You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAN HIDRONEFROSIS

Dosen Pengampu : Nana Rohana, SKM.,M.Kep

Disusun Oleh

1. Reni Anderiyani S. (1407056)


2. Rio Ujiana Andrewianto (1407058)
3. Ririn Nur Indah S. (1407060)
4. Sarah Lutfiana (1407062)
5. Septiani Rizky Amelia P. (1407064)
6. Siti Aroma (1407066)
7. Sri Rahayu (1407068)

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG

2014 / 2015

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke Hadiran Tuhan Yang


Maha Esa yang mana telah memberikan berkat-Nya kepada kami
untuk menyelesaikan tugas makalah mata kuliah sistem perkemihan
tentang hidronefrosis

Makalah ini dibuat untuk memenuhu tugas perkuliahan sistem


perkemihan untuk menambah wawasan mengenai penatalaksanaan
penyakit dibidang keperawatan.

Penyusun menyadari bahwa penulisan dalam makalah ini masih


jauh dari sempurna kritik dan saran untuk penyempurnaan semoga
telahah ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua.
Amin

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 4

A. LATAR BELAKANG ................................................................ 4


B. TUJUAN PENULISAN .............................................................. 5

BAB II KONSEP DASAR ............................................................................ 6

A. DEFINISI .................................................................................... 6
B. ETIOLOGI .................................................................................. 6
C. MANIFESTASI KLINIS ............................................................ 7
D. PATOFISIOLOGI ....................................................................... 8
E. PATWAY.................................................................................... 9
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG ................................................ 10
G. PEMERIKSAAN FISIK ............................................................. 11
H. KOMPLIKASI ............................................................................ 11
I. PENATALAKSANAAN ............................................................ 11
J. PENGOBATAN .......................................................................... 12
K. PENGKAJIAN ............................................................................ 12
L. DIAGNOSA ................................................................................ 14
M. INTERVENSI ............................................................................ 15

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 18

A. SARAN ....................................................................................... 18
B. KESIMPULAN ........................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat
tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam
keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang
sangat rendah.Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir
kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis)
dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal
ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan
ginjal yang rapuh.Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap
dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal
akan kehilangan fungsinya.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat
menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air
kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan
kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi
kerusakan yang menetap. Hidronefrosis banyak terjadi selama
kehamilan karena pembesaran rahim menekan ureter. Perubahan
hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi
ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih.
Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir.
Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah
komplikasi yang ditimbulkan dari hidronefrosis pelu dilakukan
penatalaksanaan yang spesifik, yaitu untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk
mempertahankan serta melindungi fungsi renal.

4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan hidronefrosis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang pengertian dari
hidronefrosis
b. Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang etiologi dari
hidronefrosis
c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang patofisiologi dari
hidronefrosis
d. Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang manifestasi klinik
pada pasien hidronefrosis
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi

5
BAB II

Konsep Dasar

A. Definisi
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis
ginjal dan kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggpa sebagai
respons fisiologis terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini
sering disebabkan oleh proses obstruktif,tetapi dalam beberapa
kasus,seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem
pengumpulan mungkin membesar karena adanya obsruksi.
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi
hebat pada parenkim ginjal (Sylvia, 1995).

B. Etiologi
Faktor yang menyebabkan terbentuknya kondisi hidrronefrosis :
- Jaringan perut ginjal atau ureter
- Batu
- Neoplasma atau tumor
- Hipertrofi prostat
- Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan ureter
- Penyempitan ureter
- Pembesaran uretus pada kehamilan
(Smeltezer dan Bare,2002).

6
C. Manifestasi Klinis
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.
Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang.
Jika terjadi infeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan
serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika
kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan
muncul, seperti:
- Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
- Gagal jantung kongestif.
- Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
- Pruritis (gatal kulit).
- Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
- Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
- Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
- Amenore, atrofi testikuler.
(Smeltzer dan Bare, 2002)

D. Patofiologi
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di
uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua
ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya
batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak. Obstruksi
parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk
di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya.
Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter
atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan
menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk
abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang
menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab
tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat

7
pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan
akibat pembesaran uterus. Adanya akumulasi urin di piala ginjal akan
menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal
terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap,
maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi
kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare,
2002).

8
E. Patway

Infek Tumor/neo Pembesara


Proses
plasma n pada
infeksi si
di uterus
p
sekitar pada
Meta Perad
d
ureter
Kompre saat
Kompresi
b ua
atau
si kehamil
pada
oli n
Terber uretra ansalur
s g pad
Panas/
e
nt an
m a a
de
tr
uk uret kemi
e
m n
ny
a er h
HIPERT
am Urine
a paru
EM
en
m yan
jar Obstru t
GAN
inI g
in ksi G
Obstr
gk
se kel
ga G
at uk uar
n Urineba
si U
gia sedi
Kolikak pa m Kegagala A
kit Lambu
re ru n n
ut en N ng
ata kar
nal t Hidro
ga ginjal
ena P
is/ u untu
lir
ur Ureum
O
NYERI tot ada
ny ba
et k be
al Penin
pen L
AK
eri Urine mem
lik
er rte
alir g
ye A
pin
UT re buan mu
an mpik E
gg fla g
/N Mualde
at
tan
an k
Peneka limb L
YE Bersif ng
mu
urea
g ke
nan ah I nta
RI an
nat
ter/
pe
pad meta MhHC
KR urra
GANG
lvia ure
bolik I LG
ON ecu
tra
System
smed
NU
IS Ganggu un
pe
giulla
an md AA
njginj nce
fun dal S N
alal/p rna
gsi a
al I N
ada 9 an
ginj am UU
sel
al mtu RT
sel
F. Pemeriksaan penunjang
Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis hidronefrosis:
1. Urinalisis :
a. Warna, kejernihan dan bau urine
b. Keasaman (Ph) dan berat jenis urine
c. Protein, glukosa, badan keton dalam urine
d. Sedimen urine : Erytrosit, leukosit, silinder, kristal, pus dan
bakteri

2. Blood Study :
a. Complete blood count :
1) Leukosit : meningkat pada infeksi, peritonitis
2) Erytrosit, HB, HMT : menurun pada CKD
b. Protein serum : menurun pada nepritis
c. Uric acid : meningkat pada kerusakan fungsi renal,kerusakan
absorbsi tubuler.
d. BUN (Blood Urea Nitrogen) : meningkat pada
glomerulonefritis, obstruksi tubuler, obstruksi uropati,
sindrome nefrotik
e. Kreatinin serum : meningkat pada insufisiensi ren
3. Imaging Studies:
a. CT scan renal & MRI (Magnetic Resonance Imaging) : tehnik
non invasif untukmemberikan gambaran penampang ginjal dan
saluran kemih yang sangat jelas
b. IVP (intravenous Pyelogram) : visualisasi ginjal,ureter& vesika
urinaria dg memasukanmedia kontras radiopaque melalui
intravena dilakukan foto rontgent
4. Voiding Cystourethrogram :
a. Memasukkanmedium kontras ke dalambladder dengan tekanan
syringe kemudian dilakukan pengambilan gambar dengan
fluoroskopi.

10
b. Dilakukan pada pasien infeksi saluran kemih, striktur uretra
atau katup, BPH, vesikoureteral refluk
5. USG : Mengetahui akumulasi cairan,massa, malformasi, perubahan
ukuran organ(renal hypertropi), urinary obstruksi, lesi renal (abces,
kista, batuginjal)

G. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat
teraba. Dengan hidronefrosis bilateral, edema ekstremitas bawah dapat
terjadi. Sudut kostovertebral pada sisi yang terkena sering lembut.
Adanya kembung pada kantung kemih yang teraba jelas menambah
bukti bahwa adanya obstruksi saluran kemih.

H. Komplikasi
- Gagal ginjal
- Batu saluran kemih

I. Penatalaksanaan
TujuKannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki
penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk
mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.
Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui
tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani
dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan
menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk
pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi
ureter).Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka
nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare,
2002).

11
J. Pengobatan
 Hidronefrosis akut
- Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri
yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas
penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah
jarum yang di masukkan melalui kulit).
- Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau
yang terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis
renalis untiuk sementara waktu.
 Hidronefrosis kronik.
- Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi
penyumbatan air kemih.
- Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat
melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan
kembali.
- Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari
jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung
kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk
melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali disisi
kandung kemih yang berbeda
- Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi :
 Terapi hormonal untuk kanker prostat
 Pembedahan
 Pelebaran uretra dengan dilator

K. Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri yang luar biasa didaerah tulang rusuk dan tulang panggul (akut)
b. Riwayat kesehatan keluarga

12
Pada keluarga adakah yang menderita penyakit ginjal atau kelainan-
kelainan ginjal.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien dahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu ginjal,
tumor,pembesaran prostat atau kelainan congenital.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Status kesehatan klien saat ini seperti berkemih sedikit terganggu
periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri pinggul.
3. Pola Fungsional
a. Pola nutrisi dan metabolic
BB berkurang ,tidak nafsu makan
b. Pola Aktivitas dan istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise.
c. Pola Itegritas ego
Factor stress, perasaan tidak berdaya, menolak, cemas, marah.
d. Pola Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuri, perubahan warna urin.
e. Nyeri atau kenyamanan
Nyeri tekan abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul,
gelisah, distraksi.
f. Interaksi social
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti
biasanya.
g. Pola konsep diri
 Harga diri : Normal
 Ideal diri : Normal
 Identitas diri : Norrmal
 Gambaran diri : Normal
h. Pola nilai dan keyakinan
Pasien tidak mampu menjalankan ibadah rutin, di karenakan pasien
dalam keadaan sakit.

13
i. Pola toleransi stress-koping
Pasien kalau ada masalah selalu terbuka dengan anggota keluarga
saya, jika ada masalah selalu diselesaikan bersama-sama.
j. Pola kognitif dan perceptual
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan mengerti apa yang
dibicarakan, berespon dan berorientasi dengan baik dengan
perawat dan juga dokter
k. Pola tidur-istirahat
Pasien tidur 4-6 jam

L. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan obstruksi akut.
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan penyempitan
ureter/uterra.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
5.
M. Intervensi

No.No Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


D
X
1 Tutujuan : Nyeri berkurang
1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui
sampai hilang. 2. Beri penjelasan skala dan
Kriteria hasil : -Pasien penyebab nyeri. kualitas nyeri.
tampak rileks.
3. Ajarkan relaksasi dan 2. Meningkatkan
-P pasien mengungkapkan
distraksi. pemahaman
rasa nyeri berkjurang.
4. Kolaborasi pemberian serta
analgetik. mengurangi

14
kecemasan
pasien dan
keluarga.
3. Teknik distraksi
relaksasi dapat
meminimalkan
rasa nyeri.
4. Analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri.
2 Tu tujuan: dapat berkemih
1.Dorong meningkatkan
1.Peningkatan hidrasi
dengan jumlah normal. pemasukan cairan. membilas bakteri darah
iteKriteria hasil : 2. Tentukan pola dan membantu lewatnya
- Intake dan output berkemih normal dan batu.
seimbang. perhatikan fariasi. 2.Biasanya frekuensi
-T tidak mengalami tanda
3. Observasi perubahan meningkat. bila
obstruksi intervensi. status mental, kalkulus mendekati
perilaku atau tingkat pertemuan
kesadaran. uretrovesikal.
4. Awasi pemeriksaan
3. Akumulasi sisa berkemih
laboratorium, dan ketidakseimbangan
ureum,kreatinin. elektrolit dapat menjadi
5. Selidiki keluhan toksik di ssp.
kandung kemih
4. Peningkatan ureum,
penuh, palpasi untuk kreatiin
distensi mengindikasikan
suprapubik.perhatika disfungsi ginjal.
n penurunan
5. Retensi urin dapat
keluaran urin terjadi, menyebabkan
distansi jaringan dan
resiko infeksi, gagal

15
ginjl.
3 Tu tujuan : Nutrisi terpenuhi1. Kaji atau catat
1. Membantu
K kriteria Hasil : - Masukan pemasukan. mengidentifikasi
per oral meningkat. 2. Berikan makan sedikit devisiensi dan
Berat badan dalam tapi sering. kebutuhan diit.
rentan normal.
3. Berikan pasien atau2. Meminimalkan anoreksia
- mual muntah berkurang.
orang terdekat daftar dan mual berhubungan
makanan atau cairan dengan status uremik
yang di izi kan dan
3. Memberikan pasien
terlibat pada pilihan tindakan control dalam
menu. pembatasan diit.
4. Timbang berat badan Makanan dari rumah
tiap hari dapat meningkatkan
nafsu makan.
4. Pasien puasa atau
katabolic akan secara
normal kehilangan 0,2-
0,5 kg/hari. Perubahan
kelebihan 0.5 kg dapat
mernunjukan
perpindahan
keseimbangan cairan.
4 tu tujuan : Setelah diberikan 1. Monitoring 1. Memantau suhu
asuhan keperawatan, TTV setiap saat
diharapkan suhu tubuh 2. Beri komres apakah normal,
klien kembali normal. air biasa atau terjadi
Kr Kriteria Hasil : -Suhu 3. Jaga peningkatan.
tubuh normal ( 36,8— lingkungan 2. Menurunkan
37,2 0C) sekitar pasien suhu tubuh
- Klien tampak 4. Anjurkan sampai batas

16
segar dan keluarga normal.
nyaman memakaikan 3. Pasien tetap
baju tipis. nyaman dengan
5. Kolaborasi mengatur suhu
denang tim ruangan.
medis dalam 4. Metabolisme
pemberian dalam tubuh
obat penurun tidak meningkat.
panas, 5. Akan
contoh: meredakan
Paras18etamo hipotalamus
l. sebagai pusat
mengatur panas
sehingga panas
tubuh
berangsur-
angsur turun.

17
BAB III
PENUTUP
SARAN
Pasien harus menghindari penyebab hidronefrosis .selain itu keluarga juga
harus berperan akfit untuk kesembuhan pasien dan mampu melakukan
perawatan mandiri kepada pasien setelah perawat mengajarkan cara
perawatan mandiri dirumah

KESIMPULAN
Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelviks ginjal dan ureter dan dapat mengakibatkan absorbsi
hebat pada parenkin ginjal. Apabila obstruksi ini terjadi diureter atau
kandung kemih, tekanan balik akan mempengarui kedua ginjal tetapi
jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau
kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Oleh karna itu untuk
memngatasi berbagai masalah yang ditimbulkan oleh hidronefrosis
perlu adanya problem solving melalui proses keperawatan. Tujuannya
dari penatalaksaan hidronefrosis adalah untuk mengaktivasi dan
memperbaiki penyebab dari hidronefrosis ( obstruksi, infeksi) dan
untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal. Untuk
mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi
atau tipe disertai lainya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Doenges,Marilynn E. 1990. Rencana Asuhan Keperawatan Jakarta: EGC


Doenges,Marilynn E,dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasi Perawatan Pasien. Alih
Bahasa, I Made Kariaa.
Gibson,John.2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta:
EGC

19

You might also like