You are on page 1of 6

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

PEMASANGAN INFUS
PADA KLIEN DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG
DI IGD RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG

Inisial pasien : Nn. Z


Diagnosa Keperawatan : Febris Typoid
No. Register :-

1. Diagnosa Keperawatan dan Dasar Pemikiran


a. Diagnosa keperawatan
DS :
- Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami nyeri dibagian perut,
tidak nafsu makan, pasien juga mengalami demam,
- Keluarga paien mengatakan pasien sering mual muntah
- P: nyeri saat diam dan bergerak, Q: tertusuk-tusuk, R: bagian perut, S: 6,
T: sering
DO :
- Klien terlihat lemas
- Mukosa bibir tampak pucat dan kering
- Capillary refill > 2 detik
- BB: 47 Kg
- Suhu: 37, 9º C
2. Diagnosa Keperawatan : nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuan tubuh, kekurangan volume cairan, dan hipertermia
3. Dasar pemikiran

4. Tindakan Keperawatan yang Dilakukan


Memberikan cairan Ringer Laktat perintravena (infus)
5. Prinsip Tindakan
- Menggunakan prinsip streril dan antiseptik
- Prinsip 6 benar dalam memberikan obat ke pasien
- Mencegah terjadinya emboli
- Menjelaskan tujuan pemberian cairan infus
- Memonitor cairan infus
Prosedur :
1) Cuci tangan dan mempersiapkan alat.
2) Buka kemasan steril dengan mengguanakan tehnik aseptik.
3) Siapkan cairan infus dan isi slng infus.
4) Pilih jarum IV yang tepat.
5) Pilih tempat distal vena yang digunakan.
6) Bila terdapat banyak rambut, guntinglah.
7) Bila mungkin, letakkan ekstrimitas pada posisi dependen.
8) Letakkan torniket 10-12 cm diatas tempat tusukan. Torniket harus
menyumbat aliran vena, bukan arteri. Periksa adanya nadi distal.
9) Kenakan sarung tangan sekali pakai. Pelindung mata dan masker dapat
digunakan untuk mencegah cipratan darah pada membran mukosa
perawat.
10) Letakkan ujung adapter jarum perangkat infus dekat kassa steril.
11) Pilih vena yang berdilatai baik.
12) Bersihkan tempat insersi dengan gerakan sirkuler yang kuat
mengguankan larutan povidon iodin, hindari menyentuh tempat yang
telah dibersihkan, biarkan tempat tersebut mengering selama 30 detik.
Bila klien alergi iodin, gunakan alkohol 70% selama 60 detik.
13) Lakukan pungsi vena. Tahan vena dengan meletakkan ibu jari diatas
vena dan dengan meregangkan kulit berlawanan arah penusukan 5-7,5
cm ke arah distal tempat penusukan. Jarum kupu-kupu yang
menandakan bahwa jarum telah menusuk vena. Turnkan jarum sampai
hampir menyentuh kulit. Dorong kateter ke dalam vena sampai
hubungan menempel dengan tempat pungsi vena.
14) Tahan kateter dengan satu tangan, lepaskan torniket dan lepas stilet
dari ONC. Jangan tutup kembali stilet. Dengan cepat hubungkan
adapter jarum dari perangkat pemberian atau heparin lock ke hubungan
dari ONC atau selang kupu-kupu. Jangan menyentuh tempat masuk
adapter jarum.
15) Lepaskan klem roler untuk memulai infus pada kecepatan untuk
mempertahankan patensi aliran IV.
16) Amankan kateter atau jarum IV (plester dibawah kateter, gunakan
balutan kassa, oleskan salep povidon iodin ditempat pungsi vena,
plester kedua tempat menyilang hubungan katerer dan amankan plester
2,5 cm, letakkan loop selang infus pada balutan mengguanakan plester
2,5 cm).
17) Untuk pemberian cairan IV, atur kecepatan aliran sampai tetesan yang
tepat.
18) Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan aliran serta ukuran jarum
balutan.
19) Lepaskan sarung tangan, singkirkan alat dan cuci tangan.

6. Analisa Tindakan
Pemberian cairan intravena bertujuan untuk menggantikan
kekurangan serta kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan
dalam tubuh. Larutan Ringer Laktat merupakan cairan isotonik,
mempunyai osmolalitas total yang mendekati cairan ekstraseluler.
Kandungan Ringer Lactat adalah Natrium 130 mEq/L, Kalium 4 mEq/L,
calsium 3 mEq/L, Cl 109 mEq/L. Lactat dimetabolisme menjadi
bikarbonat 28 mEq/L. Ringer Lactat merupakan suatu larutan isotonis
yang mengandung berbagai elektrolit dalam konsentrasi yang kurang lebih
sama dengan yang terkandung dalam plasma.
Setelah dilakukan pemberian cairan intravena seharusnya kita
mengetahui hasil tes laboratorium tentang nilai status cairan dan elektolit
seperti LED (osmolalitas dan osmolaritas), BUN, kreatinin, berat jenis
urin, Ht, kalium dan nilai natrium urin, akan tetapi hal ini tidak dilakukan
karena keterbatasan waktu dan tenaga. Pasien yang mengalami kehilangan
cairan akan mempunyai BUN yang proporsinya melebihi tingkat kreatinin
serum (>10:1). BUN dan kreatinin dapat meningkat akibat dehidrasi atau
penurunan perfusi dan fungsi ginjal. Kadar hematokrit juga lebih besar
dari normal karena sel darah merah terkumpul dalam volume plasma yang
menurun. Perubahan elektrolit serum mungkin juga timbul, kadar kalium
dan natrium dapat menurun atau meningkat. Berat jenis urin untuk
mengukur kemampuan ginjal mengekskresi atau menghemat air. Kondisi
yang meningkatkan kadar hematokrit adalah dehidrasi dan polisetemia.

7. Bahaya yang Dapat Terjadi


- Infeksi
- Emboli
- Tromboplebitis
- Overhidrasi
Pencegahan :
- Memasang infus dengan prinsip steril.
- Membuang/mengeluarkan udara dari selang infus sebelum
pemasangan.
- Memonitor tetesan infus secara tepat dan memantau reaksi klien.

8. Hasil yang Didapat dan Maknanya


S : keluarga pasien mengatakan pasien tampak tenang setelah dilakukan
penginfusan
O:
- Terpasang infus pada pergelangan tangan kiri
- Diberikan cairan RL 12 tpm
- Capillary refill : > 2 detik
- BB: 7 Kg
- Suhu : 37,6 ºC
9. Tindakan Keperawatan yang Lain
- Pantau tanda-tanda vital selama periode darurat, setiap 2
jam selama periode akut.
- Pantau intake dan output selam periode darurat
- Ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung bila
perlu.
- Anjurkan meningkatkan minum.

10. Evaluasi Diri


Mampu memasang infus dengan baik karena saat pemasangan infus
didampingi oleh perawat ruangan. Pemasangan infus masih tetap
menggunakan prinsip steril meskipun pada saat pemasangan infus tidak
menggunakan sarung tangan karena keterbatasan sarana dan prasarana
yang ada.

11. Kepustakaan
Doenges, Marylin E.. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3.
Jakarta : EGC.
Kusyati, Eni. 2003. Keterampilan dan Prosedur Keperawatan Dasar.
Semarang : Kilat Press.
Price, Sylvia A.. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 4 Buku 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Brunner Suddarth. Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC.

Semarang, 6 Juni 2016


Pembimbing, Mahasiswa,

Dwi Fida Agustina


1303014

You might also like