You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRYOLOGI

BENTUK DAN KELAINAN PADA SPERMA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum Embryologi

Dosen Pengampu:

1. Dr. Sumiyati Sa’adah, M.Si


2. Epa Paujiah, M.Si

Asisten Praktikum : Jaelani Fitri

Oleh :

Nama : Shenny Arianthy (1152060097)

Kelompok : 5 (lima)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEMESTER VI C

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2018
Judul Praktikum : Bentuk-Bentuk dan Kelainan Pada Sperma

Tanggal Praktikum : Rabu, 14 Maret 2018

Tujuan Praktikum :

1. Mengamati, mempelajari dan menggambarkan sperma manusia beserta bagian-bagiannya


2. Menggambarkan kelainan pada sperma
3. Membedakan kelainan pada beberapa jenis hewan
4. Membuat apusan sperma

A. Landasan Teori
Reproduksi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan. Bagi makhluk hidup tujuan reproduksinya adalah agar suatu jenis makhluk
hidup tidak mengalami kepunahan. Sama seperti makhluk hidup lahnnya, manusia
berepeproduksi secara sexual. Reproduksi secara sexual melibatkan kelenjar dan saluran
kelamin. Interaksi antara organ reproduksi, kelenjar, dan saluran kelamin merupakan
proses yang terjadi di dalam sistem reproduksi (Slamet, 2007: 300).
Sperma dihasilkan oleh sel-sel khusus di dalam testis yang disebut dengan
spermatogonia. Spermatogonia bersifat diploid dapat membelah diri secara mitosis
membentuk spermatogonia atau membentuk spermatosit. Meiosis dari setiap spermatosit
menghasilkan 4 sel haploid atau yang dikelnal dengan spermatid. Spermatid ini dalam
proses tersebut, kemudian kehilangan banyak sitoplasma dan berkembang menjadi
sperma (Kimball, 2001 : 360).
Struktur sel sperma sesuai dengan fungsinya. Pada sebagian besar spesies, kepala
yang mengandung nucleus haploid ditudungi oleh badan khusus yaitu akrosom, yang
mengandung enzim yang dapat membentu sperma menembus sel telur. Dibelakang sel
sperma mengandung sejumlah mitondria yang menyediakan ATP untuk pergerakan ekor,
yang berupa sebuah flagella. Bentuk sperma mamalia bervariasi dari tiap spesies dengan
kepala berbentuk koma tipis, berbentuk oval (seperti pada sperma manusia), atau
berbentuk hampir bulat (Campbell, 2003 : 160).
Sperma terdiri dari beberapa bagian. Satu spermatozoa terdir dari kepala, leher,
badan dan ekor. Sebagian besar kepala sperma berisi inti. Dua pertiga bagia int diselimuti
tutup akrosom. Jika terjadi pembuahan maka tutup akrosom pecah, dari akrosomnya
keluar enzim-enzim. Enzim yang terpentng adalah hialurodinase dan protease yang mirip
dengan tripsin (Yatim, 1994 : 14).
Ukuran dan bentuk spermatozoa berbeda pada berbagai jenis hewan , namun
struktur morfologinya tetap sama. Panjang dan lebar kepala kira-kira 8,0 – 10,0 mikron x
4,0- 4,5 mikron pada sperma sapi, domba dan babi. Ukuran kepala 7,0 mikron x 2,7- 4,0
mikron pada sperma kuda. Tebal kepala kurang lebih 0,5- 1,5 mikron atau kurang
oanjang setengah 2 kali panjang kepala, 10,0- 15,0 mikron diameter sekitar 1,0 mikron
pada semua spesies. Ekor spermatozoa memiliki ukuran panjang 35,0- 45,0 mikron
dengan diameter 4,0-0,8 mikron (Mozes, 1991 : 108).

Analisa sperma adalah salah satu pemeriksaan yang dilakukan pada laki-laki
untuk mengetahui adanya gangguan pada sperma. Beberapa karakteristik fisik sperma
(bau, volume, pencairan, penampilan, viskositas dan pH) dan parameter mikroskopis
(leukosit, konsentrasi, aglutinasi, motilitas dan morfologi) yang biasanya diperiksa pada
analisa sperma. Beberapa contoh seperti keadaan Azoospermia (tidak ada sperma pada
semen), teratozoospermia (persentase bentuk sperma normal di bawah krteria normal),
oligozoospermia (rendahnya jumlah sperma), asthenozoospermia (persentase sperma
motil di bawah krteria normal) adalah contoh klasifikasi yang didapat untuk menyatakan
jenis gangguan sperma pada pria (Putra, 2017 : 2). Kelainan pada spermatozoa dapat
diklasifikasikan berdasarkan morfologi yang terlihat di bawah mikroskop yaitu: bentuk
normal (oval) dan bentuk abnormal yang terdiri dari kepala besar, kepala kecil, kepala
tapering, kepala pyriform, kepala amorphous , kepala dua dan kelainan ekor (Salwati,
2015 : 45). Sperma dapat berbentuk lain dari biasanya, yang pada orang dapat
menyebabkan kemandulan (steril). Ada orang yang proses spermatogenesisnya tidak
lancar, sehingga dihasilkan sperma yang memiliki bentuk dan susunan yang tidak
sempurna (Yatim, 1994 : 15).
Berdasarkan hasil analisa terdapat bentuk-bentuk abnormalitas dari spermatozoa,
dapat dibedaka menjadi 2 yaitu :
1. Abnormalitas primer, abnormalitas yang disebabkan karena faktor keturunan dan
pengaruh lingkungan yang buruk. Bentuk-bentuk abnormalitas primer diantaranya
bentuk kepala besar, bentuk kepala kecil, kepala pendek, kepala lebar dan ekor ganda.
2. Abnormalitas sekunder, terjadi selama proses penyimpanan spermatozoa dan
kemungkinan besar disebebkan ketika pewarnaan dalam pembuatan preparat ulas.
Bentuk abnormalitas sekunder diantaranya bagian ekor meipat, adanya butiran-
butiran 2x dari sitoplasmik proksimal atau distal, selubung akrosom yang terlepas dan
kepala tanpa ekor serta bentuk ekor yang terputus (Afiati, 2015 : 931).

B. Alat dan Bahan

No. Alat Jumlah Bahan Jumlah

1. Alat bedah ( 1 set Tikus Jantan 2


guntung, scalpel,
pinset)
2. Kaca arloji atau 1 Hamster Jantan 2
cawan petri
3. Jarum Pentul 1 Mencit Jantan 2

4. Pipet Tetes 1 Marmut Jantan 1

5. Bally Counter 1 Larutan garam ecukupnya


fisiologis (NaCl
0,9 %)
6. Bowl Eksikator 1 Kloroflom secukupnya

7. Mikroskop 1 Kapas secukupnya


C. Langkah Kerja

Mengambil tikus jantan, marmut jantan, mencit jantan dan hamster jantan dari
kandang

Dimasukan kedalam botol pembius bersisi kapas yang telah dibasahi dengan
kloroform. Setelah mati tempatkan sampel pada baki bedah dengan memaku
kedua pasang anggota geraknya.

Ambil testis setiap hewan, kemudian potong-potong dengan gunting lalu


urutlah dengan vinset dari pangkal hingga ampulanya.

Mengamati ovarium, oviduk, uterus dan vagina beserta bagian yang lainnya

Menampung cairan yang keluar pada kaca arloji yang berisi 5 tetes NaCl 0,9 %
. Aduklah secara perlahan hingga merata, lalu encerkan satu tetes suspensi ini
dalam 49 tetes larutan NaCl 0,9 % , sehingga diperoleh pengenceran 50 kali .

Mengaduk dengan baik, kemudian diletakkan satu tetes pada objek glass dan
ditutup dengan kaca penutup

Mengamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10 dan 10 x 40.

Menggambarkan, mendeskripsikan dan membandingkan bentuk atau


morfologi sperma
D. Tabel Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Bentuk dan Kelainan Pada Sperma Mencit


Dokumentasi Literatur Jenis Sperma Keterangan
Kekompok 1 - - -
(Tidak mendapatkan sperma)
Kelompok 3 - - -
(Tidak mendapatkan sperma)

Tabel 2. Hasil Pengamatan Bentuk dan Kelainan Pada Sperma Hamster


Dokementasi Literatur Jenis Sperma Keterangan
Normal Tampak bagian
kepala dan ekor
jelas terlihat,
kepala
spermatozoa
berbentuk koma

Referensi :
Wyrobek & Bruce,
1975
Kelompok 2
Abnormal Tampak bagian
Perbesaran 10×10
primer sperma kepala dan ekor,
dengan bentuk namun kepala
kepala besar terlihat lebih
besar

Referensi:
Wyrobek & Bruce,
1975
Normal Tampak bagian
kepala dan ekor
jelas terlihat,
kepala
spermatozoa
berbentuk koma
Referensi:
Wyrobek & Bruce,
Kelompok 6
1975
Perbesaran 10×10

Tabel 3. Hasil Pengamatan Bentuk dan Kelainan Pada Sperma Tikus

Dokementasi Literatur Jenis Sperma Keterangan


Normal Tampak bagian
kepala dan ekor
jelas terlihat,
kepala
spermatozoa
Referensi: berbentuk koma
Wyrobek & Bruce,
Kelompok 5
1975
Perbesaran 10×10
Abnormal, Tampak bagain
Sperma dengan kepala dan ekor,
ekor ganda namun pada ekor
terlihat memiliki
Referensi:
ekor bercabang
Wyrobek & Bruce,
atau ganda (2
1975
ekor)
Normal Tampak bagian
kepala dan ekor
jelas terlihat,
kepala
spermatozoa
Referensi: berbentuk koma
Wyrobek & Bruce,
Kekompok 7 1975
Perbesaran 10×10 Abnormal, Tampak bagian
Sperma dengan kepala dan ekor,
bentuk kepala namun kepala
ganda. terlihat memiliki 2
kepala
Referensi:
Wyrobek & Bruce,
1975

Tabel 4. Hasil Pengamatan Bentuk dan Kelainan Pada Sperma Marmut

Dokementasi Literatur Jenis Sperma Keterangan


Kelompok 4 Normal Tampak bagian
kepala dan ekor
jelas terlihat,
kepala spermatozoa
berbentuk koma

Referensi:
Perbesaran: 10×10
Wyrobek & Bruce,
1975
Abnormal, Tampak bagain
Sperma dengan kepala dan ekor,
ekor ganda namun pada ekor
terlihat memiliki
ekor bercabang
atau ganda (2 ekor)
Referensi:
Wyrobek & Bruce,
1975

E. Pembahasan

Dalam praktikum kali ini, dilakukan pengamatan spermatozoa terhadap empat


sampel hewan yakni mencit, tikus, hamster dan marmut. Struktur spermatozoa dapat
dibagai dalam tiga bagian yaitu kepala, tubuh dan ekor. Terlihat pada pengamatan tiap
sperma yang ada pada tiap sampel memiliki karakteristik yang berbeda, terkhusus pada
bagian kepala dan ekornya. Spermatozoa yang diamati yakni sperma normal dan sperma
abnormal.
Sperma abnormal menunjukkan adanya suatu kelainan. Menurut Guyton (1997 : 87)
menyatakan bahwa kelainan spermatozoa juga dapat disebabkan oleh kelainan hormonal.
Pada perubahan spermatosit primer menjadi spermatosit sekunder (dalam spermatogenesis
dalam tubulus seminiferus dirangsang oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone) dari
kelenjar hipofisis anterior. Tidak adanya FSH maka spermatogenesis tidak akan terjadi.
Akan tetapi, FSH tidak dapat bekerja sendiri menyelesaikan spermatogenesis. Agar
spermatogenesis berlangsung sempurna, memerlukan testosteron yang dihasilkan oleh sel
interstisial Leydig. Selanjutnya pendapat ini diperkuat oleh Munandar (2013 : 313) yang
menyatakan bahwa abnormalitas pada spermatozoa dibagi menjadi 2 yakni abnormalitas
primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer ditandai dengan kelainan pada
spermatogenesis meliputi kepala yang terlampau besar, kepala yang terlampau kecil, kepala
pendek, kepala pipih memanjang, kepala rangkap dan ekor ganda. Selanjutnya untuk
abnormalitas sekunder yaitu spermatozoa yang mengalami kelainan setelah meninggalkan
tubulus seminiferus ditandai dengan ekor putus,kepala pecah dan kepala tanpa ekor.
Pengamatan sampel mencit diamati oleh kelompok 1 dan 3 untuk melihat morfologi
spermanya serta kelainan yang ada pada spermanya, akan tetapi praktikan tidak berhasil
menemukannya, hal ini disebabkan karena mencit yang diamati masih terpaut usia muda
sehingga belum adanya proses pembentukan sperma dalam tubuhnya. Menurut sebuah
literature, morfologi dari sperma mencit yakni bentuk kepala sperma seperti kait. Untuk
selanjutnya sampel kedua yakni sampel tikus diamati oeh kelompok 5 dan kelompok 7, dan
ditemukan 2 jenis sperma yakni sperma normal dan sperma abnormal. Hasil pengamatan
dari kelompok 5 ditemukan sperma abnormal dengan memiliki ciri berekor dua dan sperma
abnormal yang ditemukan oleh kelompok 7 memiliki ciri berkepala dua. Kedua sperma
abnormal tersebut termasuk pada sperma abnormal primer. Ciri morfologi sperma normal
tikus umumnya hampir sama dengan sperma mencit yakni bagian kepala berbentuk seperti
kait.
Pada pengamatan sperma baik tikus maupun mencit , sperma normal dari keduanya
bagian kepala sperma mengandung nucleus haploid yang ditudungi oleh badan khusus
yaitu akrosom. Menurut Campbel (2003: 160) menyatakan bahwa akrosom mengandung
enzim yang membentu sperma menembus sel telur yang letaknya dibelakang kepala. Sel
sperma sebagain besar mengandung mitokondria yag menyediakan ATP untuk pergerakan
ekor, berapa kepala berbentuk koma tipis, berbentuk oval dan hampir bulat. Selain itu
kelainan pada sperma (abnormalitas sperma) yang ditemukan pada sampel tikus tersebut
dapat diidentifikaisi akibat dari sterilisasi musim panas, sedang menderita demam atau
sering dikawinkan dengan usia yang masih muda. Akan tetapi terdapat suatu pendapat dari
Mozes (1991 : 109) yang menyatakan bahwa terkadang tidak ada yang menyebabkan suatu
sperma menjadi abnormal dalam suatu ejakulasi, dan kelainan tersebut dapat kembali ke
keadaan semula yakni menjadi sperma yang normal. Cacat-cacat sel sperma tertentu
diketahui ada yang bersifat genetic atau pengaruh dari makanan yang dikonsumsi oleh
hewan itu sendiri.
Sampel hamster diamati oleh kelompok 2 dan 6 dan ditemukan sperma normal dan
sperma abnormal. Sperma normal hamster memiliki ciri morfologi bentuk kepala oval dan
memiliki ekor tanpa kait. Sperma normal ini ditemukan pada pengamatan kelompok 2 dan
6. Sedangkan untuk sperma abnormal hanya ditemukan pada kelompok 2 saja yakni sperma
yang memiliki kepala 2 termasuk pada tipe sperma abnormal primer. Sampel terakhir yang
diamati yakni sperma marmut yang diamati oleh kelompok 4. Dalam pengamatan terlihat 2
sperma yang teramati. Sperma abnormal yang terlihat memiliki ekor berjumlah 2 yang
menandakan sperma abnormal primer. Sperma normal pada marmut memiliki bentuk
kepala bulat dan ekor yang lurus.
Pada sperma marmut maupun pada hamster memiliki karakteristik yang sama yakni
memiliki bentuk kepala yaitu oval atau elips, sehingga terlihat berbentuk seperti buah pir.
Pada bagian ini, dua pertiga anterior dilindungi oleh lapisan yang dimodifikasi
protoplasma, yang dinamakan kepala topi. Ekor yang sangat panjang, dan terdiri dari
benang atau aksial filamen, dikelilingi oleh sarungnya, yang mungkin berisi spiral benang
atau mungkin menyajikan penampilan lurik. Bagian terminal atau akhir-potongan ekor
terdiri dari filamen aksial saja. Untuk sperma yang memiliki kelainan yang ditemukan
pada sampel marmut dan hamster termasuk pada abnormalitas primer memiliki ciri-ciri
mempunya 2 kepala atau dua ekor. Sperma yang abnormal ini biasanya berdampak
infertilitas pada ovum. Namun apabila terjadi fertilisasi besar kemunkinan akan melahirkan
individu yang cacat. Sama halnya faktor yang mempengaruhi sperma yang abnormal pada
tikus, faktor kelainan sperma ini bisa dari keturunan genetik, faktor gizi makanan ataupun
pengaruh lingkungan.
Sperma dibutuhkan dalam proses fertilisasi atau pembuahan. Sperma yang normal
dibutuhkan dalam proses fertilisasi untuk memperoleh gerakan yang normal pada sperma
untuk mencapai sel telur. Sperma yang normal berbentuk seperti kecebong yang memilii
kepala, tubuh dan ekor. Kelainan-kelainan yang terjadi pada berbagai sampel diatas seperti
sperma yang memiliki kepala dua, sperma yang memiliki dua ekor, hal tersebut termasuk
pada sperma yang memiliki kelainan. Dengan kelainan yang ada akan mempengaruhi
pergerakan suatu sperma yang tentunya akan mempersulit pergerakannya. Sel sperma
untuk mencapai sel telur harus menempuh perjalanan panjang dan hal ini dapat menjadi
penentu terjadinya suatu pembuahan atau fertilisasi. Menurut Yatim (1994 : 16-17)
menyatakan bahwa sifat sperma menentukan juga kemandulan seekor jantahn. Apabila
gerakan itu lambat, lamban atau tidak tau arah maka pembuahan akan sulit berlangsung.
Terdapat batas waktu menunggu bagi ovum untuk dapat dibuahi. Apabila sperma telat
datang untuk membuahi sel telur, maka sudah tidak berada dalam masa subur lagi. Hal ini
diperkuat dengan pendapat dari Janqueira (1998 : 146) menyatakan bahwa jumlah sperma
yang cukup jika tidak dibarengi pergerakan yang normal membuat suatu sel sperma tidak
ada mencapai sel telur. Sebaliknya apabila sperma dalam jumlah yang sedikit akan tetapi
memiliki pergerakan yang normal bisa dengan cepat mencapai sel telur.

F. Pertanyaan dan Jawaban


Pertanyaan
1. Jika dilihat dari adanya perbedaan bentuk sperma pada setiap jenis hewan, dapatkah
anda mengemukakan hipotesis mengenai hubungan antara bentuk sperma dengan
peristiwa fertilisasi ?
2. Diantara beberapa jenis hewan yang anda amati, hewan mana yang jumlah
spermatozoanya paling banyak ?

Jawaban :

1. Hubungan bentuk sperma dengan fertilisasi yaitu fertilisasi akan terjadi apabila
jumlah presentasi sperma normal lebih besar daripada jumlah sperma abnormal yakni
lebih dari 50% pada saat terjadinya ejakulasi. Fertilisasi terjadi meski terdapat
sperma abnormal, akan tetapi dari segi kualitasnya akan berbeda . Pada hewan yang
berbeda, maka akan menghasilkan jumlah sperma, bentuk sperma dan kelainan
sperma yang berbeda pula.
2. Setelah dilakukan pengamatan, jumlah sperma yang paling banyak ditemukan pada
sampel tikus putih, ditandai dengan terdapatnya sperma normal dan abnormal
dibawah mikroskop pada pembesaran 10 x 10.

G. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan bentuk dan kelainan pada sperma dapat disimpulkan
bahwa struktur sperma terdiri dari 3 bagian diantaranya kepala, tubuh dan ekor. Setiap
jenis hewan memiliki ciri morfologi sperma yang berbeda baik dari segi bentuk kepala,
tubuh maupun ekor. Kelainan pada sperma atau abnormalitas sperma yang ditemukan
dari empat sampel pengamatan (mencit, tikus, hamster dan mamut) termasuk pada
sperma abnormalitas primer dengan ciri sperma memiliki ekor dua dan berkepala dua.
Sperma abnormal tidak dapat memfertilisasi ovum. Apabila sperma abnormal
memfertilisasi ovum maka besar kemungkinan yang terjadi akan melahirkan individu
cacat. Faktor yang mempengaruhi kelainan pada sperma diantaranya faktor keturunan
(genetic), faktor gizi makanan yang dikonsumsi hewan, usia perkawinan dan pengaruh
lingkungan.

H. Daftar Pustaka
Afiati, dkk. 2015. Abnormalitas Domba dengan Frekuensi Penampungan Berbeda. Jurnal
Prossem Nasmasy Bioedu. Vol 1 No 4 hal 930- 934, diakses pada 13 Maret 2018
Pukul 18.56 WIB
Campbell, N.A . 2003. Biologi Jilid 2 Edisi 5. Jakarta : Erlangga.
Guyton, A.C. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Janqueira LC dan J, Carniero. 1998. Histologi Dasar. Jakarta : EGC.
Kimball, John W. 2001. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Mozes, R. 1991. Fisiologi Reproduksi Ternak. Bandung : Aksara.

Putra, C.B. 2017. Gambaran Analisa Sperma di Klinik Bayi Tabung Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Tahun 2013. Jurnal E-Medica. Vol 5 No 6. Denpasar : Universitas
Undayana. Hal 1-6 , diakses pada 13 Maret 2018 pukul 19.10 WIB

Salwati, Ervi. 2015. Bentuk- bentuk spermatozoa abnormal pada semen pria pasangan
Infertile. Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia. Hal 44-49, diakses pada 13 Maret
2018 pukul 19.02 WIB
Yatim, Wildan. 1994. Embryologi. Bandung : Tarsito.

You might also like