You are on page 1of 6

Gangguan Schizophrenia

Scizophrenia adalah gangguan jiwa dengan gejala utama berupa waham (keyakinan akan suatu
hal yang sebenarnya tidak pernah terjadi atau tidak nyata) dan halusinasi (keyakinan bahwa
penderita melihat atau mendengar sesuatau yang sebenarnya tidak ada atau tidak nyata). Adapun
3 simptom negatif yang diakui DSM-IV sebagai inti dari scizophrenia adalah :

-Affective Flattening : Hilangnya respons-respons emosional terhadap lingkungan. (ekspresi


wajah yang tidak pernah berubah untuk waktu yang lama, berbicara dengan nada yang monoton,
tidak ada kontak mata ketika berbicara dengan orang lain).

-Alogia : Berkurangnya bahkan hilangnya aktivitas berbicara. (penderita tidak menunjukkan


inisiatif untuk berkomunikasi dengan orang lain, jika ditanya penderita akan menjawab dengan
singkat/jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan).

-Avolition : Ketidakmampuan untuk bertahan dalam melakukan aktivitas yang mengarah pada
tujuan, baik dalam masalah pekerjaan, sekolah, dll. (penderita dapat duduk sepanjang hari tanpa
meakukan apapun, menarik diri dari lingkungan sosial, terisolasi secara sosial).

Terdapat 3 tipe schizophrenia :

·Tipe paranoid (Pikiran-pikiran yang absurd/tidak ada pegangan, tidak logis, delusi berganti-
ganti, tidak dapat diduga, perasaan yang berlebihan mengenai pentingnya kebesaran, kekuasaan,
pengetahuan, atau identitas diri mereka).
·Tipe katatonik (Penarikan diri dari lingkungan sosial yang bersifat ekstrim, yang paling sering
adalah gerakan diam untuk jangka panjang).

Beberapa penderita yang suggestible/mudah disugesti secara otomatis mengikuti perintah atau
menirukan tingkah laku/echopraxia atau menirukan kata-kata orang lain/echolalia-Hendro
Prakoso Budisantoso, 1997).

·Tipe disorganisasi (hati-hati yang berlebihan, atau terpaku pada masalah-masalah religius dan
filosofis. Tipe ini tidak memiliki bentuk delusi atau halusinasi yang jelas, pikiran dan tingkah
lakunya sangat tidak terorganisir/disorganized. Misalnya : cara bicara yang sulit dipahami, tidak
sistematis, emosi yang meledak-ledak seperti tiba-tiba tertawa atau menangis).

Kriteria Schizophrenia dalam DSM-IV-TR

-Terdapat dua atau lebih simptom-simptom berikut ini dengan porsi waktu yang signifikan
selama sekurang-kurangnya satu bulan: waham, halusinasi, disorganisasi bicara, disorganisasi
perilaku atau perilaku katatonik, simtom-simtom negatif.

-Keberfungsian sosial dan pekerjaan menurun sejak timbulnya gangguan.

-Gejala-gejala gangguan terjadi selama sekurang-kurangnya enam bulan ; sekurang-kurangnya


satu bulan untuk simptom-simtpom pada poin pertama dalam bentuk ringan. Selebihnya
simptom-simptom negatif atau simptom lain pada poin pertama dalam bentuk ringan.

Faktor-Faktor Penyebab
Faktor Keturunan : Adanya lebih banyak gen yang terganggu meningkatkan kemungkinan
berkembangnya schizophrenia dan meningkatkan keparahan gangguan tersebut.

Struktur Otak Abnormal : Sejak dahulu para ilmuan meyakini ada yang berbeda pada otak orang-
orang dengan schizophrenia. Struktur utama otak yang abnormal sesuai dengan schizophrenia
adalah pembesaran ventrikel (enlarged verticle). Ventrikel adalah ruang yang berisi cairan di
dalam otak. Pembesaran ini memicu terjadinya atropi (berhentinya pertumbuhan) dan deteriorasi
di jaringan otak lainnya. Orang-orang schizophrenia dengan pembesaran ventrikel cenderung
menunjukkan penurunan fungsi sosial, emosi dan perilaku, lama sebelum mereka
mengembangkan simptom utama atau inti (core symptom) dari schizophrenia.

Komplikasi Kelahiran : Komplikasi yang serius selama periode prenatal dan masalah-masalah
berkaitan dengan kandungan pada saat kelahiran merupakan hal yang lebih sering terjadi dalam
sejarah penderita schizophrenia.

Perspektif Lintas Budaya : Kultur (budaya) sangat beragam dalam menjelaskan schizophrenia.
Terdapat keyakinan bahwa gangguan disebabkan gangguan biologis yang bercampur dengan
stress, kurangnya pengetahuan spiritual dan dinamika keluarga.

Neurotransmitter : Neurotransmitter dopamine dianggap memainkan peran dalam schizophrenia


(Conklin & Lacono, 2002). Teori awal dari dopamine menyatakan bahwa simptom-simptom
schizophrenia disebabkan oleh kelebihan jumlah dopamine di otak, khususnya di daerah lobus
frontalis dan sistem limbik.

Pandangan Teori
§Psikodinamika

Para ahli teori psikodinamika terdahulu menganggap bahwa schizophrenia adalah hasil dari
berbagai pengalaman negatif yang terjadi pada masa awal kehidupan (early childhood) antara
seorang anak dengan pemberi kasih sayang utama (biasanya ibu).

Sekarang banyak penelitian mengenai interaksi keluarga dan schizophrenia yang memfokuskan
pada berbagai stress keluarga yang dapat meningkatkan atau mengurangi gangguan
schizophrenia.

§Perspektif Kognitif dan Perilaku (Cognitive and Behavioral Perspective)

Behaviorisme menganggap gangguan ini diakibatkan oleh pola asuh yang salah yang membuat
penderita tidak tahu cara merespon suatu stimulus yang secara sosial dapat diterima. Sedangkan
beberapa ahli kognitif menganggap bahwa penurunan (deficit) secara fundamental dalam
persepsi dan atensi memiliki dasar-dasar biologis.

§Perspektif Belajar (Learning Perspective)

Ullman & Krasner menganggap penderita schizophrenia ini mungkin tumbuh dalam lingkungan
nonreinforcing karena pengaruh pola keluarga yang terganggu atau pengaruh lingkungan
lainnya.
Sedangkan menurut Sullivan penderita schizophrenia diakibatkan oleh adanya penolakan sosial
karena label “aneh” dari oramg-orang sekitar.

Pola perilaku “aneh” ini dapat diperkuat oleh reinforcement yang tidak sengaja diterima dari
lingkungan dalam bentuk perhatian dan ekspresi simpatik.

§Faktor Psikososial

Faktor psikososial menunjukkan adanya kerawanan faktor herediter yang semakin lama semakin
kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orangtua-anak yang patogenik,
serta interaksi yang patogenik dalam keluarga.

Prevensi

-Pencegahan Primer

Dilakukan dengan cara mendorong perkembangan kesehatan dan perilaku penanganan yang
efektif baik pada taraf biologis, psikososial dan sosiokultural. (contoh : pemeliharaan kesehatan,
pemeliharaan prenatal dan pascanatal dan pendidikan kepada masyarakat mengenai kesehatan
mental).
-Pencegahan Sekunder

Prevensi taraf ini lebih menekankan pada deteksi dini dan pengenalan penanganan perilaku
maladaptif dalam keluarga dan komunitas.

-Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan setelah gangguan muncul, pencegahan ini lebih melibatkan
dukungan dan penanganan yang tepat kepada pasien dengan maksud mencegah gangguan
menjadi kronik dan memungkinkan individu kembali pulang secepat mungkin.

You might also like