You are on page 1of 23

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
Alamat : Losari Kidul, Kab.Brebes

II. ANAMNESIS
 Keluhan Utama
Mesntruasi tidak lancar sejak 2 tahun terakhir
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kandungan RSUD Waled dengan keluhan
menstruasi tidak lancar semenjak 2 tahun terakhir. Keluhan disertai adanya
nyeri tiap sedang menstruasi. Pasien pula mengeluhkan adanya nyeri dibagian
perut bawah yang hilang timbul disertai mual tapi tidak muntah. Keluhan pula
disertai adanya nyeri saat berhubungan suami istri. Pasien menyangkal teraba
adanya benjolan di perut bagian bawah. Keluar perdarahan dari jalan lahir
disangkal. Kelainan BAB atau BAK disangkal penurunan berat badan pula
disangkal.
 Riwayat Menstruasi
Haid pertama kali umur : 12 tahun
Siklus haid : tidak teratur
Lamanya : 3 – 4 hari

1
Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut/ hari
Dismenorea : (+)
Saat ini, sejak 2 tahun terakhir pasien mengalami menstruasi tidak
teratur setiap bulan, pasien mengaku sekarang hanya haid selama 1 hari,
terkadang semakin banyak jumlahnya, yakni dapat mengganti 4 x pembalut
setiap harinya, terasa nyeri.
 Riwayat Menikah
Menikah 1 kali lama pernikahan 3 tahun
 Riwayat Kehamilan
Pasien belum pernah hamil dan belum pernah memiliki anak
 Riwayat KB
Pasien belum pernah memakai kontrasepsi sebelumnya
 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), alergi obat dan makanan
(-).
 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), alergi obat dan makanan
(-), riwayat anggota yang mengalami seperti ini (-). Riwayat keganasan (-).
 Riwayat Operasi
Pasien menyangkal pernah memiliki riwayat operasi.
 Riwayat Kebiasaan
Merokok (-), minum alkohol (-), minum jamu (-), obat-obatan terlarang (-).

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD : 120/70mmHg
N : 80x/menit
RR : 20 x/m
S : 36.8 0C

2
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 160 cm
Status generalis :
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-).
- Thoraks
Cor : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : VBS (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen : datar, jejas (-), benjolan (-), BU (+), nyeri tekan (-)
- Ekstremitas : akral hangat (+),CRT < 2detik,
edema - -
- -
Status ginekologi :
• Genitalia eksterna
Rambut pubis distribusi merata, perdarahan pervaginam (-), tanda
peradangan (-), benjolan pada vulva (-)
• Genitalia interna
Vulva/vagina tidak ada kelainan, teraba massa pada adneksa kiri dan
kanan, permukaan licin, nyeri tekan (-), konsistensi kistik, dapat digerakkan

IV. RESUME
Seorang pasien perempuan berusia 29 tahun datang ke Poliklinik Kandungan RSUD
Waled dengan keluahan menstruasi tidak lancar semenjak 2 tahun terakhir, disertai
adanya nyeri tiap sedang menstruasi, nyeri dibagian perut bawah yang hilang timbul
disertai mual tapi tidak muntah dan disertai adanya nyeri saat berhubungan suami
istri. Benjolan di perut bagian bawah (-), keluar perdarahan dari jalan lahir (-),
kelainan BAB atau BAK (-), penurunan berat badan pula (-). Saat ini, sejak 2 tahun
terakhir pasien mengalami menstruasi tidak teratur setiap bulan, pasien mengaku
sekarang hanya haid selama 1 hari, terkadang semakin banyak jumlahnya, yakni
dapat mengganti 4 x pembalut setiap harinya, terasa nyeri. Menikah 1x selama 3

3
tahun. Pasien belum pernah hamil dan belum memiliki anak, belum pernah
menggunakan kontrasepsi sebelumnya, riwayat penyakit disangkal, riwayat operasi
disangkal. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadarn coposmentis, tanda-tanda vital dalam batas normal, status generalis tidak
didapatkan kelainan, status ginekologi pemeriksaan genitalia eksterna tidak
didapatkan kelainan, genitalia interna didapatkan vulva vagina tidak ada kelainan,
teraba massa pada adneksa kiri dan kanan, permukaan licin, nyeri tekan (-),
konsistensi kistik, dapat digerakkan.

V. DIAGNOSA BANDING
- Kista ovarium bilateral
- Mioma uteri

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium :
Darah rutin
a. Hemoglobin 13,7 gr%
b. Hematokrit 40%
c. Trombosit 204000 mm3
d. Leukosit 7400 mm3
2. Test kehamilan : negatif
3. Tumor marker : Ca 125 = 33,14
4. Pemeriksaan USG
Terdapat gambaran kistik bilateral di adneksa kanan berukuran 5,81 x 4,68 x
7,33 cm volume 101,63 ml dan di adneksa kiri berukuran 4,29 x 3,16 x 7,08
cm volume 50,1 ml

VII. DIAGNOSA KERJA


Kista ovarium bilateral

4
VIII. PENATALAKSANAAN
- Terapi operatif
Laparatomi eksplorasi untuk menentukan ukuran, letak, dan
perlengketan apabila tidak didapatkan perlengketan dilakukan
salpingoofarektomi, apabila ditemukan perlengketan minimal dan untuk
mengurangi ukuran kista dilakukan kistektomi/de Bulking, apabila
terdapat perlengketan kuat dilakukan aspirasi.

IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,
folikel de graff atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan dari epithelium ovarium (Dorland,2002).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium.Dalam kehamilan,
tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat
atau kista lutein.Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan
kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang – halangi masuknya
kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro et al, 2009).
Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar.Dinding kista tipis
berisi cairan serosa dan berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebut terjadi
pada indung telur atau ovarium (Mansjoer, 2000)
Jadi, dapat disimpulkan kista ovarium adalah kantong abnormal yang
berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak juga
dapat menyebabkan keganasan.

2.2 Etiologi
Etiologi dari kista ovarium belum diketahui secara pasti. Namun,
secara umum dapat digolongkan etiologi terhadap jenis kista yang dialami.
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan
hormon pada hipotalamus, hipofisis, atau indung telur itu sendiri.Kista indung
telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,
tipe folikuler merupakan tipe kista yang peling banyak ditemukan.Kista jenis

6
ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak
terkontrol.Cairan yang mengisi kista dsebagian besar berupa darah yang
keluar akibat perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah ovarium.Pada
beberapa kasus dapat juga diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut
dan gigi yang dinamakan kista dermoid.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun, pada beberapa
kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan cairan yang
nantinya akan menjadi kista.
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak
sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen
sebagai respon terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan
luteinizing hormon (LH) normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -
10 cm (folikel normal berukuran maksimum 2,5 cm); berasal dari folikel
ovarium yang gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi cairan. Dapat
multipel dan bilateral.Biasanya asimtomatik atau tanpa gejala.
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung
telur yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi.
Kista teka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening,
berwarna seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor
indung telur, serta terapi hormon.

2.3 Faktor Risiko


Ada beberapa faktor risiko yang diduga berperan dalam pembentukan
kista ovarium.(Anurogo, 2009):
a. Pengobatan infertilitas

7
Pasien yang sedang diobati untuk infertilitas dengan induksi ovulasi
dengan gonadotropin atau bahan lainnya, seperti clomiphene citrate atau
letrozole, dapat membentuk kista ovary sebagai bagian dari ovarian
hyperstimulation syndrome.
b. Tamoxifen
Tamoxifen dapat mengakibatkan kista ovari benigna fungsional yang
biasanya timbul setelah penghentian terapi.
c. Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua
saat kadar hCG tertinggi.
d. Hypothyroidism
Karena kemiripan antara subunit alpha thyroid-stimulating hormone
(TSH) dan hCG, hipotirodisme dapat menstimulasi pertumbuhan kista
ovarii.
e. Gonadotropin maternal
Efek transplasental dari gonadotropin maternal dapat menyebabkan
pembentukan dari kista ovarii neonatal dan fetal.
f. Merokok
Risiko kista ovarii fungsional meningkat dengan merokok; resiko dari
merokok mungkin meningkat lebih jauh dengan penurunan indeks massa
tubuh (IMT)
g. Ligasi tuba
kista fungsional telah dihubungkan dengan sterilisasi ligasi tuba

2.4 Manifestasi Klinis


Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan
tanda.Sebagian besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat
pertumbuhan, aktivitas hormonal atau komplikasi tumor tersebut.Gejala dan
tanda tersebut berupa benjolan di perut, mungkin ada keluhan rasa berat,
gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan, udem tungkai karena

8
tekanan pada pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena desakan
diafragma ke kranial.Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan
sangat berbahaya dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita.
Pertumbuhan primer diikuti oleh infiltrasi kejaringan sekitar yang
menyebabkan berbagai keluhan samar-samar (Sastrawinata et al,2004) :
a. Perasaan sebah
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
c. Makan sedikit terasa cepat kenyang
d. Sering kembung
e. Nyeri senggama
f. Nafsu makan menurun
g. Rasa penuh pada perut bagian bawah
h. Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung kemih dan juga


 tekanan pada dubur

i. Gangguan menstruasi.

Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola 
 haid kecuali tumor

itu sendiri mengeluarakan hormon seperti pada tumor 
 sel granulosa

yang dapat menyebabkan hipermenorrea.


j. Akibat Pertumbuhan

Dengan adanya tumor didalam perut bisa 
 menyebabkan pembengkakan

perut..Tekanan pada alat atau organ sekitar disebabkan oleh besarnya


tumor atau posisinya dalam perut.Misalnya sebuah kista yang tidak
seberapa besar tetapi posisinya terletak didepan uterus sehingga dapat
menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi dan sedang
kista besar yang terletak didalam rongga perut kadang-kadang hanya
menimbulkan rasa berat pada perut.Selain gangguan miksi obstipasi dan
oedema pada tungkai dapat terjadi. Dapat timbul komplikasi berupa asites,
atau gejala sindrom perut akut, akibatnya putaran tungkai tumor atau

9
gangguan peredaran darah karena penyebab lain ( Sjamjuhidajat, 2004 ).
2.5 Klasifikasi
Kista ovarium dilihat menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium
nonneoplastik dan tumor ovarium neoplastik jinak maka pembagiannya
adalah sebagai berikut:

1. Tumor Nonneoplastik


Tumor nonneoplastik jinak disebabkan karena ketidakseimbangan hormon


progesteron dan estrogen.
a. Tumor akibat radang
Termasuk disini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan kista

tuboovarial.


b. Tumor lain

1) Kista Folikel


Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari beberapa
folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen
tidak mengalami proses atresia yang lazim melainkan menjadi
membesar menjadi kista. Kista ini berasal dari folikel yang
menjadi besar semasa proses atresia folikuli. Setiap bulan sejumlah
besar follikel menjadi mati, disertai kematian ovum, disusul
dengan degenerasi dari epitel follikel.Pada masa ini tampaknya
sebagai kista-kista kecil.Tidak jarang ruangan follikel diisi dengan
cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang
dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis.Biasanya besarnya tidak
melebihi sebuah jeruk.Sering terjadi pada pubertas, climacterium,
dan sesudah salpingektomi.

2) Kista Korpus Luteum


Kista ini terjadi akibat perdarahan yang sering terjadi didalam

10
korpus luteum, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena
darah tua.

3) Kista Lutein


Kista ini biasanya bilateral dan menjadi membesar sebesar


tinju.Tumbuhnya kista ini adalah akibat dari pengaruh hormon
koriogonadotropin yang berlebihan.Kista ini dapat terjadi pada
kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum
haematoma.Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi pada
masa vaskularisasi.Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya,
terjadilah corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan
berwarna kekuning-kuningan.Secara perlahan-lahan terjadi
resorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tersisa cairan
yang jernih, atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama
dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein
sehingga pada kista korpus lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam
dalam jaringan-jaringan perut.
4) Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian – bagian kecil
dari epitel germinativum pada permukaan ovarium.

5) Kista Endometrium


Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan


endometroid.

6) Kista Stein-Laventhal


Kista ini dikenal sebagai sindrom Stein-Laventhal dan kiranya


disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal.Biasanya kedua
ovarium membesar dan bersifat polikistik, permukaan rata,
berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan

11
mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik.
Dibawahnya tampak folikel dalam bermacam-macam stadium,
tetapi tidak ditemukan corpus luteum.Secara klinis memberikan
gejala yang disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri
dari hirsutisme, sterilitas, obesitas dan oligomenorrhoe.
Kecenderungan virilisasi mungkin disebabkan hyperplasi dari
tunica interna yang menghasilkan zat androgenik.Kelainan ini
merupakan penyakit herediter yang autosomal dominan.

2. Tumor Neoplastik Jinak


Tumor neoplastik jinak terdiri dari :


a. Tumor Kistik

1) Kistoma ovarii simpleks


Kistoma ovarii simpleks diduga kista ini adalah suatu jenis


kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya
berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.Kista ini mempunyai
permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral,
dan dapat menjadi besar.Dinding kista tipis dan cairan di dalam
kista jernih, serus, dan berwarna kuning.Pada dinding kista tampak
lapisan epitel kubik.Berhubung dengan adanya tangkai, dapat
terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala
mendadak.Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma
serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan
tekanan cairan dalam kista.

2) Kistadenoma Ovarii Musinosum


Asal kista ini belum pasti, menurut Mayer, mungkin kista ini
berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu
elemen mengalahkan elemen lainnya. Ada penulis yang

12
berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum,
sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama
dengan tumor Brenner.

3) Kistadenoma Ovarii Serosum


Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium


(germinal ephitelium).Kista jenis ini tak mencapai ukuran yang
amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum.
Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berrbagala
karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun
lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan.Ciri khas
kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista
sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%.Isi kista
cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran
darah.Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya
penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).

4) Kista endometrioid


Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding


dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium.Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam
tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.

5) Kista dermoid


Kista dermoid suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-


struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel
kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih
kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada
elemen – elemen endoderm dan mesoderm. Bahan yang terdapat
dalam rongga kista ini ialah produk dari kelenjar sebasea berupa
massa lembek seperti lemak bercampur dengan rambut

13
2.6 Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil.Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan kompikasi tumor – tumor tersebut.
(Helm, 2008)

1. Akibat pertumbuhan 


Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan


pembenjolan perut.Tekanan terhadap alat–alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisisnya dalam perut.Apabila tumor mendesak
kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu
kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang –
kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga
mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai.

2. Akibat aktivitas hormonal


Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali 
 jika

tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.


3. Akibat komplikasi

a. Perdarahan ke dalam kista


Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur-angsur


menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala
klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi dalam
jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.

b. Putaran tangkai 


Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau


lebih.Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui
ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan

14
ini menimbulkan rasa sakit.

c. Infeksi pada tumor


Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman patogen.Kista dermoid


cenderung mengalami peradangan disusul pernanahan.

d. Robek dinding kista


Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada
saat persetubuhan. Jika, robekan kista disertai hemoragi yang timbul
secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam
rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai
tanda – tanda abdomen akut.

e. Perubahan keganasan


Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis


yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan.Adanya
asites dalam hal ini mencurigakan, adanya anak sebar (metastasis)

memperkuat diagnosa keganasan.
 (Wiknjosastro, 2005).

2.7 Diagnosis
a. Anamnesa
Diagnosis dimulai dari anamnesis berdasarkan keluhan pasien.Banyak
tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium
yang kecil.Adanya tumor bisa menyebabkan pembenjolan perut.Rasa sakit
atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut akan
bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat juga rasa
penuh di perut.Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi.Dapat terjadi penekanan
terhadapat kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih
menjadi sering. (DeChemey et al,1994)

15
Kista ovarium dapat menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus
terganggu atau dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan defekasi yang
sering.Pasien juga mengeluhkan ketidaknyamanan dalam coitus, yaitu pada
penetrasi yang dalam.Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak adanya nafsu
makan dan rasa enak dan rasa sesak.Pada umumnya tumor ovarium tidak
mengubah pola haid, kecuali jika tumor tersebut mengeluarkan
hormon.Ireguleritas siklus menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal
dapat terjadi.Pada anak muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal.
Polikistik ovari menimbulkan sindroma polistik ovari, terdiri dari hirsutism,
inferilitas, aligomenorrhea, obesitas dan acne.Pada keganasan, dapat
ditemukan penurunan berat badan yang drastis.
b. Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen.Walau pada
wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal
ini adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause.Perabaan
menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile,
permukaan massa umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong
pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul
pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau
endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif.
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium.Cancer
antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran
sel ovarium normal dan karsinoma ovarium. Level serum kurang dari
35 U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat pada 85% pasien
dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan
meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien sehat.
b. Laparoskopi
Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan sifat-

16
sifat tumor.
c. Ultrasonografi
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam
rongga perut yang bebas dan tidak.USG adalah alat diagnostik
imaging yang utama untuk kista ovarium.Kista simpleks bentuknya
unilokular, dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya tidak
terdapat internal echo.Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas, dan
merupakan kista fungsioal, kista luteal atau mungkln juga kistadenoma
serosa atau kista inklusi.
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke
dalam lumen.Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga
kista neoplasma benigna.USG sulit membedakan kista ovarium
dengan hidrosalfing, paraovarian dan kista tuba.USG endovaginal
dapat memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas dari struktur
pelvis.Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih yang
penuh. USG transabdominal lebih baik dari endovaginal untuk
mengevaluasi massa yang besar dan organ intrabdomen lain, seperti
ginjal, hati dan ascites. Ini memerlukan kandung kemih yang penuh.
d. MRI
MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan,
dapat memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik. MRI
ini biasanya tidak diperlukan
e. CT Scan
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan
kurang baik bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai
untukmengidentifikasi organ intraabdomen dan retroperitoneum dalam
kasus keganasan ovarium.
f. Foto Rontgen
Menentukan adanya hidrotoraks.Pada kista dermoid kadang dapat
terlihat gigi.

17
g. Parasentesis
Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.
h. Tes kehamilan
Dan HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan.
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan bila ditemukan hal-hal berikut
yaitu pada anamnesa menunjukkan gejala seperti yang disebutkan diatas

disertai pada pemeriksaan fisik
 :

1. Ditemukan tumor di rongga perut bagian depan dengan ukuran >5cm


2. Pada pemeriksaan dalam, letak tumor di parametrium kiri atau kanan atau

mengisi kavum douglasi


3. Konsistensi kistik, mobile, permukaan tumor umumnya rata.

2.8 Komplikasi
Perdarahan ke dalam kista, biasanya terjadi sedikit-sedikit, berangsur-
angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala klinik
yang minimal. Tetapi bila dalam jumlah banyak akan terjadi distensi cepat
dan nyeri perut mendadak.
Putaran tangkai menimbulkan rasa sakit yang berat akibat tarikan
melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum
parietale.Robekan dinding kista terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula
akibat trauma yaitu jatuh, pukulan pada perut dan coitus. Bila kista hanya
mengandung cairan serosa, rasa nyeri akbat robekan akan segera berkurang.
Namun bila terjadi hemoragi yang timbul secara akut, perdarahan bebas dapat
berlangsung terus menerus dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa
nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.
Infeksi dapat terjadi, jika dekat tumor terdapat sumber kuman patogen,
seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Perubahan keganasan
dapat terjadi pada kista jinak, misalnya pada kista denoma ovarii derosum,

18
kistadenoma ovarii musinosum dan kista dermoid. Sindroma Meigs
ditemukan pada 40% dari kasus fibroma ovarii yaitu tumor ovarium disertai
asites dan hidrotoraks.

2.9 Penatalaksanaan
Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan
operasi dan tumor non neoplastik tidak.Tumor non neoplastik biasanya
besarnya tidak melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami
pengecilan secara spontan dan menghilang.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas
adalah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor.Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan
tuba.Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi
anatomi untuk diperikasa.
Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak membutuhkan
terapi. Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita postmenopause, kista yang
berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman
untuk tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan pemeriksaan
USG serial. Sedangkan untuk wanita premenopause, kista berukuran kurang
dari 8 cm dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi.
Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang
lebih besar 10 cm dan kista ovarium kompleks.Laparoskopi digunaknan pada
pasien dengan kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan
keluhan.Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan
dan panda pasien dengan kista benigna yang tidak dapat diangkat dengan
laparaskopi.Eksisi kista dengan konservasi ovarium dikerjakan pada pasien
yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di masa
mendatang.
Pengangkatan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita

19
postmenopause, perimenopause, dan wanita premenopasue yang lebih tua dari
35 tahun yang tidak menginginkan anak lagi serta yang beresiko
menyebabkan karsinoma ovarium. Diperlukan konsultasi dengan ahli
endokrin reproduksi dan infertilitas untuk endometrioma dan sindrom
ovarium polikistik.Konsultasi dengan onkologi ginekologi diperlukan untuk
kista ovarium kompleks dengan serum CA 125 lebih dari 35 U/ml dan pada
pasien dengan riwayat karsinoma ovarium pada keluarga.
Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan
pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli
patologi anatomik untuk mendapat kepastian tumor ganas atau tidak.Untuk
tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama.Prosedurnya
adalah total abdominal histerektomi, bilateral salfingo-ooforektomi, dan
appendiktomi (optional). Tindakan hanya mengangkat tumornya saja
(ooforektomi atau ooforokistektomi) masih dapat dibenarkan jika stadiumnya
ia masih muda, belum menpunyai anak, derajat keganasan tumor rendah
seperti pada fow potential malignancy (borderline).
Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap radisi,
disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan obat
sitostatika seperti agents alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan
antimetabolit (adriamycin). FoIlow up tumor ganas sampai 1 tahun setelah
penanganan setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan
sampai 5 tahun dan seterusnya setiap tahun sekali. (Moeloek et al, 2006)

20
21
DAFTAR PUSTAKA

1. Anurogo D. 2009.Kista ovarium.Available from http://www.netsains.com.


(accessed on 10 Januari 2018)
2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom
KD. Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2.Jakarta : ECG; 2004. p. 934, 1035-

7.
 2.

3. DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis


and Treatment 8th edition. Norwalk : Appleton & Lange; 1994. p. 744-51.
4. Dorland N. Dalam: Hartanto H, Koesoemawati H, Salim IN, dkk (eds).
Kamus Kedokteran Dorland, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC;2002.
5. Helm, CW. Ovarian Cyst.19 maret 2008. (Available at

:http://.emedicine.com/med/topic1699.htm, accessed on 10 Januari 2018)


6. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor

Ovarium Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran.
 Jilid I.

Jakarta :Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
 Universitas Indonesia;

2000. p. 388-9.
7. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri
Patologi.Edisi 2. Jakarta: EGC hal :104.
8. Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Ilmu Kandungan.Jakarta :
9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. p. 346-65.
10. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom
KD. Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2. Jakarta : ECG; 2004. p. 934, 1035-
7.
11. DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis
and Treatment 8th edition. Norwalk : Appleton & Lange; 1994. p. 744-51.
12. Helm, CW. Ovarian Cyst. 19 maret 2008. (Available at :
http://.emedecine.com/med/topic1699.htm, accessed on 10 Januari 2018)

22
13. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor
Ovarium Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta
: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p.
388-9.
14. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia; 2006. p.130-1
15. Sanders M. Mucinous Cystadenocarcinoma. (Available at :
http://radiology.uchc.edu/Atlas/GYN/530b.htm, accessed on 10 Januari 2018)
16. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Ilmu Kandungan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1999. p. 346-65.

23

You might also like