You are on page 1of 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK

TERGANGGU

MAKALAH

Oleh
Munazilatul Chasanah
162310101199

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
Skenario : Saya hamil, tetapi perut terasa nyeri sekali, ada apa dengan kehamilan saya?
Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke poli klinik kandungan dengan keluhan nyeri
perut, seperti diiris iris. Klien mengatakan tidak menstruasi sejak 2 bulan terakhir. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan : tanda tanda vital : frekuensi nadi : 88 x / menit, tekanan darah
: 130/70 mmHg, suhu 37⁰C, frekuensi nafas : 24 x permenit, terdapat nyeri tekan pada
abdomen, pada pemeriksaan dalam didapatkan nyeri hebat pada gerakan goyang porsio
dengan skala nyeri ibu 8. Hasil pemeriksaan USG didapatkan implantasi janin tidak
ditemukan pada rongga uteri.

Jelaskan :
1. Dari skenario diatas, sebutkan beberapa masalah / kondisi tidak normal
2. Analisis masalah pada skenario di atas (minimal analisis sebagai berikut ):
1) Analisis konsep
a. Mengapa terdapat nyeri hebat khususnya pada pemeriksaan dalam?
b. Mengapa tidak ditemukan janin di dalam rongga uteri?
c. Kondisi risiko pada kehamilan apa yang terjadi pada pasien ? jelaskan
(definisi, penyebab, faktor resiko, tanda dan gejala, patofisiologi, pencegahan,
penatalaksanaan,)
2) Analisis asuhan keperawatan
a. Apa analisis data yang menunjang diagnosa keperawatan
b. Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul, apa diagnosa utama/ priototas
c. Apa intervensi yang bisa dilakukan oleh perawat (NIC NOC)
Jawaban !!
1. Kondisi tidak normal yang dialami pasien dari kasus diatas ?
a. Pasien mengatakan bahwa perutnya terasa seperti diiris-iris
b. Terdapat nyeri tekan pada abdomen pasien
c. Pada pemeriksaan dalam terdapat nyeri hebat pada geraka goyang porsio dengan
skala nyeri 8.
d. Hasil pemeriksaan USG janin tidak ditemukan pada rongga uteri.
2. Kondisi resiko pada kehamilan apa yang terjadi pada pasien ?
a. Kehamilan ektopik
Adalah semua kehamilan dimana sel telur yang dibuahi oleh sprematozoa
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uterus. Berdasarkan tempat
implantasinya kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan kehamilan yang terjadi diluar
rongga uterus, dan tuba falopi merupakan tempat yang sering terjadi implantasi kehmilan
etopik karena sebagian besar kehmilan terjadi di tuba, namun jarang terjadi implantasi pada
ovarium, rongga perut, kanial servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel
pada uterus. Kehamilan etopik dibagi dalam beberapa golongan :
1. Tuba fallopi
2. Uterus
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
6. Kombinasi kehamilan didalm dan diluar uterus.
Berdasarkan penggolongan diatas kehamilan etopik paling sering terjadi di tuba 97% yang
mana 55% muncul di pars ampularis, 25% di isthmus, dan sekitar 17% di fimbriae. Sisa 3%
berlokasi diuterus, ovaroium, abdominal, dan intraligamnter, dimana sekitar 2-2,5% muncul
di kornua uterus.
3. Penyebab atau Etiologi
a. Kerusakan tuba fallopi, dapat sebabkan riwayat bedah pada tuba fallopi seperti
sterilisasi dan rekanalisasi tuba. Riwayat infeksi pada tuba juga menjadi salah satu
penyebab kerusakan ini, misalnya PID (pelvic inflammatory disease). Adanya
peradangn pada tuba tersebut dapat menyebkan hipoplasia saluran tuba atau difertikel
saluran tuba yang bersifat kongential serta tumor (miomi uteri atau rumor ovarium)
disekitar saluran tuba juga dapat menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi.
b. Riwayat kehmilan etopik sebelumnya, menurut penelitian seorang permpuan dengan
riwayat etopik sebelumnya memiliki kemungkinan untuk kembali mengakami
kehamilan etopik pada kehamilan berikutnya.
c. Abnormalitas zigot, apabila zogot tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran
besar, zogot akan tersendat dalam perjalanan pada saat akan melalui tuba, kemudian
terhenti, dan tumbuh disaluran tuba.
d. Pemakaian IUD dan pil KB progestin-only, jika terjadi kehamulan pada akseptor KB
IUD dan pil KB yang hanya mengandung progesteron (mini pil) dapat mningkatkan
resiko terjadinya kehamilan ektopik karena mengakiatkan gerakan silia tuba
melambat.
e. riwayat terapi infertilitas, kehamilan yang merupakan hasil konsepsi yang dibantu
seperti pada ivf ( in vitrofertilisation) dan ICSI (intracytoplasmic sperm injection)
dapat meningkatkan resiko terjadinya kehamilan ektopik.

4. Tanda gejala
Pada awalnya kehamilan ektopik cenderung tanpa gejala atau tanda yang mirip dengan
kehmalan biasa sebelum pada akhirnya muncul geala lain yang mengindikasikan
kehmilan ektopik, diantaranya adalah :
a. Sakit pada perut bagian bawah yang biasanya terjadi di satu sisi.
b. Nyeri pada tulang panggul.
c. Perdarahan ringan dari vagina.
d. Pusing dan lemas.
e. Mual muntah yang disertai nyeri.
f. Nyeri pada bahu
g. Rasa sakit atau tekanan pada rektum saat buang air besar.
h. Jika tuba fallopi sobek, akan terjadi perdarahan hebat yang mungkin memicu
hilangnya kesadaran.

5. Patofisiologi
Kebanyakan dari kehmailan ektopik terjadi di tuba fallopi, Tempat yang paling umum
terjadi adalah pada pars ampullaris, sekitar 80 %. Kemudian berturut-turut adalah isthmus (12%),
fimbriae (5%), dan bagian kornu dan daerah intersisial tuba (2%), dan seperti yang disebut pada
bagian diatas, kehamilan ektopik non tuba sangat jarang. Kehamilan pada daerah intersisial sering
berhubungan dengan kesakitan yang berat, karena baru mengeluarkan gejala yang muncul lebih lama
dari tipe yang lain, dan sulit di diagnosis, dan biasanya menghasilkan perdarahan yang sangat banyak
bila terjadi rupture. Proses implementasi ovum yang dibuahi terjadi dituba pada umumnya sam
halnya di kavum uteri. Telur dituba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Yang
pertama telur berimplntasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembngan telur yang
selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vasikularisasi dan biasanya telur mati secqara dini dan
diresorbsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi anatara 2 jonjot endosalping.
Setelahtempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringn
yang mnyerupai desidua dan dinamkan pseudokapularis
Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak tampak,
dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk dalam lapisan otot-otot tuba dengan
merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa
faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh
invasi trofoblas. Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum gravidatis
dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, dan endometrium dapat pula berubah menjadi
desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada endometrium yang disebut fenomena
Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk
tidak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan kadang-kadang ditemukan
mitosis. Perubahan ini hanya terjadi pada sebagian kehamilan ektopik. Terdapat bebrap kemungkinan
yang dapat terjadi pada kehamilan rtopik dalam tuba. Karena tuba bukan merupakan tempat yang baik
untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin anin tumbuh secara utuh seperti di uterus. Sebagian
kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 minggu sampai 10 minggu. Kemungkinan
itu anatar lain :
a. Hasil konsepsi mati dinni dan diresorbsi
Pada implantsi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang,
dan dengan mudah terjadi resorbsi total.
b. Abortus tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi
koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari
koriales pada dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis.
Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, tergantung dari derajat
perdarahan yang timbul. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya
dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah kearah ostium
tuba abdominale. Frekuensi abortus dalam tuba tergantung pada implantasi telur
yang dibuahi. Abortus tuba lebih umum terjadi pada kehamilan tuba pars ampullaris,
sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi koriales kea rah peritoneum biasanya
terjadi pada kehamilan pars isthmika. Perbedaan ini disebabkan karena lumen pars
amoullaris lebih luas, sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil
konsepsi dibandingkan dengan bagian isthmus dengan lumen sempit. Pada pelepasan
hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus, perdarahan akan terus
berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah, sampai berubah menjadi mola kruenta.
Perdarahan akan keluar melalui fimbriae dan masuk rongga abdomen dan terkumpul
secara khas di kavum Douglas dan akan membentuk hematokel retrouterina. Bila fimbriae
tertutup, tuba fallopii dapat membesar karena darah dan membentuk hematosalping.
c. Ruptur tuba
Penyusupan dan perluasan hasil konsepsi dapat mengakibatkan rupture pada saluran
lahir pada bebrpa saat. Sebelum metode pengukuran kadar korionik gonadotropin
tersedia, banyak kasus kehmilan tuba berakhir pada trimester pertama oleh rupture
intraperitoneal. Pada kejadian ini lebih sering terjadi bila ovum berimplantasi pada isthmus
dan biasanya muncul pada kehamilan muda, sedangkan bila berimplantasi di pars
intersisialis, maka muncul pada kehamilan yang lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara
spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus atau pemeriksaan vagina.

Ruptur sekunder dapat terjadi bila terjadi abortus dalam tuba dan ostium tuba
tertutup. Dalam hal ini dinding tuba yang sudah menipis karena invasi dari trofoblas,
akan pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang ruptur terjadi diarah
ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter. Jika janin hidup terus,
terdapat kehamilan intraligamenter. Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat
keluar dari tuba, tetapi bila robekan kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi
dikeluarkan dari tuba. Bila pasien tidak mati dan meninggal karena perdarahan,
nasib janin bergantung pada kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila
janin mati dan masih kecil, dapat diresorbsi kembali, namun bila besar, kelak dapat
diubah menjadi litopedion. Bila janin yang dikeluarkan tidak mati dengan masih
diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta yang utuh, kemungkinan
tumbuh terus dalam rongga abdomen sehingga terjadi kehamilan abdominal
sekunder
6. Penatalaksanaan
a. Terapi Bedah
Sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik akan membutuhkan tindakan bedah.
Tindakan bedah ini dapat radikal (salpingektomi) atau konservatif ( salpingotomi) dan jalan
itu dilakukan dengan larpalaskopi atau laparatomi. Laparatomi merupakan teknik lebih
banyak dipilih oleh pasien bila secara hemodinamik tidak stabil, operator yang tidak terlatih
dengan laparskopi, fasilitas dan persedian untuk melakukan laparskopi kurang, atau ada
hambatan teknik untuk melakukan laparskopi. Pada banyak kasus, pasien-pasien ini
membutuhkan salpingektomi karena kerusakan tuba yang banyak, hanya beberapa kasus saja
salpingotomi dapat dilakukan. Pada pasien kehamilan ektopik yang hemodinamiknya stabil
dan dikerjakan salpingotomi dapat dilakukan dengan teknik laparaskopi. Salpingotomi
laparaskopik diindikasikan pada pasien hamil ektopik yang belum rupture dan besarnya tidak
lebih dari 5 cm pada diameter transversa yang terlihat komplit melalui laparaskop.

Linier salpingektomi pada lapaeskopi dikerjakan pada pasien hamil ektopik yang belm
rupture dengan menginsisi permukaan antimesenterik dengan tuba dengan kauter kecil,
gunting atau laser. Kemudian di injeksikan pitressin dilute untuk memperbaiki hemostasis.
Gestasi ektopik dikeluarkan secara perlahan melalui insisi dan tempat yangberdsarah di
kauter. Pengakueteran yang banyak di dalam lumen tuba dapat mengakibatkan terjadinya
sumbatan, dan untuk itu dihindari penyembuhan secara sekunder. Tindakan ini bauk untuk
pasien dengan tempat implantasi di ampulla tuba. Kehamilan ektopik ini mempunyai
kemungkinan invasi trofoblastik kedalam muskularuis tuba yang lebih kecil dibandingkan
dengan implantasi pada istmus.

Pasien dengan implantasi pada istmus akan mendapat hasil yang lebih baik daro reseksi
semental dan anastomosis lanjut. Pada kehamilan ektopik yangberloasi pada ujung fimbrae,
dapat dilakukan gerkan sperti memeras untuk mengeluarkan jarinngan trofoblastik melalui
fimbriae.

Tuba kanan yang membesar karena terdapat kehmilan ektopik ada diseblah kanan( E) . Tuba
yang termasuk yerlihat ( L) berarti wanita itu pernah dilakukan ligasi tuba. secara umum
perawatan pada laparskopi lebih cepat dan lebih sedikit waktu yang hilang dalam
penanganannya dibandingkan laparatomi.
b. Terapi Obat
METHOTREXATE ,Penggunaan methotrexate untuk kehamilan pada intersisial. Kemudian
yang menggunakannya sebagai terapi garis pertama pada kehamilan ektopik. Sejak itu banyak
dilaporkan pemakaian methotrexate pada berbagai jenis kehamilan ektopik yang berhasil. Lalu,
dengan semakin banyaknya keberhasilan memakai obat, maka mulai diperbandingkan pemakaian
methotrexate dengan terapi utama salpingostomi. Methorexate meruoakan obat anti neoplastik yang
bekerja sebagai antagonis asam folat dan poten apoptosis induser pada jaringan trofoblas. Pasien yang
akan diberikan methotrexate harus dalam keadaan hemodinamika yang stabil dengan hasil
laboraturium darah yang normal dantidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2002. Kehamilan Ektopik.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/kehamilan-
ektopik/etiologi?gclid=Cj0KCQjwv73VBRCdARIsAOnG8u3a5u5ajfiBal080SM
S-0UcAMkHgm-ztJzztAzlGjyvxsjjy-nmyHMaApKMEALw_wcB ( Diakses pada
19 maret 2018 pukul 22.10 WIB)
http://www.alodokter.com/kehamilan-ektopik(Diakses pada 19 maret 2018 pukul 21.22 WIB)

You might also like