Fermentasi asam laktat merupakan respirasi anaerob yang menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir. Fermentasi ini terjadi pada kelompok bakteri pemecah gula susu (laktosa), sehingga kelompok bakteri ini digunakan untuk pengolahan susu untuk menghasilkan produk susu fermentasi pada penerapan bioteknologi konvensional. Selain itu, pada tubuh hewan dan manusia dapat memilih jalur ini ketika kondisi tertentu yang tidak memungkinkan untuk respirasi aerob. Asam laktat yang dihasilkan ini merupakan senyawa toksik bagi tubuh yang dapat menumpuk di salah satu titik bagian tubuh dan menimbulkan rasa pegal. Aktivitas berat merupakan salah satu pemicu tubuh menghasilkan asam laktat. Proses fermentasi asam laktat memerlukan bahan dasar berupa glukosa dan dibantu dengan menggunakan enzim. Senyawa organik berupa asam laktat dihasilkan oleh Bakteri Asam Laktat (BAL). Proses fermentasi asam laktat dimulai dari jalur glikolisis yang menghasilkan asam piruvat melalui perombakan glukosa yang terjadi di sitoplasma. Reaksi glikolisis terdiri atas sepuluh tahapan yang melibatkan enzim-enzim respirasi di dalan sitoplasma. Pada tahapan awal merupakan tahapan yang memakai energi, sementara pada tahapan akhir adalah reaksi pembentukan energi. Total energi yang dihasilkan dari reaksi ini ialah sebesar dua ATP. Selain itu, produk dari perombakan glukosa adalah dua asam piruvat dan produk samping berupa dua NADH. Seperti pada jalur respirasi anaerob, fermentasi asam laktat hanya berlangsung di dalam sitoplasma. Senyawa yang terbentuk dari glikolisis (asam piruvat) akan direduksi menjadi senyawa lain yang tetap berlangsung di dalam sitoplasma. Asam piruvat yang terdegradasi akan mengalami degradasi molekul secara anaerob karena tidak tersedianya oksigen. Asam piruvat yang terdegradasi dikatalisis oleh enzim asam dehidrogenase dan direduksi NADH untuk menghasilkan ATP dan asam laktat. Reaksi reduksi ini memerlukan ion hidrogen yang akan diambil dari dua senyawa NADH produk samping glikolisis. Dengan demikian, hasil akhir dari tahapan fermentasi asam laktat ialah dua molekul asam laktat dan dua molekul NAD. Secara umum, terdapat dua jenis fermentasi asam laktat, yaitu homofermentatif dan heterofermentatif. Secara garis besar, keduanya memiliki kesamaan dalam mekanisme pembentukan asam laktat, yaitu piruvat akan diubah menjadi laktat (asam laktat) dan diikuti dengan proses transfer elektron dari NADH menjadi NAD+. Pola fermentasi ini dapat dibedakan dengan mengetahui keberadaan enzim yang berperan di dalam jalur glikolisis. 1.1.1. Homofermentatif Fermentasi asam laktat jenis homofermentatif merupakan fermentasi asam laktat yang sebagian besar hasil akhir merupakan asam laktat. Pada proses fermentasi homofermentatif melibatkan aldolase dah heksosa aldolase namun tidak memiliki fosfoketolase serta hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan karbondioksida (CO2). Jalur metabolisme dari yang digunakan pada homofermentatif adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas (EMP). Beberapa contoh genus bakteri yang merupakan bakteri homofermentatif adalah Streptococcus, Enterococcus, Lactococcus, Pediococcus, dan Lactobacillus. Tahap pertama dimana glukosa diubah menjadi glukosa-6 fosfat, ADP, dan H+ dengan bantuan ATP serta enzim berupa heksokinase melalui reaksi fosforilasi substrat. Pada reaksi ini sebuah molekul ATP dibutuhkan untuk mengkonversi glukosa menjadi glukosa-6 fosfat. Reaksi ini menjaga kadar gula dalam sitoplasma tetap rendah sebagai stimulasi agar asupan ke dalam sitosol tetap mengalir melalui transporter glukosa dan mencegah glukosa untuk keluar kembali ke dalam periplasma. Tahap selanjutnya glukosa-6 fosfat diubah menjadi fruktosa- 6 fosfat melalui reaksi isomerisasi dan bantuan enzim fosfoglukosa isomerase. Enzim fosfoglukosa isomerase akan memindahkan gugus karbonil oksigen dan mengkonversi glukosa-6 fosfat menjadi bentuk isomernya berupa fruktosa-6 fosfat (F6P). Reaksi ini bersifat umpan balik, namun seringkali terdorong ke reaksi berikutnya karena kadar fruktosa-6 fosfat menjadi tinggi, reaksi umpan balik akan terjadi dengan sendirinya mengkonversi fruktosa-6 fosfat menjadi glukosa-6 fosfat. Tahap ketiga yaitu fruktosa-6 fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6 bifosfat dan menghasilkan ADP serta H+ dengan bantuan fosfofruktokinase dan kofaktor berupa magnesium (Mg2+). Tahap ini merupakan titik regulasi glikolisis yang utama. Tahap keempat dimana fruktosa-1,6 bifosfat diubah menjadi dihidroksi aseton fosfat dan gliseraldehid-3 fosfat dengan menggunakan aldolase. Aldolase merupakan enzim yang bekerja tanpa bantuan oksigen dan terlibat dalam reaksi glikolisis yaitu reaksi pemecahan glukosa menghasilkan energi. Aldolase bekerja mempercepat reaksi kimia organik bolak-balik. Tahap ini menghasilkan dua molekul tiga karbon DHAP dan G3P. Tahap kelima merupakan tahap isomerasi dihidroksi aseton fosfat menjadi gliseraldehid-3 fosfat dengan bantuan enzim trios fosfat isokinase. Reaksi lebih cenderung ke kanan dengan konsentrasi G3P rendah. Tahap keenam dimana gliseraldehid-3 fosfat sebelumnya dikonversi melalui reaksi oksidasi menjadi 1,3 bifosfogliserat disertai dengan NADH dan H+ dengan bantuan enzim gliseraldehid-3 fosfat dehidrogenase dan tambahan koenzim NAD+, sehingga rasio NAD+/NADH+H di dalam sel sangat penting untuk pengaturan laju dan arah reaksi. Tahap ketujuh berlangsung pengubahan 1,3- bifosfogliserat menjadi 3-fosfogliserat dengan bantuan enzim berupa fosfogliserat kinase dan kofaktor Mg2+. Reaksi ini merupakan reaksi fosforilasi tingkat substrat untuk ADP menjadi 3-fosfogliserat dan ATP (2 molekul ATP setiap 1 glukosa). 3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat pada tahap delapan dengan menggunakan enzim fosfogliserat mutase. Reaksi pada kondisi standar cenderung lebih ke arah kiri untuk membentuk 3-fosfogliserat. Di dalam sel, konsentrasi 3PG dijaga selalu tinggi sehingga reaksi cenderung ke arah kanan. Tahap kesembilan yaitu 2-fosfogliserat yang telah dihasilkan diubah menjadi fosfoenolpiruvat dan air (H2O) menggunakan enzim enolase. Tahap ini merupakan reaksi dehidrasi sederhana dari 2-fosfogliserat menjadi fosfoenolpiruvat (PEP). Tahap terakhir yaitu fosfoenolpiruvat bersama ADP dan H+ diubah menjadi asam piruvat dan ATP dengan bantuan enzim piruvat kinase dan kofaktor magnesium (Mg2+). Dua asam piruvat dari tahap glikolisis direduksi langsung oleh NADH yang dihasilkan dari tahap glikolisis. Molekul asam piruvat hasil glikolisis menerima elektron dan hidrogen dari NADH. Transfer elektron dan hidrogen menghasilkan NAD+ kembali. Pada saat yang sama, asam piruvat diubah menjadi asam laktat dan 2 ATP tanpa melepaskan karbondioksida (CO2). Fermentasi asam laktat banyak dilakukan oleh fungi dan bakteri tertentu untuk membuat yogurt. 1.1.2. Heterofermentatif Fermentasi asam laktat jenis heterofermentatif merupakan fermentasi asam laktat yang dimana hasil akhirnya berupa asam laktat disertai dengan asam asetat, etanol, dan karbondioksida (CO2). Pada proses fermentasi heterofermentatif dengan menggunakan heksosa (golongan karbohidrat yang terdiri dari enam atom karbon) akan melalui jalur heksosa monofosfat atau pentosa fosfat (HMP). Beberapa contoh genus bakteri yang merupakan bakteri heterofermentatif adalah Leuconostoc dan beberapa spesies dari Lactobacillus. Contoh heterofermentatif merupakan proses fermentasi yang biasanya terjadi dalam pembuatan tape. Bakteri asam laktat heterofermentatif akan memfermentasi heksosa melalui jalur 6-fosfoglukonat atau fosfoketolase. Jalur ini mempunyai fase oksidatif awal yang diikuti oleh fase non oksidatif. Pada fase oksidatif, glukosa melalui proses fosforilasi akan dioksidasi menjadi 6-fosfoglukonat oleh glukosa fosfat dehidrogenase dan kemudian didekarboksilasi menghasilkan satu molekul CO2 dan senyawa dengan lima karbon serta ribulosa-5-fosfat. Pada fase non-oksidatif, senyawa dengan lima karbon dikonversi menjadi xylulosa-5-fosfat dan dengan proses hidrolisis akan menghasilkan satu gliseraldehid 3-fosfat dan satu asetil-fosfat yang kemudian gliseraldehid-3-fosfat akan dirubah menjadi asam laktat. Asetil- fosfat dioksidasi menghasilkan asam asetat atau direduksi menghasilkan etanol. Jalur Hexose Monophosphate Pathway (HMP) terdiri dari fase oksidatif (irreversible) mengubah glukosa 6-fosfat menjadi ribulosa 5-fosfat dan non- oksidatif (reversible) mengubah ribulosa 5-fosfat menjadi ribosa 5-fosfat. Fase oksidatif menghasilkan NADPH dimana terjadi reaksi dehidrogenasi glukosa 6- fosfat menjadi 6-fosfoglukonat lewat pembentukan 6-fosfoglukonolakton yang dikatalisis oleh enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase, suatu enzim yang bergantung NADP. Hidrolisis 6-fosfoglukonolakton dilaksanakan oleh enzim glukonolakton hidrolase. Tahap oksidasi yang kedua yaitu dikatalisis oleh enzim 6- fosfoglukonat dehidrogenase, yang juga memerlukan NADP+ sebagai akseptor hidrogen. Dekrboksilase kemudian terjadi dengan pembentukan senyawa ketopentosa berupa ribulosa 5-fosfat. Reaksi mungkin berlangsung dalam dua tahap melalui intermediate 3-keto-6-fosfoglukonat. Ribulosa 5-fosfat kini berfungsi sebagai substrat bagi dua enzim yang berbeda. Ribulosa 5-fosfat 3-epimerase mengubah konfigurasi disekitar karbon tiga dari ribulose 5-fosfat, dengan membentuk epimer xilulosa 5-pospat, yaitu senyawa ketopentosa lainnya. Ribosa 5-fosfat ketoisomerase mengubah ribulosa 5-fosfat menjadi senyawa aldopentosa yang bersesuaian, yaitu ribosa 5-fosfat yang merupakan prekursor bagi residu ribosa yang diperlukan dalam sintesis nukleotida. Enzim transketolase mengatalisis proses pemindahan unit dua karbon dari xilulosa 5-fosfat kepada ribulosa 5-fosfat, yang menghasilkan ketosa sedoheptulosa 7-fosfat tujuh karbon dan aldosa gliseraldehid 3-fosfat. Kedua produk ini kemudian memasuki reaksi lainnya yang dikenal sebagai reaksi transaldolasi. Enzim transaldolasi memungkinkan pemindahan moietas dihidroksiaseton tiga karbon (karbon 1-3), dari ketosa sedoheptulosa 7-fosfat kepada aldosa gliseraldehid 3- fosfat untuk membentuk ketosa fruktosa 6-fosfat dan aldosa eritrosa 4-fosfat. Kemudian berlangsung reaksi selanjutnya yang sekali lagi melibatkan enzim transketolase, dengan xilulosa 5-fosfat berfungsi sebagai donor glikoaldehid. Pada keadaan ini, eritrosa 4-fosfat yang terbentuk bertindak sebagai akseptor dan hasil reaksinya adalah fruktosa 6-fosfat serta gliseraldehid 3-fosfat. Gliseraldehid 3-fosfat selanjutnya memasuki tahap keenam glikolisis pada jalur EMP. Gliseraldehid-3 fosfat tersebut dikonversi melalui reaksi oksidasi menjadi 1,3 bifosfogliserat disertai dengan NADH dan H+ dengan bantuan enzim gliseraldehid- 3 fosfat dehidrogenase dan tambahan koenzim NAD+ sehingga nantinya terbentuk fosfoenolpiruvat (PEP). Fosfoenolpiruvat bersama ADP dan H+ diubah menjadi satu molekul asam piruvat dan ATP dengan bantuan enzim piruvat kinase. Asam piruvat tersebut direduksi menggunakan NADH dan H+ menghasilkan asam laktat. Xilulosa 5-fosfat dengan bantuan enzim fosfoketolase juga diubah menjadi asetil fosfat. Asetil fosfat tersebut selanjutnya diubah menjadi asetil KoA, dengan bantuan reduksi NADH serta H+, asetil KoA diubah menjadi asetaldehid. NADH memberikan elektron dan hidrogen kepada asetaldehid, sehingga terbentuk produk alkohol yang beruba etanol. Selain membentuk etanol, asetil fosfat juga dapat membentuk asetat. Asetil fosfat dengan melepaskan energinnya terhadap ADP membentuk ATP, dapat berubah menjadi asetat. LAMPIRAN
Gambar 1. Glikolisis Jalur Embden-Meyerhof-Parnas
(Sumber: Muslim, 2007)
Gambar 2. Fermentasi Asam Sulfat Homofermentatif
(Sumber: Muslim, 2007) Gambar 3. Jalur Glikolisis Hexose Monophosphate Pathway (Sumber: Kusnadi, 2012)