Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (Notoatmodjo, 2007). Usia lanjut dikatakan
sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Lansia memiliki
karakterisitik yaitu berusia lebih dari 60 tahun, memiliki kebutuhan dan masalah yang
bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, kebutuhan biopsikospiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif dan lingkungan tempat tinggal yang
Jumlah lansia cenderung mengalami peningkatan. Menurut WHO (2011), pada tahun
2011 jumlah lansia di dunia mencapai 500.000.000 jiwa dan diperkirakan akan
mencapai kurang lebih 309.000.000 jiwa pada tahun 2040 seterusnya meletakkan
Indonesia pada tempat keempat setelah China, India, dan Amerika Serikat untuk
1
2
Suatu wilayah disebut berstruktur tua jika persentase lansianya lebih dari 7%. Dari
seluruh provinsi di Indonesia, ada 11 provinsi yang penduduk lansianya sudah lebih
dari 7 persen yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali,
Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat
dan Nusa Tenggara Timur (Effendi & Makhfudli, 2009). Menurut Badan Pusat
Statistik Provinsi Bali (2010), pada tahun 2010 jumlah lansia di Bali sekitar 360.300
jiwa (9,25%) dari total penduduk Bali. Jumlah tersebut terus meningkat menjadi
371.000 jiwa pada akhir tahun 2011 dan hampir 400.000 jiwa pada akhir tahun 2013.
terletak di sebelah timur Kota Denpasar dengan jumlah penduduk 365.032 orang dan
antara lain masalah kesehatan, psikologis, dan sosial ekonomi. Sebagian besar
permasalahan pada lansia adalah masalah kesehatan akibat proses penuaan ditambah
permasalahan lain seperti masalah keuangan, kesepian, merasa tidak berguna, dan
merupakan masalah utama dalam kehidupan lansia. Tujuh penyakit yang sering
jantung, sinusitis kronik, penurunan visus dan gangguan pada tulang (Tamher, 2009).
terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%), yang merupakan
Rheumatoid Athritis (RA) adalah salah satu permasalahan sendi yang sering
kerusakan membran sinovial yang melapisi sendi dan digolongkan sebagai penyakit
inflamasi kronis (Kennedy, 2008). RA adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang
banyak menyerang perempuan daripada laki-laki (Depkes RI, 2006). Penyakit ini
pada umumnya mulai timbul usia antara 35 dan 40 tahun (Leveno, 2009).
Jumlah penderita RA di dunia pada tahun 2010 mencapai angka 355.000.000 jiwa
adalah lebih dari 360.000 jiwa (Handono, 2014). Menurut Riskesdas (2013),
prevalensi penyakit RA tertinggi terjadi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa
Barat (17,5%) dan Papua (15,4%). Pravalensi tertinggi RA terjadi pada umur ≥75
tahun (33% dan 54,8%). Di Provinsi Bali pada tahun 2013 RA termasuk 10 penyakit
yang paling banyak terjadi pada lansia di Bali dengan jumlah penderita sebanyak
56% dari total jumlah lansia di Bali. Pada tahun 2014, Kabupaten Gianyar memiliki
angka kejadian RA yang cukup tinggi di Bali dengan angka kejadian sekitar 732
orang penderita.
4
jari, pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki (Turana, 2005). Pasien RA umumnya
merasakan nyeri paling berat terjadi pada pagi hari membaik pada siang hari dan
sedikit lebih berat pada malam hari (Yatim, 2006). Nyeri merupakan sensori subjektif
dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan serta dapat mengubah gaya
hidup dan kesejahteraan psikologi individu (Asmadi, 2008). Sifat nyeri yang tidak
melawan rasa tidak nyaman tersebut atau menyerah dan menarik diri dari masyarakat
Menurut Iliades (2014), terdapat 10 strategi yang dapat menurunkan nyeri RA yaitu
penggunaan obat inflamasi, obat nyeri, diet, pengaturan berat badan, masase, latihan
fisik, penggunaan alat pelindung sendi, terapi panas dan dingin, akupuntur, dan
perburukan keadaan pasien dengan mengatasi nyeri sendi yang dirasakan pasien,
menurunkan skala nyeri, durasi, dan kualitas nyeri (Nursing Outcome Classification,
2004). Intervensi yang dilakukan perawat dalam mengatasi nyeri pasien selain
intensitas nyeri yang dirasakan pasien dengan menggunakan terapi non farmakologis.
5
Teknik non farmakologis yang dapat diberikan kepada pasien lansia dengan RA
Terapi panas dengan teknik kompres hangat adalah suatu terapi yang dapat
meningkatkan aliran darah dan meringankan rasa sakit dan kekakuan sendi
rempah-rempah. Salah satu jenis rempah-rempah yang sering digunakan adalah jahe.
Secara historis jahe telah digunakan dalam pengobatan Asia untuk mengobati sakit
perut, mual, dan diare. Sekarang jahe digunakan sebagai obat tradisional untuk
mengatasai gejala mual karena kemoterapi dan kehamilan, nyeri rheumatoid arthritis
terbukti berkhasiat mengurangi peradangan dan nyeri sendi melalui aktifitas COX-2
yang menghambat produksi PGE2, leukotrien dan TNF- pada sinoviosit dan sendi
manusia (NCCAM, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2014),
dengan judul ”Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Artritis Rhematoid Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar
penurunan skala nyeri artritis rhematoid yang dapat dilanjutkan sebagai intervensi
mandiri oleh penderita artritis rhematoid dengan ρvalue = 0,000 (ρ < 0,05).
Back massage adalah salah satu tehnik stimulasi kutaneus dengan memberikan
masase pada punggung dengan usapan secara perlahan. Usapan dengan lotion/balsem
6
lokal. Vasodilatasi pembuluh darah akan meningkatkan peredaran darah pada area
yang diusap sehingga aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi rasa sakit serta
dilakukan oleh Kristanto dan Maliya (2011) dengan judul “Pengaruh Terapi Back
massage terhadap intensitas nyeri reumatik pada lansia di wilayah Pustu Karang
banyak dialami lansia di wilayah kerja Puskesmas Sukawati II. Puskesmas Sukawati
dengan jumlah penderita sebanyak 146 orang lansia. Kejadian lansia dengan RA
orang lansia. Petugas puskesmas mengatakan sebagian besar lansia mengalami nyeri
Berdasarkan penelitian tentang kompres hangat jahe dan back massage yang
merupakan terapi non farmakologis nyeri dan keduanya merupakan bagian dari terapi
7
non farmakologi yang sudah terbukti dapat menurunkan nyeri pada lansia dengan
kompres hangat jahe dan back massage terhadap penurunan skala nyeri
Singapadu Tengah”
Adakah perbedaan kompres hangat jahe dan back massage terhadap penurunan skala
nyeri ekstrimitas bawah pada lansia dengan rheumatoid arthritis di Banjar Abasan
Singapadu Tengah?
Mengetahui perbedaan kompres hangat rebusan jahe dan back massage terhadap
penurunan skala nyeri ekstrimitas bawah pada lansia dengan rheumatoid arthritis di
hangat jahe pada lansia dengan rheumatoid arthritis di Banjar Abasan Singapadu
Tengah.
Tengah.
Singapadu Tengah.
Tengah.
penurunan skala nyeri ekstrimitas bawah pada lansia dengan rheumatoid arthritis
1.4.1 Praktis
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada pasien dan keluarga bahwa
1.4.2 Teoritis
khususnya pada lansia dalam usaha menurunkan rasa nyeri terhadap lansia yang