor:
peningkatan tekanan intrakranial.
Domain 12: Comfort
Class 1. Physical Comfort
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan Pain Management (1400)
tindakan keperawatan selama 1x24 a. Mengurangi/menghilangkan
jam nyeri yang dirasakan berkurang faktor-faktor yang memimbulkan
1 atau dapat diadaptasi oleh klien / meningkatkan pengalaman
dengan kriteria hasil : nyeri
b. Memilih dan
a. Klien mengungkapkan nyeri
mengimplementasikan satu jenis
yang dirasakan berkurang
tindakan (farmakologi, non-
atau dapat diadaptasi
farmakologi, interpersonal) untuk
ditunjukkan penurunan skala
memfasilitasi pertolongan nyeri
nyeri. Skala = 2
c. Mempertimbangkan jenis dan
b. Klien tidak merasa kesakitan.
sumber nyeri ketika memilih
c. Klien tidak gelisah
strategi pertolongan nyeri
Domain-Health Knowledge & d. Mendorong klien untuk
Behaviour (IV) menggunakan pengobatan nyeri
yang adekuat
Pain Control (1605)
e. Instruksikan pasien/keluarga
untuk melaporkan nyeri dengan
7
Klien dapat mengenal onset nyeri segera jika nyeri timbul.
f. Mengajarkan tehnik relaksasi
Klien dapat menggambarkan faktor
dan metode distraksi
penyebab
g. Observasi adanya tanda-tanda
Klien mengenal gejala yang nyeri non verbal seperti ekspresi
berhubungan dengan nyeri wajah, gelisah,
(160509) menangis/meringis, perubahan
tanda vital.
Melaporkan kontrol nyeri (160511)
Kolaborasi: Analgesic Administration
Pain: Disruptive Effects (2101) (2210)
1) Menentukan lokasi, karakteristik,
Hubungan interpersonal tidak
kualitas, dan keparahan nyeri
terganggu
sebelum pengobatan klien
Tindakan peran seperti semula 2) Mengecek permintaan medis
untuk obat, dosis, dan frekuensi
Dapat melakukan ktivitas sehari-
dari analgesik yang telah
hari
ditentukan (resep)
Aktivitas fisik tidak terganggu
8
c. Tidak terjadi sianosis 2) Monitor pola pernapasan
3) Monitor tingkat saturasi oksigen
Domain-Physiologic Health (II)
dalam klien yang tenang
9
b. Menunjukkan tingkat aktivitas dan stimuli lingkungan
kesadaran normal 5) Monitor jumlah, kecepatan, dan
c. Orientasi pasien baik karakteristik dari aliran cairan
d. RR 16-20x/menit serebrospinal (CSF)
e. Nyeri kepala berkurang atau 6) Memberikan agen farmakologi
tidak terjadi untuk menjaga TIK pada batas
tertentu
Domain-Physiologic Health (II)
7) Memberi jarak waktu intervensi
Class-Cardiopulmonary (E) keperawatan untuk
meminimalkan PTIK
Perfusi Jaringan: Serebral (0406)
8) Monitor secara berkala tanda dan
Tekanan intracranial normal gejala peningkatan TIK
a. Kaji perubahan tingkat
Tekanan darah sistolik normal
kesadaran, orientasi, memori,
Tekanan darah diastolic normal periksa nilai GCS
b. Kaji tanda vital dan
Mean Blood Pressure normal
bandingkan dengan keadaan
Sakit kepala hilang sebelumnya
c. Kaji fungsi autonom: jumlah
Tidak mengalami penurunan
dan pola pernapasan, ukuran
tingkat kesadaran
dan reaksi pupil, pergerakan
Tidak ada gangguan reflek otot
neurologik d. Kaji adanya nyeri kepala,
mual, muntah, papila edema,
diplopia, kejang
e. Ukur, cegah, dan turunkan
TIK
1. Pertahankan posisi
dengan meninggikan
bagian kepala 15-300,
hindari posisi telungkup
10
atau fleksi tungkai secara
berlebihan
2. Monitor analisa gas darah,
pertahankan PaCO2 35-45
mmHg, PaO2 >80mmHg
3. Kolaborasi dalam
pemberian oksigen
4. Hindari faktor yang dapat
meningkatkan TIK
9) Istirahatkan pasien, hindari
tindakan keperawatan yang dapat
mengganggu tidur pasien
10) Berikan sedative atau analgetik
dengan kolaboratif.
11
penurunan aliran darah di otak dari kursi roda, tempat tidur,
tiba-tiba yang berhubungan toilet dan lainnya
dengan ortostatik. 4) Kaji tekanan darah pasien saat
c. Pasien dapat melaksanakan pasien mengadakan perubahan
gerakan mengubah posisi dan posisi tubuh.
mencegah drop tekanan di 5) Diskusikan dengan klien tentang
otak yang tiba-tiba. fisiologi hipotensi ortostatik.
d. Menjelaskan beberapa episode 6) Ajarkan teknik-teknik untuk
vertigo atau pusing. mengurangi hipotensi ortostatik
a. Untuk mengetahui pasien
Domain-Health Knowledge &
mengakami hipotensi
Behaviour (IV)
ortostatik ataukah tidak.
Class-Risk Control & Safety (T) b. Untuk menambah
pengetahuan klien tentang
Falls Occurrence (1912)
hipotensi ortostatik.
Tidak terjadi jatuh ketika posisi c. Melatih kemampuan klien
berdiri, berjalan, duduk dan ketika dan memberikan rasa nyaman
tidur ketika mengalami hipotensi
ortostatik.
Domain-Health Knowledge &
Behaviour (IV)
12
5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
Domain 2: Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
13
Intake nutrisi adekuat
Hidrasi
NOC NIC
14
Keseimbangan terjaga teliti
5) Membantu mendorong
Koordinasi terjaga
pulmonary hygiene
Bergerak dengan mudah seperti napas dalam,
batuk, suction
6) Kaji dari kemerahan,
bengkak/ketegangan otot
jaringan betis
15
mengembalikan gerak leher
klien secara normal
16
8. Asuhan Keperawatan pasien Myasthenia Gravis
a. Pengkajian
1) Identitas klien yang meliputi nama,alamat,umur,jenis kelamin,dannstatus
2) Keluhan utama : kelemahan otot
3) Riwayat kesehatan : diagnosa miastenia gravis didasarkan pada riwayat
dan presentasi klinis. Riwayat kelemahan otot setelah aktivitas dan
pemulihan kekuatan parsial setelah istirahat sangatlah menunjukkan
miastenia gravis, pasien mungkin mengeluh kelemahan setelah
melakukan pekerjaan fisik yang sederhana. Riwayat adanya jatuhnya
kelopak mata pada pandangan atas dapat menjadi signifikan, juga bukti
tentang kelemahan otot.
4) Pemeriksaan fisik :
B1(breathing): dispnea,resiko terjadi aspirasi dan gagal pernafasan
akut, kelemahan otot diafragma
B2(bleeding) : hipotensi / hipertensi .takikardi / bradikardi
B3(brain) : kelemahan otot ekstraokular yang menyebabkan palsi
okular,jatuhnya mata atau dipoblia
B4(bladder) : menurunkan fungsi kandung kemih,retensi
urine,hilangnya sensasi saat berkemih
B5(bowel) : kesulitan mengunyah-menelan,disfagia, dan
peristaltik usus turun, hipersalivasi,hipersekresi
B6(bone) : gangguan aktifitas / mobilitas fisik,kelemahan otot
yang berlebih
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan
2) Resiko cedera bd fungsi indra penglihatan tidak optimal
3) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia,gangguan
pengucapan kata, gangguan neuromuskular, kehilangan kontrol tonus
otot fasial atau oral
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ptosis.
17
c. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan intervensi
polapernapasan klien kembali efektif
Kriteria hasil :
Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batas normal
Bunyi nafas terdengar jelas
Respirator terpasang dengan optimal
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji Kemampuan ventilasi Untuk klien dengan penurunan
kapasitasventilasi, perawat
mengkaji frekuensipernapasan,
kedalaman, dna bunyi nafas,pantau
hasil tes fungsi paru-paru tidal,
kapasitas vital, kekuatan
inspirasi),dengan interval yang
sering dalammendeteksi masalah
pau-paru, sebelumperubahan kadar
gas darah arteri dansebelum
tampak gejala klinik.
18
duduk paru bisa maksimal
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji kemampuan klien dalam Menjadi data dasar dalam
melakukan aktivitas melakukan intervensi selanjutnya
19
3. Evaluasi Kemampuan Menilai singkat keberhasilan dari
aktivitas motorik terapi yang boleh diberikan
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji komunikasi verbal klien. Kelemahan otot-otot bicara klien
krisis miastenia gravis dapat
berakibat pada komunikasi
20
jari tangan atau kaki
untukmenjawab ya/tidak. Setelah
periode krisis klien selalu mampu
mengenal kebutuhan mereka.
21
Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yangsedang terjadi
Mampu menyatakan penerimaan diriterhadap situasi
Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam kosep diri
dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji perubahan darigangguan Menentukan bantuan individual
persepsi danhubungan dengan dalammenyusun rencana
derajat ketidakmampuan perawatan ataupemilihan
intervensi.
22
bila ada indikasi. perkembangan perasaan
c. Intervensi Keperawatan
23
– Kelemahan motorik Kriteria Hasil : § Berikan waktu istirahat yang cukup
dan kurangi stimulus lingkungan
– Perubahan nilai – Mempertahankan
AGD tingkat kesadaran dan § Tinggikan posisi kepala 30 – 45°
orientasi pertahankan kepala pada posisi netral,
hindari fleksi leher
– Tanda vital dalam batas
normal. § Kolaborasi dalam pemberian Diuretik
osmotic,steroid, antibiotic
– Tidak terjadi defisit
neurologi.
2 Resiko Injuri : Jatuh b.d NOC : § Kaji status neurologi setiap 2 jam
aktivitas kejang, – Risk control
penurunan kesadaran § Pertahankan keamanan pasien seperti
dan status mental Tujuan : penggunaan penghalang tempat tidur,
Data Pendukung: kesiapan suction, spatel, oksigen
Klien tidak mengalami injuri
– Penurunan § Catat aktivitas kejang dan tinggal
kesadaran bersama pasien selama kejang
Kriteria Hasil :
– Aktivitas kejang § Kaji status neurologik dan tanda vital
– Mempertahankan
tingkat kesadaran dan setelah kejang
– Perubahan status orientasi
mental § Orientasikan pasien ke lingkungan
– Kejang tidak terjadi
§ Kolaborasi dalam pemberian obat anti
– Injuri tidak terjadi. kejang
24
kurang Kriteria Hasil : § Konsul pada ahli fisioterapi jika
diperlukan
– Kontraktur, – Pasien dapat
mempertahankan
mobilisasinya secara optimal
25
26
b. Diagnosa Keperawatan
1) Kelelahan b/d status penyakit, anemia, malnutrisi
2) Nyeri akut/kronis b/d infeksi, nyeri abdomen
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
pencernaan
4) Diare b/d proses pemyakit
c. Intervensi Keperawatan
27
yang muncul secara mampu menggunakan dari ketidaknyamanan
aktual atau potensial tehnik nonfarmakologi § Gunakan teknik komunikasi
kerusakan jaringan untuk mengurangi nyeri, terapeutik untuk
atau menggambarkan mencari bantuan) mengetahui pengalaman
adanya kerusakan v Melaporkan bahwa nyeri nyeri pasien
(Asosiasi Studi Nyeri berkurang dengan§ Kaji kultur yang
Internasional): menggunakan manajemen mempengaruhi respon
serangan mendadak nyeri nyeri
atau pelan § Evaluasi pengalaman nyeri
v Mampu mengenali nyeri
intensitasnya dari masa lampau
(skala, intensitas,
ringan sampai berat § Evaluasi bersama pasien dan
frekuensi dan tanda nyeri)
yang dapat diantisipasi tim kesehatan lain tentang
dengan akhir yang v Menyatakan rasa nyaman ketidakefektifan kontrol
dapat diprediksi dan setelah nyeri berkurang nyeri masa lampau
dengan durasi kurang v Tanda vital dalam rentang § Bantu pasien dan keluarga
dari 6 bulan. normal untuk mencari dan
menemukan dukungan
§ Kontrol lingkungan yang
Batasan karakteristik :
dapat mempengaruhi nyeri
- Laporan secara seperti suhu ruangan,
verbal atau non verbal pencahayaan dan
- Fakta dari kebisingan
observasi § Kurangi faktor presipitasi
- Posisi antalgic nyeri
untuk menghindari § Pilih dan lakukan
nyeri penanganan nyeri
(farmakologi, non
- Gerakan farmakologi dan inter
melindungi personal)
- Tingkah laku § Kaji tipe dan sumber nyeri
berhati-hati untuk menentukan
- Muka topeng intervensi
- Gangguan tidur § Ajarkan tentang teknik non
(mata sayu, tampak farmakologi
capek, sulit atau § Berikan analgetik untuk
gerakan kacau, mengurangi nyeri
menyeringai) § Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
- Terfokus pada diri § Tingkatkan istirahat
sendiri § Kolaborasikan dengan
- Fokus menyempit dokter jika ada keluhan dan
(penurunan persepsi tindakan nyeri tidak
waktu, kerusakan berhasil
proses berpikir, § Monitor penerimaan pasien
penurunan interaksi tentang manajemen nyeri
28
dengan orang dan
lingkungan) Analgesic Administration
- Tingkah laku § Tentukan lokasi,
distraksi, contoh : karakteristik, kualitas, dan
jalan-jalan, menemui derajat nyeri sebelum
orang lain dan/atau pemberian obat
aktivitas, aktivitas § Cek instruksi dokter tentang
berulang-ulang) jenis obat, dosis, dan
frekuensi
- Respon autonom
§ Cek riwayat alergi
(seperti diaphoresis,
§ Pilih analgesik yang
perubahan tekanan
diperlukan atau kombinasi
darah, perubahan
dari analgesik ketika
nafas, nadi dan dilatasi
pemberian lebih dari satu
pupil)
§ Tentukan pilihan analgesik
- Perubahan tergantung tipe dan
autonomic dalam tonus beratnya nyeri
otot (mungkin dalam § Tentukan analgesik pilihan,
rentang dari lemah ke rute pemberian, dan dosis
kaku) optimal
- Tingkah laku § Pilih rute pemberian secara
ekspresif (contoh : IV, IM untuk pengobatan
gelisah, merintih, nyeri secara teratur
menangis, waspada, § Monitor vital sign sebelum
iritabel, nafas dan sesudah pemberian
panjang/berkeluh analgesik pertama kali
kesah) § Berikan analgesik tepat
- Perubahan dalam waktu terutama saat nyeri
nafsu makan dan hebat
minum § Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
Faktor yang
berhubungan :
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik,
psikologis)
29
Definisi : Intake nutrisi
v Weight control § Anjurkan pasien untuk
tidak cukup untuk meningkatkan intake Fe
keperluan metabolisme Kriteria Hasil : § Anjurkan pasien untuk
tubuh. v Adanya peningkatan berat meningkatkan protein dan
badan sesuai dengan vitamin C
Batasan karakteristik : tujuan § Berikan substansi gula
- Berat badan 20 % v Beratbadan ideal sesuai § Yakinkan diet yang dimakan
atau lebih di bawah dengan tinggi badan mengandung tinggi serat
ideal v Mampumengidentifikasi untuk mencegah konstipasi
- Dilaporkan adanya kebutuhan nutrisi § Berikan makanan yang
intake makanan yang v Tidk ada tanda tanda terpilih ( sudah
kurang dari RDA malnutrisi dikonsultasikan dengan ahli
(Recomended Daily v Menunjukkan peningkatan gizi)
Allowance) fungsi pengecapan dari § Ajarkan pasien bagaimana
- Membran mukosa menelan membuat catatan makanan
dan konjungtiva pucatv Tidak terjadi penurunan harian.
- Kelemahan otot yang berat badan yang berarti § Monitor jumlah nutrisi dan
digunakan untuk kandungan kalori
menelan/mengunyah § Berikan informasi tentang
- Luka, inflamasi pada kebutuhan nutrisi
rongga mulut § Kaji kemampuan pasien
- Mudah merasa untuk mendapatkan nutrisi
kenyang, sesaat setelah yang dibutuhkan
mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta Nutrition Monitoring
adanya kekurangan § BB pasien dalam batas
makanan normal
- Dilaporkan adanya § Monitor adanya penurunan
perubahan sensasi rasa berat badan
- Perasaan § Monitor tipe dan jumlah
ketidakmampuan aktivitas yang biasa
untuk mengunyah dilakukan
makanan § Monitor interaksi anak atau
- Miskonsepsi orangtua selama makan
- Kehilangan BB § Monitor lingkungan selama
dengan makanan makan
cukup § Jadwalkan pengobatan dan
- Keengganan untuk tindakan tidak selama jam
makan makan
- Kram pada abdomen § Monitor kulit kering dan
- Tonus otot jelek perubahan pigmentasi
- Nyeri abdominal § Monitor turgor kulit
dengan atau tanpa § Monitor kekeringan, rambut
patologi kusam, dan mudah patah
- Kurang berminat § Monitor mual dan muntah
30
terhadap makanan § Monitor kadar albumin, total
- Pembuluh darah protein, Hb, dan kadar Ht
kapiler mulai rapuh § Monitor makanan kesukaan
- Diare dan atau § Monitor pertumbuhan dan
steatorrhea perkembangan
- Kehilangan rambut § Monitor pucat, kemerahan,
yang cukup banyak dan kekeringan jaringan
(rontok) konjungtiva
- Suara usus hiperaktif § Monitor kalori dan intake
- Kurangnya nuntrisi
informasi, § Catat adanya edema,
misinformasi hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
Faktor-faktor yang oral.
berhubungan : § Catat jika lidah berwarna
Ketidakmampuan magenta, scarlet
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
31
v Ukur diare/keluaran BAB
v Hubungi dokter jika ada
kenanikan bising usus
v Instruksikan pasien
untukmakan rendah serat,
tinggi protein dan tinggi
kalori jika memungkinkan
v Instruksikan untuk
menghindari laksative
v Ajarkan tehnik menurunkan
stress
v Monitor persiapan makanan
yang aman
32
11. Asuhan keperawatan pada pasien epilepsi
A. Pengkajian
1.1.1 Anamnesa
Biodata : Nama ,umur, seks, alamat, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, dan penanggungjawabnya.
Usia: Penyakit epilepsi dapat menyerang segala umur
Pekerjaan: Seseorang dengan pekerjaan yang sering
kali menimbulkan stress dapat memicu terjadinya
epilepsi.
Kebiasaan yang mempengaruhi: peminum alcoho
(alcoholic)
Keluhan utama: Untuk keluhan utama, pasien atau
keluarga biasanya ketempat pelayanan kesehatan
karena klien yang mengalami penurunan kesadaran
secara tiba-tiba disertai mulut berbuih. Kadang-kadang
klien / keluarga mengeluh anaknya prestasinya tidak
baik dan sering tidak mencatat. Klien atau keluarga
mengeluh anaknya atau anggota keluarganya sering
berhenti mendadak bila diajak bicara.
Riwayat penyakit sekarang: kejang, terjadi aura, dan
tidak sadarkan diri.
Riwayat penyakit dahulu:
Trauma lahir, Asphyxia neonatorum, cedera kepala,
infeksi system saraf, gangguan metabolik, tumor otak,
dll.
1.1.2 Pemeriksaan Fisik (ROS)
1. B1 (breath): RR biasanya meningkat (takipnea) atau dapat
terjadi apnea, aspirasi
2. B2 (blood): Terjadi takikardia, cianosis
3. B3 (brain): penurunan kesadaran
33
4. B4 (bladder): oliguria atau dapat terjadi inkontinensia urine.
Pada pemeriksaan sistem kemih biasanya didapatkan
berkurangnya volume output urine, hal ini brhubungan dengan
penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
5. B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun,
inkontinensia alfi. Pemenuhan nutrisi pada pasien epilepsi
menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
6. B6 (bone): klien terlihat lemas, dapat terjadi tremor saat
menggerakkan anggota tubuh, mengeluh meriang. Pada fase
akut saat kejang sering didapatkan adanya penurunan kekuatan
otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga mengganggu
aktivitas perawatan diri.
1. Pemeriksaan Laboratorium
Perlu diperiksa kadar glukosa, kalsium, magnesium, natrium,
bilirubin, ureum dalam darah. Yang memudahkn timbulnya
kejang ialah keadaan hipoglikemia, hipokalemia, hiprnatremia,
uremia dll. Penting juga diperiksa pH darah karena alkalosis
mungkin pula disertai kejang.
2. Pemeriksaan radiologis
Pada foto rontgen kepala dapat dilihat adanya kelainan-
kelainan pada tengkorak. Klasifikasi abnormal dapat dijumpai
pada toksoplasmosis, penyakit inklusi sitomegalik, sklerosis
tuberosa, kraniofaringeoma, meningeoma, oligodendroglioma.
34
1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kejang berulang,
ketidaktahuan tentang epilepsi dan cara penanganan saat kejang,
serta penurunan tingkat kesadaran.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam perawatan, klien bebas dari cedera
yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran.
35
- Pasien dalam kondisi aman
- Tidak ada memar dan tidak jatuh
Kriteria hasil :
- TTV normal ( TD: 110 /70 -120/80 ,RR : 16- 20 x/mnt, N : 60 -
100x/mnt , S : 36,5 -37,50 C )
- Tidak ada sianosis
- Pasien tidak sesak nafas
36
menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala
awal.
1. Observasi TTV
2. Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan
kepala selama serangan kejang.
3. Tanggalkan pakaian pada daerah leher/abdomen.
4. Masukkan spatel lidah atau gulugan benda lunak sesuai dengan
indiksi.
5. Kolaborasi : pemberian O2
1.4 Evaluasi
37
12. Asuhan Keperawatan pada pasien stroke
Pengkajian
Anamnesis
Kelainan system saraf bias menimbulkan berbagai macam gejala,
diantaranya:
Nyeri kepala
Kejang, pingsan, gerakan aneh
Pening atau vertigo
Masalah penglihatan
Kelainan pengdiuman atau penglihatan
Kesulitan berbicara
Kesulitan menelan
Kesulitan berjalan
Ekstremitas lemah
Gangguan sensori
Gerakan involunter dan tremor
Masalaha pengendalian sfinkter (buang air besar atau kecil)
Gangguan fungsi mental luhur, seperti bingung atau perubahan
kepribadian
Obat obatan
Riwayat keluarga
Riwayat sosial
Pemeriksaan fisik
Pandanglah pasien, apakah ada kelainan postur yang jelas, pengecilan otot
atau tremor?
38
Periksa ekstremitas atas
lumpuh sempurna
1. Lakukan inspkesi
2. Periksa kekuatan, bandingkan kedua sisi.
3. Periksa koordinasi
4. Periksa sensasi
Trigeminus, Periksa sensasi wajah terhada raba halus dan tusuk jarum.
39
e. Vesibulokoklearis, Tes pendengaran, lakukan tes rine dan tes weber Tes
keseimbangan (berdiri dengan mata tertutup, berjalan sepanjang garis
lurus)
f. Vagus dan glosofaringeus, Periksa gerak palatum
Periksa ingatan
Diagnosa
Tujuan :
Intervensi :
Pantau atau catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan
keadaan normalnya atau standar.
Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis
(netral).
40
Cegah terjadinya mengejan saat terjadinya defekasi dan pernafasan yang memaksa
(batuk terus menerus).
41
- Ajarkan pasien tehnik untuk memperbaiki wicara, instruksikan bicara
lambat dan dalam kalimat pendek pada awalnya, tanyakan pertanyaan
yang dapat dijawabnya ya atau tidak.
- Gunakan strategi untuk memperbaiki pemahaman pasien, dapatkan
pengetahuan pasien sebelum bicara padanya, panggil dengan
menyebutkan nama pasien, lakukan pola bicara yang konsisten,
gunakan sentuhan dan perilaku untuk berkomunikasi dengan tenang
42
Intervensi :
Tujuan :
Intervensi :
43
- Konsul dengan ahli terapi dengan pelatihan postur.Ajarkan pasien
dengan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah
Tujuan :
Intervensi :
44
g. Anggota keluarga memperlihatkan tingkah laku yang positif dan
menggunakan mekanisme koping
h. Mendukung program latihan
i. Turut aktif dalam proses rehabilitasi
j. Tidak terjasi komplikasi
k. Tekanan darah dan kecepatan jantung dalam batas normal untuk pasien
l. As darah arteri dalam batas normal
45
14. KONSEP KEPERAWATAN GBS (GUILLAIN BARRE SYNDROM)
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
Aktifitas dan istirahat
Gejala : Adanya kelemahan dan paralisis secara simetris, yang biasanya
dimulai pada ekstremitas bagian bawah dan selanjutnya berkembang dengan
cepat kearah atas. Hilangnya kontrol motorik halus tangan
Tanda : kelemahan otot, paralisis flaksit (simetris) Cara berjalan tidak mantap
Sirkulasi
Tanda : perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi) Distrimia,
takikardia/bradikardia Wajah kemerahan, diaforesis
Integritras ego
Gejala : perasaan cemas dan terlalu berkonsentrasi pada masalah yang
dihadapi
Tanda : tampak takut dan bingung
Eliminasi
Gejala : adanya perubahan pola eliminasi
Tanda : kelemahan pada otot-otot abdomen Hilangnya sensasi anal (anus) atau
berkemih dan refleks sfingter
Makanan/cairan
Gejala : kesilitan dalam mengunyah dan menelan
Tanda : gangguan pada refleks menelan
Neurosensori
Gejala : kebas, kesemutan yang dimulai dari kaki atau jari-jari kaki dan
selanjutnya terius naik (distribusi stoking atau sarung tangan) Perubahan rasa
terhadap posisi tubuh, fibrasi, sensasi nyeri, sensasi suhu. Perubahan
46
Tanda : hilangnya atau menurunnya refleks tendon dalam Hilangnya tonus
otot, adanya masalah dengan keseimbangan Adanya kelemahan pada otot-otot
wajah, terjadi ptosis kelopak mata (keterlibatan saraf kranial), kehilangan
kemampuan untuk berbicara
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri tekan otot, seperti terbakar, sakit, nyeri (terutama pada bahu,
pelvis, pinggang, punggung dan bokong). Hipersensitif terhadap sentuhan.
Pernapasan
Gejala : kesulitan dalam bernapas, napas pendek.
Tanda : pernapasan perut, menggunakan otot bantu napas, apnea. Penurunan
atau hilangnya bunyi napas Menurunnya kapasitas vital paru Pucat/sianosis
Gangguan refleks menelan/batuk
47
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi dan
transmisi
Tujuan/kriteria hasil :
Intervensi
Mandiri
kolaborasi
48
3. perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan disfungsi sistem saraf
autonomik yang menyebabkan penumpukan vaskuler dengan penurunan
aliran balik vena
Tujuan/kriteria hasil :
Intervensi
Mandiri
Kolaborasi
1. berikan pengobatan :
- cairan IV dengan hati-hati sesuai indikasi
- beri obat seperti antihipertensi dengan kerja pendek
- heparin
49