You are on page 1of 39

KTI ( Relatorio scintifico)

Senin, 10 Juni 2013

Amputasi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan pengamatan konsep umum asuhan keperawatan pada pasien amputasi di
Timor Leste di akibatkan karena penyakit DM, akibat kecelakan lalulintas dan gigitan ular
Amputasi lebih dahulu dikenal dari pada seluruh prosedur pembedahan lainnya.
Pemotongan tangan dan kaki pernah menjadi hukuman yang bisa dilakukan orang zaman
dahulu, yang sesuai dengan peradabannya dan tetap di lakukan saat ini pada beberapa budaya
primitif
Dalam melakukan penanganan perawatan pada kasus ini perawat melakukan pendekatan
dengan mengunakan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di
dasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang
komprehensif serta ditunjukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yg mencakup seluruh siklus kehidupan manusia.
Keperawatan adalah fungsi unik dari perawat membantu individu sakit atau sehat dalam
melaksanakan segala aktivitasnya untuk mencapai kesehatan atau untuk meninggal dunia
dengan tenang yang dapat dapat ia lakukan sendiri tanpa bantuan apabila cukup kekuatan,
harapan dan pengetahuan.
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial (NANDA, 1990). Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
yang menjadi tanggung gugat perawat.
Perawat adalah sebagai tenaga profesional yang manpu menberikan asuhan keperawatan
dalam bidang kesehatan lainya dalam menberikan keperawatan pada pasien dengan kasus
amputasi.
Tahap proses keperawatan dalam melakasanakan asuhan keperawatan adalah sebagai
beriut: Tahap pengkajian, Tahap diagnosa keperawatan, Tahap perencanaan, Tahap
implementasi, Tahap evaluasi.
Pasien adalah sebagai fokus keperawatan yang menpunyai kebutuhan biologi, psikologi,
sosial dan spritual yang di butukan pendekatan secara komprensif oleh seluruh tenaga
kesehatan.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 jumlah pasien yang di amputasiSementara
International memperkirakan bahwa di tahun 2010, jumlah amputasi di seluruh dunia
mencapai angka 450 juta.
Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahaun 2011 menunjukan jumlah yang di amputasi di
Asia tenggara terdapat 46 juta.
Menurut demografy healht surfey (DHS) di timor Leste Jumlah pasien yang di amputasi
pada tahun 2010-2012 adalah sbb: 2010 total pasien 26 kaus (36.1%), total pasien yang di
amputasi tahun 2011 adalah 30 orang (41.7)% dan total pasien 2012 jumlah kasus 16 orang
(22.2 %).
Menurut data statistik Hosbital Nacional Guido Valadares total pasien amputasi pada
tahun 2010 sampai 2012 baik karena penyakit diabetes Milites ,penyakit kronis lain dan
faktor kecelakan sepeerti trauma Yang rawat di ruang beda laki dan beda wanita adalah total
kasus 64 orang.
Alasan penulis menggambil judul ini sebagai tugas akhir dengan tujuan untuk menbantu
menciptakan kenyamanan, kesehatan secara optimal bagi klien yang diamputasi karena
semua aktivitas yang butuhkan oleh klien harus di bantu melalui alat bantu atau memerlukan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menjawab satu pertanyaan yang di
bawah ini .Bagaimana cara menberikan asuhan keperawatan pada pasien secara utuh ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menberikan asuhan keperawatan pada pasien amputasi dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang secara utuh dan komprensif.
2. Tujuan Khusus
Penulis di harapakan mampu :
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan amputasi,
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatn pada pasien dengan amputasi
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan dan membuat rasional sesuai dengan
intervensi pada pasien dengan amputasi.
d. Mampu Menimplementasi keperawatan pada pasien dengan amputasi
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan terhadap pasien amputasi
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada A.X .N dengan amputasi.
g. Mampu menjelaskan kesenjangan antra konsep teori dengan kasus nyata.
D. Manfaat
1. Bagi dunia keperawatan
Hasil KTI ini di harapkan dapat menambah pengetahuan di bidang keperawatan,
sekaligus sebagai motivasi untuk perawat atau mahasiswa keperawatan dalam mengetahui
pengelolaan asuhan keperawatan terutama pada kasus Amputasi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai literatur atau bahan bacaan bagi mahasiswa/i UNTL tentang
masalah amputasi, sebagai bahan referensi bagi peserta didik berikutnya.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebaga pedoman dalam melaukan asuhan keperawatan terutama pada kasus
Amputasi, karena masih terdapat kecenderungan terhadap proses
keperawatan yang dinilai kurang baik di rumah sakit HNGV sehingga dengan adanya
penerapan ini dapat membantu dalam pengembangan asuhan keperawatan dengan baik di
masa yang akan datang.
4. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman serta pengalaman dalam
pengelolaan kasus atau asuhan keperawatan pada pasien dengan Amputasidalam melakukan
asuhan keperawatan pada semua paisen dengan masalahAmputasi.
5. Bagi keluarga pasien
Menbantu keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien,sebagai
suatu pengetahuan bagi keluarga dapat menghindarkan suatu kecelakan dan menperhatikan
anggota keluarga
6. Bagi Klien
Mendapatkan terapi dan asuhan keperawatan secara komprensif sesuai dengan
kondisinya.
E. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam Karya tulis ini penulis hanya membahas tentang konsep teori dan kasus Asuhan
keperawatan pada klien dengan Amputasi sebagai tugas akhir.
F. Metode Penulisan Dan Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan KTI ini adalah kualitatif berbentuk
diskritif untuk mengambarkan suatu keaadaan secara objektif dengan pendekatan proses
keperawatan yaitu pengkajian keperawatn, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pungumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara yaitu :


mendiskusikan dengan pasien dan keluarga pasien untuk mendapatkan data dasar pemerisaan
fisik: pemeriksaan yang di gunakan di mulai dari kepala sampai ujun kaki untuk mengetahui
data dasar masalah keperawatan.

Kolaborasi dengan team medis lain: untuk menberi tindakan keperatan dan
menberikan obat sesuai dengan indikasi.

observasi, dan study dokumentasi : untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien


dan sebagai data dasar keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Defenisi
Amputasi berasal dari kata ”Amputation” yang berarti sayatan keliling dan kata
”Amputare” yang berarti potong atau pemisahan anggota badan atau bagian lain
dengan pembedahan. (dr. Hendra T Laksman, 2000).
Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah traumatik pada tungkai (Doenges, 2000).
Dalam kamus kedokteran Dorland, amputasi adalah memotong atau memangkas,
pembuangan suatu anggota badan.
Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap pada tubuh (R. Sjamsu
Hidayat, 1997).
Amputasi adalah: sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem
tubuh seperti sistem integumen, sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan system
kardiovaskuler. Lebih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi pasien berupa
penurunan citra- diri (Harnawatiaj, 2008).
Jadi Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas.

2. Klasifikasi
Jenis Amputasi yang dikenal adalah
1) Amputasi terbuka
Dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi pemotongan tulang dan jaringan otot.
2) Amputasi tertutup
Menutup luka dengan flap kulit yang dibuat dengan memotong tulang kira-kira 2 inci lebih
pendek dari pada kulit dan otot.
Berdasarkan pelaksanaan Amputasi, dibedakan menjadi :
1) Amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan
yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu
tindakan alternatif terakhir
2) Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak di rencanakan. Kegiatan
tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum
klien.
3) Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang
multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
3. Etiologi
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan amputasi, antara lain :
1) Trauma
2) Penyakit arteri perifer kronis
3) Frosbite
4) Kanker tulang
5) Infeksi berat (gangrene gas osteomielitis)
b. Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi seperti fraktur multiple organ tubuh yang
tidak mungkin di perbaiki, kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin di perbaiki,
gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat, infeksi yang berat atau beresiko
tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya, adanya tumor pada organ yang tidak mungkin
diterapi secara konservatif, deformitas organ ( Harnawatiaj, 2008).
c. Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :
1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, sepertiklien dengan
artherosklerosis, Diabetes Mellitus
2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan kongenita

4. Tanda Dan Gejala


1) Nekrosis jaringan
2) Fraktur tulang yang tidak dapat tertolong lagi
3) Pertumbuhan sel yang abnormal (hiperplasia jaringan).
5. Anatomi Fisiologi
A. Anatomi
Secara anatomis kaki bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu : – kaki bagian belakang
(hindfoot) – kaki bagian tengah (midfoot) – kaki bagian depan (forefoot) 1. Kaki bagian
belakang Persendian yang masuk pada bagian ini adalah: Talocruraljoint (ankle joint) Sendi
ini merupakan modifikasi hinge joint. Dibentuk oleh ujung distal tibia, fibula dan talus
(trochlea tali). Ujung distal tibia dan fibula membentuk bangunan
B. Fisiologi
Fungsi lutut sendiri bersifat sangat penting pada manajemen rehabilitasi dengan penggunaan
prostetik sehingga setiap usaha selalu dibuat untuk menyelamatkan lutut.Amputasi bawah
lutut merupakan suatu prosedur rekonstruktif yang memerlukan perhatian yang cermat
terhadap detail tekniknya. Level ini dipilih berdasarkan ketersediaan jaringan yang sehat
termasuk pemahaman potensi penyembuhan dari alat gerak yang iskemi. Sisi pemotongan
adalah level dimana terdapat cukup jaringan lunak untuk menghasilkan puntung yang dapat
sembuh dengan baik dan mempunyai toleransi terhadap prostetik. Panjang puntung sebaiknya
dipertahankan setinggi hingga pertemuan 1/3 tengah dan bawah tibia -fibula. Amputasi
diantara bagian ini dan sendi pergelangan kaki dihindari karena adanya kesulitan penutupan
jaringan lunak yang baik. Jika disfungsi lutut yang signifikan timbul, amputasi very short
below knee merupakan kontra indikasi dan lebih di sarankan untuk dilakukan amputasi
dengan level knee disarticulation atau amputasi

6. Patofisiologi
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode :
a. Metode terbuka (guillotine amputasi). Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang
mengembang. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan
luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.
b. Metode tertutup (flap amputasi) Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan
dijahit pada daerah yang diamputasi.
c. Tidak semua amputasi dioperasi dengan terencana, klasifikasi yang lain adalah karena
trauma amputasi
7.
PATHWAYS

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan tergantung pada kondisi dasar perlunya amputasi dan digunakan untuk
menentukan tingkat yang tepat untuk amputasi.
1. Foto Rontgen : Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
CT Scan : Mengidentifikasi lesi neopalstik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
3. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah : Mengevaluasi perubahan sirkulasi perfusi jaringan
dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah amputasi.
4. Kultur luka : Mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
5. Biopsy : Mengkonfirmasi diagnosa benigna maligna
6. Led: Peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
7. Hitung darah lengkap/diferensial : Peninggian dan perpindahan ke kiri di duga proses infeksi
9. Penatalaksanaan Amputasi
Amputasi selesai bila sudah di pasang protesis yang baik, perawatan post Amputasi ada 2
cara :
a. Rigid Dressing Yaitu menggunakan plester of paris di pasang di kamar operasi keuntungan
dari cara ini adalah bisa mencegah edema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri,
mobilisasi segera setelah luka sembuh dan mature 2-3 minggu, dressing di buka pada hari ke
7, ke 10 post operasi
b. Soft Dressing Yaitu bila ujung stump di rawat secara konvensional, semua tulang yang
menonjol di beri bantalan yang cukup, drain di cabut setelah 48 jam, jahitan di bukan pada
hari ke 10-14 post operasi. Amputasi di atas lutut penderita supaya tidak meletakkan bantal di
bawah sturup .
10. Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit. Karena ada
pembuluh darah besar yang di potong, dapat terjadi perdarahan Infeksi merupakan infeksi
pada semua pembedahan; dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah
amputasi traumatika, risiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi
akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kulit.
Komplikasi pasca operasi utama adalah infeksi, hemoragi, kontraktur, emboli lemak
dan sensasi phantom Masalah nyeri phantom kadang sukar diatasi. Setelah amputasi selalu
terdapat perasaan bagian ekstremitas yang hilang masih ada, dan setiap penderita akan
mengalaminya. Sebagian penderita merasa terganggu sedangkan sebagian lagi merasakannya
sebagai nyeri.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Menurut Ali (1997) Proses Keperawatan adalah metode Asuhan Keperawatan yang ilmiah,
sistematis, dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan
masalah kesehatan pasien dimulai dari Pengkajian (Pengumpulan Data, Analisis Data dan
Penentuan Masalah) Diagnosis Keperawatan, Pelaksanaan dan Penilaian Tindakan
Keperawatan (evaluasi).
A. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik,
mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,
yaitu Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta keperawatan.
1. Pengumpulan Data atau Identitas atau biodata
a. Identitas : Identitas klien mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, nomor medik, status,diagnosa medis, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian dan alamat.
b. Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama, hubungan dengan
klien dan alamat.
c. Keluan Utama : Keluhan utama merupakan keluhan pasien yang bersifat subyektif pada
saat dikaji. biasanya keluhan utama yang dirasakan klien adalahnyeri daerah
luka amputasi, alasan Masuk Perawatan mengambarkan tentang hal-hal yang menjadikan
pasien di bawa ke rumah sakit dan dirawat.
d. Riwayat penyakit sekarang : Bagian ini menguraikan keluhan pertama yang muncul secara
kronologis meliputi faktor yang mencetuskan memper inginkangejala, kualitas,
lokasi penyebaran, upaya yang dilakukan serta waktu dirasakannya keluhan, durasi dan
frekuensi. Dengan menggunakan alat bantuyang mencakup PQRST :
P = Provokative palliative Merupakan hal atau faktor yang pencetus terjadinya penyakit, hal yang
memperberat atau memperingan, nyeri yangdirasakan biasanya bertambah bila klien berjalan,
Q = Quality Quantity Qualitas dari suatu keluhan
Atau penyakit yang dirasakan.
R = Region Radition, Region adalah daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan
S = Skala Quantity Region Radition Scale.
T = time; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama berlangsungnya
2. Riwayat penyakit dahulu : Pada tahap ini dikaji mengenai latar belakang kehidupan klien
sebelum masuk rumah sakit yang menjadi faktor predisposisi seperti riwayat bekerja
mengangkat benda-benda berat, tanyakan juga tentang riwayat penyakit menular dan atau
penyakit keturunan.
3. Riwayat Penyakit Keluarga : Pada tahap ini dikaji tentang riwayat kesehatan keluarga,
adakah dalam keluarga yang mengalami penyakit sama dengan klien saat ini dan atau
riwayat penyakit keturunan.
4. Pemeriksaan Fisik ( Dari kepala sampai ujung Kaki ) dengan menggunakan IPPA
: Terdapat 4 teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk digunakan selama
pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Teknik-teknik ini digunakan
sebagai bingkai kerja yang menfokuskan pada indera penglihatan, pendengaran, sentuhan dan
penciuman.
Pemeriksaan Fisik Meliputi :
a. Keadaan umum: Kaji tingkat kesadaran GCS kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji
Nevrus I-XII gangguan penlihatan, gangguan ingatan Mengkaji tanda-tanda vital.
b. Kesadaran: Bisa composmentis sampai mengalami penurunan kesadaran kehilangan
sensasi, susunan saraf dikaji I-XII gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot
menurun dan kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda vital
biasanya melebihi batas normal.
c. Vital sign : untuk mengetahui tanda-tanda vital mislanya suhu,tekanan
darah,nadi,pernapasan.dan sebagainya.
d. Kepala
1) Inspeksi: Kesimetrisan wajah dan tengkorak, warna dan distribusi rambut pada kulit kepala.
2) Palpasi: Keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala massa, pembengkakan, nyeri tekan
e. Mata
1) Inspeksi: Bola mata, kelopak mata, bulu mata, kulit, keluasan mata membuka, konjungtiva
dan sclera, warna dan ukuran iris, reaksi pupil terhadap cahaya, gerakan mata, lapang
pandang (visus).
2) Palpasi: Tekanan bola mata, nyeri tekan.
f. Telinga
1) Inspeksi: Telinga luar (bentuk, warna, masa).
2) Palpasi: Jaringan lunak, jaringan keras, tragus.
g. Hidung dan sinus-sinus
1) Inspeksi: Bentuk hidung, keadaan kulit, kesimetrisan lubang hidung.
2) Palpasi: Bagian luar hidung, mobilitas septum, sinus maksilaris, sinus frontalis.
h. Mulut dan Faring
1) Inspeksi: Bibir, gigi dan gusi, bau mulut atau kebersihan, lidah, selaput lendir mulut, faring.
2) Palpasi: Pipi, palatum, dasar mulut, lidah.
i. Leher
1) Inspeksi: Bentuk kulit, tiroid.
2) Palpasi: Kelenjar limfe, kelenjar tiroid, trakea.
j. Pengkajian Dada dan Paru-Paru
a. Inspeksi: Postur, bentuk, kesimetrisan ekspansi, keadaan kulit.
b. Palpasi: Keadaan kulit dinding dada, nyeri tekan, masa, peradangan, kesimetrisan ekspansi,
vibrasi yang dapat teraba.
c. Perkusi: Bunyi perkusi paru normal disebut sonor.
d. Auskultasi: Mengkaji kondisi paru-paru dan rongga pleura menggunakan stetoskop.
k. Pengkajian Sistem Kardiovaskuler
1) Inspeksi: Ketidaknormalan denyut atau dorongan
2) Palpasi: Meraba area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada atau tidaknya pulsasi.
3) Perkusi: Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar.
4) Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung dapat didiskripsikan dengan “lup”
“dup”.
l. Pengkajian Abdomen
1) Inspeksi: Mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan abdomen, kontur permukaan abdomen,
adanya retraksi, penonjolan, serta ketidaksimetrisan.
2) Palpasi: bentuk, ukuran, konsistensi organ, dan struktur di dalam abdomen.
3) Perkusi: mendengar atau mendeteksi adanya gas, cairan, atau masa di dalam abdomen.
4) Auskultasi: mendengar dua suara abdomen yaitu bising usus (peristaltic).
m. Pengkajian Alat Kelamin
a. Alat Kelamin Pria
1) Inspeksi: Rambut pubis, penyebarannya dan pola pertumbuhannya, kulit, ukuran, adanya
kelainan lain yang tampak pada penis, inspeksi skrotum dan perhatikan bila ada tanda
kemerahan, bengkak, ulkus, ekskoriasi, atau nodular.
2) Palpasi: Nyeri tekan, benjolan, kemungkinan adanya cairan kental yang keluar, palpasi
skrotum dan testis, perhatikan ukuran, konsistensi, bentuk, dan kelicinannya. Testis normal
(teraba elastic, licin, tidak ada benjolan atau masa). Palpasi epididimis dari pucuk testis
kebelakang. Normalnya (lunak). Palpasi saluran sperma yang terasa lebih keras daripada
epididimis.
b. Alat Kelamin Wanita
1) Inspeksi: Amati rambut pubis, distribusi dan jumlahnya, amati kulit dan area pubis, buka dan
amati labia mayora, labia minora, klitoris, dan meatus uretra.
2) Palpasi: Meraba dinding vagina untuk mengetahui adanya nyeri tekan. Palpasi serviks dan
perhatikan posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri tekan.
n. Pengkajian Sistem Muskuloskeletal (Otot, Tulang dan Persendian)
1) Otot
a. Inspeksi: Ukuran, amati otot dan tendon.
b. Palpasi: Tonus otot, kelemahan (flaksiditas).
2) Tulang
a. Inspeksi: Amati susunan tulang dan deformitas
b. Palpasi: Edema atau nyeri tulang.
3) Persendian
a. Inspeksi: Amati untuk mengetahui adanya gangguan persendian.
b. Palpasi: Nyeri tekan, gerakan, bengkak, krepitasi, dan nodular.
5. Pengkajian Fungsional
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat : Pada pasien dengan kasus amputasi jadi
perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
dampak amputasi sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan
kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh
karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.Bagaimana
ekspresi hati dan perasaan klien, tingkah laku yang menonjol, suasana yang membahagiakan
klien, stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman,
b. Pola Istirahat Dan Tidur : Mengkaji waktu mulai tidur, waktu bangun, penyulit tidur, yang
mempermudah tidur, gangguan tidur, pemakaian jenis obat tidur, hal yang menyebakan klien
mudah terbangun?
c. Aktivitas Lain : Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas menyebabkan klien tidak
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal. Gejala : kelelahan ektremitas,
kelemahan, malaise. Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang.
d. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi: Mengkaji jenis, jumlah, dan waktu makan selama di
rumah dan di rumah sakit. Pantangan makanan?, Kesulitan menelan, mengunyah, mual,
anoreksia.
e. Pola Eliminasi: Mengkaji jumlah, warna, bau, konsistensi, Konstipasi,
Incontinentia,frekuensi, BAB dan BAK klien?, Upaya mengatasi masalah yang dialami klien
?
f. Pola kebersihan diri-Personal Hygiene : Mengkaji status kebersihan mulai rambut hingga
kaki, frekuensi mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku.
g. Pola hubungan dan peran : Gejala : kesulitan menentukan kondisi.Tanda : Tidak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran
h. Pola persepsi : Dan konsep diri : Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem).
i. Pola seksual : Dan reproduksi.: Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di
organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas
maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.Gejala :
Penurunan libido, amenorea, infertilitas.

j. Pola tata nilai dan kepercayaan : Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan
fungsi tubuh serta amputasi dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun
mempengaruhi pola ibadah klien.
6. System persarafan.
a. Nevrus 1 (1) Olfaktori (penciuman)
b. Nevrus II (2) Optic (penglihatan)
c. Nevrus III (93) Okulomotor ( gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi pupil)
d. Nevrus IV(4) Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah)
e. Nevrus V (5) Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahan
f. Nevrus VI(6) Abdusen (gerak bola mata menyamping
g. Nevrus VII (7) Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)
h. Nevrus VIII (8) Oditori (pendengaran)
i. Nevrus IX (9) Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan menelan, gerak lidah)
j. Nevrus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)
k. Nevrus Asesori (gerakan kepala dan bahu)
l. Nevrus XII Hipoglosal (posisi lidah)

7. Pemeriksaan penunjang: Amputasi, pemeriksaan itu antara lain :

a. Kultur luka untuk mengidentifikasi adanya infeksi dan mikroorganisme

b. CT Scan, mengidentifikasi adanya tumor, ostemelitis dan haematum

c. X- Ray mengidentifikasi kelainan tulang

d. Biopsi untuk menguatkan dugaan adanya benigna. maligna

e. Angioprafi, mengevaluasi perubahan dalam sirkulasi dan perfusi jaringan

f. Hitung darah lengkap/diferensial : peninggian dan ”perpindahan ke kiri”

diduga proses infeksi.


Data-data yang perluh dikaji adalah.
Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan
pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya; nyeri, immobolisasi,
malu terhadap teman-temannya, gangguan cittra tubuh,
Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran,
pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan
darah, serta warna kulit.Aktivitas/Istirahat, gejala : Keterbatasan activitas
dan istirahat actual atau antisipasi yang dimungkinkan oleh
kondisi/amputasi , Integritas ego tanda: ansietas, ketakutan, peka, marah,
ketakutan, menarik diri, keceriaan berdaya, gejala Masalah tentang
antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial, reaksi orang lain
perasaan putus asa, tidak berdaya.Interaksi Sosial,gejala: Masalah
hubungan dengan penyakit atau kondisi pengkajian data dasar.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial (NANDA, 1990). Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
yang menjadi tanggung gugat perawat, Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat
dari daftar NANDA: Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk
masalah risiko
1. Gangguan mobilitas fisik Berhubungan dengan : Kehilangan integritas struktur tulang,
terapi pembatasan gerak , kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik , tidak
nyaman nyeri

2. Defisit perawatan diri Berhubungan dengan : penurunan atau kurangnya motivasi,


hambatan lingkungan, kerusakan muskuloskeletal, kerusakan neuromuskular, nyeri,
kerusakan persepsi kognitif, kecemasan, kelemahan dan kelelahan.
DO : ke tidak mampuan untuk mandi, ke tidak mampuan untuk berpakaian, ke tidak
mampuan untuk toileting
3. Nyeri akut berhubungan dengan : Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan
jaringan
DS : Laporan secara verbal
DO : Posisi untuk menahan nyeri
a. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
b. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi
dengan orang dan lingkungan)
c. Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
d. Perubahan dalam nafsu makan dan minum.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan : Faktor mekanik (misalnya : alat yang
dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint), Immobilitas fisik,Gangguan pada bagian tubuh,
kerusakan lapisa kulit (dermis) , gangguan permukaan kulit (epidermis)
5. Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan : Tirah Baring atau imobilisasi, Kelemahan
menyeluruh, Ketidak seimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan

C. Intervensi Keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status
kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,
1994)
Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Intervensi


Kriteria Hasil

1. Gangguan NOC : NIC :


mobilitas fisik Berhubung
an dengan :  Joint Movement : Exercise therapy :
Active
 Kehilangan integritas struktur tulang ambulation
 Mobility Level
 Terapi pembatasan gerak  Monitoring vital sign
 Self care : ADLs
 Kurang pengetahuan tentang kegunaan sebelum/sesudah latihan
 Transfer
pergerakan fisik dan lihat respon pasien
performance
 Tidak nyaman, nyeri
Setelah dilakukan saat latihan
tindakan  Konsultasikan dengan
keperawatan terapi fisik tentang
selama….ganggua rencana ambulasi sesuai
n mobilitas fisik dengan kebutuhan
teratasi dengan  Bantu klien untuk
kriteria hasil: menggunakantongkat
 Klien meningkat berjalan
dalam aktivitas  Ajarkan pasien atau
fisik tenaga kesehatan lain
 Mengerti tujuan tentang teknik ambulasi
dari peningkatan  Kaji kemampuan pasien
mobilitas dalam mobilisasi
 Memverbalisasikan Latih pasien dalam
perasaan dalam pemenuhan kebutuhan
meningkatkan secara mandiri sesuai
kekuatan dan kemampuan
kemampuan  Dampingi dan Bantu
berpindah pasien saat mobilisasi
 Memperagakan dan bantu penuhi
penggunaan alat kebutuhan
Bantu untuk
mobilisasi
(walker)
3. Defisit perawatan diri Berhubungan dengan : NOC : NIC :
penurunan atau kurangnya motivasi,  Self care : Activity Self Care assistane :
hambatan lingkungan, of Daily Living
 Monitor kemempuan
kerusakan,muskuloskeletal, kerusakan (ADLs)
klien untuk perawatan
neuromuskular, nyeri, kerusakan persepsi/ Setelah dilakukan
diri yang mandiri.
kognitif, kecemasan, kelemahan dan tindakan
kelelahan. keperawatan  Monitor kebutuhan
DO : selama …. Defisit klien untuk alat-alat
ketidakmampuan untuk mandi, ketidak perawatan diri bantu untuk kebersihan
mampuan untuk ber
teratas dengan diri, berpakaian,
pakaian,ketidakmampuan untuk makan, kriteria hasil: berhias,
ketidak mampuan untuk toileting  Klien terbebas dari toileting dan makan.
bau badan
 Sediakan bantuan
 Menyatakan
Sampai klien mampu
kenyamanan
Secara utuh untuk
terhadap
melakukan self-care.
kemampuan untuk
 Dorong klien untuk
melakukan ADLs
mela
 Dapat melakukan
kukan aktivitas sehari-
ADLS dengan
hari yang normal sesuai
bantuan
kemampuan yang
dimiliki.
 Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
 Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
Pelak
sanaan aktivitas Sehari

-hari.
3. Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis),
 Pain Level,
kerusakan jaringan  Lakukan pengkajian
 pain control,
DS: nyeri secara
 comfort level komprehensif ter
 Laporan secara verbal Setelah dilakukan masuk lokasi,
DO:
tinfakan karakteristik,
 Posisi untuk menahan nyeri keperawatan
 Tingkah laku berhati-hati durasi,frekuensi,kualita
selama …. Pasien
 Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, s,
tidak mengalami
sulit atau gerakan kacau, menyeringai) nyeri, dengan dan faktor presipitasi
 Terfokus pada diri sendiri kriteria hasil:  Observasi reaksi
 , penurunan interaksi dengan orang dan  Mampu nonverbal dari
lingkungan) mengontrol nyeri ketidaknyamanan
 Perubahan autonomic dalam tonus otot (tahu penyebab  Bantu pasien dan
(mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) nyeri, mampu keluarga untuk mencari
 Tingkah laku: Perubahan dalam nafsu menggunakan dan
makan dan minum tehnik menemukan dukungan
nonfarmakologi  Kontrol lingkungan
untuk mengurangi yang dapat
nyeri, mencari mempengaruhi nyeri
bantuan) seperti suhu ruangan,
 Melaporkan pencahayaan dan
bahwa nyeri kebisingan
berkurang dengan
 Kurangi faktor
menggunakan
presipitasi nyeri
manajemen nyeri
 Kaji tipe dan sumber
 Mampu
nyeri untuk menentukan
mengenali
intervensi
nyeri
 Berikan analgetik untuk
(skala,intensitas,
mengurangi nyeri:
frekuensi dan
 Tingkatkan istirahat
tanda nyeri)
 Berikan informasi
 Menyatakan rasa
tentang nyeri seperti
nyaman setelah
penyebab nyeri, berapa
nyeri berkurang
lama nyeri akan
 Tanda vital dalam
berkurang dan antisipasi
rentang normal
Ketidak nyamanan dari
 Tidak mengalami
Gangguan tidur Prosedur

 Monitor vital sign


sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
4, Risiko gangguan integritas kulit NOC : NIC : Pressure
Faktor-faktor risiko: - Tissue Integrity : Management
Eksternal : Skin and Mucous  Anjurkan pasien untuk
 Hipertermia atau hipotermia Membranes menggunakan pakaian
 Substansi kimia - Status Nutrisi yang longgar
 Kelembaban udara - Tissue  Hindari kerutan padaa
 Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat Perfusion:perifer tempat tidur
menimbulkan luka, tekanan, restraint) - Dialiysis Access  Jaga kebersihan kulit
 Immobilitas fisik Integrity agar tetap bersih dan
 Radiasi Setelah dilakukan kering
 Usia yang ekstrim tindakan  Mobilisasi pasien (ubah
 Kelembaban kulit keperawatan posisi pasien) setiap dua
 Obat-obatan selama…. jam sekali
 Ekskresi dan sekresi Gangguan  Monitor kulit akan
Internal : integritas kulit adanya kemerahan
 Perubahan status metabolik tidak terjadi  Oleskan lotion atau
 Tulang menonjol dengan kriteria minyak/baby oil pada
 Defisit imunologi hasil:
derah yang tertekan
 Berhubungan dengan dengan perkembangan  Integritas kulit  Monitor aktivitas dan
 Perubahan sensasi yang baik bisa mobilisasi pasien
 Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan) dipertahankan  Monitor status nutrisi
 Perubahan pigmentasi  Melaporkan adanya pasien
 Perubahan sirkulasi gangguan sensasi  Memandikan pasien
 Perubahan turgor (elastisitas kulit) atau nyeri pada dengan sabun dan air
Psikogenik daerah kulit yang hangat
mengalami  Gunakan pengkajian
gangguan
risiko untuk memonitor
 Menunjukkan faktor risiko pasien
pemahaman dalam (Braden Scale, Skala
proses perbaikan Norton)
kulit dan  Inspeksi kulit terutama
mencegah pada tulang-tulang yang
terjadinya sedera menonjol dan titik-titik
berulang tekanan ketika merubah
 Mampu melindungi posisi pasien.
kulit dan  Jaga kebersihan alat
mempertahankan tenun
kelembaban kulit  Kolaborasi dengan ahli
dan perawatan gizi untuk pemberian
alami tinggi protein, mineral
 Status nutrisi dan vitamin
adekuat  Monitor serum albumin
 Sensasi dan warna dan transferin
kulit normal

Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan : NOC : NIC :


 Tirah Baring atau imobilisasi  Self Care : ADLs  Observasi adanya
 Kelemahan menyeluruh  Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam
 Ketidakseimbangan antara suplei oksigen  Konservasi eneergi melakukan aktivitas
dengan kebutuhan Setelah dilakukan Kaji adanya faktor yang
Gaya hidup yang dipertahankan. tindakan menyebabkan kelelahan
DS: keperawatan  Monitor nutrisi dan
 Melaporkan secara verbal adanya kelelahan selama …. Pasien sumber energi yang
atau kelemahan. bertoleransi adekuat
 Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat terhadap aktivitas Monitor pasien akan
beraktivitas. dengan adanya kelelahan fisik
DO :
dan emosi secara
 Respon abnormal dari tekanan darah atau Kriteria Hasil : berlebihan
nadi terhadap aktifitas  Berpartisipasi  Monitor respon
 Perubahan ECG : aritmia, iskemia dalam aktivitas kardivaskuler terhadap
fisik tanpa disertai aktivitas (takikardi,
peningkatan disritmia, sesak nafas,
tekanan darah, diaporesis, pucat,
nadi dan RR perubahan
 Mampu melakukan hemodinamik)
aktivitas sehari  Monitor pola tidur dan
hari (ADLs) lamanya tidur/istirahat
secara mandiri pasien
 Keseimbangan  Kolaborasikan dengan
aktivitas dan Tenaga Rehabilitasi
istirahat Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
 Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
 Bantu
untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan

D. Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan
adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
di indentifikasi pada tahap perencanaan.
Tahap 2 : intervensi Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan
tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap
dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Hidayat, ( 2002 hal 41) Evaluasi adalah fase akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan
dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat
pada tahap perencanaan, disamping itu evaluasi juga digunakan sebagai alat ukur
suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang memberikan tujuan tercapai,
tidak tercapai atau tercapai sebagian. Terdapat 2 tipe dokumentasi evaluasi yaitu
1. Evaluasi formatif yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera dan evaluai sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil
observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu.
2. Evaluasi sumatif dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai berikut :
S : Respon Subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objektifklien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
: Analisa ulang atas subjektif dan objektifuntuk menyimpukan apakah masalah masih tetap atau
muncul. Masalah baru ataudata yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkanhasil analisa pada respon klien(Hidayat, 2002 : 41).

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : A. X. N
Umur : 15 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : pelajar
Pekerjaan :-
Pendidikan : SMP
Agama : Katolik
Alamat : ossu
Tanggal masuk : 19-11-2012
Tanggal Pengkajian : 21 / 11 / 2012.
Diagnosa medis: Bilateral Fraktur of distal Tibia (Amputation)

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Nyona Maria Soares
Umur : 56 Thn
Pendidikan :-
Hubungan : Ibu kandung
Agama : Katolik
Alamat : Viqueque Ossu
2. Keluahan utama : Pasien menyatakan nyeri pada daerah Amputasi
3. Riwayatat penyakit sekarang
Pada taggal 15 November 2012 tepat pukul 05 : 00 Otl pasien berangkat ke Baucau naik
truk (buskolante) di tengah perjalanan pasien tiba-tiba jatuh dari truk pada kedua kaki bagian
tibia mengalami fraktur setelah itu pasin langsung dibawah ke rumah sakit referal Baukau
untuk melakukan terapi dan tiba di rumah sakit baukau sekitar jam 08 :30 otl setelah tiba di
rumah sakit pasien dalam keadaan tidak sadar dan mendapatkan terapi IVF RL 500 Ml per
jam dan mendapt kan tramal 1 gr im kemudian dokter menyatakan kedua kaki harus di
amputasi maka keluarga pasien tidak setujuh atas permita dokter maka pasien keluar sekitar
jam 11 : 00 ke rumah sakit Laleia untuk melakukan terapi selanjut dan ia tiba di rumah sakit
Laleia sekitar pukul 14 :15 dan ia rawat di rumah sakit laleia selama 3 hari kaki bagian
sinextra kelihatan warna hitam,

kemudian pasien di rujuk ke rumah sakit HNGV pada tanggal 19-11-2012 sekitar pukul 13:
00 dan tiba Emeregensi tepat pukul 15: 20 Otl dengan tanda-tanda vital :
a) Bp : 110/ 65 Mmhg
b) Pulse : 95 x/ mt
c) Spo2 : 100 %
0
d) Suhu : 36.5 c
Mendapatkan terapi :
1) Ceftriazone 1 gr IV Tid
2) Metronidazole 500 mg Po Bid
3) Tramadol 50 mg IV Tid
4) Prometazine 25 mg po bid
Dan saat itu melakukan pengkajian terdapat penbenkakan, pasien mengatakan nyeri
pada kedua kaki dan nyeri bertambah apabila di gerakan atau saat melakukan mibilisasi,
dengan intensitas nyeri provokatif : Nyeri karena kecelakaan lalulintas,qualitas: sangat nyeri
tapi masih bisa di kontrol, region: lokasi extremitas bawah bagian kanan dan kiri, skala
8, time : pada saat jatuh kecelakaan sampai sekarang.
Kemudian pasien di bawah ke ruang bedah laki tepat pukul 20:10 dengan diagnosa
bilatreral of distal dengan keluhan nyeri pada daerah fraktur dan terpasang IVF RL 500 Ml
per jam kemudian pasien langsung di NPO.Tanggal 19-12-2012 tepat pukul 10:20 pasien di
bawah ke OT untuk melakukan Amputasi dengan terpasang IVF Rl 500 CC, balik dari OT
tepat pukul 12:30 pasien kembali dari OT untuk melakukan terapi selangjutnya dengan tanda-
tanda vital :
a) Bp : 126/ 72 Mmhg
b) Pulse : 127 x/ mt
c) Spo2 : 98 %
d) Suhu : 36.3 0 c
4. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien mengatakan bahwa tidak pernah mengalami masalah kecelakan yang seperti di
alami oleh pasien, Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat- obatan dan tidak
pernah di rawatdi rumah sakit, dan tidak pernah menderita penyakit menular, hanya
mengalami penyakit ringan seperti, diare, demam, batuk, dan sakit kepala. Menurutnya ini
merupakan pertama kali ia di rawat di Rumah sakit HNGV.
5. Riwat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang mengalami masalah kecelakan seperti
di alami oleh pasien, dan juga tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit menular
seperti TB, HEPATITIS, Dan lainya.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : pasien tampak lemah,Gelisa
b. Kesadaran : Somnolen, GCS ;11(E = 4, V = 5, M = 2 ).

c. Vital sign :
1) Bp : 119/ 5 mmHg
2) S : 36, 50C
3) RR : 17 x/mnt
4) N : 95 x/mnt
5) Spo2: 100 %
d. Kepala :
Bentuk kepala mesochepal (tidak ada kelainan), kulit kepala bersih, tidak ada
ketombe. tidak ada nyeri tekan, rambut tidak mudah di cabut.
e. Mata
Mata klien simetris, kelopak mata tidak ada benjolan, saat di palpasi tidak terdapat
nyeri tekan, pergerakan bola mata klien dapat mengikuti arah, konjungtiva ananemis, sclera
anikterik, pupil simetris antara kanan dan kiri, lapang pandang mata klien, klien bisa menbaca
dan klien mengatakan tidak mempunyai keluhan pada daerah mata klien.
f. Telingga
Keadaan telinga klien simetris, terdapat seruman dengan warna kuning kecoklatan,
tidak terdapat cairan yang keluar dari telinga, tidak terdapat tanda tanda peradangan pada
telinga klien, fungsi pendengaran klien masih baik, klien tidak memakai alat bantu
pendengaran.dan klien tidak memiliki gangguan pada sistem pendengaran.

g. Hidung
Lubang hidung simetris antara kiri dan kanan, tidak terdapat lesi dan Benkak tidak
terdapat nyeri tekan.
h. Mulut dan gigi
Inspeksi
a. Tidak ada gigi yang tangal, carries gigi,
b. Mulut berbau seperti ureum.
c. Mukosa bibir kering
i. Leher
Tidak terdapat benjolan atau bekas luka dan tidak terdapat penbesaran klenjar tiroid
dan terdapat arteri jugularis
j. Thoraks
1. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tampak
Palpasi : Ictus Kordik kuat dan terangkat
Perkusi : Redup,batas pada iga ke-2
Auskultasi : bunyi jantung S1 (Lup) dan S2 (Dub), tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
Frekuensi denyut apical 80 X/menit, nadi 80 X/menit, irama jantung teratur
2. Paru-paru
Bentuk dada klien simetris antara kanan dan kiri, jalan nafas klien efektif, suara nafas
vesikuler, irama nafas teratur, klien menggatakan tidak mempunyai penyakit sesak nafas,
klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan, RR : 21 X/menit. Saat di auskultasi
didapatkan hasil suara ronchi (Negatif), wheezing (Negatif), stridor tidak terdengar.
k. Abdomen
Ispeksi : bentu abdomen datar, Tidak ada Bekas Luka atau bekas operasi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal atau positif 18x/menit
l. Genitalia : Tidak dapat dilakukan
m. Ekstremitas
1. Superior(Ekstremitas bagian atas) : Tidak terdapat luka atau bekas luka pada kedua lengan
atas, kekuatan otot normal 5/5, Fleksi dan ekstensi normal.
2. Inferior(ekstremitas bagian bawah) : pada kaki bagian sinestra di amputasi dan bagian
desktra terpasang gips, dan terdapat penbenkakan dan pasien mengatakan nyeri pada kedua
kaki dan nyeri bertambah apabila di gerakan atau saat melakukan dressing dan saat
melakukan pengkajian skala nyeri 8, sangat nyeri saat beraktivitas dengan intensitas nyeri
provokatif : Nyeri karena kecelakaan lalulintas, qualitas: sangat nyeri tapi masih bisa di
kontrol, region: lokasi extremitas bawah bagian kanan dan kiri.

7. Pengkajian fungsional
a. Pola persepsi kesehatan dan managemen kesehatan: Pasien menyatakan bahwa
menurutnya kondisi kesehatan masih belum membaik, dan saat ini masih mendapatkan
perawatan dari rumah sakit.
b. Pola istrihat dan Tidur :
1. Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya tidur pukul 10:00 dan bangun jam 07:00 dengan kualitas
tidur nyenyak, dan siang hanya istrihat ringan selama 1 jam per hari kadang tidak istrihat.
2. Selama sakit
Pasien mengatakan susah tidur dan sering terbangun pada malam hari Karena nyeri
amputasi kadang ia tidak tidur kadan ia tidur jam 03:00 pagi Otl dan susah istrihat pada siang
hari, dan kelihatan pasien putus asa, malu sama teman-temannya.
c. Pola aktivitas dan latihan
1. Sebelum sakit
Pasien menyatakan melaksanakan tugas sebagai siswa dan menbantu orang tua di rumah
atau di kebung dengan baik di dalam keluarga.
2. Selama sakit
Pasien mengatakan selama ini tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa, karena kedua
kakinya tidak bisa di mobilisasi dan pasien hanya berbaring di tempat tidur, sehingga dalam
melaksanakan aktivitas dan pemenuhan kebutuhan biopsikososial hanya dibantu oleh perawat
dan keluarganya, dan kelihatan pasien tidak nyaman, intoleransi aktivitas, penurunan
kekuatan otot dengan glasgow coma scale : respon mata 4, respon verval: 5, respon motorik:
2 total GCS : 11.
d. Pola nutrisi
1. Sebelum sakit
Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit, dapat makan dengan baik dengan frekuesnsi
yaitu 3x sehari dengan menu nasi, jagung, ubi kayu, dan sayur-sayuran dengan porsi 1 piring
dihabiskan dan minum air putih 1 aqual ( isi 1500ml / hari ).
2. Selama sakit
Pasien mengatakan bahwa setelah jatuh dari kecelakan, pada hari pertama ia tidak
bisa makan dengan baik karena terasa nyeri yang hebat dan makanan yang disediakan di
rumah sakit dengan frekuensi 3x sehari, dengan menu nasi, sayur, dan lauk dengan
porsi1piring. Dan minum air putih sebanyak kurang lebih 1000 ml/hari ditambah susu 3 gelas
perhari sesuai standar kesediaan makanan dan minuman pada pasien dirumah sakit.
e. Pola Eliminasi
1. Sebelum sakit
Pasien mengatakan bahwa BAB dengan baik dengan frekuensi 1-2x sehari tergantung
makanan yang dikonsumsi setiap hari dengan konsistensi padat dan lembab warna kuning
kehijauan bau aromatik, dan BAK dengan frekuensi 3x/sehari sebanyak 200-300 ml, dengan
warna kuning jernih.
2. Selama Sakit
Pasien mengatakan bahwa saat ini BAB masih dalam keadaan baik dengan frekuensi 1-
2 x/hari dengan konsisitensi lembab dan BAK 3-4 x/sehari sebanyak 2000 ml dengan warna
kuning jernih, dan hanya tidak bisa bergerak untuk BAB dan BAK di bantu oleh kelurga dan
perawat.
f. Pola Personal Hygiene
1. Sebelum sakit
Pasien mengatakan bahwa, selalu mandi 2-3 x/hari dengan menggunakan sabun dan
mengosok gigi dengan menggunakan pepsodent secara mandiri.
2. Selama sakit
Pasien mengatakan tidak bisa mandi sendiri hanya di bantu oleh keluarga dan perawat
tiap 3x seminggu.
g. Pola Peran Dan Hubungan
1. Sebelum sakit
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya ia dapat melakukan peranya sebagai anak dan
wajib menaati kewajiban dan hak sebagai.

2. Selama sakit
Pasien mengatakan bahwa saat ini ia tidak dapat melakukan peranyasebagai
sebagai anggota Rumah tangga dengan baik karena kedua kakinya tidak bisa dimobilisasi
karena masih dalam keadaan perawatan di rumah sakit HNGV di ruang Bedah Laki (kamar
E2).
h. Pola Pikir Dan Persepsi
1. Sebelum sakit.
Pasien mengatakan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi
kesehatannya baik -baik saja tanpa adanya gangguan.
2. Selama sakit.
Pasien mengatakan bahwa saat ini kondisi kesehatanya kurang baik sehubungan dengan
kedua kakinya bagian sinestra di amputasi bagia dextra di pasang Gips yang di alaminya
sekarang dan pasien menanyakan tentang terapi pengobatan antara medis dan dukunm, dan
menanyakan tentang bagaimana proses melakukan rehablitasi kakinya dengan tanda-tanda:
takanan darah 119/ 65 mmhg, nadi : 95 x/ mt, spo2: 100 % suhu: 36,5 0c
i. Pola Konsep Diri
1. Body image
Pasien menyatakan menerima kondisi bagian tubuh yang kurang normal ini adalah sudah
ditakdirkan oleh tuhan.
2. Identitas diri
Karakter kepribadian pasien baik dan tenan, pasien mengatakan dengan dirawat di rumah
sakit ini agar kakinya dapat sembuh meskipun tidak kembali semula.
3. Harga diri
Pasien menyatakan harga diri tidak bermasalah meskipun dalam keadaan begitu.
4. Pola kepercayaan dan nilai-nilai
Pasien mengatakan, beragama katolik, percaya bahwa kakinya akan sembuh, semua itu
adalah rencana Tuhan yang Mahakuasa.
j. Pola Seksual Dan Reproduksi ( Tidak melakukan pengkajian ).

8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratoriumm ( Tanggal 18 / 11 / 2012).

Full blood Examination


result Units Rage
(Blood)

Hamoglobin 10.5 [*] 120-180” 9/l


White Cell Count 5.9 10 g/L (115-170)
Platelets 165. 10 g/L
Red coll count 4.0 10 12/L (0.31-0.52)
Haematocrit 0.30 ⃰ L/L (80-98)
MCV 74 ⃰ fL (260-340)
MCH 31.3 pg (320-360)
MCHC 422 ⃰ gL (11.0-16.0)
RDW 14.0
MPU 8.7
Granulocyte % 77%
Granulocytes 4.5 10g/L
Lymphocytesi % 17
Lymphocytesi 1.0 10g/L
Monocyte % 7%
Monocytes 0.4 10 g/L

a. Pemeriksaan Laboratorium darah kimia ( Tanggal 18 / 11 / 2012).

Test Renga Result Normal


Glucose 4.9mmol/L 4.1-5.9
Sidioum 123mmol/L 137. -145
Urea L. 2,24mmol/L 2.50-6.10
Creatine 50mmol/L 46.-92
Total protein L. 57. 9/L 63-82
Albumin Lo 25. 9/L 35-50

b. Pemeriks
Total Bili 12.mmol/L 2-22
aan CBC
Alt 18.u/L 9.-52
(darah
LLkp 76.u/L 38.-126.
lenkap)
GGT 16.u/L 12.-43
tgl, 18-
11-2012

Tes Result Flab Limit Reference Range


WBC 7.1 7.1 1.oe9/l [*}4.1-10.9 10e9/l
Cym 2.534.9%l [*] 0. 6-4.1 100-58.5%l
Mid 0,6 8.98.9%l [*].0.8-1.8 0.1-24.0%m
Gram 4.0 56,2%g [*] 2.0-7.8 37.0-92.0%64
RBC 3.55 10e12/l L [*] 4.20-6.30 10e 12/l
Hgb 93 9/ll [*] 120-180” 9/l
Hct 23.1 % L [*].37.0-51.0 % 9. Program terapi
Mcu 65% L [*] 80.0 97.0 fl  Ceftriazone 1 gr
Mch 26.2 u/l [*] 26.o-32.0 pg IV Tid
Mchc 403 u/l H [*] 310”-360;9/l  Metronidazole

Rdw 19.9 % H [*] *11.5-14.5% 500 mg Po Bid


Plt 363 .10e4/l [*].140-440.10e9/l  Tramadol 50 mg
IV Tid
 Prometazine 25 mg po bid

Analisa Data

N Data Fokus Etiologi Masalah


o

1 Data Subjektif: Trauma fisik pada daerah estremitas bawah. Ganggua


- pasien mengatakan nyeri n rasa
padakedua Kakipasien nyaman
mengatakan nyeri Nyeri
bertambah apabila luka di
gerakan saat dressing.
- pasien mengatakan
nyeri timbul saat digerak .
Data Objektif
Terdapat luka amputasi
extrimitas bagian bawah
sinestra.dengan skala nyeri
8
sangat nyeri yang di
rasakan saat beraktivitas
maupun tidak beraktivitas.
Terdapat odema pada
daerah sekitar amputasi
dengan intensitas nyeri
provokatif : Nyeri karena
kecelakaang lalulintas .
Qualitas : sangat nyeri tapi
masih bisa dapat di kontrol.

Region :Lokasi extremitas


bawah bagian sinestra dan
dextra.
Skala : 8
Time : pada saat jatuh
kecelakaan secara tiba-tiba
(acut)
Data Subjektif :
2 Pasien menggatakan susah Ganggua
melakukan aktivitas n
unmobilisasi karena Mobilita
extrimitas bagian bawah s fisik
dextra terpasang gips dan
bagian sinestra di amputasi
Data Objektif
Kelihatan pasien tidak
nyaman, intoleransi
aktivitas penurunan Pembedahan
kekuatan dan stamina,
kehilangan salah Kehilangan organ tubuh
satu struktur tulang
denganGlasgow Coma Ketidak
Scale: seimbangan
Respon menbuka mata: tubuh
spontan= 4
Respon Verval : Imobilitas
Orientasi baik = 5

Respon motorik :
Ekstensi = 2
Jadi total GCS = 11
3 Data Subjektif : Psikologis kecemasan, kelelahan akibat nyeri Ganggua
pasien mengatakan susah n pola
tidur karena keadaannya. tidur
klien mengatakan sedih
karna kakinya putus
(amputasi).
Data Objektif :
Pasien terlihat seperti putus
asa. Pasien sering
diamKlien terlihat seperti
malu terhadap teman-
temannya.
Data subyektif :
4 Pasien menanyakan tentang Kurang
Kurangnya sumber informasi
terapi pengobatan antara pengetah
medis dan dukun. pasien uan
menanyakan tentang
bagaimana proses
melakukan
rehablitasi kakinya.
Data objectif :
Kelihatan klien
cemas, gelisah, dengan
Tanda-Tanda Vital :
Tekanan darah : 119/65
mmhg
Nadi : 95 x/menit
Spo2 : 100 %
Suhu : 36.5 oc

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan trauma fisik estremitas bawah ditandai
dengan nyeri pada saat di gerakan , skala nyeri = 8
2. Gangguan mobilisasi fisik sehubungan dengan pembedahan,kehilangan organ tubuh, ketidak
seimbang tubuh, immobilisasi ditandai dengan ketidak nyaman,penurunan kekuatan dan
stamina, dengan GCS =11.
3. Gangguan pola tidur sehubungan dengan psikologis kecemasan dan kelelahan akibat nyeri
yang hebat ditandai dengan sedih karena kakinya terputus (amputasi),
4. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya sumber informasi, di tandai dengan
proses rehabilitasi.
Prioritas Masalah
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan trauma fisik estremitas bawah ditandai
dengan nyeri pada saat di gerakan , skala nyeri = 8
2. Gangguan mobilisasi fisik sehubungan dengan pembedahan,kehilangan organ tubuh, ketidak
seimbang tubuh,immobilisasi ditandai dengan ketidak nyaman, penurunan kekuatan dan
stamina, dengan GCS =11.
3. Gangguan pola tidur sehubungan dengan psikologis kecemasan dan kelelahan akibat nyeri
yang hebat ditandai dengan sedih karena kakinya terputus (amputasi),
4. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya sumber informasi, di tandai dengan
proses rehabilitasi.

Diposkan oleh Leontino da Cruz di 04.54


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

 ▼ 2013 (1)
o ▼ Juni (1)
 Amputasi
Mengenai Saya

Leontino da Cruz
Lihat profil lengkapku
Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like