Professional Documents
Culture Documents
1. Definisi
a. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. (Smeltzer & Bare, 2002 : 2357).
b. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. (Price & Wilson, 2006 : 1365).
c. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan / atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa. (Arif Mansjoer dkk,2000:346)
d. Fraktur adalah pemecahan suatu bagian, khususnya tulang ;
pecahan atau ruptur pada tulang (Dorland, 1998 : 446).
2. Epidemiologi
Insiden fraktur terbuka sebesar 4% dari seluruh fraktur dengan
perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 3,64 berbanding 1,
dengan kejadian terbanyak pada kelompok umur dekade kedua dan
ketiga yang relative mempunyai aktivitas fisik dan mobilitas yang
tinggi. Pada analisis epidemiologi menunjukkan bahwa 40% fraktur
terbuka terjadi pada ekstremitas bawah, terutama daerah tibia, dan
femur tengah.
3. Faktor Predisposisi
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung,
gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot
ekstrim. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan
Page | 1
terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot
dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf, dan
kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera
akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang.
4. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau
trauma (Long, 1996: 356). Baik itu karena trauma langsung misalnya:
tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung misalnya:
seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa
karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan
olekranon, karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi.
(Oswari, 2000: 147)
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000:
346).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat
patah dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan
lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan
biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast
berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat
tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di
tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi
sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang
berkaitan dengan pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan
asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf
Page | 2
perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat
anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun
jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen
(Brunner & suddarth, 2002: 2287)
5. Klasifikasi
a. Klasifikasi klinis
• Fraktur tertutup ( simple / closed fracture ).
Suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia
luar (menyebabkan robeknya kulit.)
• Fraktur terbuka ( compound / open fracture ).
Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui
luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within
(dari dalam) atau from without (dari luar).
Fraktur terbuka dapat dibagi atas tiga derajat (menurut R.
Gustillo), yaitu :
a. Derajat I
luka < 1 cm
kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka
remuk
fraktur sederhana, transversal, oblik, atau koinutif ringan
kontaminasi minimal
b. Derajat II
laserasi > 1 cm
kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
fraktur kominutif sedang
kontaminasi sedang
c. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur
kulit, otot, dan neurovascular serta kontaminasi derajat tinggi.
Fraktur derajat III terbagi atas :
Page | 3
IIIA : Fragmen tulang masih dibungkus jaringan lunak
IIIB : Fragmen tulang tak dibungkus jaringan lunak
terdapat pelepasan lapisan periosteum, fraktur kontinuitif
IIIC : Trauma pada arteri yang membutuhkan perbaikan
agar bagian distal dapat diperthankan, terjadi kerusakan
jaringan lunak hebat.
b. Klasifikasi Etiologis
Page | 4
Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah
tulang (lebih tidak stabil disbanding transfersal).
Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
Kominutif, fraktur dengan tulang pecah menjadi
beberapa fragmen.
Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke
dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang
wajah).
Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi
(terjadi pada tulang belakang).
Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau
tendon pada perlekatannya.
Epifiseal, fraktur melalui epifisis.
Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke
fragmen tulang lainnya.
(Smeltzer & Bare, 2002 : 2358)
Page | 5
- dislokasi ad longitudinam cum contractionum
(pergeseran searah sumbu dan overlapping)
- dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)
- dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen
saling menjauhi)
(Arif Mansjoer dkk, 2000 : 346)
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan local, dan
perubahan warna.
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur
merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)
bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada
fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat
maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai
2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang yang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara
fragmen satu dengan lainnya. (uji krepitus dapat mengakibatkan
kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).
Page | 6
e. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi
sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah
cedera.
7. Pengobatan
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan
operatif. Terapi konservatif meliputi proteksi dengan mitela atau bidai.
Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi internal,
reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna
(Mansjoer, 2000: 348)
Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan
imobolisasi pada bagian yang patah. Imobilisasi dapat menyebabkan
berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang agak cepat (Price,
1995 : 1192). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan
menderita komplikasi dari imobilisasi antara lain: adanya rasa tidak
enak, iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya kekuatan otot.
(Long, 1996: 378)
Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh
diimobilisasi dan mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan
diri (Carpenito, 1996: 346).
Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang
dipertahankan dengan pin, sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan
memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu sendiri merupakan
trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak
mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan
selama tindakan operasi. (Price, 1995: 1192) Pembedahan yang
dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang
hebat. (Brunner & Suddarth, 2002: 2304)
Page | 7
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan
untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
b. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb,
hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah
(LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada
masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah
9. Komplikasi
a. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk
sudut atau miring
b. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus
tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal
c. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
d. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan
yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan
perdarahan masif pada suatu tempat.
e. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya
oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
f. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh
darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur
meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80
fraktur tahun.
g. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi
pada individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma
atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan
ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi
pada bedah ortopedil
h. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit
(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat
i. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau
necrosis iskemia.
j. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh
hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum
Page | 8
banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan
vasomotor instability.
10. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non
pembedahan agar immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.
1) Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur
terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara
memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau
tongkat pada anggota gerak bawah.
2) Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya
menggunakan plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-
macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan
pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses
penyembuhan.
3) Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna
yang menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan
manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local.
Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya
fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat
utama pada teknik ini.
4) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi.
Tindakan ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa
reduksi yang bertahap dan imobilisasi.
b) Penatalaksanaan pembedahan.
1) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan
dengan K-Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
2) Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction
internal Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan
melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan
implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang
yang patah
Page | 9
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN FRAKTUR
A. Konsep Medis
a. Anatomi Tulang
panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis.
Page | 10
testosteron merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen,
2). Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari
padat.
3). Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang
tulang pendek.
Page | 11
resorpsi dan remosdeling tulang.
Page | 12
Gambar 1 Anatomi tulang panjang
dan terdiri dari lebih dari 90 % serat kolagen dan kurang dari 10 %
stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas
menjadi bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang
di tulang.
Page | 14
mirip-monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya
yang telah melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.
tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas
oleh olah raga dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk
Page | 15
sewaktu stres mengenai tulang. Fraktur tulang secara drastis
Page | 16
meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan
b. Fisiologi Tulang
Page | 17
5). Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
2. Pengertian
tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau
3. Etiologi
1) Kekerasan langsung
Page | 18
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat
4. Patofisiologi
gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
1) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
fraktur.
2) Faktor Intrinsik
Page | 19
tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
5. Klasifikasi Fraktur
foto.
Page | 20
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan
mekanisme trauma.
2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
angulasijuga.
3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral
4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
Page | 21
tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
menjauh).
1. 1/3 proksimal
2. 1/3 medial
3. 1/3 distal
patologis tulang.
lunak sekitarnya.
jaringan subkutan.
Page | 22
6. Manifestasi Klinik
a. Deformitas
b. Bengkak/edema
c. Echimosis (Memar)
d. Spasme otot
e. Nyeri
f. Kurang/hilang sensasi
g. Krepitasi
h. Pergerakan abnormal
i. Rontgen abnormal
7. Test Diagnostik
8. Penatalaksanaan Medik
a. Fraktur Terbuka
Page | 23
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam
1) Pembersihan luka
2) Exici
3) Hecting situasi
4) Antibiotik
b. Seluruh Fraktur
1) Rekognisis/Pengenalan
tindakan selanjutnya.
2) Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Page | 24
dipersiapkan untuk menjalani prosedur; harus diperoleh izin
traksi manual.
sementara gips, biadi dan alat lain dipasang oleh dokter. Alat
Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat paku,
Page | 25
atau batangan logam digunakan untuk mempertahankan fragmen
3) Retensi/Immobilisasi
4) Rehabilitasi
Page | 26
pendekatan (mis. meyakinkan, perubahan posisi, strategi peredaan
Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium
sekali.
Page | 27
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan
tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada
4) Stadium Empat-Konsolidasi
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses
yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat
Page | 28
untuk membawa beban yang normal.
5) Stadium Lima-Remodelling
dengan normalnya.
10. Komplikasi
1) Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
b. Kompartement Syndrom
tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena
Page | 29
sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran
tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
e. Avaskuler Nekrosis
f. Shock
b. Delayed Union
c. Nonunion
Page | 30
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-
kurang.
d. Malunion
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
Page | 31
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
b) Keluhan Utama
kemampuan fungsinya.
Page | 32
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan
Page | 33
f) Riwayat Psikososial
Page | 34
nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein
Page | 35
terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk
Page | 36
perkawinannya termasuk jumlah anak, lama
2) Pemeriksaan Fisik
lebih mendalam.
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
Page | 37
komposmentis tergantung pada keadaan klien.
(b) Kepala
(c) Leher
(d) Muka
(e) Mata
(f) Telinga
Page | 38
(g) Hidung
hidung.
(i) Thoraks
simetris.
(j) Paru
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
sama.
(3) Perkusi
tambahan lainnya.
(4) Auskultasi
(k) Jantung
Page | 39
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Auskultasi
(l) Abdomen
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
tidak teraba.
(3) Perkusi
(4) Auskultasi
(m)Inguinal-Genetalia-Anus
kesulitan BAB.
b) Keadaan Lokal
Page | 40
adalah:
(c) Fistulae.
hyperpigmentasi.
klien.
5“
Page | 41
atau oedema terutama disekitar persendian.
3) Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Radiologi
Page | 42
“pencitraan” menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk
khususnya seperti:
Page | 43
(4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan
b) Pemeriksaan Laboratorium
penyembuhan tulang.
tulang.
penyembuhan tulang.
c) Pemeriksaan lain-lain
diakibatkan fraktur.
Page | 44
b. Dampak Fraktur Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
Trauma
Fraktur
Kurang
informasi Degranulasi sel Terapi restrictif Lepasnya lipid Port de’ entri kuman Gg. Integritas Edema
mast pada sum-sum kulit
tulang
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
kongesti)
kawat, sekrup)
yang ada
(Doengoes, 2000)
Page | 47
4. Intervensi Keperawatan
secara aktif
Page | 49
c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,
kongesti)
Page | 50
d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler,
Page | 52
kulit, insersi pen/traksi.
Mengevaluasi perkembangan
5. Observasi tanda- masalah klien.
tanda vital dan tanda-tanda
peradangan lokal pada luka.
Page | 53
Tujuan : klien akan menunjukkan pengetahuan meningkat dengan
B. Evaluasi
Page | 54
Page | 55