You are on page 1of 8

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN 2012

A. DEFINISI
Disentri berasal dari bahasa Yunani yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang
berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah.
disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air
besar. Buang air besar ini berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan
dan darah.
Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja ,
yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya.
Jadi Disentri adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran pencernaan, khususnya
di usus besar. Yang ditandai dengan sakit perut konsistensi tinja melembek hamper mencair dan
kadang disertai darah

B. ETIOLOGI
1. Bakteri (Disentri basiler)

a. Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri
yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa
disebabkan oleh Shigella
b. Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
c. Salmonella
d. Campylobacter jejuni, terutama pada bayi

2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5
tahun

C. FACTOR RESIKO

1. Perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare:


a. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan,
b. Menggunakan botol susu yang tercemar,
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar dalam waktu cukup lama,
d. Menggunakan air minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja
e. Tidak mencuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang tinja atau
sebelum memasak makanan,
f. Tidak membuang tinja secara benar.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dimulai dalam 1-4 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak yang lebih muda, gejala
dimulai secara tiba-tiba dengan demam, rewel, perasaan mengantuk, hilangnya nafsu makan,
mual dan muntah, diare, nyeri perut dan kembung dan nyeri pada saat buang air besar. Setelah 3
hari, tinja akan mengandung nanah, darah dan lendir. Buang air besar menjadi lebih sering,
sampai lebih dari 20 kali/hari. Bisa terjadi penurunan berat badan dan dehidrasi berat.
Pada orang dewasa tidak terjadi demam dan pada mulanya tinja sering tidak berdarah dan
tidak berlendir. Gejalanya dimulai dengan nyeri perut, rasa ingin buang air besar dan
pengeluaran tinja yang padat, yang kadang mengurangi rasa nyeri. Episode ini berulang, lebih
sering dan lebih berat. Terjadi diare hebat dan tinja menjadi lunak atau cair disertai lendir, nanah
dan darah. Kadang penyakit dimulai secara tiba-tiba dengan tinja yang jernih atau putih, kadang
dimulai dengan tinja berdarah. Sering disertai muntah-muntah dan bisa menyebabkan dehidrasi.

1. Disentri basiler
a. Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada
permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-
72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
b. Panas tinggi (39,50 – 400 C), appear toxic.
c. Muntah-muntah.
d. Anoreksia.
e. Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
f. Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala,
letargi, kaku kuduk, halusinasi).
2. Disentri amoeba
a. Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
b. Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
c. Sakit perut hebat (kolik)
d. Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).

E. PATOFISIOLOGI
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain makanan, minuman
yang tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan tinja penderita. Bakteri menyebabkan
penyakit dengan menyusup ke dalam lapisan usus, menyebabkan pembengkakan dan kadang
kadang luka dangkal.

Disentri Basiler biasanya dialami anak-anak yang lebih muda. Kuman penyakit ini masuk
langsung ke dalam alat-alat pencernaan dan menyebabkan pembengkakan dan pemborokan
dangkal. Peradangan yang hebat mungkin meliputi seluruh usus besar dan juga usus halus bagian
bawah.
Organisme ini disebarkan dari satu orang ke orang lainnya melalui makanan dan air yang
sudah dikotori atau yang disebarkan oleh lalat. Kuman disentri ini hidup dalam usus besar
manusia dan menyebabkan luka pada dinding usus. Inilah yang menyebabkan kotoran penderita
seringkali tercampur nanah dan darah.
Penyakit ini biasanya menyerang dengan tiba-tiba sekitar dua hari setelah terkena kuman
terutama pada anak-anak. Setelah itu demam, anak cengeng, dan mudah mengantuk. Nafsu
makannya hilang, mual, muntah, mencret, nyeri perut disentri kembung.
Dua-tiga hari kemudian tinjanya mengandung darah, nanah dan lendir. Penderita
mungkin mengeluarkan tinja encer 20 sampai 30 kali sehari sehingga ia bisa kekurangan cairan.
Pada tahap parahnya infeksi terjadi hebat dan bisa menyebabkan kematian.
Untuk mengobatinya biasanya dilakukan dengan mengganti cairan yang keluar seperti
oralit. Selain itu pemberian antioksidan sangat penting untuk membunuh kuman. Meski begitu
upaya pencegahan adalah dengan menjaga kebersihan, membasmi lalat di rumah, serta jaga
makanan dan minuman dari kotoran.
Jika dalam kurun waktu tersebut tidak terlihat respons, harus dilakukan evaluasi apakah
disentri tersebut bukan disentri basiler tetapi disentri amuba atau kuman tersebut sudah resisten
terhadap antibiotik yang diberikan, sehingga perlu diganti.
Pengobatan disentri harus segera kalau tidak dapat membahayakan jiwa anak atau
kemungkinan komplikasi bisa terjadi.

F. PATHWAYS

DISENTRI
BAKTERI AMOEBA

1. 1. Shigela EntamoebaHistolityca
2. E coli
3. Salmonella

4. Campylobacter jejuni

Makanan terkontaminasi kontak dengan


tinja penderita

masuk melalui mulut

masuk ke lapisan usus

pembengkakan / luka dangkal


DISENTRI BASILER DISENTRI AMOEBA

a. Panas tinggi (39,50 – 400 C), appear toxic.


b. Muntah-muntah. nutrisi
c. Anoreksia. nutrisi

d. Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.

a. Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.


b. Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
c. Sakit perut hebat (kolik)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Dokter akan memberikan antibiotik sesuai dengan gambaran klinis diare, tes
laboratorium diperlukan untuk mengetahui tanda-tanda ketahanan kuman dan jenis disentri.
Namun biasanya dokter akan memberikan antibiotik selama 5-7 hari.
Antibiotika
1. Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi yang sesuai.
Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan resiko
komplikasi dan kematian.
2. Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimokasazol (trimetoprim
10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari.
3. Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol
dibandingkan placebo10.
4. Alternatif yang dapat diberikan : o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis o Cefixime
8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM o
Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
5. Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja
berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik
harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.
6. Terapi antiamubik diberikan dengan indikasi : o Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica
dalam pemeriksaan mikroskopis tinja. o Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2
antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk
disentri basiler.
7. Terapi yang dipilih sebagai antiamubik intestinal pada anak adalah Metronidazol 30-
50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E.
hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan
darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia.
Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai
adanya syok sepsis.

2. Komponen terapi disentri :


a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal
pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah
penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
b. Diet
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori
dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat
diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang diduga
mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan
preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang
memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya resiko untuk
memperpanjang masa sakit.
c. Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan§ dengan bersih sehabis
membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.
1) Upaya rehidrasi oral tidak tepat untuk :

a) Pengobatan awal dehidrasi berat, karena cairan harus diganti dengan cepat.

b) Penderita ileus paratikus dan perut kembung.

c) Penderita yang tidak dapat minum.

2) Upaya rehidrasi oral tidak efektif untuk :

a) Penderita dengan pengeluaran tinja yang sangat banyak dan cepat (lebih dari 15 ml/kgBB/jam)
serta penderita tidak dapat minum cairan dengan jumlah yang cukup untuk mengganti
kehilangannya.

b) Penderita dengan muntah berat dan berulang-ulang.

c) Penderita malabsorbsi glukosa; penderita seperti itu larutan oralit menyebabkan volume tinja
meningkat nyata dan tinja mengandung glukosa jumlah besar.
I. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : saat di mana tubuh kita tidak seimbang dalam kadar cairannya , tentunya banyak
cairan yang dikeluarkan daripada yang dihidupkan.

2. Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia ( Hyponatremia merujuk pada tingkat sodium dalam
darah yang lebih rendah dari normal. Sodium adalah penting untuk banyak fungsi-fungsi tubuh
termasuk pemeliharaan keseimbangan cairan, pengaturan dari tekanan darah, dan fungsi normal
dari sistim syaraf ).

3. Sepsis (suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik / inflammatory sytemic rection
yang dapat disebabkan oleh invansi bakteri, virus, jamur atau parasit.) dan DIC

4. Sindroma Hemolitik Uremik : suatu penyakit dimana secara tiba-tiba jumlah trombosit menurun
(trombositopenia, sel-sel darah merah dihancurkan (anemia hemolitik) dan ginjal berhenti
berfungsi (gagal ginjal).

5. Malnutrisi/malabsorpsi kekurangan nutrisi dari sejak dalam kandungan

6. Hipoglikemia kekurangan glukosa dalam darah

7. Prolapsus rectum (turunnya rektum melalui anus )

8. Reactive arthritis : suatu kondisi yang dipicu oleh infeksi yang terjadi di tubuh - paling sering
usus, alat kelamin atau saluran kemih. Sakit sendi dan bengkak merupakan ciri khas dari arthritis
reaktif. Artritis reaktif juga dapat menyebabkan peradangan pada mata, kulit dan saluran yang
membawa urin dari kandung kemih (uretra). Arthritis reaktif juga kadang-kadang disebut
sindrom Reiter, meskipun istilah ini lebih akurat mengacu pada subtipe artritis reaktif terutama
yang mempengaruhi sendi, mata dan uretra.

9. Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian atau jantung, dan kadang-
kadang usus yang berlubang.
10. Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan sebagian selaput lendir usus
keluar melalui lubang dubur (prolapsus rekti).

You might also like