Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor
hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan
terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan
terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk
memicu timbulnya penyakit tumor.
Menurut Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, penyakit saluran napas
merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia setelah penyakit gangguan
pembuluh darah. Penyakit tumor paru ini merupakan salah satu penyakit utama yang
menyebabkan pasien memerlukan perawatan, baik di rumah sakit maupun di rumah. Namun
demikian, tumor paru dapat dimulai pada segala usia, mempengaruhi pria dan wanita tanpa
kecuali, dan bisa terjadi pada setiap orang pada segala etnis. Dari insiden ini maka kami
mengambil asma sebagai topik yang patut untuk diunggah.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat penulis rumuskan suatu permasalahan yakni
apa yang dimaksud dengan tumor paru dan bagaimana patofisiologi gangguan pernafasan tumor
paru?
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah
1. Agar mahasiswa mampu menguraikan tentang gangguan patofisiologi gangguan
pernafasan khususnya mengenai tumor paru.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai gangguan patofisiologi gangguan pernafasan
khususnya mengenai tumor paru.
3. Mengetahui karakteristik tentang gangguan patofisiologi gangguan pernafasan khususnya
mengenai tumor paru.
4. Metode Penulisan
Dalam penulisan paper ini ditempuh metode-metode tertentu untuk mengumpulkan
beberapa data dan mengolah data tersebut. Untuk pengumpulan Data dilakukan dengan metode
dokumentasi yaitu mengumpulkan berbagai sumber yang memuat materi yang terkait dengan
patofisiologi gangguan pernapasan khususnya mengenai tumor paru. Sumber tersebut seperti
internet dan berbagai buku referensi. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode dengan jalan menyusun data atau
fakta-fakta yang telah diperoleh secara sistematis dan menuangkannya dalam suatu simpulan
yang disusun atas kalimat-kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin, yang
berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal
jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan
sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak
cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga
terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat).
Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi
(Robin dan Kumar, 1995).
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra,
1991).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. ( Hood
Al sagaff, dkk 1993 )
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal
dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. (
Zerich 150105 Weblog, by Erich )
2. Epidemiologi
Kanker pembunuh terbesar adalah tumor/kanker paru-paru, membunuh hampir 90%
penderitanya atau hampir 30% dari seluruh kematian akibat kanker. Jumlah penderita kanker
paru adalah 170.000 orang dengan jumlah kematian 149.000 orang. Persen kematian orang
dengan kanker paru – paru dari seluruh kanker mencapai 28%. Insiden tertinggi terjadi pada usia
antara 55-65 tahun.
3. Etiologi / Penyebab
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru:
1. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah
ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma
bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada
perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun.
Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan
pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang
radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya
bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel)
dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang –
orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka
yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel
dalam atmosfer di kota.
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
Proton oncogen.
Tumor suppressor gene.
Gene encoding enzyme.
6. Diet
Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vit. A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru.
4. Faktor Predisposisi
1. Perokok aktif
2. Wanita lebih suseptible terhadap carsinogen tobacco.
3. Perokok pasif
4. Pekerja radioaktif
5. Asbestos worker
6. Pekerja yang terpapar debu yang mengandung : arsen, chromium, uranium, nikel, vinyl
clorida, dan gas mustard.
5. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang
dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu :
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e. Hilang nafsu makan dan berat badan
7. Klasifikasi
1. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik karsinoma bronkogenik
yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus.
2. Adenokarsinoma. Memperlihatkan susunan karsinoma seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mucus
3. Karsinoma sel bronchial alveolar merupakan sub tipe adenokarsinoma yang jarang
ditemukan dan berasal dari epitel alveolus/bronkiolus terminalis.
4. Karsinoma sel besar: sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
5. Karsinoma sel kecil: seperti tipe sel skuamosa, biasanya terletak di tengah disekitar
percabangan utama bronki.
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian
hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma
bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi,
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non
invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura
MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
9. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya < 25% kasus yang bisa
dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang telah hidup setelah 5 tahun.
Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada pneumonektomi
a. Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa
dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya menyembuhklan
sedikit diantaranya.
b. Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri local
c. Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena pembedahan tidak pernah
sesuai dengan histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi pada kanker bukan sel kecil belum
jelas.
d. Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat
memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang signifikan
e. Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid
membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
b. Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang sering,
sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk
c. Mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.
10. Komplikasi
Hematorak
Pneumotorak
Empiema
Endokarditis
Abses paru
Atelektasis
BAB III
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Tumor Paru
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas klien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat.
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama
Keluhan yang biasa muncul pada klien Kanker paru – paru biasanya batuk terus menerus,
dahak berdarah, sesak nafas dan pendek – pendek, sakit kepala.
b. Riwayat kesehatan terdahulu
Kemungkinan yang muncul pada riwayat kesehatan terdahulu pada pasien dengan Ca Paru antara
lain, perokok berat, lingkungan tempat tinggal di daerah yang tercemar polusi udara, pernah
menglami bronchitis kronik, pernah terpajan bahan kimia seperti asbestos.
c. Riwayat penyakit keluarga
Di keluarga pasien ada yang pernah mengidap penyakit kanker paru – paru.
d. Riwayat psikososial
Kaji adanya emosi kecemasan, pandangan klien terhadap dirinya, serta interaksi social yang
mungkin terhambat akibat gejala penyakit seperti batuk yang berkepanjangan.
e. Pola – pola fungsi kesehatan
1. Aktivitas/istirahat.: Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut.
2. Sirkulasi Peningkaran Vena Jugulari, Bunyi jantung: gesekan perikordial ( menujukan
efusi ) tachycardia, disritmia, jari tabuh.
3. Integritas Ego : Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat, gelisah,
insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.
4. Eliminasi ; Diare yang hilang timbul ( ketidakseimbngan hormonal,)Peningkatan
frekuesnsi/jumlah urine ( Ketidakseimbngan Hormonal ).
5. Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan. Kurus, kerempeng, atau
penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, Edema wajah, periorbital ( ketidakseimbangan
hormonal ), Glukosa dalam urine .
6. Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi.Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan
hormon pertumbuhan.Nyeri abdomen hilang/timbul\
7. Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan produksi
sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan
riwayat merokok.Dsipnoe, meni gfkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi
pada inspirasi atau ekspirasi ( ganguan aliran udara ). Krekels/mengi yang menetap
penyimpangan trakeal( area yang mengalami lesi ) Hemoptisis.
8. Keamanan : Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.
9. Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
10. Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga, : adanya riwayat kanker paru, TBC.
Kegagalan untuk membaik.
f. Pemeriksaaan Fisik
a. Inspeksi
Pola, frekuensi, kedalaman,jenis nafas, durasi inspirasi ekspirasi.
Kesimetrisan dada,
Retraksi otot-otot dada,
penggunaan otot-otot bantu pernafasan
Penggunaan otot bantu napas, yang terlihat dengan mengangkat bahu, menunjukan
peningkatan kerja pernapasan.
Kaji postur tubuh,
Pasien dengan penyakit paru obstruktif sering duduk dan menyangga diri dengan tangan
atau menyangga dengan siku di meja sebagai upaya untuk tetap mengangkat klavikula sehingga
memperluas kernampuan ekspansi dada.
Sianosis (kebiruan)
Pada pasien dengan kanker paru – paru biasanya terjadi sianosis akibat dari gangguan
pola nafas yang menyebabkan terjadinya hipoksia
bentuk kuku
pada pasien dengan kanker paru – paru biasanya memiliki kuku berbentuk tabuh
kaji adanya edema
Biasanya terjadi edema pada muka, leher,dan lengan\
kulit pucat
akibat kesulitan bernafas
frekuensi batuk
batuk biasanya terus-menerus
karakteristik sputum
b. Palpasi
Nyeri pada dada
Ketika pemeriksa menekan bagian dada, pasien akan merasa nyeri
Taktil fremitu
Pada pasien normal vibrasi taktil fremitus ada. Ini dapat menurun atau tidak ada bila
terdapat sesuatu dintara tangan pemeriksa dan paru pasien serta dinding dada. Sebagai contoh,
bila ada efusi pleural, penebalan pleural atau pnemotorak akan menyebabkan pemeriksa tidak
mungkin merasakan vibrasi ini atau vibrasi menurun
Denyut nadi,frekuensi,irama dan kekuatan
Capillary refill
c. Perkusi
Mengetuk dada memastikan adanya pembesaran organ paru
Ada penumpukan cairan (sekret)
d. Auskultasi
Suara nafas
Pada obstruksi jalan napas seperti penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) atau
atelektasis, intensitas bunyi napas menurun. Pada penebalan pleural, efusi pleural, pneumotoraks,
dan kegemukan ada substansi abnormal Jaringan fibrosa, cairan, udara, atau lemak) antara
stetoskop dan paru di bawahnya; substansi ini menyekat bunyi napas dari stetoskop, membuat
bunyi napas menjadi tidak nyaring.
Suara tambahan nafas
Bunyi napas bronkial, selain terdengar pada trakea orang normal, juga terdengar pada
beberapa situasi dimana ada konsolidasi-contohnya pneumonia. Bunyi napas bronkial juga
terdengar di atas efusi pleural dimana paru normal tertekan. Bunyi crackles terjadi pada
pneumonia, gagal jantung kongestif, dan fibrosis pulmonalis. Baik crackles inspirasi maupun
ekspirasi dapat terauskultasi pada bronkiektaksis. Bunyi ekstra seperti mengi berarti adanya
penyempitan jalan napas. Ini dapat disebabkan oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas,
stenosis, dan lain-lain.
Tekanan darah
Denyut jantung
g. Data Penunjang
Foto dada, PA dan lateral
CT scan/MRI
Bronchoscope
Sitologi
h. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, Batuk tak efektif, Serak, haus, Anoreksia, disfalgia,
berat badan menurun, Peningkatan frekuensi/jumlah urine, Takut
2. Data Objektif
Batuk produktif, Tachycardia/disritmia, Menunjukkan efusi, Sianosis, pucat, Edema, Demam
Gelisah
3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
2. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum.
5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan dan
dyspnea
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kesimpulan
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas. Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu batuk yang terus menerus dan
berkepanjangan, napas pendek-pendek dan suara parau, batuk berdarah dan berdahak, nyeri pada
dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam, hilang nafsu makan dan berat badan.
2. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat
berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman E Richar. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Edisi 15. Jakarta: EGC
Carpenito – Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doenges E Mailyn,1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta, EGC
Mansjoer, A,.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Klinis Proses- Proses Penyakit . Jakarta :EGC
http:\\asuhan-keperawatan-tumor-paru-ca-paru.html
Diposkan oleh haha di 01.07
http://serbaserbi02.blogspot.com/2011/11/askep-tumor-paru.html