You are on page 1of 12

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maka Esa karena atas Rahmat,
Kasih dan Anugerah-Nya sehingga makalah Radiokimia ini dapat dibuat dan terselesaikan
dengan baik. Dalam kesempatan ini tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Radiokimia yang sangat berperan dalam membantu pemahaman kami
sehingga dapat dipaparkan dalam makalah ini. Ada banyak halangan dan masalah terkait
pembuatan makalah ini, sehingga menyebabkan adanya beberapa kekurangan dalam makalah ini
yang kami harap dapat dimaklumi, baik dalam aspek materi maupun aspek pendukung lainnya
dan yang tidak sempat kami perhatikan selama proses pembuatan makalah Radiokimia ini.
Untuk itu mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan penulisan pada kata, huruf maupun
tanda baca yang secara tidak sengaja telah saya lakukan. Harapan yang besar agar makalah ini
dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…….................................................................................1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..2

BAB I

PENDAHULUAN….……..…………………..……………….…………………3

LATAR BELAKANG……………………………………………………..3

TUJUAN…………………..………………………...……………………..3

BAB II

ISI…………….…………………………………………………………….4

BAB III

PENUTUP……………………………………………………………….…………11

KESIMPULAN………………………………………………………… ….11

SARAN……………..……………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Radiokimia adalah bidang kimia yang mempelajari material radioaktif, di


mana isotop elemen radioaktif digunakan untuk mempelajari karakteristik dan reaksi
kimia isotop non-radioaktif. Kebanyakan radiokimia berhubungan dengan
penggunaan radioaktivitas untuk mempelajari reaksi kimia. Hal ini sangat berbeda
dengan radiasi kimia karena level radiasi yang digunakan dijaga rendah. Radiokimia juga
mencakup studi mengenai radioisotop alami atau buatan manusia. Untuk itulah dalam
mengawali mata kuliah Radiokimia, kita harus membahas bersama dahulu tentang
Sejarah perkembangan Radiokimia.

B. TUJUAN

Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas pertama
dalam mata kuliah Radiokimia, memperluas wawasan mahasiswa, serta memberikan
informasi dalam bentuk makalah yang saya harap dapat digunakan dengan baik dan benar
sebagaimana mestinya.

3
BAB II
ISI

SEJARAH PENEMUAN UNSUR RADIOAKTIF DAN PENEMUNYA

Sejarah penemuan zat radioaktif diawali dengan


ditemukannya sinar X oleh Wilhelm Conrad Roentgen pada tahun
1895. Setelah itu, para ilmuwan menyadari bahwa beberapa unsur
dapat memancarkan sinar-sinar tertentu, meskipun pada waktu itu
para ilmuwan belum memahami hakikat sebenarnya dari sinar-sinar
tersebut serta mengapa unsur-unsur memancarkannya.

Pada tahun 1896, Henri Becquerel, fisikawan Perancis


berusaha mendapatkan sinar X dari suatu batuan yang mengandung
garam uranium. Secara tidak sengaja, batuan tersebut dibungkus
dengan kertas hitam dan diletakkan di atas plat film itu, ia sangat
terkejut karena bagian film pada tempat garam uranium diletakkan
menjadi gelap. Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa penyebab
gelapnya bagian plat foto adalah radiasi berdaya tembus kuat,
bahkan lebih kuat dari sinar X, yang dipancarkan secara spontan
oleh garam uranium tanpa harus disinari terlebih dahulu. Radiasi
spontan garam uranium terjadi karena mengandung unsur uranium yang bersifat radioaktif.
Peristiwa radiasi spontan ini kemudian disebut keradioaktifan, sedangkan zat yang yang bersifat
radioaktif disebut dengan zat radioaktif.

4
Pada tahun 1898, Marie Sklodowska Curie dan suaminya, Pierre Curie menemukan unsur
radiaktof lainnya dari mineral pitchblende yaitu polonium dan radium. Nama unsur polonium
diambil dari nama negara asal Marie Sklodowska Curie, yaitu Polandia, sedangkan nama unsur
radium diambil dari bahasa Yunani “radiare” yang artinya bersinar.

Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa


sinar radioaktif dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan
muatan mereka. Sinar radioaktif yang bermuatan positif diberi nama
sinar alfa, dan tersusun dari inti-inti helium. Sinar radioaktif yang
bermuatan negatif diberi nama sinar beta, dan tersusun dari elektron-
elektron. Sementara itu, Paul Ulrich Villard menemukan jenis sinar
radioaktif yang ketiga, yaitu sinar gama yang tidak bermuatan. Sinar
gama adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang lebih pendek dari sinar X.

Perkembangan Keradioaktifan

Pada tahun 1895 W.C. Rontgen melakukan percobaan dengan sinar katode. Ia
menemukan bahwa tabung sinar katoda menghasilkan suatu radiasi berdaya tembus besar yang
dapat menghitamkan film foto. Selanjutnya sinar itu diberi nama sinar X. Sinar X tidak
mengandung elektron, tetapi merupakan gelombang elektromagnetik. Sinar X tidak dibelokkan
oleh bidang magnet, serta memiliki panjang gelombang yang lebih pendek daripada panjang
gelombang cahaya. Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen tersebut, maka Henry Becquerel
pada tahun 1896 bermaksud menyelidik sinar X, tetapi secara kebetulan ia menemukan gejala
keradioaktifan. Pada penelitiannya ia menemukan bahwa garam-garam uranium dapat merusak
film foto meskipun ditutup rapat dengan kertas hitam. Menurut Becquerel, hal ini karena garam-
garam uranium tersebut dapat memancarkan suatu sinar dengan spontan. Peristiwa ini dinamakan
radio aktivitas spontan.

Marie Curie merasa tertarik dengan temuan Becquerel, selanjutnya dengan bantuan
suaminya Piere Curie berhasil memisahkan sejumlah kecil unsur baru dari beberapa ton bijih

5
uranium. Unsur tersebut diberi nama radium. Pasangan Currie melanjutkan penelitiannya dan
menemukan bahwa unsur baru yang ditemukannya tersebut telah terurai menjadi unsur-unsur
lain dengan melepaskan energi yang kuat yang disebut radioaktif.

Ilmuwan Inggris, Ernest Rutherford menjelaskan bahwa inti atom yang tidak stabil
(radionuklida) mengalami peluruhan radioaktif. Partikel-partikel kecil dengan kecepatan tinggi
dan sinar-sinar menyebar dari inti atom ke segala arah. Para ahli kimia memisahkan sinar-sinar
tersebut ke dalam aliran yang berbeda dengan menggunakan medan magnet. Dan ternyata
ditemukan tiga tipe radiasi nuklir yang berbeda yaitu sinar alfa, beta, dan gamma. Semua
radionuklida secara alami memancarkan salah satu atau lebih dari ketiga jenis radiasi tersebut.

Hasil-Hasil Penemuan senyawa Radioaktif.

Wilhelm Conrad Roentgen

Pada tahun 1895, dia sedang mempelajari fenomena yang menyertai pembawa arus listrik
melalui sebuah gas bertemperatur sangat rendah. Beberapa fisikawan sebelumnya yang telah
mempelajari gejala ini antara lain adalah J. Plucker (1801-1868), J. W. Wittorf (1824-1914), C.F.
Varley (1828-1883), E. Goldstein (1850-1931), Sir William Crookes (1832-1919), H. Hertz
(1857-1894) dan Ph. Von Lenard (1862-1947). Berdasarkan hasil kerja para fisikawan ini, sifat-
sifat sinar katode – nama yang diberikan oleh Goldstein untuk arus listrik dalam gas murni yang
dihasilkan oleh tegangan listrik yang sangat tinggi dengan menggunakan koil induksi
Ruhmkorff— telah diketahui dengan sangat baik. Namun demikian, hasil kerja Röntgen tentang
sinar katode telah mengantarkannya menemukan sebuah jenis sinar yang baru.

Pada sore hari tanggal 8 November 1895, Wilhelm Conrad Röntgen menemukan bahwa
jika tabung lucutan listrik ditutupi dengan sebuah karton hitam yang tebal sehingga menghalangi
cahaya untuk masuk, kemudian ditempatkan dalam sebuah ruang yang gelap, sebuah pelat kertas
yang pada salah satu sisinya ditutupi dengan barium platina sianida kemudian diletakkan pada
jalur berkas sinar yang disebutnya sinar-X itu, maka pelat kertas berlapis barium platina sianida
itu akan berpendar meskipun diletakkan sejauh sekitar 2 meter dari tabung lucutan listrik. Pada
eksperimen selanjutnya, Röntgen menemukan bahwa benda-benda dengan ketebalan yang

6
bervariasi yang ditempatkan di lintasan berkas akan menunjukkan bahwa sinar-X memiliki daya
tembus yang berbeda-beda terhadap ketebalan bahan-bahan tersebut, apabila hasilnya di rekam
pada sebuah pelat fotografi. Ketika Röntgen meminta istrinya menempatkan tangannya di
lintasan jalur sinar tersebut ke pelat fotografi, setelah beberapa kali melakukan perbaikan plat,
dia melihat gambar tangan istrinya yang membentuk bayangan yang dibentuk oleh tulang
tangannya serta sebuah cincin yang dikenakan oleh istrinya, dikelilingi oleh bayangan penumbra
daging tangannya, yang lebih mudah ditembus oleh sinar tersebut sehingga menghasilkan
bayangan yang lebih redup. Ini merupakan hasil foto Röntgen pertama yang dihasilkan. Pada
eksperimen berikutnya, Röntgen menunjukkan bahwa sinar baru tersebut dihasilkan oleh
tumbukan sinar katode pada sebuah material. Karena sifat alamiah sinar tersebut belum diketahui
pada saat itu, Röntgen menamakannya dengan sinar-X. Pada waktu berikutnya, Max von Laue
dan muridnya menunjukkan bahwa sinar tersebut memiliki sifat elektromagnetik yang sama
dengan cahaya, selain bahwa sinar tersebut memiliki frekuensi vibrasi yang lebih tinggi.

Henri Becquerel

Laporan Roentgen diperkenalkan kepada Akademi Paris pada Januari 1896 oleh Poankale
yang merupakan ilmuwan Perancis terkemuka saat itu. Di dalam artikel Akademi waktu itu
terdapat prediksi Poankale yang menyatakan bahwa materi yang berpendar dengan kuat memiliki
kemungkinan untuk memancarkan sinar-X juga bersama sinar fluoresensi. Banyak dikenal
materi yang berpendar karena stimulasi dari sinar matahari atau sinar lain. Becquerel (Antoine
Henri Becquerel, Perancis, 1852-1908) yang merupakan profesor fisika di Museum Sains Paris
berpikir untuk memastikan hal ini. Keluarga Becquerel sejak dari generasi kakek bekerja sebagai
profesor fisika di Museum Sains, ayah Becquerel adalah peneliti materi pendar. Becquerel segera
dapat melakukan penelitian menggunakan materi pendar yang dikumpulkan oleh ayahnya.
Becquerel memasukkan pelat fotografi dan kain hitam ke dalam kotak aluminium.

Dia berupaya agar pelat fotografi tidak mengalami perubahan walaupun kotak aluminium
terkena sinar matahari. Dia meletakkan (mengoleskan) garam uraniumi di atas kotak aluminium,
membiarkannya terkena sinar matahari selama beberapa jam, lalu memroses pelat fotografi itu.
Jika oleh stimulasi sinar matahari sinar-X dipancarkan dari uranium, maka sinar-X yang

7
menembus kain hitam dan aluminium pasti akan menghitamkan pelat fotografi. Ternyata
memang pelat fotografi menjadi hitam seperti yang diperkirakan. Tetapi kembali terjadi hal yang
tidak diperkirakan. Karena hari berawan berlangsung terus, Becquerel tidak dapat menggunakan
sinar matahari seperti di atas. Becquerel memroses pelat fotografi dengan suatu pikiran untuk
memastikan bahwa pelat tidak akan menjadi hitam karena tidak terkena sinar matahari.

Tetapi pelat tetap menjadi hitam walaupun kotak tidak terkena sinar matahari. Becquerel
menemukan fakta ini pada Maret 1896. Setelah melakukan percobaan dengan meletakkan
berbagai materi di atas pelat fotografi, ia mengetahui bahwa sifat materi pendar dan bentuk kimia
tidak mempunyai pengaruh dalam hal ini. Semua materi yang mengandung uranium pasti dapat
menghitamkan pelat fotografi. Khususnya dalam hal logam uranium, tingkat kehitamannya
besar. Becquerel berpikir bahwa dari uranium terpancar radiasi yang mirip dengan sinar-X.
Untuk sementara sinar ini disebut sinar Becquerel. Kesamaan sifat antara sinar Becquerel
dengan sinar-X, selain sama-sama dapat menghitamkan pelat fotografi, adalah keduanya dapat
mengionkan udara.

Gejala pengionan udara ini diamati dengan mengunakan alat pengindra muatan listrik,
elektroskop. Dengan manampatkan dalam uranium-natrium-sulfat pada elektroskop bermuatan
listrik , ia mendapati kedua lembar emas elektroskop segera menutup. Kentyataan ini
menunjukan muatan listrik di kedua lembaran termasuk elektriskop ternetralkan.yng mungkin
terjadi dalam peristiwa itu adalah udara didalam botol elektroskop terionkan oleh sanar garam
tadi, seperti yang terjadi pada pengionan larutan kimia ketiks ion negative yang tertarik ke
lembar emas elektroskop menetralkanya.

Maria Curie dan Piere Curie

Studi tentang radioaktivitas dimulainya dengan menggunakan sebuah metode kuantitatif


pada bidang penelitian yang baru tersebut. Untuk melakukan hal tersebut, dia memanfaatkan
karakteristik radioaktivitas untuk membuat udara bersifat konduktif. Dua buah pelat logam
berbentuk lingkaran, berdiameter 8 cm, disusun secara vertikal dengan jarak 3 cm satu sama lain.
Sebuah lapisan tipis yang terbuat dari unsur yang telah dilumatkan, ditaburkan secara merata di
bagian atas pelat paling bawah. Sistem dua pelat ini kemudian dimuati dengan cara
menghubungkan kedua pelat tersebut ke kutub-kutub sebuah baterai dalam rentang waktu yang

8
singkat. Setelah itu, konfigurasi kedua pelat ini, yang kita kenali sebagai kapasitor, dibiarkan
mengalami pengosongan. Arus yang muncul pada proses pengosongan kapasitor inilah yang
merupakan ukuran konduktivitas udara dengan demikian arus pengosongan ini juga merupakan
ukuran radioaktivitas bahan tersebut. Untuk dapat mengukur secara akurat arus yang sangat kecil
ini, Marie Curie menggunakan teknik yang cerdas yang didasarkan pada sifat piezoelektrik
kristal, sesuatu yang telah ditemukan oleh suaminya. Pada proses pengosongan sebuah kapasitor,
bukan hanya arus pengosongan, tetapi juga perubahan tegangan dalam selang waktu tertentu
yang dapat dikaitkan dengan cara penentuan konduktivitas. Marie Curie mengukur tegangan
dengan cara mengompensasinya dengan tegangan yang dihasilkan oleh kristal piezoelektrik.
Kristal piezoelektrik ini akan menghasilkan tegangan jika sebuah beban digantungkan pada
kristal tersebut. Marie Curie kemudian mengukur waktu dan berat beban tersebut dengan
ketelitian yang tinggi. Dari hasil pengukuran ini dia menghitung perubahan tegangan, dan
berdasarkan hasil perhitungan perubahan tegangan, akhirnya dapat ditentukan nilai arus. Dengan
cara inilah dia dapat mengukur arus yang sangat kecil yang berada dalam orde beberapa
pikoampere (10-12 A). Dengan peralatan yang sederhana namun kreatif ini, Marie Curie
memperoleh ukuran keradioaktifan dari berbagai bahan, yang menurut apa yang ditulisnya
sendiri, terdiri atas sejumlah besar logam, garam-garaman, oksida, dan mineral. Pada bulan April
1898, dalam publikasi pertamanya yang hanya berisi tiga halaman, dia menyajikan semua hasil-
hasil tersebut. Berdasarkan hasil kerja itu, Marie Curie menarik beberapa kesimpulan yang
penting yaitu: :

1. Semua senyawa yang mengandung uranium bersifat radioaktif. Senyawa ini akan
memiliki tingkat radioaktivitas yang semakin tinggi jika kandungan uraniumnya semakin
banyak. Segera setelah itu, Marie Curie menggunakan temuan ini dalam mengemukakan
tentang radioaktivitas fenomena atom: semakin banyak atom-atom unsur radioaktif dalam
sebuah bahan, maka semakin bersifat radioaktif bahan tersebut.
2. Senyawa thorium juga bersifat radioaktif. Hasil ini menunjukkan bahwa Marie Curie
telah menemukan sebuah unsur radioaktif baru selain uranium. Penemuan yang sama
sebenarnya telah dilakukan oleh Schmidt sebelumnya. Tetapi, Marie Curie tidak
mengetahui sama sekali hasil yang telah dicapai oleh Schmidt tersebut.

9
3. Ada dua mineral khusus yang mengandung uranium, yang kelihatannya berlawanan
dengan kesimpulan poin 1, yang menunjukkan adanya aktivitas yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan aktivitas yang dapat dihasilkan oleh senyawa yang memiliki
kandungan uranium. Kedua mineral ini adalah bijih uranium (sebuah oksida uranium)
dan chalcolite (uranyl copper phosphate). Marie Curie menjelaskan temuannya ini
dengan mengasumsikan bahwa mineral-mineral ini mengandung unsur-unsur yang jauh
lebih radioaktif dibandingkan dengan uranium. Sebagai uji pertama terhadap penjelasan
ini, dia mensintesis chalcolite dari zat murni dalam laboratorium dan menemukan bahwa
chalcolite yang diperolehnya tidak lebih aktif dibandingkan dengan garam-garam
uranium lainnya.

Marie Curie telah mengemukakan tentang sebuah sifat fisis dari atom, yaitu radioaktivitas,
yang dapat dijadikan sebagai panduan untuk menemukan unsur-unsur kimiawi yang baru. Cara
yang seperti ini telah pernah dilakukan oleh Kirchhoff dan Bunsen dengan analisis spektralnya,
ketika mereka menggunakan emisi cahaya yang memiliki frekuensi tertentu sebagai penciri
unsur-unsur baru. Analisis spektral ala Kirchhoff dan Bunsen mencapai kesuksesan terbesarnya
saat unsur helium ditemukan melalui analisis spektral cahaya matahari. Atas dasar pengalaman
inilah, Marie Curie bersama dengan suaminya, Pierre Curie memulai sebuah bidang baru yang
disebut radiokimia.

Dengan bahan dasar bijih uranium, mereka menggunakan teknik-teknik kimiawi seperti
pelarutan, pengendapan, penyaringan, dan kristalisasi untuk memperkaya unsur-unsur baru
dalam sampel mereka, dan menggunakan karakteristik fisis radioaktivitas untuk mendeteksi
keberadaan unsur-unsur baru tersebut. Pada bulan Juli 1898, mereka menemukan sebuah sampel
dengan radioaktivitas yang besarnya 400 kali lebih kuat daripada radioaktivitas uranium murni.
Mereka menamakan unsur baru tersebut polonium. Penamaan ini didasarkan pada nama daerah
asal Marie Curie, Polandia.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Radiokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari unsur- unsur yang
bersifat radioaktif. Suatu zat radioaktif dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang
memiliki sifat untuk mengemisikan radiasi secara spontan yang mampu melewati
lembaran logam dan zat lain yang tidak tembus cahaya.
Sejarah perkembangan Radiokimia dimulai dengan penemuan sinar X oleh
Wilhelm Conrad Roentgen pada tahun 1895, setelah itu pada tahun 1896 dilanjutkan
oleh Henri Becquerel seorang fisikawan Perancis, kemudian di tahun-tahun
selanjutnya Marie Sklodowska Curie dan suaminya Pierre Curie menemukan unsur
radiaktof lain, dan kemudian pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan
pandangannya tentang sinar radioaktif, sementara itu juga, Paul Ulrich Villard
menemukan jenis sinar radioaktif yang ketiga, yaitu sinar gama yang tidak
bermuatan.

B. SARAN
-------------

11
DAFTAR PUSTAKA

1. https://radioaktif12fm.wordpress.com/2010/09/26/penemuan-unsur-radioaktif/

2. http://kelassaefuddin.weebly.com/radiokimia.html

3. http://azharkablog.blogspot.co.id/2013/11/konsep-kimia-inti-dan-radiokimia.html

4. https://fisikazone.com/wilhelm-conrad-rontgen/

5. https://didot4com.wordpress.com/2011/02/04/penemuan-sinar-becquerel/

6. https://amateur-physics.blogspot.co.id/2015/04/marie-curie-penemu-polonium-dan-
radium.html

12

You might also like