Professional Documents
Culture Documents
Osteoartritis
Disusun oleh :
Maria ester Luciana
1563030004
Universitas Kristen Indonesia
2017/2018
Kata pengantar
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan ostheoatrithis. Dengan selesainya
makalah ini disusun,saya mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.walaupun makalah ini telah selesai,
namun karena keterbatasan kemampuan yang saya miliki, sehingga makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga besar harapan saya untuk menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun dari dosen. Saya mengucapkan selamat membaca semoga makalah ini ada
manfaatnya bagi pembaca pada ummunya dan ilmu pengetahuan khususnya. Terimakasih
Osteoarthritis merupakan penyakit tipe paling umum dari arthritis, dan dijumpai khusus pada
orang lanjut usia atau sering disebut penyakit degeneratif. Osteoarthritis merupakan penyakit
persendian yang kasusnya paling umum dijumpai di dunia (Bethesda, 2013). Berdasarkan
National Centers for Health Statistics, diperkirakan 15,8 juta (12%) orang dewasa antara usia 25-
74 tahun mempunyai keluhan osteoarthritis (Anonim, 2011). Prevalensi dan tingkat keparahan
osteoarthritis berbeda-beda antara rentang dan lanjut usia (Hansen & Elliot, 2005). Menurut
World Health Organization (WHO) tahun 2004, diketahui bahwa osteoarthritis diderita oleh 151
juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara. Osteoarthritis
adalah penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, akan tetapi ditandai
dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat (Murray, 1996). Penyakit ini
menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di
Inggris, sekitar 1,3-1,75 juta mengalami gejala osteoarthritis sementara di Amerika Syarikat, 1
dari 7 orang dewasa menderita osteoarthritis. Osteoarthritis menempati tempat urutan kedua
setelah penyakit kardiovaskular sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik di dunia barat. Secara
keseluruhan, sekitar 10 sampai 15% orang dewasa yang berusia di atas 60 tahun menderita 2
osteoarthritis (Reginster, 2002). Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari osteoarthritis sangat
besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan (Wibowo, 2003).
Prevalensi osteoarthritis total di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002 dan mencapai 36,5
juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari populasi usia diatas 70 tahun menderita
osteoarthritis, dan 80% pasien osteoarthritis mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai
derajat dari ringan sampai berat yang berakibat mengurangi kualitas hidupnya karena prevalensi
yang cukup tinggi. Oleh karena sifatnya yang kronik-progresif, osteoarthritis mempunyai
dampak sosio-ekonomi yang besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis
(Soeroso, 2006) Prevalensi osteoarthritis lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun ke atas dapat
mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada. Dari aspek karakteristik umum pasien yang
didiagnosis penyakit sendi osteoarthritis, menurut Arthritis Research UK (2012),
memperlihatkan bahwa usia, jenis kelamin, obesitas, ras/genetik, dan trauma pada sendi
mempunyai kolerasi terhadap terjadinya osteoarthritis. Prevalensi penyakit osteoarthritis
meningkat secara dramatis di antara orang yang memiliki usia lebih dari 50 tahun. Hal ini adalah
karena terjadi perubahan yang berkait dengan usia pada kolagen dan proteoglikan yang
menurunkan ketegangan dari tulang rawan sendi dan juga karena pasokan nutrisi yang berkurang
untuk tulang rawan (Lozada, 2013). 3 Wanita juga lebih cenderung terkena penyakit
osteoarthritis dibanding pria karena pinggul wanita lebih luas dan lebih memberikan tekanan
jangka panjang pada lutut mereka. Selain itu, faktor sosial seperti pekerjaan yang dilakukan
seharian juga mempengaruhi timbulnya osteoarthritis, terutama pada atlet dan orang-orang yang
pekerjaannya memerlukan gerakan berulang (pekerja landskap, mangetik atau mengoperasikan
mesin), memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoarthritis. Hal ini adalah karena terjadinya cedera
dan meningkatkan tekanan pada sendi tertentu (Anonim, 2013a ). Gaya hidup juga
mempengaruhi kehidupan seseorang yang menderita penyakit osteoarthritis. Perubahan gaya
hidup dan pengobatan yang dilakukan dapat membantu mengurangi keluhan osteoarthritis.
Perubahan berat badan dapat meningkatkan tekanan pada bagian sendi, terutamanya pada bagian
lutut dan pinggul. Diet yang sehat diperlukan untuk mengurangi berat badan. Pola makan yang
sehat berserta olahraga dapat menurunkan terjadinya osteoarthritis (Anonim, 2013b ). Menurut
The American Geriatrics Society (2001), kurang aktifitas fisik dikenal sebagai faktor risiko
untuk banyak penyakit pada populasi manula dan peningkatan aktifitas fisik pada pasien
osteoarthritis akan menurunkan morbiditas dan mortalitas. Pada osteoarthritis primer/generalisata
yang pada umumnya bersifat familial, dapat pula menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi
interfalang distal (DIP) dan interfalang proksimal (PIP) (Elin dkk, 2008). Sampai saat ini masih
belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan osteoarthritis. Pengobatan yang ada hingga
saat ini hanya berfungsi untuk mengurangi nyeri 4 dan mempertahankan fungsi dari sendi yang
terkena. Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai dalam proses terapi osteoarthritis, yaitu untuk
mengontrol nyeri dan gejala lainnya, untuk mengatasi gangguan pada aktivitas sehari-hari, dan
untuk menghambat proses penyakit. Pilihan pengobatan dapat berupa olahraga, kontrol berat
badan, perlindungan sendi, terapi fisik dan obat-obatan. Bila semua pilihan terapi tersebut tidak
memberikan hasil, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan pembedahan pada sendi
yang terkena (Anonim, 2006). Prosedur pembedahan (misal osteotomi, pengangkatan sendi,
penghilangan osteofit, artroplasti parsial atau total, joint fusion) diindikasikan untuk pasien
dengan rasa sakit parah yang tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau rasa sakit
yang menyebabkan ketidakmampuan fungsional substansial dan mampu mempengaruhi gaya
hidup (Elin dkk, 2008). Gambaran karakteristik pasien dan pola pengobatan osteoarthritis dapat
digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan medis terhadap pasien
osteoarthritis serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Dengan mengetahui karakteristik
pasien osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta pada tahun 2013, diperoleh gambaran
spesifik tentang faktorfaktor risiko penderita osteoarthritis yang bersesuaian dengan hasil teori
dan dikaitkan dengan pola pengobatannya
BAB II
Tinjauan pustaka
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak (Price dan Wilson, 2013). Disebut juga
penyakit sendi degeneratif, merupakan ganguan sendi yang tersering. Kelainan ini sering
menjadi bagian dari proses penuaan dan merupakan penyebab penting cacat fisik pada orang
berusia di atas 65 tahun (Robbins, 2007). Sendi yang paling sering terserang oleh osteoarthritis
adalah sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal
dan sevikal, dan sendi-sendi pada jari (Price dan Wilson, 2013). Penyakit ini bersifat kronik,
berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan
sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. Osteoarthritis adalah
bentuk arthritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit melampaui separuh jumlah
pasien arthritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki (Price dan
Wilson, 2013). Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian Zhang Fu-qiang et al. (2009) di
Fuzhou yang menunjukkan peningkatan prevalensi lebih 9 tinggi pada perempuan jika
dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar 35,87%.
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun
terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali
menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087).
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan
pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di
bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis
kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Tulang-tulang ini membentuk sendi lutut ( articulatio genu ) dengan rongga sendi yang berisi
cairan sendi di dalamnya. Cairan sendi berfungsi sebagai pelumas sendi, agar tulang-tulang tidak
saling berkontak/bergesekan, baik di saat istirahat maupun di saat ada beban/pergerakan. Kita
sering menyebut cairan sendi lutut ini sebagai “oli” lutut. Di dalam rongga sendi lutut, ujung
bawah tulang paha dan ujung atas tulang kering masing-masing mempunyai tulang rawan
(cartilago) yang berfungsi sebagai bantalan atau “bumper” dalam menahan beban berat badan
dan saat ada pergerakan.
Masing-masing tulang penyusun sendi tersebut berhubungan dengan otot-otot di sekitarnya
melalui urat. Di antara keempat tulang penyusun sendi lutut, juga terdapat ikatan-ikatan melalui
urat. Urat penghubung antara otot dengan tulang disebut tendon. Urat penghubung / pengikat
antar-tulang disebut ligamentum. Jumlah tendon dan ligamentum pada sendi lutut sungguh
sangat banyak, dari yang kecil-kecil sampai yang besar-besar dan panjang.
Di dalam urat-urat inilah dapat tertimbun kristal asam urat jika kadar asam urat dalam darah
terlalu tinggi ( hiperurisemia / hyperuricemia ). Timbunan kristal asam urat di dalam urat-urat
inilah yang menimbulkan rasa sakit atau nyeri pada urat-urat di sendi lutut, walaupun di saat
istirahat, di saat tidak ada beban ataupun pergerakan sendi.
Struktur dan susunan semua pembentuk sendi lutut manusia memungkinkan kita bisa
menggerakkan tungkai, duduk, berdiri, berlari, mendaki, memanjat, menendang, melipat dan
meluruskan tungkai. Struktur dan susunan ini juga yang memungkinkan sendi lutut bisa
menerima beban sebagaian / seluruh berat badan di saat berdiri, di saat akan duduk, saat akan
bangun dari duduk, saat akan berjongkok, saat akan bangun dari berjongkok, saat berjalan, saat
akan berlutut / bersujud, saat akan bangun dari berlutut / bersujud, saat berjalan mendaki, berlari,
memanjat, melompat, menendang, dan sebagainya.
Apa penyebabnya sakit lutut ( Rematik Lutut ) ?
Sakit lutut atau rematik lutut dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyakit, yaitu :
1. Peningkatan usia, OA biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai penderita OA yang
berusia di bawah 40 tahun (Helmi, 2012). Di Indonesia, prevalensi OA mencapai 5% pada usia <
40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia > 61 tahun (Soeroso et al., 2009).
2. Obesitas, membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan tulang berkerja lebih
berat, diduga memberi andil terjadinya AO (Helmi, 2012). Serta obesitas menimbulkan stres
mekanis abnormal, sehingga meningkatkan frekuensi penyakit (Robbins, 2007).
3. Jenis kelamin wanita (Helmi, 2012). Perkembangan OA sendi-sendi interfalang distal tangan
(nodus Heberden) lebih dominan pada perempuan. Nodus Heberdens 10 kali lebih sering
ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki (Price dan Wilson, 2013). Kadar estrogen
yang tinggi juga dilaporkan berkaitan dengan peningkatan resiko (Robbins, 2007). Hubungan
antara estrogen dan pembentukan tulang dan prevalensi OA pada perempuan menunjukan bahwa
hormon memainkan peranan aktif dalam perkembangan dan 10 progresivitas penyakit ini (Price
dan Wilson, 2013). Wanita yang telah lanjut usia atau di atas 45 tahun telah mengalami
menopause sehingga terjadi penurunan estrogen. Estrogen berpengaruh pada osteoblas dan sel
endotel. Apabila terjadi penurunan estrogen maka TGF-β yang dihasilkan osteoblas dan nitric
oxide (NO) yang dihasilkan sel endotel akan menurun juga sehingga menyebabkan diferensiasi
dan maturasi osteoklas meningkat. Estrogen juga berpengaruh pada bone marrow stroma cell dan
sel mononuklear yang dapat menghasilkan HIL-1, TNF-α, IL-6 dan M-CSF sehingga dapat
terjadi OA karena mediator inflamasi ini. Tidak hanya itu, estrogen juga berpengaruh pada
absorbsi kalsium dan reabsorbsi kalsium di ginjal sehingga terjadi hipokalasemia. Kedaan
hipokalasemia ini menyebabkan mekanisme umpan balik sehingga meningkatkan hormon
paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid ini juga dapat meningkatkan resobsi tulang sehingga
dapat mengakibatkan OA (Ganong, 2008).
4. Trauma, riwayat deformitas sendi yang diakibatkan oleh trauma dapat menimbulkan stres
mekanis abnormal sehingga menigkatkan frekuensi penyakit (Helmi, 2012 ; Robbins, 2007).
5. Faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap OA, terutama pada kasus yang
mengenai tangan dan panggul. Gen atau gen-gen spesifik yang bertanggung jawab untuk ini
belum 11 terindentifikasi meskipun pada sebagian kasus diperkirakan terdapat keterkaitan
dengan kromosom 2 dan 11 (Robbins, 2007). Beberapa kasus orang lahir dengan kelainan sendi
tulang akan lebih besar kemungkinan mengalami OA (Helmi, 2012).
2.4 patofisiologi
Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi)
gagal dalam memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler,
sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanik dari
tulang rawan, yang menjadikan tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang
unik (Price dan Wilson, 2013). Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA,
terutama setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman.
Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs)
dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan
sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan,
dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik (Robbins, 2007).
Osteoartritis pernah dianggap sebagai kelainan degeneratif primer dan kejadian natural akibat
proses ”wear and tear” pada sendi sebagai hasil dari proses penuaan. Tetapi, temuan-temuan
yang lebih baru dalam bidang biokimia dan biomekanik telah menyanggah teoari ini.
Osteoartritis adalah sebuah proses penyakit aktif pada sendi yang dapat mengalami perubahan
oleh manipulasi mekanik dan biokimia. Terdapat efek penuaan pada komponen sistem
muskuloskeletal seperti kartilago artikular, tulang, dan jaringan yang memungkinkan
meningkatnya kejadian beberapa penyakit seperti OA (Price dan Wilson, 2013). Untuk
melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan. Namun karena berbagai faktor
risiko yang ada, maka terjadi 14 erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi.
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk menjamin gerakan yang hampir tanpa gesekan di dalam
sendi berkat adanya cairan sinovium dan sebagai penerima beban, serta meredam getar antar
tulang (Robbins, 2007). Tulang rawan yang normal bersifat avaskuler, alimfatik, dan aneural
sehingga memungkinkan menebarkan beban keseluruh permukaan sendi. Tulang rawan matriks
terdiri dari air dan gel (ground substansi), yang biasanya memberikan proteoglikan, dan kolagen
(Hassanali, 2011).
2.5 . Klasifikasi Osteoarthritis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Nyeri pada osteoarthritis disebabkan oeh
inflamasi sinova,peregangan kapsula dan ligamentum sendi, iritasi ujung-ujung saraf dalam
periosteum akibat pertumbuhan osteofit, mikrofraktur, trabekulum, hipertensi intraoseus,
bursitis, tendonitis, dan spasme otot. Gangguan fungsional disebabkan oleh rasa nyeri ketika
sendi digerakkan dan keterbatasan gerakan yang terjadi akibat perubahan structural dalam sendi.
Meskipun osteoarthritis terjadi paling sering pada sendi penyokong berat badan ( panggul, lutut,
servikal, dan tulag belakang), sendi tengah dan ujung jari juga sering terkena. Mungkin ada
nodus tulanh yang khas, pada inspeksi dan palpasi ini biasanya tidak ada nyeri, kecuali ada
inflamasi. Gejala khas pada penderita OA : Rasa nyeri pada sendi Merupakan gambaran primer
pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
Kekakuan dan keterbatasan gerak Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah
istirahat atau saat memulai kegiatan fisik. Peradangan Sinovitis sekunder, penurunan pH
jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan
peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri. Mekanik Nyeri biasanya
akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat.
Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah
rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya
pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
Pembengkakan Sendi Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan
cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi. Gangguan Fungsi Timbul akibat Ketidakserasian
antara tulang pembentuk sendi.
2.7 KOMPLIKASI
1. Gangguan/kesulitan gerak
3. Resiko jatuh
4. Patah tulang
1. Sinar-X. Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang
seperti pecahnya tulang rawan.
2. Tes darah. Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
3. Analisa cairan engsel Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk
kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
4. Artroskopi Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang.
Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
5. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan
rongga sendi
2.9 penatalaksanaan
1. Medikamentosa Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi
rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis,
meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau profoksifen
HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek samping pada saluran
cerna dan ginjal
Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti fenofrofin,
piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis
penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek
samping utama adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
Injeksi cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu
mengurangi nyeri/ngilu.
Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan
mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis
pada lutut.
2. Perlindungan sendi Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh
yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian
tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada
lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
3. Diet Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi
timbulnya keluhan dan peradangan.
5. Persoalan Seksual Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena
biasanya pasien enggan mengutarakannya.
7. Operasi Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang
nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah
osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat
yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan
tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat
tulang bergerak.
Penataan tulang. Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan
dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.
8. Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan, upaya
untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang berlebihan pemakaian
alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan
latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk
mengadopsi strategi penangan mandiri.
Tujuan pengobatan pada pasien OA adalah untuk mengurangi gejala dan mencegah terjadinya
kontraktur atau atrofi otot. Terapi OA pada umumnya simptomatik, misalnya dengan
pengendalian faktor-faktor resiko, latihan intervensi fisioterapi dan terapi farmakologis. Pada
fase lanjut sering diperlukan pembedahan (Imayati, 2011)
BAB III