You are on page 1of 20

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami
membahas “PENYAKIT CACINGAN”. Dalam menulis makalah ini, kami mengalami
beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kesungguhan kami dalam mengerjakan
penyususnan makalah ini akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat membangun
demi kesempurnaan makalah yang kami susun.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Majene, 13 Januari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi penyakit cacing ................................................................................... 3


B. Jenis-jenis cacing .............................................................................................. 4
C. Gejala-gejala cacingan ...................................................................................... 11
D. Penyebab Cacingan ........................................................................................... 11
E. Cara penularan .................................................................................................. 12
F. Dampak ............................................................................................................. 13
G. Diagnosa ........................................................................................................... 14

BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 16
B. Saran .................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) tahun 2012 memperkirakan lebih dari 1,5 miliar
orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi dengan cacing yang ditularkan melalui tanah.
Lebih dari 270 juta anak usia prasekolah dan lebih dari 600 juta anak usia sekolah tinggal di
daerah di mana parasit ini ditularkan secara intensif dan membutuhkan pengobatan serta
tindakan pencegahan.
Prevalensi angka kecacingan di Indonesia masih cukup tinggi, antara 45 – 65%, bahkan
pada daerah –daerah tertentu yang kondisi lingkungannya buruk bisa mencapai 80%, angka
tersebut tergolong tinggi. Di beberapa daerah di Indonesia terutama di daerah pedalam belum
semua mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak, kasus infeksi cacing yang kronik
banyak ditemukan di daerah pedalaman yang secara latar belakang pengetahuan kesehatan
dan pendidikan rendah.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi tingginya angka kecacingan pada masyarakat
Indonesia selain karena kondisi lingkungan geografis, juga karena factor kersadaran untuk
melakukan pola hidup bersih dan sehat, rendahnya pengetahuan kesehatan, dan kurangnya
penyuluhan kepada masyarakat terutama di daerah terpencil memberi kontribusi tingginya
angka kecacingan di Indonesia.
Apabila dicermati lebih lanjut, infeksi cacing ini sepele, tetapi pengaruhnya bisa sangat
mengganggu terutama pada anak-anak yang dalam masa pertumbuhan, infeksi ringan
mengakhibatkan anemia dengan berbagai manifestasi kilinis, baik yang terlihat secara nyata
maupun yang tidak terlihat. Kasus infeksi yang sedang sampai berat bisa mengakhibatkan
adanya gangguan penyerapan pada usus dan gangguan beberapa fungsi organ dalam. Apabila
hal ini terjadi pada masa anak-anak terutama disekolah, maka akan sangat mengganggu
proses belajar mengajar, secara nyata anak bisa mengalami kemunduran prestasi, yang
disadari atau tidak hal tersebut mempengaruhi masa depan mereka. Kasus infeksi pada orang
dewasa biasanya tidak disadari, contoh kasus pada infeksi filaria, membutuhkan waktu yang
cukup panjang dari infeksi sampai terjadinya elephantiasis (Kaki gajah) beberapa kasus
menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi mengetahui bahwa dirinya terkena elephantiasis
setelah kakinya membesar.
Fenomena infeksi cacing ini seperti gunging es, yang muncul ke permukaan kecil, tetapi
sebenarnya banyak kasus dan kejadian infeksi cacing yang tidak terekspos. Kita sebagai

1
warga masyarakat kesehatan yang mengetahui tentang hal ini idealnya turut memberi
sumbangan terhadap peningkatan derajat kesehatan, dalam hal ini adalah menekan kejadian
infeksi cacing.
Penyakit yang sering terjadi ini sangat menganggu tumbuh kembang anak. Sehingga
sangat penting untuk mengenali dan mencegah penyakit cacing pada anak sejak dini.
Gagguan yan ditimbulkan mulai dari yang ringan tanpa gejala hingga sampai yang berat
bahkan sampai mengancam jiwa. Secara umum gangguan nutrisi atau anmeia dapat terjadi
pada penderita. Hal ini secara tidak langsung akan mengakibatkan gangguan kecerdasan pada
anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Cacingan?
2. Apa Jenis-jenis cacing?
3. Apa gejala-gejala cacingan?
4. Apa penyebab cacingan?
5. Bagaimana cara penularan cacingan?
6. Apa dampak dari cacingan?
7. Apa diagnosa dari penyakit cacingan?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi penyakit cacing
2. Dapat mengetahui jenis-jenis cacing
3. Dapat mengetahui gejala-gejala cacingan
4. Dapat mengetahui penyebab caingan
5. Dapat mengetahui cara penularan cacing
6. Dapat mengetahui dampak dari cacingan
7. Dapat mengetahui diagnosa penyakit cacingan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi

Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam infeksi yang
di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya dengan cara
menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi daritubuh
inangnya. Pada kasus cacingan, maka cacing tersebut bahkan dapat melemahkan tubuh
inangnya dan menyebabkan gangguan kesehatan.

Cacingan biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan baik terhadap diri sendiri
ataupun terhadap lingkungannya. Cacingan dapat menular melalui larva/telur yang tertelan &
masuk ke dalam tubuh. Cacing merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong &
panjang yang berawaldari telur/larva hingga berubah menjadi bentuk cacing dewasa. Cacing dapat
menginfeksibagian tubuh manapun yang ditinggalinya seperti pada kulit, otot, paru-paru,
ataupun usus/saluran pencernaan Penyakit cacingan, khususnya pada anak sering dianggap
sebagai penyakit yang sepeleoleh sebagian besar kalangan masyarakat. Padahal penyakit ini
bisa menurunkan tingkatkesehatan anak. Di antaranya, menyebabkan anemia, IQ menurun,
lemas tak bergairah,ngantuk, malas beraktivitas serta berat badan rendah.

Definisi infeksi kecacingan menurut WHO (2011) adalah sebagai infestasi satu atau
lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus. Diantara nematoda usus
ada sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah atau biasa disebut dengan cacing jenis
STH yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Trichuris trichuira dan Ancylostoma
duodenale (Margono et al., 2006). Kecacingan ini umumnya ditemukan di daerah tropis dan
subtropis dan beriklim basah dimana hygiene dan sanitasinya buruk. Penyakit ini merupakan
penyakit infeksi paling umum menyerang kelompok masyarakat ekonomi lemah dan
ditemukan pada berbagai golongan usia (WHO, 2011).

Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan
menjangkit lebih dari dua miliar manusia di seluruh dunia. Walaupun tersedia obat-obat baru
yang lebih spesifik dan bekerja lebih efektif, pembasmian penyakit cacing masih tetap
merupakan suatu masalah, disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi di beberapa bagian dunia.
Jumlah manusia yang dihinggapinya juga semakin bertambah akibat migrasi, lalu-lintas dan
kepariwisataan udara. Proyek-proyek irigasi untuk meningkatkan agrikultar dapat pula
menyebabkan perluasan kemungkinan infeksi. Misalnya schistoosomiasis

3
(bilharziasis), penyakit ini berkembang karena timbulnya kondisi yang menunjang
pengembangan keong-keong, yang menjadi tuan rumah antara bagi cacing schistosoma.
Pada umumnya cacing jarang menimbulkan penyakit serius, tetapi dapat menyebabkan
gangguang kesehatan kronis yang merupakan suatu faktor ekonomis sangat penting. Di
negara berkembang, termasuk Indonesia, penyakit cacing adalah penyakit rakyat umum yang
sama pentingnya dengan misalnya malaria atau TBC. Infeksinya pun dapat terjadi simultan
oleh beberapa jenis cacing sekaligus. Diperkirakan bahwa lebih dari 60 % anak-anak di
Indonesia menderita suatu infeksi cacing.
B. Jenis-jenis cacing
Cacing pada manusia pun banyak jenisnya, berikut jenis-jenis cacing :
1. C A C I N G G E L A N G ( A s c a r i s l u m b r i c o i d e s )
a) Morfologi
Ascaris lumbricoides merupakan cacing terbesar diantara Nematoda
lainnya.Cacing betina memiliki ukuran besar dan panjang. Manusia merupakan satu-
satunya hospes cacing ini. Cacing jantan berukuran 10-30 cm,sedangkan cacing betina
22-35 cm, kadang-kadang sampai 39 cm dengan diameter 3-6 mm. Pada stadium dewasa
hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000-200.000 butir
sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan
yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang
lebih 3 minggu.
Ciri-cirinya :
a. Warna : Merah muda atau putih
b. Besarnya : 20 - 30 cm
c. Hidup di : Usus kecil
Cara Penularannya:
a. Telur cacing masuk melalui mulut
b. Menetas di usus kecil menjadi larva
c. Larva dibawa oleh aliran darah ke paru-paru melalui hati
d. Bila larva ini sampai ke tenggorokan dan tertelan, mereka masuk ke dalam usus
kecil danmenjadi dewasa di sana.
e. Cacing gelang dapat mengisap 0,14 gr karbohidrat setiap hari.

4
b) Manifestasi klinik
Gejala klinik yang dapat muncul akibat infeksi dari cacing Ascaris lumbricoides
antara lain rasa tidak enak pada perut, diare, nausea, vomiting, berat badan menurun
dan malnutrisi. Bolus yang dihasilkan oleh cacing dapat menyebabkan obstruksi
intestinal, sedangkan larva yang migrasi dapat menyebabkan pneumonia dan
eosinophilia.
c) Patogenesis
Patogenesis berkaitan dengan jumlah organisme yang menginvasi, sensitifitas
individu, bentuk perkembangan cacing, migrasi larva dan status nutrisi individu.
Migrasi larva dapat menyebabkan eosinophilia dan kadang-kadang reaksi alergi.
Bentuk dewasa dapat menyebabkan kerusakan pada organ akibat invasinya dan
mengakibatkan patogenesis yang lebih berat.
d) Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan memperbaiki cara dan sarana pembuangan feses,
mencegah kontaminasi tangan dan juga makanan dengan tanah yaitu dengan cara
cuci bersih tangan sebelum makan dan sesudah makan, mencuci sayur-sayuran dan
buah-buahan yang ingin dimakan, menghindari pemakaian feses sebagai pupuk dan
mengobati penderita.
2. C A C I N G C A M B U K ( T r i c u r i s T r i c h i u r a )
a) Morfologi
Cacing dewasa berbentuk cambuk dengan 2/5 bagian posterior tubuhnya tebal dan
3/5 bagian anterior lebih kecil. Cacing jantan memiliki ukuran lebih pendek (3-4cm)
daripada betina dengan ujung posterior yang melengkung ke ventral. Cacing betina
memiliki ukuran 4-5 cm dengan ujung posterior yang membulat. Memiliki bentuk
oesophagus yang khas (Schistosoma oesophagus). Telur berukuran 30-54 x 23 mikron
dengan bentukan yang khas lonjong seperti tong (barrel shape) dengan dua mucoid plug
pada kedua ujung yang berwarna transparan.
Cara infeksi adalah telur yang berisi embrio tertelan manusia, larva aktif akan keluar
di usus halus masuk ke usus besar dan menjadi dewasa dan menetap. Telur yang infektif
akan menjadi larva di usus halus pada manusia. Larva menembus dinding usuu halus
menuju pembuluh darah atau saluran limpa kemudian terbawa oleh darah sampai ke
jantung menuju paru-paru.

5
Ciri-cirinya :
a. Warna : Merah muda atau abu-abu
b. Besarnya : Jantan : 3 - 4 cm
Betina : 4-5 cm
c. Hidup di : Usus besar

Cara Penularannya:
a. Telur cacing tertelan bersama dengan air atau makanan
b. Menetas di usus kecil dan tinggal di usus besar
c. Telur cacing keluar melalui kotoran dan jika telur ini tertelan, terulanglah siklus ini.
b) Manifestasi klinik
Kelainan patologis yang disebabkan oleh cacing dewasa terutama terjadi karena
kerusakan mekanik di bagian mukosa usus dan respons alergi. Keadaan ini erat
hubungannya dengan jumlah cacing, lama infeksi, umur dan status kesehatan umum
dari hospes (penderita). Gejala yang ditimbulkan oleh cacing cambuk biasanya tanpa
gejala pada infeksi ringan. Pada infeksi menahun dapat menimbulkan anemia, diare,
sakit perut, mual dan berat badan turun.
c) Patogenesis
Cacing dewasa lebih banyak ditemukan di caecum tetapi dapat juga berkoloni di
dalam usus besar. Cacing ini dapat menyebabkan inflamasi, infiltrasi dan kehilangan
darah (anemia). Pada infeksi yang parah dapat menyebabkan rectal prolapse dan
defisiensi nutrisi.
d) Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan memperbaiki cara dan sarana pembuangan feses,
mencegah kontaminasi tangan dan juga makanan dengan tanah yaitu dengan cara cuci
bersih tangan sebelum makan dan sesudah makan, mencuci sayur-sayuran dan buah-
buahan yang ingin dimakan, menghindari pemakaian feses sebagai pupuk dan
mengobati penderita
3. C A C I N G T A M B A N G ( Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus)
a) Morfologi
Cacing dewasa hidup di dalam usus halus manusia, cacing melekat pada mukosa
usus dengan bagian mulutnya yang berkembang dengan baik. Cacing ini berbentuk
silindris dan berwarna putih keabuan. Cacing dewasa jantan berukuran 8 sampai 11 mm
sedangkan betina berukurang 10 sampai 13 mm. Cacing N.americanus betina dapat

6
bertelur ±9000 butir/hari sedangkan cacing A.duodenale betina dapat bertelur ±10.000
butir/hari. Bentuk badan N.americanus biasanya menyerupai huruf S sedangkan
A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar.
N.americanus mempunyai benda kitin, sedangkan pada A.duodenale terdapat dua
pasang gigi.
Ciri-cirinya :
a. Warna : MerahBesarnya : 8 - 13 mm
b. Hidup di : Usus kecil
Cara Penularannya:
a. Larva menembus kulit kaki
b. Melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang menyebabkan batuk
c. Larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil dimana mereka menancapkan dirinya untuk
mengisap darah.
Daur hidup cacing tambang dimulai dari keluarnya telur cacing bersama feses,
setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rhabditiform.
Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat
menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah.
Cacing tambang merupakan infeksi cacing yang paling merugikan
kesehatan anak-anak.Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan anemia (kurang
darah). Cacing tambang dapatmengisap darah 10 - 12 mililiter setiap hari.
b) Manifestasi klinik
Gambaran klinis walaupun tidak khas, tidak cukup mendukung untuk memastikan
untuk dapat membedakan dengan anemia karena defisiensi makanan atau karena infeksi
cacing lainnya. Secara praktis telur cacing Ancylostoma duodenale tidak dapat
dibedakan dengan telur Necator americanus. Untuk membedakan kedua spesies ini
biasanya dilakukan tekhnik pembiakan larva. Larva cacing tambang kemudian
bermigrasi ke bagian kerongkongan dan kemudian tertelan. Larva kemudian menuju
usus halus dan menjadi dewasa dengan menghisap darah penderita. Cacing tambang
bertelur di usus halus yang kemudian dikeluarkan bersama dengan feses ke alam dan
akan menyebar kemana-mana.

7
c) Patogenesis
Larva cacing menembus kulit akan menyebabkan reaksi erythematous. Larva di
paru-paru akan menyebabkan perdarahan, eosinophilia, dan pneumonia. Kehilangan
banyak darah dapat menyebabkan anemia.
d) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan memutus rantai lingkaran hidup cacing
sehingga dapat mencegah perkembangannya menjadi larva infektif, mengobati
penderita, memperbaiki cara dan sarana pembuangan feses dan memakai alas kaki
4. CACING KREMI (Enterobius Vermicularis)
a) Morfologi
1) Cacing dewasa
a) Ukuran jantan : 2-5 mm x 0,1-0,2 mm, betina : 8-13 mm x 0,3-0,5 mm.
b) Mulut simple 3 bibir yang mengelilinginya .
c) Ujung anterior dan posterior runcing.
d) Pada ujung posterior jantan : melingkar tajam ke ventral.
e) Pada ujung posterior betina : berbentuk sebagai ekor, lurus dan runcing.
2) Telur
a) Bentuk asimetris, salah satu sisi datar
b) Ukuran 50-60 mikron x 20-32 mikron
c) Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu lapisan albuminous bersifat menchanical
protection, lapisan dalam berupa membrane yang berupa lemak berfungsi
sebagai chemical protection.
d) Di dalam telur selalu terdapat bentuk larvanya.
e) Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari.
b) Manifestasi klinik
Penderita cacingan akibat terjangkit cacing kremi biasanya baru akan
merasakannnya setelah menelan telur cacing kremi sekitar 2 sampai 6 minggu karena
proses menetasnya telur untuk menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu yang
cukup lama. Cacing kremi yang telah menetas di usus halus dan menjadi dewasa pergi
ke usus besar kemudian ke anus untuk bertelur. Pada saat inilah terdapat sendai rasa
gatal yang terasa karena perpindahan cacing tersebut. Hal ini biasanya terjadi pada
malam hari ketika penderita tertidur.

8
c) Penularan penyakit
Binatang peliharaan seperti anjing dan kucing bukan host bagi E.vermicularis, tapi
bulunya dapat mengandung cacing kremi. Sehingga para pecinta binatang yang tidak
cuci tangan mudah untuk terinfeksi. Telur cacing yang tertelan dapat tumbuh menjadi
cacing dewasa dalam usus manusia dan berkembangbiak dengan mengeluarkan
banyak telur, seekor cacing betinabertelur sampai puluhan ribu per hari.
Intensitas penularan penyakit tinggi pada anak-anak yang belum mengenal
hygiene pribadi yang bail. Tempat-tempat kumuh, rumah dihuni banyak orang, rumah
sakit, panti asuhan, merupakan tempat yang efektif bagi penularan Enterobiasis.
Hygiene yang buruk seperti jarangnya penggantian sprei, tidur secara berkelompok,
dan tukar menukar baju, serta frekuensi penggantian celana dalam dan baju yang
jarang juga mempercepat penularan penyakit ini.
d) Pencegahan
Pencegahan dengan menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, ganti sprei
teratur, ganti celana dalam setiap hari, membersihkan debu-debu kotoran dirumah,
potong kuku secara rutin , hindari mandi cuci kakus (MCK) disungai. Kalau perlu
toilet dibersihkan dengan menggunakan desinfektan.
5. CACING PITA (Taeniasis)
a) Morfologi
Cacing dewasa : ukuran 4-8 cm, proglotid gravid ukuran 7 x 20 mm dengan uterus
15-30 pasang, produksi teluru 100.000
Telur : bentuk bulat dengan dinding membentuk gambaran radier 30 x 40µ, isi :
onkosfer (embrio heksakan).
b) Manifestasi klinis
Cacing hidup diusus manusia, mendapatkan sana setelah penggunaan yang buruk
dari daging olahan termal. Fitur klinis karakteristik cacing adalah bahwa hal itu dapat
merangkak keluar dan bergerak secara independen dari anus, yang disampaikan
dengan ketidanyamanan pasien.
c) Patogenesis
Cara infeksinya melalui oral karena memakan daging babi atau sapi yang mentah
atau setengah matang dan mengandung larva cysticercus. Di dalam usus halus, larva
itu menjadi dewasa dan dapat menyebabkan gejala gasterointestinal seperti rasa mual,
nyeri di daerah epigastrium, napsu makan menurun atau meningkat, diare atau
kadang-kadang konstipasi. Selain itu, gizi penderita bisa menjadi buruk se-hingga

9
terjadi anemia, malnutrisi. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila
proglotid menyasar masuk apendiks, atau terdapat ileus yang disebabkan obstruksi
usus oleh strobilla cacing.
Jumlah cacing pita dalam usus kurang berpengaruh terhadap perubahan patologis
dibandingkan dengan ukuran tubuh cacing. Walaupun hanya terdapat 1-2 ekor dan
ukurannya besar dampak patologisnya lebih nyata. Penderita taeniasis jarang
menunjukkan gejala yang khas walaupun di dalam ususnya terdapat cacing taenia
selama bertahun-tahun, tetapi biasanya hanya terdapat satu ekor. cysticercosis pada
manusia sangat bergantung pada organ serta jumlah cysticercus yang tinggal. Infeksi
berat pada otot menyebabkan peradangan (myocitis) yang bisanya menimbulkan
demam. Jika menyerang organ mata (Ocular- Cysticercosis) gejala yang paling berat
adalah kebutaan. Gejala-gejala syaraf seperti kelumpuhan, kejang, hingga epilepsi,
dapat dipastikan bahwa larva tersebut menempati organ-organ yang sarat dengan
jaringan syaraf seperti otak/selaput otak atau sumsum tulang belakang.
d) Pencegahan
Pencegahan penyakit cacing pita dapat dilakukan dengan menghindari jangan
sampai cacing pita itu masuk ke dalam tubuh manusia yakni memasak daging dengan
baik dan tidak mengkonsumsi atau memakan daging yang tidak benar-benar masak
atau matang, terutama untuk daging Babi.
Melindungi makanan terkontaminasi dengan kotoran dan tidak memakan makanan
yang telah terkontaminasi dengan kotoran. Hidup dalam lingkungan yang sehat,
terutama lingkungan yang memiliki sarana sanitasi baik. Mencegah terkontaminasi
tanah dan tinja (kotoran manusia) untuk sumber air bersih. Artinya, pembangunan
sarana sanitasi seperti kakus dan septic tank tidak berdekatan dengan penyediaan
sumber air bersih.
Pencegahan yang utama dan terutama agar tidak terjangkiti penyakit cacing pita
dengan memasak semua bahan makanan dengan baik. Semua bahan makanan harus
bersih, tidak terdapat telur cacing pita dan juga memasak semua bahan makanan dari
hewani seperti daging sapi, ikan, ayam harus dimasak sampai matang. Sedangkan
untuk daging babi, alangkah lebih baik dihindari dikonsumsi mengingat sangat besar
peluang terjangkit penyakit cacing pita.

10
C. Gejala-gejala cacingan
a) C a c i n g k r e m i : Gejalanya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau
vulva(kemaluan wanita). Gejala ini akan memburuk di malam hari ketika
cacing kremib i a s a n y a a k a n k e l u a r d a r i p e r m u k a a n t u b u h u n t u k
m e n a r u h t e l u r n ya d i s e k i t a r anus/vulva. Cacing juga biasanya dapat terlihat
di feses.
b) Cacing gelang : Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun untuk jenis
Toxocaracanis dapat menyebabkan masalah penglihatan apabila terdapat di mata
karenamenimbulkan radang & luka pada retina mata. Cacing gelang ini juga
dapatberpindah ke bagian paru-paru menyebabkan timbulnya batuk & asma, sertamenimbulkan
bengkak di organ tubuh lain.
c) Cacing Tambang : Dapat menimbulkan rasa sakit di daerah perut. Cacing pita dapat
menutupi daerah otot, kulit, jantung, mata & otak.
d) Cacing cambuk : pada infeksi ringan pada tempat perlekatan tidak ada kerusakan
mukosa, hanya kadang-kadang sedikit pendarahan kecil. Pada infeksi berat dapat
terjadi gejala : sakit perutm diare kadang-kadang disertai bercak darah, demam
ringan, sakit kepala, berat badan menurun.
e) Cacing Pita : gejala yang ditimbulkan yaitu nyeri perut samar, mual muntah, diare
atau tinja berdarah, batuk kering, berat badan turun, terdapat cacing pada muntahan
atau tinja, jika jumlahnya banyak dapat menyumbat (obstruksi) usus.
D. Penyebab cacingan
Berikut ini hal-hal yang bisa menyebabkan cacingan :
a) Meminum air mentah
Minum air mentah adalah salah satu kebiasaan buruk yang harus dihindari,
terutama untuk anak-anak yang belum mengerti bahaya minum air mentah. Sebab air
yang masih mentah terdapat bakteri jahat yang dapat menumbuhkan telur cacing
bersarang dan menyebabkan cacingan. Oleh karena itu biasakan untuk minum air
matang agar tidak ada kuman yang bersarang didalam perut.
b) Kurang memelihara kebersihan
Anak-anak tidak bias jika diharuskan menjaga kebersihan, banyak anak-anak
yang merasa cuek dengan kebersihannya. Seperti setelah bermain tanah tidak cuci
tangan dan dia memasukkan makanan menggunakan tangannya.hal inilah yang
menjadi penyebab utama mengapa anak-anak rentan terkena cacingan.

11
c) Lingkungan yang kotor
Lingkungan yang kotor juga menjadi penyebab anak terkena cacingan. Anak-
anak bias saja bermain dilingkungan yang kotor dan mengandung cacing didalamnya
sehingga anak-anak bias rentan terkena cacingan
d) BAB di sembarang tempat
Anak jangan dibiasakan untuk membuang air besar disembarang tempat, hal itu
dikarenakan jika BAB disembarang tempat anak rentan terkena cacingan. Alasannya
adalah penderita cacingan saat mengeluarkan tinja, cacing itu akan ikut keluar, saat
tinja mongering maka cacing itu akan hidup dan berkeliaran kembali. Alasannya
itulah yang tidak boleh membiarkan anak BAB sembarangan.
e) Makanan
Cacingan juga biasa disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh larva cacing.
Larva itu saat berada didalam usus kemudian bertelur dan berkembang biak.
f) Tidak memakai alas kaki
Kebiasaan memakai alas kaki juga dapat menyebabkan terkena cacingan. Cacing
jenis gelang bisa menembus permukaan kulit dan pori-pori manusia. Cacing itu bisa
bertelur dan kemudian menimbulkan cacingan. Oleh sebab itu biasakan untuk selalu
memakai alas kaki saat menginjak tanah. Tanah adalah sumber kuman dan tempat
tinggal cacing penyebab cacingan.
E. Cara Penularan
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar
telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi
makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat
berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat
makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah
tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air
mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa
menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke
tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke
tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak,
membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk
protein untuk membangun otak.
Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari.
Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2

12
milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi dan
darah yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000
telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggup
memproduksi 600.000 telur
F. Dampak
Anak-anak akan mengalami berbagai dampak psikologis bila mereka terkena
penyakit cacingan. Dampak psikologis yang terjadi pada si anak bila menderita
penyakit cacing kremi, si anak akan merasakan gatal di anusnya pada malam hari sehingga
si anak akan menagis dan terganggu waktu tidurnya. Pada anak yag menderita penyakit
karena cacing tambang, Cacing tambang ini merupakan infeksi cacing yang paling merugikan
kesehatan anak-anak. Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan anemia (kurang darah),
sehingga sianak akan lemas untuk beraktivitas jadi terganggu aktivitas sehari-harinya,
Konsetrasi dan daya ingat anak yang menurun sehingga anak sulit mencerna pelajaran di
sekolah.
Penderita cacingan di kalangan anak sekolah juga cukup tinggi. Menurut
survei yang pernah dilakukan di Jakarta, terutama pada anak Sekolah Dasar (SD)
menyebutkan sekitar 49,5 persen dari 3.160 siswa di 13 SD ternyata menderita cacingan.
Siswa perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi, yaitu 51,5 persen dibandingkan dengan
siswa laki-laki yang hanya 48,5 persen. Biasanya seorang siswa yang terinfeksi cacing akan
mengalami kekurangan hemoglobin (Hb) hingga 12 gr persen, dan akan berdampak
terhadapkemampuan darah membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh, termasuk ke otak.
Akibatnya, penderita cacingan terserang penurunan daya tahan tubuh serta
metabolisme jaringan otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami
kelemahan fisik dan intelektualitas. Kategori infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing
yang dikandungnya. Jika anak-anak itu sudah terinfeksi cacing, biasanya akan menunjukkan
gejala keterlambatan fisik, mental dan seksual.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit
lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Jenis penyakit parasit ini kecil sekali
perhatiannya dari pemerintah bila dibandingkan dengan HIV/AIDS yang menyedot anggaran
cukup besar, padahal semua bentuk penyakit sama pentingnya dan sikap masyarakat sendiri
juga tak peduli terhadap penyakit jenis ini.

13
G. Diagnosa
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder terhadap diare.
(Carpenito, 2000: 104).
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan kriteria tidak
ditemukannya tanda-tanda dehidrasi dan klien mampu memperlihatkan tanda-tanda
rehidrasi dan pemeliharaan hidrasi yang adekuat.
Intervensi :
a. Monitor intake dan out put cairan.
b. Observasi tanda-tanda dehidrasi (hipertermi, turgor kulit turun, membran mukosa
kering).
c. Berikan oral rehidrasi solution sedikit demi sedikit membantu hidrasi yang adekuat.
d. Observsasi tanda-tanda dehidrasi.
e. Observasi pemberian cairan intra vena.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan spasme otot polos sekunder akibat
migrasi parasit di lambung.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan hilang atau berkurang
dengan kriteria klien tidak menunjukkan kesakitan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat dan karakteristik nyeri.
b. Beri kompres hangat di perut.
c. Ajarkan metoda distraksi selama nyeri akut.
d. Atur posisi yang nyaman yang dapat mengurangi nyeri.
e. Kolaburasi untuk pemberian analgesik.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan
muntah (Carpenito, 2000: 260).
Tujuan : Nutrisi terpenuhi dengan kriteria klien menunjukkan nafsu makan
meningkat, berat badan sesuai usia.
Intervensi:
a. Beri diit makanan yang adekuat, nutrisi yang bergizi.
b. Timbang BB setiap hari.
c. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.

14
d. Pertahankan kebersihan mulut yang baik.

4. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi


(Carpenito, 2000 ; 21)
Tujuan : Mempertahankan normotermi yang ditunjukkan dengan tidak terdapatnya
tanda-tanda dan gejala hipertermia, seperti tachicardia, kulit kemerahan, suhu dan
tekanan darah normal.
Intervensi :
a. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya masukan adekuat.
b. Monitor intake dan output cairan
c. Monitor suhu dan tanda vital
d. Lakukan kompres.

5. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal – epidermal


sekunder akibat cacing gelang (Carpenito, 2000 ; 300)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan integritas kulit teratasi
dengan kriteria tidak terjadi lecet dan kemerahan.
Intervensi :
a. Beri bedak antiseptik.
b. Anjurkan untuk menjaga kebersihan diri / personal hygiene.
c. Anjurkan untuk tidak menggaruk .
d. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang meresap keringat.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam infeksi yang
di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya dengan cara
menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi daritubuh
inangnya.
Jenis-jenis cacing yang dapat menginfeksi adalah CACING GELANG: (Ascaris
lumbricoides), CACING CAMBUK: (Tricuris Trichiura), CACING TAMBANG: (Ancylostomiasis),
CACING KREMI: (Enterobius Vermicularis), CACING PITA (Taneaniasis).
Gejala umum jika terinfeksi cacing adalah timbulnya rasa mual, lemas, hilangnya nafsu makan, rasa
sakit di bagian perut, diare, dan turunnya berat badan karena penyerapan nutrisi yang tidak
mencukupi dari makanan. Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah
tempat dari usus ke organlain, sehingga menimbulkan kerusakan organ & jaringan, dapat
timbul gejala demam, adanya benjolan di organ/jaringan tersebut, dapat timbul reaksi alergi
terhadap larva cacing, infeksi bakteri, kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah
terkena.
Penderita cacingan akan mengalami penurunan daya tahan tubuh serta
metabolisme jaringan otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami
kelemahan fisik dan intelektualitas. Kategori infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing
yang dikandungnya. Jika anak-anak itu sudah terinfeksi cacing, biasanya akan menunjukkan
gejala keterlambatan fisik, mental dan seksual. Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat
menurunnya status gizi penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga
memudahkan terjadinya infeksi penyakit lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan
Malaria.
Penularan cacing : cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman
yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang
banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar.
Pencegahan infeksi ini relative mudah, yaitu dengan pola hidup bersih dan sehat,
menjaga kesehatan diri dan lingkungan, mengkonsumsi obat cacing setiap 6 bulan sekali, dan
konsultasi kesehatan apabila ada gejala yang tidak beres di dalam tubuh kita dan keluarga
kita.

16
B. Saran
Sebaiknya pengobatan diberikan kepada seluruh anggota keluarga untuk mencegah atau
mewaspadai terjadinya cacingan tersebut. Selama masa pengobatan hindari penularan
cacingan ke anggota keluarga lain dengan cara mencuci tangan dengan sabun setiap habis ke
toilet atau sebelum men yentuh makanan, hindari juga untuk menutup mulut
dengan tangan yang belum dicuci. Menjaga kebersihan diri adalah salah satu kunci
untuk mencegah timbulnya cacingan kembali

17
DAFTAR PUSTAKA
1. http://dinazainuddin.blogspot.co.id/2013/04/makalah-cacingan.html
2. http://andessi.blogspot.co.id/2012/11/penyuluhan-penyakit-cacingan.html
3. http://aivi-blogger-remaja.blogspot.co.id/2012/01/makalah-penyakit-kecacingan.html
4. http://www.alodokter.com/infeksi-cacing-pita-di-tubuh-manusia-bisa-timbul-tanpa-disadari
5. https://medlab.id/ascaris-lumbricoides/
6. http://www.terapisehat.com/2010/09/trikuriasis-infeksi-cacing-cambuk-usus.html

18

You might also like