Professional Documents
Culture Documents
INFORMED CONSENT
Stroke dibagi menjadi dua yaitu, stroke hemoragik dan stroke non hemoragik.
Stroke hemoragik, stroke hemoragik merupakan sekitar 15% sampai 20% dari
semua stroke dapat terjadi apabila mengalami pecahnya pembuluh darah sehingga
terjadi lesi vaskular intraserebrum kemudian menyebabkan perdarahan kedalam
ruangan subaraknoid (Price & Wilson, 2006). Stroke hemoragik merupakan suatu
perdarahan serebral dan perdarahan subarachnoid yang menyebabkan pecahnya
pembuluh darah pada suatu daerah tertentu pada otak. Biasanya teradi pada saat
aktif bekerja. Umumnya pasien stroke hemoragik mengealami penurunan
kesadaran (saferi wijaya & mariza putri, 2013).
Gejala stroke bisa dibedakan atas gejala atau akibat lesi dan komplikasinya.
Jenis hemoragik atau non hemoragik secara umum tidak terdapat perbedaan gejala,
kecuali pada jenis hemoragik seringkali ditandai dengan nyeri kepala hebat saat
bekerja. Secara umum gejala bergantung pada besar dan letaknya lesi di otak, yang
menyebabkan gejala dan tanda organ yang dipersarafi oleh bagian tersebut
(Martono & Kuswardini, 2009). Gejala umum berupa baal atau lemas mendadak di
wajah,lengan atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, bingung mendadak,
tersandung selagi berjalan, pusing, hilangnya keseimbangan atau koordinasi dan
nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas. Penyakit stroke erat kaitannya
dengan pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya
kualitas pembuluh darah otak (Price & Wilson, 2006).
Adapun factor resiko terjadinya stroke ada 2 yaitu factor risiko yang dapat
diobati atau dicegah dan yang tidak dapat dapat dicegah. Factor resiko yang dapat
diobati atau dicegah yaitu seperti merokok, fibrasi jantung, hipertensi, peningkatan
jumlah sel darah merah (Policitemia), transcient ischemic attack (TIAs) dan factor
resiko yang tidak dapat diubah yaitu usia diatas 65 tahun, DM, peningkatan tekanan
karotis, penyakit keturunan, pernah terserang stroke dan seks dalam artian laki-laki
30% daripada perempuan (padila, S.kep., 2012). WHO (1997) mengisyaratkan
bahwa factor yang utama yang menyebabkan epidemic penyakit kardiovaskuler
yaitu perubahan global dalam gizi dan merokok serta ditambah urbanisasi dan
menuanya populasi. Menurut Dourman (2013) mengatakan gaya hidup sering
menjadi penyebab berbagai penyakit yang menyerang usia produktif, karena
generasi muda sering menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan seringnya
mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol tapi rendah serat. Selain
banyak mengkonsumsi kolesterol, mereka mengkonsumsi gula yang berlebihan
sehingga akan menimbulkan kegemukan yang berakibat terjadinya penumpukan
energi dalam tubuh (Purwaningtyas, 2014). Suyono (2006) mengatakan pola makan
di negara berkembang terutama pada daerah perkotaan telah bergeser dari pola
makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat seperti sayuran,
menjadi ke pola makan yang lebih modern dengan komposisi makanan yang terlalu
banyak mengandung protein, lemak, gula, garam, dan mengandung sedikit serat
salah satunya adalah junk food yang hampir diminati oleh seluruh masyarakat. Hal
ini yang mengakibatkan banyak penduduk Indonesia terkena penyakit degenerative
(Ramadhani, Puspita Ayu; Adriani, 2015). Kompas (2008) kecacatan penderita
stroke hampir 100%, apabila dilakukan penanganan dan penanggulangan secara
tepat, khusus dan intensif dengan memperhatikan faktor risiko, maka angka
kecacatan akibat stroke dapat ditekan (Ramadhani, Puspita Ayu; Adriani, 2015).
Stroke tetap menjadi penyebab utama kematian kedua di tingkat global dan di
wilayah Eropa. Dari 56 juta kematian yang terjadi setiap tahun di seluruh dunia,
10,8% disebabkan oleh stroke, 85% dari kematian akibat stroke ini di antara semua
umur terjadi di negara-negara berkembang (Wittenauer & Smith, 2012). National
Stroke Association (2001) Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga pada
orang dewasa di Amerika Serikat. Empat orang Amerika mengalami deficit
neurologic; dua pertiga mengalami deficit neurologi ini bersifat sedang sampai
parah. Wolf et al (2000) kemungkinan meninggal akibat penyakit stroke adalah
30% sampai 35% dan kemungkinan kecacatan mayor pada yang selamat adalah
35% sampai 40%, yang selamat kemungkinan akan mengalami stroke berikutnya
dalam 5 tahun yang akan dating 5% sampai 14% dari mereka akan mengalami
serang stroke ulangan tahun pertama (Price & Wilson, 2006). Menurut data
Riskesdas tahun 2013 Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara (10,8‰), terendah yaitu Provinsi Papua
(2,3%) sedangkan Provinsi Bali sebesar 5,3% khususnya kabupaten Gianyar
prevalensi penyakit stroke pada umur ≥ 15 tahun sebesar 0,2% prevalensi stroke
tertinggi terjadi pada umur 65-74 tahun yaitu 2,9% (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan kabupaten Gianyar pada tahun 2014 pada
daftar 10 besar penyakit pada pasien rawat inap di RSU Sanjiwani dilaporkan
penyakit stroke sebesar 274 kasus (Gianyar, 2015). Menurut hasil data Dinas
Kesehatan kabupaten Gianyar pada tahun 2015 berdasarkan pola 10 besar penyakit
pada pasien rawat inap di RSU Sanjiwani penyakit stroke tak menyebut perdarah
atau infark sebesar 272 kasus dan pada pasien rawat jalan di RSU Sanjiwani
penyakit stroke infark sebesar 1.219 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar,
2016).
Disfagia atau gangguan menelan terjadi karena disfungsi dan inkordinasi otot
faring dan central nervous system kehilangan control fungsi menelan. Terdapat
29% sampai 69% pasien stroke mengalami disfagia. Masalah disfagia paling
sering dialami oleh pasien stroke hal ini menyebabkan memperburuk kondisi
dikarenakan disfagia setelah serangan stroke dapat menyebabkan penurunan
kesadaran dan mengindikasikan refluks lambung. Menurut penelitian Padma,
Pinzon dan Pramudita (2017) dalam penelitian ini menggunakan sejumlah 150
responden pasien stroke dengan kriteria yang sama dengan menggunakan sampel
Kohort retrospektif didapatkan data pada pasien stroke yang terkena disfagia 50
orang dengan prevalensi 50% (Padma, Pinzon, & Pramudita, 2017).
Dari uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
”Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Hemoragic Dengan
Gangguan Menelan”
2. TUJUAN PENELITIAN
2.1 Tujuan Umum Penelitian
3. MANFAAT PENELITIAN
3.1 Manfaat Praktis Penelitian
Manfaat praktis penelitian ini adalah, sebagai berikut:
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan bagi mahasiswa yang
melakukan penelitian mengenai asuhan keperawatan pada pasien stroke hemoragic
dengan gangguan menelan dan meningkatkan pemberian tindakan keperawatan pada
pasien stroke hemoragic dengan gangguan menelan.
4. PERLAKUAN
Perlakuan yang dilakukan pada pasien stroke hemoragik dengan gangguan
menelan di Ruang Sahadewa RSUD Sanjiwani Gianyar disesuaikan dengan
rencana keperawatan pada penyakit stroke hemoragik dan kondisi pasien.
5. KARAKTERISTIK KEGIATAN DALAM PENELITIAN
a. Kegiatan penelitian dilaksanakan hari Senin-Sabtu.
b. Pengambilan data dimulai pukul 06.00 – 15.30 WIB; dan
c. Pengambilan data dilakukan ± 2 bulan (1 Juni – 29 Agustus 2017) diselingi
istirahat (washing out period/ WOP) dan waktu adaptasi selama 2 hari.
Nama :
..........................................................................................................
Jenis Kelamin :
Alamat : ..........................................................................................................
Gianyar,.................... 2017
Mengetahui
NIM: P07120015111
Lampiran 1
INFORMED CONCENT
Bapak / Ibu pasien atau keluarga yang mengawasi pasien yang tinggal di
Ruang Sahadewa, RSU Sanjiwani Gianyar akan diminta berperan dalam penelitian ini.
Dengarkan dengan seksama informasi ini sebelum Bapak/ Ibu/ saudara memutuskan
apakah Bapak/ ibu / saudara akan turut berpartisipasi atau tidak. Jangan ragu-ragu
untuk bertanya jika ada hal-hal yang belum dimengerti. Bila Bapak / Ibu/ saudara
memutuskan untuk berpartisipasi kami harap Bapak/ Ibu / saudara bersedia dilakukan
wawancara oleh petugas yang telah dilatih, edukasi pemenuhan kebutuhan nutrisi,
melakukan pengawasan pada pasien, merawat pasien dan membantu memenuhi
kebutuhan pasien dengan stroke hemoragik. Dalam penelitian ini hampir dipastikan
tidak ada efek samping yang akan dialami pasien. Selama penelitian Bapak / Ibu
Lansia tidak dikenakan biaya.
Saya menyadari dan memahami penelitian ini tidak membahayakan dan tidak
merugikan sehingga saya menyetujui untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini.
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Saya menyadari dan memahami penelitian ini tidak membahayakan dan tidak
merugikan sehingga saya menyetujui untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini.
Partisipan :
Saksi :
Peneliti :
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
DALAM PENELITIAN:
OLEH :
NIM : P07120015111
TINGKAT 3.3
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017