You are on page 1of 47

APLIKASI TRAKEOSTOMI UNTUK MENURUNKAN KEJADIAN

VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) PADA KLIEN TN. J


DENGAN TUMOR KULIT CURIGA GANAS REGIO LABIO NASAL
POST OPERASI WIDE EKSISI BIOPSI DENGAN FS DI RUANG ICU
RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

DISUSUN OLEH :
IMANUEL DWIJAYANTO
G3A017029

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017-2018

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Trakeostomi umum dilakukan pada unit perawatan intensif (UPI) modern.
Trakeostomi juga diperkirakan akan menjadi lebih sering dilakukan seiring
dengan meningkatnya penggunaan ventilasi mekanik jangka panjang.(Kurniawati,
Lusiana dkk. 2014)
Keputusan untuk melakukan trakeostomi pada pasien kritis oleh klinisi
harus bersifat individual dan disesuaikan dengan kondisi pasien dengan
mempertimbangkan pemulihan, risiko intubasi jangka panjang dan komplikasi
pasca tindakan.( Kurniawati, Lusiana dkk. 2014)
Trakeostomi memiliki beberapa kelebihan apabila dibandingkan dengan
intubasi endotrakea jangka panjang, di antaranya dapat meningkatkan
kenyamanan pasien, kebersihan rongga mulut, kemampuan untuk berkomunikasi,
kemungkinan untuk makan secara oral serta perawatan yang lebih mudah dan
aman. Selain itu, penggunaan selang trakeostomi dapat pula menurunkan
hambatan udara (apabila dibandingkan dengan selang endotrakea), memiliki
potensi untuk menurunkan penggunaan obat sedasi dan analgesia sehingga dapat
memfasilitasi proses penyapihan dan menghindari pneumonia terkait ventilator.
(Kurniawati, Lusiana dkk. 2014)
Dengan demikian, tindakan trakeostomi diharapkan dapat menurunkan
mortalitas dan morbiditas pada pasien yang memerlukan bantuan ventilasi
mekanik (Kurniawati, Lusiana dkk. 2014)

2
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mengetahui aplikasi trakeostomi terhadap kejadian penurunan ventilator
associated pneumonia pada pasien dengan gangguan bersihan jalan napas
pada pasien tumor kulit post operasi wide eksisi regio wajah di ICU
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mendeskripsikan pengertian trakeostomi
b. Mendeskripsikan fungsi trakeostomi
c. Mendeskripsikan indikasi dan kontra indikasi trakeostomi
d. Mendiskripsikan teknik trakeostomi
e. Mendeskripsikan etiologi tumor kulit
f. Mendeskripsikan pengertian tumor kulit
g. Mendeskripsikan tanda dan gejala tumor kulit
h. Mendeskripsikan patofisiologi tumor kulit
i. Mendeskripsikan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
tumor kulit
j. Mampu mengelola asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor kulit
C. METODE PENULISAN
Metode penulisan data menggunakan literature view
D. SISTEMATIKA PENULISAN
a. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Meliputi 5 W dan 1 H (What, Who, Where, Whene, How)
2. Tujuan (TIU dan TIK)
3. Metode Penelitian
4. Sistematika Penulisan
b. Tinjauan Teori
1. Konsep Penyakit
a. Pengertian
b. Etiologi
c. Tanda gejala
d. Patofisiologi
e. Pemeriksaan penunjang dan hasilnya
2. Konsep Asuhan Kegawatdaruratan
1. Pengkajian primer: Primery survey (A, B, C, D, E)
2. Pengkajian sekunder: Pemeriksaan fisik,
Laboratorium, Penunjang lain
3. Diagnosa keperawatan umum: Minimal 3 DX, dan
lengkap sesuai rumusan (ACTUAL: PES, Risiko: PE, Potensial: P)

3
4. Intervensi dan rasional (meliputi intervensi mandiri
perawat dan kolaboratif, ditulis lengkap sesuai buku sumber)
c. Tinjauan Kasus
Ditulis secara lengkap dari proses pengkajian sampai dengan evaluasi
secara komprehensif.
d. Aplikasi EBN
1. Identitas klien
2. Data fokus
3. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan aplikasi EBN
4. EBN yang diterapkan pada pasien
5. Alasan dan justifikasi penerapan EBN
e. Pembahasan
a. Justifikasi memilih EBN, mengapa memilih EBN tersebut sebagai salah
satu intervensi
b. Mekanisme penerapan EBN
c. Hasil yang dicapai dan membandingkannya
d. Kelebihan atau kekurangan atau hambatan selama aplikasi EBN
f. Penutup
a. Simpulan
b. Saran
Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Trakeostomi
1. Definisi
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat
masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams,
2011). Trakeostomi merupakan tindakan operatif yyang memiliki tujuan
membuat jalan nafas baru pada trakea dengan mebuat sayatan atau insisi
pada cincin trakea ke 2,3,4.
2. Fungsi

4
a. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya
mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara
sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi
alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar
(paling sedikit pipa 7)
b. Proteksi terhadap aspirasi
c. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting
pada pasien dengan gangguan pernafasan
d. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
e. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus
respiratorius
f. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke
perifer oleh tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi
batuk yang normal.
3. Indikasi dan kontra indikasi
a. Indikasi dari trakeostomi antara lain:
1) Terjadinya obstruksi jalan nafas atas
2) Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis,
misalnya pada pasien dalam keadaan koma.
3) Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
4) Apabila terdapat benda asing di subglotis
5) Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina
ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik
yang timbul melalui mekanisme serupa
6) Obstruksi laring
7) karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis
difterika, laryngitis membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut,
dan abses laring
8) karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan
ganas, trauma laring, benda asing, spasme pita suara, dan paralise
Nerus Rekurens

5
9) Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital,
traumaeksterna dan interna, infeksi, tumor.
10) Cedera parah pada wajah dan leher
11) Setelah pembedahan wajah dan leher
12) Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan
sehingga mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi
13) Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada tetanus,
trauma kapitis berat, Cerebro Vascular Disease (CVD), keracunan
obat, serta selama dan sesudah operasi laring
b. Kontraindikasi dari trakheostomi antara lain :
Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan
darah yang tidak terkontrol, seperti hemofili.
4. Teknik pemasangan

Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga


memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian
atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea
akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit leher
dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup
dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid
dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di
garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau
jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara
kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari
bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-
kira lima sentimeter.
Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya
dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul
sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang
rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya
dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah
yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas

6
supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid
diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini
dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke lateral.
Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara
menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa
ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga
dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran
yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi
ditutup dengan kasa.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit
jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah
terjadinya emfisema kulit.

B. Karsinoma Kulit
1. Definisi
a. Karsinoma Sel Basal
Tumor tumbuh-lambat yang jarang bermetastasis dan umum
ditemukan. Tumor ini memiliki kecenderungan terbentuk di tempat
yang mendapat pajanan matahari kronis dan pada orang yang berkulit
terang. Seperti karsinoma sel skuamosa, insiden karsinomma sel basal
meningkat tajam pada imunosupresi dan pada pasien pada defek
herediter replikasi atau perbaikkan DNA (xeroderma pigmentosum)

b. Karsinoma skumosa
Tumor tersering yang terbentuk di daerah terpajan matahari
pada orang yang berusia lanjut. Kecuali untuk lesi di tungkai bawah,
tumor ini memiliki insiden lebih tinggi pada laki-laki dari pada
perempuan. Yang diperkirakan merupakan faktor predisposisi, selain
sinar matahari, adalah karsinogen industry (tar dan minyak), ulkus
kronis dan osteomielitis yang membasa, luka bakar lama, ingesti
arsen, radiasi pengion, dan (dirongga mulut) tembakau dan
mengunyah buah pinang.

7
Karsinoma sel skuamosa yang belum menginvasi menembus
basal taut dermoepidermis (karsinoma in situ) tampak sebagai plak
merah berskuama dan berbatas tegas. Lesi tahap lanjut yang
berinvasif tampak nodular, memperlihatkakn produksi keratin dalam
jumlah bervariasi yang secara klinis tampak sebagai hyperkeratosis,
dan mungkin mengalami ulserasi.
c. Melanoma
Penyakit kulit yang terdiri dari transformasi kanker (ganas)
dari melanosit, yaitu sel-sel yang memberikan warna kulit. Melanoma
biasanya terjadi pada orang dewasa, tapi kadang-kadang dapat
ditemukan pada anak-anak dan remaja.
Kulit melindungi tubuh terhadap panas, infeksi ringan, dan
cedera. Terdiri dari dua lapisan utama: epidermis (luar) dan dermis
(dalam). Melanosit ditemukan pada epidermis dan mengandung
pigmen yang disebut melanin yang memberikan warna kulit.
Melanoma jauh lebih serius daripada jenis lain kanker kulit,
seperti karsinoma, yang berasal dari sel basal atau skuamosa (jenis
lain dari sel-sel pada epidermis). Seperti kebanyakan kanker,
melanoma dapat diobati bila terdeteksi sejak dini. Melanoma dapat
menyebar (metastasis) dengan cepat ke bagian lain dari tubuh melalui
darah atau sistem limfatik yang disebut (Kelenjar getah bening adalah
struktur kecil dalam bentuk biji, yang ditemukan di seluruh tubuh dan
mereka menghasilkan dan menyimpan sel-sel yang melawan infeksi)
2. ETIOLOGI
a. Karsinoma sel basal
Kanker kulit telah menyebabkan banyak potensi, ini meliputi:
1) Penelitian telah menunjukkan bahwa merokok tembakau dan
produk-produk terkait dapat melipatgandakan risiko kanker kulit.
2) Overexposure untuk UV-radiasi dapat menyebabkan kanker kulit
baik melalui kerusakan DNA langsung atau melalui mekanisme
DNA kerusakan tidak langsung. Overexposure (pembakaran) UVA
& UVB memiliki keduanya telah terlibat dalam menyebabkan
kerusakan DNA mengakibatkan kanker. kekuatan Sun 10:00-4:00
paling intens. Alam (matahari) & UV paparan buatan (tanning

8
salon) yang kemungkinan terkait dengan kanker kulit. UVB
terutama mempengaruhi epidermis menyebabkan sunburns,
kemerahan, dan terik kulit saat overexposed. Melanin dari
epidermis diaktifkan dengan UVB sama dengan UVA, namun efek
yang lebih tahan lama dengan pigmentasi terus selama 24 jam.
3) Kronis non-penyembuhan luka, terutama luka bakar. Ini disebut
tukak Marjolin didasarkan pada penampilan mereka, dan dapat
berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa.
4) Predisposisi genetik, termasuk “bawaan Melanocytic Nevi
Syndrome”. CMNS dicirikan oleh adanya “Nevi” atau mol dengan
ukuran berbeda yang baik muncul pada atau dalam 6 bulan
kelahiran. Nevi lebih besar dari 20 mm (3 / 4) dalam ukuran berada
pada risiko tinggi untuk menjadi kanker.
5) Paparan arsenik,. Arsenik logam beracun yang ditemukan secara
luas di lingkungan, meningkatkan risiko karsinoma sel basal dan
kanker lainnya. Setiap orang memiliki beberapa paparan arsenik
karena terjadi secara alami di udara, tanah dan air tanah. Tetapi
orang-orang yang mungkin terekspos pada tingkat yang lebih
tinggi dari arsenik termasuk petani, pekerja kilang, dan orang yang
minum air sumur yang tercemar atau tinggal di dekat pabrik
peleburan.
6) Warisan sindrom yang menyebabkan kanker kulit. tertentu
penyakit genetik yang langka meningkatkan risiko karsinoma sel
basal. Nevoid karsinoma sel basal (Gorlin-Goltz sindrom)
menyebabkan karsinoma basal sel banyak, serta pitting di tangan
dan kaki dan kelainan tulang belakang. pigmentosum xeroderma
menyebabkan kepekaan ekstrim untuk sinar matahari dan resiko
tinggi kanker kulit karena orang dengan kondisi ini memiliki
kemampuan sedikit atau tidak untuk memperbaiki kerusakan pada
kulit dari sinar ultraviolet.

b. Karsinoma skuamosa

9
Karsinoma sel skuamosa adalah multifaktorial dan membutuhkan
suatu proses multipel. Perubahan dan terganggunya DNA dapat
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kanker. Sebuah
penelitian mengindikasikan virus seperti Herpes Simplex Virus dan
Papilloma Virus berperan dalam proses tersebut. Namun penyebab
pasti dari kanker masih belum jelas, tetapi faktor-faktor pendukung
dapat merangsang terjadinya kanker. Faktor-faktor tersebut
digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu faktor internal (herediter dan
faktor pertumbuhan) dan faktor eksternal (bakteri, virus, jamur, bahan
kimia, obat-obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, dan diet). Faktor-
faktor tersebut dapat berperan secara individual atau berkombinasi
dengan faktor lain sehingga dapat mencetuskan kanker.
1) Tembakau dan Alkohol : 75% dari seluruh kanker mulut dan
faring di Amerika Serikat berhubungan dengan penggunaan
tembakau yaitu termasuk merokok dan mengkonsumsi alkohol.
Penggunaan alkohol dengan rokok bersama-sama secara
signifikan memiliki resiko yang lebih tinggi daripada digunakan
secara terpisah. Merokok cerutu dan merokok menggunakan pipa
mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap kanker mulut
dibandingkan dengan merokok kretek.
2) Bahan Kimia : Sebagian besar bahan-bahan kimia berhubungan
dengan terjadinya kanker. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan
kanker di lingkungan antara lain, seperti cool tar, polycylic
aromatic hydrocarbons, aromatic amines, nitrat, nitrit, dan
nitrosamin.
3) Infeksi : Beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan
kanker mulut adalah candida albicans. Hubungan antara candida
albicans dengan penyakit speckled leukoplakia pertama kali
ditemukan oleh Jespen dan Winter pada tahun 1965. Beberapa
studi menunjukkan bahwa, sekitar 7-39% dari leukoplakia
dijumpai adanya candida hyphae. Penyakit ini mempunyai
kecenderungan berubah menjadi kanker.

10
4) Nutrisi : Pola diet makanan sangat berpengaruh terhadap timbulnya
kanker. Defisiensi dari beberapa mikronutriensi seperti vitamin A,
C, E, dan Fe dilaporkan mempunyai hubungan dengan terjadinya
kanker. Vitamin-vitamin tersebut mempunyai efek antioksidan.
Defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia. Radiasi sinar
ultraviolet adalah suatu bahan yang diketahui bersifat
karsinogenik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Takeichi dkk, (1983) terhadap efek radiasi di Hiroshima dan
Nagasaki Jepang, melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidensi
kanker kelenjar ludah pada orang yang selamat setelah terkena
radiasi bom atom pada periode antara 1957-1970, terjadinya
kanker 2,6 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak terkena
radiasi.
5) Faktor genetik : Seseorang yang memiliki riwayat keluarga
menderita kanker memiliki risiko terkena kanker sebanyak 3
sampai 4 kali lebih besar dari yang tidak memiliki riwayat keluarga
menderita kanker.
6) Sistem Kekebalan Tubuh : Dilaporkan bahwa ada peningkatan
insidensi kanker pada pasien yang mendapat penekanan sistem
kekebalan tubuh, seperti pada penderita transplantasi, AIDS, dan
defisiensi kekebalan genetik. Insidensi tumor pada pasien yang
mendapat tekanan sistem kekebalan tubuh sebesar 10%. Gangguan
sistem kekebalan selain disebabkan kerusakan genetik juga
disebabkan oleh penuaan, obat-obatan, infeksi virus.
c. Melanoma
Penyebab yang pasti tidak diketahui. Dapat timbul dari kulit
normal (de novo) atau berasal dari nevus pigmentosus (nevus junctional),
Hutchinson’s melanotic freckle, giant pigmented nevus, nevus biru.
Penyebab terjadinya kanker kulit ini ada dua, yaitu penyebab dari dalam
tubuh maupun dari luar tubuh. Banyak factor yang diduga berperan dalam
timbulnya melanoma maligna diantaranya factor genetic (ada sejak lahir),
sinar matahari (Sering kali melanoma maligna dikaitkan dengan penyebab

11
kulit terhadap cahaya matahari. Contohnya, golongan lelaki tumor
melanoma biasanya tumbuh pada bagian belakang begitupun dengan
wanita, tumor tumbuh pada belakang dan juga kaki), penyebab karsinogen,
factor fenotip (mata biru, rambut pirang, kulit terang seperti contohnya
pada orang yang berkulit cerah pada masa yang sama, seseorang yang
berkulit cerah dan kurang berpigmen mempunyai risiko yang tinggi
mendapat tumor melanoma maligna. Pada umumnya, melanoma berlaku
pada orang tua, tetapi pada remaja pun turut dijumpai), dan adanya
precursor potensial terhadap melanoma. Faktor risiko yang lain yang
termasuk yaitu Sindrom Mole Atipikal, Melanosit Nevi Besar Kogenital.
Lentigo maligna dan sejarah riwayat keluarga melanoma maligna yang
positif

3. PATOFISIOLOGI
a. Karsinoma sel basal
Radiasi sinar ultraviolet adalah penyebab paling umum dari
kanker kulit baik yang melanoma maupun yang non melanoma.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh binatang, sinar ultraviolet
dengan panjang gelombang yang paling efektif adalah UVB. Hal ini
disebabkan oleh karena kemampuan dari UVB itu sendiri untuk
menembus kedalam lapisan ozon dan juga startum korneum yang
akhirnya akan diabsorbsi oleh DNA. Langkah pertama dari proses
karsinogenik ini adalah penginduksian DNA oleh photon UVB. Photon
UVB ini biasanya akan diabsorbsi pada 5 – 6 ikatan dobel dari
pyrimidine, yang akan menyebabkan terbukanya ikatan tersebut.
Sebagai hasilnya akan terbentuk cyclobutane dimmer atau pyrimidine-
pyrimidone photoproduct. Keduanya menyebabkan struktur DNA yang
abnormal.
Pada saat terjadi replikasi DNA, DNA polymerase sering salah
memasukkan cytosine yang telah rusak berseberangan dengan
thymine. Mutasi ini muncul hanya apabila cytosine berada
berseberangan dengan thymine atau dengan cytosine yang lain, yang

12
merefleksikan sisi spesifik dimana photoproduct UV muncul. Dua gen
yang secara normal dapat mencegah terjadinya kanker akan tetapi
menjadi tidak aktif pada kanker kulit adalah PTCH dan P53. PTCH
yang merupakan komponen dari jalur signal seluler, bermutasi pada
sekitar 90% dari BCC. Sedangkan P53 yang mengkode regulator dari
siklus sel dan kematian sel bermutasi bermutasi pada sekitar setengah
dari BCC dan lebih dari 90% SCC.
Aspek terpenting dari basalioma adalah bahwa kanker kulit ini
terdiri dari sel tumor epithelial berasal dari sel primitive selubung akar
rambut sementara komponen stroma menyerupai lapisan papilaris
dermis dan terdiri dari kolagen, fibroblast dan subtansia dasar yang
sebagian besar berupa berbagai jenis glukosa aminoglikans (GAGs).
Kedua komponen ini saling ketergantungan sehingga tidak bisa
berkembang tanpa komponen yang lainnya. Hubungan ketergantungan
ini sifatnya sangat unik, hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa
basalioma sangat jarang bermetastase dan mengapa pertumbuhan
basalioma pada kultur sel dan jaringan sangat sulit terjadi. Hal ini
dikarenakan bolus metastase yang besar dengan komponen sel dan
stroma didalamnya sulit memasuki system limfatik ataupun system
vascular. Dan inilah yang membedakan antara basalioma dengan
melanoma maligna dan karsinoma sel skuamosa yang keduanya sering
mengadakan metastase.
Dianggap berasal dari sel-sel pluripotensial (sel yang dapat
berubah menjadi sel-sel lain) yang ada pada stratum basalis epidermis
atau lapisan follikuler. Sel ini diproduksi sepanjang hidup kita dan
membentuk kelenjar sebacea dan apokrin. Tumor tumbuh dari
epidermis dan muncul dibagian luar selubung akar rambut, khususnya
dan stem sel folikel rambut, tepat dibawah duktus glandula sebacea.
Sinar ultraviolet menginduksi mutasi pada gen suppressor
tumor p53, yang terletak pada kromosom 17p. Sebai tambahan mutasi
gen suppressor tumor pada lokus 9q22 yang menyebabkan sindrom
nevoid basalioma, suatu keadaan autosomal dominan ditandai dengan

13
timbulnya basalioma secara dini. Mutasi pada gen supresi tumor p53
ditemukan dalam hampir 50% kasus karsinoma sel basal secara
sporadic.
Kebanyakan dari mutasi ini adalah translasi dari C → T dan CC
→ TT pada susunan dipyrimidine, yang merupakaan mutasi khas yang
mengindikasikan bahwa adanya paparan terhadap radiasi ultraviolet B.
Akhir-akhir ini terdapat nucleus β-catenin yang menunjukkkan
hubungannya dengan peningkatan proliferasi sel tumor. Fungsi spesifik
dari gen-gen ini masih belum diketahui.

b. Karsinoma Skuamosa
Karsinoma sel skuamosa adalah neoplasma ganas keratinosid yang
terbentuk dari sel-sel epidermis yang lebih berdiferensiasi (keratinosid).
Sering kali tumor ini terlihat pada orang tua berkulit terang. Karsinoma sel
skuamosa secara has muncul pada kulit yang rusak karena sinar matahari
dengan keratosis atinik multiple. Sinar matahari merupakan faktor etiologi
utama yang menyebabkan katsinoma sel skuamosa. Seperti pada
karsinoma sel basal, bagian sinar matahari yang menyebabkan timbulnya
tumor ini adalah sinar ultraviolet dengan panjang gelombang antara 280-
320 nm (spectrum UVIBI). Tetapi penelitian terakhir yang memakai sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang dengan panjang gelombang
berkisar antara 320-400 nm (spectrum UVA), yang dikombinasi dengan
psoralen oral dalam pengobatan psoriasis, membuktikan bahwa pasien
yang terpapar UVA dengan psoralen secara kronik dan lama juga dapat
menderita karsinoma sel skuamosa.
Penyebab lain dari karsinoma sel skuamosa adalah menelan
arsenic, iradiasi dengan sinar-X, luka bakar, jaringan parut, dan kerentanan
genetic. Pasien yang pernah menjalani pengobatan akne atau hemangioma
dengan radioterapi beberapa tahun sebelumnya dapat mengalami kanker
sel basal dan kanker sel skuamosa. Individu yang 50 tahun yang lalu
diobati dengan arsenic karena menderita psoreasis atau asma, baik dengan
cara menelan arsenic yang berada dalam air minum atau dengan

14
menghirup ttanaman yang berbau arsen, memiliki kecenderungan untuk
menderita karsinoma sel skuamosa. Beberapa penyakit genetic yang jarang
(albino dan xeroderma pigmentosum) juga menjadi faktor predis posisi
untuk timbulnya kanker ini. Pemakaian alat untuk membuat kulit menjadi
coklat seperti terbakar sinar matahari yang berlebihan juga meningkatkan
karsinoma sel skuamosa diamsa depan.
Karsinoma sel skuamosa biasanya dengan nodul yang menebal,
bersisik, dan berulserasi serta kadang-kadang berdarah. Nodul-nodul ini
biasanya timbul pada kulit yang rusak karena matahari didaerah muka,
kulit kepala, telinga, leher, tangan, atau lengan. Sering kali nodul ini
dikelilingi oleh keratosis aktinik yang multiple, yang apabila tidak diobati
dapat berdegenerasi menjadi kanker sel skuamosa.
c. Melanoma
Melanoma malignum hanyalah 3% dari keganasan kulit primer
tetapi bertanggung jawab atas hampir semua kematian yang disebabkan
oleh kanker kulit. Jika tidak ditemukan dan diobati secara dini, melanoma
akan menginfasi lapisan dermis yang lebih dalam dan jaringan subkutan,
dan bermetatasis ketempat yang jauh kebanyakan melanoma timbul pada
usia 40-70 tahun, tetapi ada peningkatan jumlah kasus diantara kelompok
usia 20-40 tahun. Salah satu penjelasan untuk peningkatan insiden ini
adalah semakin meningkatnya pajanan sinar matahari karena rekreasi dan
perubahan cara berpakaian. Kontak terhadap cahaya matari yang
berlebihan diyakini sebagai faktor resiko yang penting untuk
berkembangnya melanoma kulit. Bukti-bukti lebih lanjut yang
menunjukan peranan sinar ultraviolet dalam menimbulkan melanoma
adalah meningkatnya frekuensi melanoma pada daerah yang dilalui
matahari. Peranan faktor keturunan terhadap penyebaran melanoma belum
jelas, dan hanya sedikit dari pasien melanoma yang memiliki riwayat
keluarga positif. Tetapi, semua anggota keluarga harus diperiksa oleh
seorang dokter ahli kulit yang berpengalaman untuk mengetahui apakah
terdapat nevus atipik. Nevus atipik pada individu dengan riwayat keluarga

15
melanoma harus di operasi sebab dapat berdegenerasi menjadi melanoma
malignum individu tersebut memiliki resiko sebesar 15% untuk terkena
melanoma kulit. Nevi congenital yang besar dapat berkembang menjadi
melanoma malignum pada 2%-13% pasien, dan kelainan ini harus di
operasi.

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Karsinoma Sel Basal
Bagian tubuh yang terserang kanker sel basal biasanya wajah,
leher dan kulit kepala. Adapun tanda-tanda penyakit kanker berjenis ini
adalah benjolan yang agak berkilat, kemerahan dengan pinggir
meninggi yang berwarna agak kehitaman, kelainan seperti jaringan
parut dan lecet/lika yang tidak sembuh-sembuh.
b. Karsinoma Skuamosa

Ini dimulai sebagai nodul kecil dan memperluas pusat menjadi


necrotic dan sloughs dan nodul berubah menjadi ulkus.
a. Lesi yang disebabkan oleh SCC sering asimtomatik
b. Maag atau kemerahan kulit plakat yang tumbuh lambat
c. Intermiten pendarahan dari tumor, terutama pada bibir
d. Penampilan klinis sangat bervariasi
e. Biasanya tumor menyajikan sebagai lesi ulserasi dengan keras,
mengangkat tepi
f. Tumor mungkin dalam bentuk sebuah plakat yang keras atau
papule, sering dengan kualitas terbuat dr batu baiduri, dengan
telangiectasia
g. Tumor dapat terletak di bawah permukaan kulit sekitarnya, dan
akhirnya ulcerates dan menyerang jaringan yang mendasari
h. Tumor umumnya menyajikan pada matahari yang terkena bidang
(misalnya belakang tangan, kulit kepala, bibir, dan unggul
permukaan daun telinga)

16
i. Pada bibir, tumor membentuk ulkus kecil, yang gagal untuk
menyembuhkan dan berdarah sebentar-sebentar
j. Bukti dari kulit yang kronis photodamage, seperti beberapa actinic
keratoses (Surya keratoses)
k. Tumor tumbuh relatif lambat
l. Tidak seperti sel basal karsinoma (BCC), karsinoma sel skuamosa
(SCC) memiliki risiko besar metastasis
m. Risiko metastasis lebih tinggi di SCC timbul di bekas luka, di
bawah bibir atau mukosa, dan terjadi pada pasien
immunosuppressed. Tentang * satu-sepertiga dari tumor lingual
dan mukosa metastasize sebelum diagnosis (ini sering
berhubungan dengan tembakau dan alkohol menggunakan)
n. Muncul bercak – bercak berwarna merah di sekitar dubur.
o. Muncul bercak – bercak merah di sekitar kelamin.
p. Muncul bercak – bercak putih di dalam mulut (bisa juga muncul di
gusi).
q. Muncul borok atau bisul pada kulit yang tidak kunjung sembuh.
r. Tahi lalat yang membesar, berubah warna.
c. Melanoma
Bentuk dini sangat sulit dibedakan dengan tumor lainnya. Karena
melanoma maligna merupakan penyakit yang fatal bila telah metastasis
jauh, maka kemampuan untuk mengenali keganasan dini perlu diperdalam.
Lokalisasi dilaporkan terbanyak di ekstremitas bawah, kemudian didaerah
badan, kepala/leher, ektremitas atas, kuku. Kunci penyembuhan melanoma
maligna adalah penemuan dini, sehingga diagnosis melanoma harus
ditingkatkan bila penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru atau
adanya tahi lalat yang berubah, seperti:
1. perubahan dalam warna
2. perubahan dalam ukuran (terutama pertumbuhan yang cepat)
3. timbulnya gejala (gatal, rasa terbakar, atau rasa sakit)
4. terjadi peninggian pada lesi yang sebelumnya datar
5. perubahan pada permukaan atau perubahan pada konsistensi lesi
berpigmen
6. berkembangnya lesi satelit
Akademi dermatologi Amerika menekankan pentingnya ABCD saat
mengevaluasi setiap lesi berpigmen, yaitu:
A= Asimetri
B= Border irregularity

17
C= Color variegation
D= Diameter yang lebih dari 6 mm
Melanoma maligna kutan primer dapat diklasifikasikan dalam 4 tipe
mayor, yaitu:
1. Melanoma Maligna Lentigo (LMM)
LMM disebut juga Hutchinson’s melanotic freckle atau prakanker
Dubreilh. LMM timbul dari lesi lentigo maligna yang telah ada
sebelumnya. LMM menduduki kira-kira 5% dari melanoma kulit
primer, terutama terjadi pada orang tua. Berlawanan dengan substipe
melanoma lainnya, LMM mengenai daerah tubuh yang terpapar sinar
matahari, terutama wajah. Lesi pada lentigo maligna biasanya berupa
bercak makula kecil, berwarna coklat gelap, coklat, atau hitam. Pada
permukaannya dapat dijumpai adanya bercak-bercak pigmentasi, yang
tersebar tidak teratur. Lesi meluas secara perlahan dan ireguler. Dapat
berkembang menjadi nodul biru kehitaman yang invasif dan agak
hiperkeratotik.
2. Penyebaran Melanoma Maligna Permukaan (SSM)
Pada umumnya timbul dari nevus atau pada kulit normal (de novo).
Merupakan jenis yang sering dijumpai, yaitu sekitar 70% dari seluuh
melanoma maligna. Lebih sering dijumpai pada usia yang lebih muda
dibandingkan dengan LMM, yaitu berkisar antara 40-50 tahun. Lesi
berupa plak archiformis berukuran 0,5-3 cm dengan tepi meninggi dan
ireguler. Pada permukaannya terdapat campuran dari bermacam-
macam warna seperti coklat, abu-abu, biru, hitam, dan sering
kemerahan. Meluas secara radial. Pada umumnya setelah lesi mencapai
ukuran 1-2,5 cm, terjadi fase pertumbuhan secara vertikal dan
berkembang menjadi nodul biru kehitaman. Predileksinya pada wanita
dijumpai pada tungkai bawah dan punggung, sedangkan pada pria
dibadan dan leher.

3. Melanoma Maligna Bernodul (NM)


Dapat terjadi tanpa didahului fase pertumbuhan radial. Sehingga
aturan ABCD tidak dapat diterapkan pada subtipe ini. Kira-kira 10-

18
30% kasus melanoma adalah tipe noduler. Tempat yang sering terkena
adalah kepala, leher dan badan. Lesi biasanya berupa nodul yang
meninggi, berpigmen seragam. Warnanya berkisar dari biru kehitaman
sampai coklat gelap, atau kadang-kadang amelanotik.
4. Melanoma Maligna Lentigo Akral (ALM)
Pada umumnya timbul pada kulit normal (de novo). Merupakan
tipe yang paling jarang terjadi (1%), tapi dapat sangat ganas karena
keterlambatan diagnosis. Predileksinya pada telapak kaki dan tangan,
jari-jari tangan dan kaki, dasar kuku, dan membrana mukosa. Lesi
berupa bercak dengan pigmen yang tersebar dengan intensitas yang
bervariasi. Pada permukaannya dapat timbul papul, nodul, dan dapat
mengalami ulserasi.
5. KOMPLIKASI
a. Sebuah risiko kekambuhan karsinoma basal. Sel umumnya
kambuh. Bahkan setelah pengobatan berhasil, mereka mungkin
kambuh, sering di tempat yang sama.
b. Peningkatan risiko jenis lain kanker kulit. Sebuah sejarah karsinoma
sel basal juga dapat meningkatkan kemungkinan mengembangkan
jenis lain kanker kulit, seperti karsinoma sel skuamosa dan melanoma.
c. Kanker yang menyebar di luar kulit. Langka, bentuk agresif karsinoma
sel basal dapat menyerang dan merusak otot di dekatnya, saraf dan
tulang. Sangat jarang, karsinoma sel basal dapat menyebar ke area lain
dari tubuh.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Foto polos ( X-ray ) terutama pada lesi BCC yang besar dan luas untuk
melihat adanya inflitrasi sel tumor pada tulang di bawahnya.
b. CT Scan untuk melihat luas destruksi tulang, operabilitas dan
perencanaan pembedahan.
c. Anamnesis

19
d. Dikeluhkan adanya lesi kulit seperti ‘’tahi lalat’’ yang berubah
warnanya, gatal, nyeri, berdarah, membesar atau timbul “tukak” atau
ulkus. Kadang disebut sebagai “borok” yang tidak sembuh-sembuh .
e. Pemeriksaan Fisik
f. Gambaran klinis dikenal sebagai ulkus Rodent, yaitu ulkus dengan satu
sisi berbentuk tidak rata, seakan –akan seperti gambaran “ gigitan
rodent/tikus”. Biasanya seperti adanya hiperpigmentasi pada bagian
tepi dan ulkus di tengah.
Bentuk klinis yang dijumpai pada BCC adalah :
1) Jenis nodulo-ulseratif (paling seringm : mula-mula berbentuk papul
(papula) meninggi, “pearly” atau permukaan mengilat seperti
“mutiara”, sering terdapat telengiectasi disentral yang biasanya
mengalami ulseratif. Kadang berskuama halus dan berkrusta tipis
dan tumbuh lambat.
2) Jenis berpigmen : gambaran sama nodulo-ulseratif hanya bewarna
coklat hitam, berbintik dan homogen.
3) Jenis morphea liek atau fibrosis jarang : bentuk “plakat”,
kekuningan, tepi tidak jelas, kadang meninggi. Pada pada
permukaan tampak beberapa folikel rambut yang konkaf dan
membentuk jaringan seperti sikratriks, dan kadang tertutup krusta.
Ulserasi jarang.
4) Jenis superficial : lokasi pada kepala, leher, badan berupa bercak
kemerahan, berskuamosa halus, tepi sedikit meninggi. Tumbuh dan
meluas secara lambat, ulserasi. Sering dijumpai multiple terutama
pada pasien berkulit putih.
5) Jenis fibro-epitelial : Sering dijumpai dipunggung, soliter, bernodul
padat, bertangkai pendek, permukaan halus sedikit kemerahan
seperti fibroma.
6) Nevoid Basal Cell Syndrome (Sindroma Gortin Galzt)
7) Sindroma Xeroderma Pigmentosum.
8) Jenis linear and generalized follicular basal cell nevi.
9) Jenis generalized follicular : disertai kerontokan rambut sebagai
akibat kerusakan folikel rambut karena pertumbuhan tumor.
10) Albinism : sensitif terhadap UV (tidak adanya “melanin”
perlindung kulit ) mudah terjadi BCC, SCC ataupun melanoma.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS

20
Penggunaan agen kemoterapi seperti 5-Fluorourasil atau
Imiquimod, dapat mencegah perkembangan kanker kulit. Hal ini biasanya
dianjurkan untuk individu dengan kerusakan akibat sinar matahari yang
luas, sejarah kanker kulit beberapa, atau pertumbuhan prekanker. Hal ini
sering diulang setiap 2 sampai 3 tahun untuk lebih mengurangi risiko
kanker kulit.
Metode berikut ini digunakan dalam pengobatan karsinoma sel basal
(BCC) :
a. Standar bedah eksisi
Tingkat obat untuk metode ini, baik yang dilakukan oleh dokter ahli
bedah plastik, dokter keluarga, atau dokter kulit benar-benar
tergantung pada margin bedah. Ketika margin bedah standar
diterapkan (biasanya 4 mm atau lebih), tingkat kesembuhan tinggi
dapat dicapai dengan eksisi standar dermatoscope A dapat membantu
ahli bedah yang berpengalaman dapat mengidentifikasi tumor tidak
bisa dilihat oleh mata telanjang. Semakin sempit margin bedah
( terlihat kulit dengan tumor yang bebas dibuang ) semakin tinggi
tingkat kekambuhan. Kelemahan dengan eksisi bedah standar adalah
tingkat kekambuhan tinggi kanker sel basal dari wajah, terutama di
sekitar kelopak mata, hidung, dan struktur wajah. Sebuah diagram
pada halaman 33 dari publikasi NCCN menunjukkan daerah risiko
tinggi kambuh karena kebanyakan wajah dengan pengecualian pada
pipi pusat dan dahi atas) menggunakan bagian histologi yang
dibekukan.
b. Mohs pembedahan (atau Mohs operasi mikrografi)
Mohs pembedahan (atau Mohs operasi mikrografi) adalah prosedur
rawat jalan di mana tumor pembedahan dipotong dan kemudian segera
diperiksa di bawah mikroskop. Ini adalah bentuk pengolahan patologi
yang disebut CCPDMA. Hal ini diklaim memiliki tingkat
penyembuhan tertinggi 97% menjadi 99,8% oleh beberapa individu.
Dasar dan ujung-ujungnya mikroskopis diperiksa untuk memverifikasi
margin yang cukup sebelum bedah perbaikan situs. Jika margin tidak
cukup, lebih akan dihapus dari pasien sampai margin yang cukup. Hal

21
ini juga digunakan untuk karsinoma sel skuamosa, namun, tingkat
penyembuhan tidak setinggi operasi Mohs untuk karsinoma sel basal.
c. Kemoterapi
Beberapa kanker dangkal menanggapi terapi lokal dengan 5-
fluorouracil, agen kemoterapi. pengobatan topikal dengan krim
Imiquimod 5%, dengan lima aplikasi per minggu selama enam minggu
memiliki tingkat dilaporkan 70-90% keberhasilan untuk mengurangi
bahkan menghilangkan karsinoma sel BCC.
d. Imunoterapi
Imunoterapi penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan
menggunakan peplus Euphorbia, gulma kebun yang umum, mungkin
efektif. perusahaan Australia Peplin biofarmasi adalah
mengembangkan pengobatan topikal untuk BCC. Imiquimod atau
Aldara adalah sebuah immunotherapy tetapi yang tercantum di sini di
bawah kemoterapi.

e. Radiasi
f. Terapi radiasi yang sesuai untuk semua bentuk BCC sebagai dosis
memadai akan memberantas penyakit tersebut. Terapi radiasi dapat
disampaikan baik sebagai sinar radioterapi eksternal atau sebagai
brachytherapy (radioterapi internal). Meskipun radioterapi umumnya
digunakan pada pasien yang lebih tua yang tidak kandidat untuk
operasi, itu juga digunakan dalam kasus-kasus di mana eksisi bedah
akan menodai atau sulit untuk merekonstruksi (terutama pada ujung
hidung, dan rims lubang hidung). pengobatan Radiasi sering
mengambil sesedikit 5 kunjungan ke sebanyak 25 kunjungan untuk
terapi radiasi. Biasanya, kunjungan lebih dijadwalkan untuk terapi,
komplikasi kurang atau kerusakan yang dilakukan terhadap jaringan
normal yang mendukung tumor. Cure rate bisa setinggi 95% untuk
tumor kecil, atau serendah 80% untuk tumor yang besar. Biasanya,
tumor berulang setelah radiasi diperlakukan dengan operasi, dan tidak
dengan radiasi. perlakuan radiasi lebih lanjut lebih lanjut akan merusak

22
jaringan normal, dan tumor mungkin resisten terhadap radiasi lebih
lanjut.
g. Terapi Photodynamic
Terapi Photodynamic adalah modalitas baru untuk pengobatan
karsinoma sel basal, yang dikelola oleh aplikasi photosensitizers ke
daerah sasaran. Ketika molekul ini diaktifkan oleh cahaya, mereka
menjadi beracun, sehingga menghancurkan sel target. Metil
aminolevulinate disetujui oleh Uni Eropa sebagai fotosensitizer sejak
tahun 2001. Terapi ini juga digunakan dalam jenis kanker kulit lainnya.
h. Cryosurgery
Cryosurgery adalah suatu modalitas tua untuk pengobatan kanker kulit
banyak. Ketika akurat digunakan dengan probe temperatur dan
instrumen cryotherapy, dapat menghasilkan angka kesembuhan sangat
baik. Kekurangan termasuk kurangnya kontrol margin, nekrosis
jaringan, atas atau di bawah pengobatan tumor, dan waktu pemulihan
yang lama. Beberapa buku diterbitkan pada terapi, dan beberapa dokter
masih menerapkan perlakuan untuk pasien tertentu.
i. Electrodessication dan kuret atau EDC
EDC dilakukan dengan menggunakan pisau bulat, atau kuret, untuk
mengikis pergi kanker lembut. Kulit kemudian dibakar dengan arus
listrik. Hal ini semakin melembutkan kulit, memungkinkan untuk pisau
untuk memotong lebih dalam dengan lapisan berikutnya kuretase.
Siklus ini berulang, dengan margin keamanan kuretase kulit normal di
sekitar tumor terlihat. Siklus ini diulang 3 sampai 5 kali, dan margin
kulit bebas diperlakukan biasanya 4 sampai 6 mm. Cure rate sangat
banyak digunakan tergantung pada ukuran dan jenis tumor.

23
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan /atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
1) Kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
2) Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
1) Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
2) Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
3) Tachikardi
4) Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera

24
5) Capilary refil melambat
6) Pucat pada bagian yang terkena
7) Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
1) Kesemutan
2) Deformitas, krepitasi, pemendekan
3) Kelemahan
d. Kenyamanan
1) Nyeri tiba-tiba saat cidera
2) Spasme/ kram otot
e. Keamanan
1) Laserasi kulit
2) Perdarahan
3) Perubahan warna
4) Pembengkakan local
f. Laboratorium: pemeriksaan laborat hema lengkap (Hb, eritrosit, Ht)
g. Radiologi : MSCT, Foto X-Ray, MRI
3. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara
dermal-epidermal sekunder akibat kanker pada kulit.
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kecacatan karena
penyakit atau penanganan kanker kulit seperti reseksi pembedahan,
agen kemoterapi topikal, dan/atau terapi radiasi.
c. Koping individu tak efektif berhubungan dengan perubahan dalam
integritas tubuh sekunder akibat kerusakan bentuk tubuh sekunder
karena kanker kulit.
d. Ansietas berhubungan dengan konsekuensi kanker yang
menimbulkan kecacatan dan kematian.Kurang pengetahuan
berhubungan dengan penanganan kanker kulit seperti pembedahan,
radioterapi, dan kemoterapi topikal
4. Rencana Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara
dermal-epidermal sekunder akibat kanker pada kulit.
1) Batasan karakteristik :
a) Gangguan jaringan epidermis dan dermis
b) Ada lesi primer atau sekunder
2) Kriteria hasil :
a) Individu menunjukan penyembuhan jaringan progresif.
3) Intervensi dan Rasional :
a) Intervensi : Lindungi area permukaan kulit yang sehat.

25
Rasional : untuk menghindari perluasan kanker.
b) Intervensi : Jangan gosok area yang terpajan kanker.
Rasional : menghindari terjadinya luka dan penyebaran infeksi.
c) Intervensi : Hindarkan dari paparan sinar matahari yang terlalu
lama.
Rasional : sinar matahari mempercepat pertumbuhan sel
kanker.
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kecacatan karena penyakit
atau penanganan kanker kulit seperti reseksi pembedahan, agen
kemoterapi topikal, dan /atau terapi radiasi.
1) Batasan Karakteristik :
Pasien mengungkapkan kekuatirannya atas reaksi atau penolakan
oleh orang lain berhubungan dengan perubahan kulit dari agen
kemoterapi lokal atau terapi radiasi.
2) Kreteria Hasil :
Mendiskusikan strategi-strategi untuk mengatasi perubahan pada
citra tubuh.
3) Intervensi dan Rasional :
a) Intervensi : kaji penetahuan pasien terhadap adanya potensi
kecacatan yang berhubungan dengan pembedahan dan/atau
perubahan kulit.
Rasional : memberikan informasi untuk memformulasikan
perencanaan
b) Intervensi : pantau kemampuan pasien untuk melihat perubahan
bentuk dirinya.
Rasional : ketidakmampuan untuk melihat bagian tubuh yang
terkena mungkin mengindikasikan kesulitan dalam koping
c) Intervensi : dorong pasien untuk mendiskusikan perasaan
mengenai perubahan penampilan dari pembedahan.
Rasional : memberikan jalan untuk mengekspresikan emosinya.
d) Intervensi : diskusikan pilihan untuk rekontrusi dan cara-cara
untuk membuat penampilan yang kurang ini menjadi menarik
misal ; dengan tata rias dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan kotrol diri sendiri atas kehilangan
c. Koping individu tak efektif berhubungan dengan perubahan dalam
integritas tubuh sekunder akibat kerusakan bentuk tubuh sekunder
karena kanker kulit.
1) Batasan karakteristik :

26
Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta
bantuan atau penggunaan mekanisme pertahanan yang tiak sesuai
atau ketidak mampuan memenuhi peran yang diharapkan.
2) Kriteria hasil :
a) Pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk
mengisi waktu luang.
b) Mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat
mengembangkan koping yang efektif.
c) Berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
3) Intervensi dan Rasional :
a) Intervensi : Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan
kesesuaiannya dengan pandangan pemberi pelayanan
kesehatan.
Rasional : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap
kondisinya.
b) Intervensi : Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
Rasional : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan
saling percaya, memudahkan intervensi
c) Intervensi : Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran
perubahan peran yang realitas.
Rasional : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang
kondisi nyata yang ada saat ini.
d) Intervensi : Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons
positif dari orang lain.
Rasional : meningkatkan perasaan berarti, memberikan
penguatan yang positif.
e) Intervensi : Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit
dalam memberikan dukungan emosional untuk pasien dan
keluarga.
Rasional : menciptakan suasana saling percaya, perasaan
berarti, dan mengurangi kecemasan.
d. Ansietas berhubungan dengan konsekuensi kanker yang menimbulkan
kecacatan dan kematian.
1) Batasan karakteristik :
Dimanifestasikan oleh gejala-gejala dari tiga kategori : fisiologi,
emosional, dan kognitif. Gejala bervariasi dengan tingkat ansietas.
2) Kriteria hasil :

27
a) Klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-
situasi yang membuat stress.
b) Klien mampu mempertahankan penampilan peran.
c) Klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
d) Tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
3) Intervensi dan Rasional :
a) Intervensi : Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan
pasien.
Rasional : memudahkan intervensi.
b) Intervensi :Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien
untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif,
meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.
c) Intervensi :Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada
pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk
mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
4) Intervensi :Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita
yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy
yang di jalani.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang
dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
5) Intervensi :Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan
aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa
dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan
pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas
kemampuannya.
6) Intervensi : Sediakan informasi faktual (nyata dan benar) kepada
pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan
prognosis.
Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
e. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan penanganan kanker kulit
seperti pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi topikal.
1) Batasan karakteristik :

28
Mengungkapkan pertanyaan atau mengkuatirkan tentang
pembedahan, terapi radiasi, atau penanganan dengan kemoterapi
untuk kanker kulit.
2) Kriteria hasil :
Menyatakan tindakan perawatan diri untuk menurunkan insiden
dan bertambah beratnya gejala yang berhubungan dengan
pengobatan.
3) Intervensi dan Rasional
a) Intervensi : beritahu kapan penbedahan/terapi radiasi akan
dilakukan.

Rasional : memberikan informasi yang diperlukan.


b) Intervensi :Jelaskan tujuan dari penanganan.
Rasional : meningkatkan pemahaman terhadap pengobatan.
c) Intervensi : ajarkan untuk menggunakan kemoterapi topikal.
Rasional : meningkatkan perawatan diri sendiri.
d) Intervensi : beritahu kemungkinan efek samping dari
pemberian obat topikal seperti iritasi kulit dan pemakaian yang
tidak tepat mungkin dapat menyebabkan kulit terkelupas atau
melumpuh.
Rasional : meningkatkan keamanan dari pemberian obat topikal
tanpa adanya komplikasi.
e) Intervensi : Beritahu adanya efek samping dari terapi radiasi
dan tindakan perawatan diri untuk mengatasinya.
Rasional : meningkatkan perawatan diri.

29
BAB III
RESUME ASKEP
A. PENGKAJIAN FOKUS
1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama :Tn. J
Jenis kelamin : laki laki
Umur : 54 th
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : kawin
Pekerjaan :petani
alamat : Pengkol Ngrapah Semarang
Diagnosa medis : tumor kulit regio labio nasal curiga
ganas post wide eksisi biopsi dengan fs
Tanggal masuk bangsal rajawali 5A: 9-02-2018
Tanggal operasi wide eksisi biopsi: 19-03-2018 jam 08.00
Tanggal trakeostomi : 21-03-2018 jam 17.00
Tanggal pengkajian : 19-03-2018 jam 16.00
b. Identitas penanggungjawab
Nama : Tn. S
Umur : 25 th
Jenis kelamin : laki laki
Agama : Islam
Suku : jawa
Hubungan dengan pasien : anak
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Semarang

30
2. Status kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh lendir di ETT sering keluar banyak
b. Status kesehatan saat ini
Sekitar 8 bulan yang lalu tumbuh benjolan di hidung yang semakin
lama semakin membesar, di sekitar benjolan muncul bintil-bintil putih
yang mengeluarkan nanah
c. Pengkajian fokus
1) Airway : terpasang ETT (tanggal 19/3/2018),
terpasang trakeostomi) tanggal 21/3/2018, secret ada (dilakukan
suction berkala)
2) Breathing : RR 26 kali per menit, SPO2 100 %, terpasang
ventilator mode pressure sim v
3) Circulation : nadi 90 kali per menit, TD 126/84, terpasang
infuse pump ringer lactat 80 ml per jam
3. Pengkajian pola fungsi fokus dan perubahan fisik
a. Neurosensori dan kognitif
Gejala : adanya nyeri (P nyeri bertambah jika malam hari, nyeri
berkurang bila pasien rileks, Q rasanya cekot cekot, R di wajah region
labio nasal, S : 3, T hilang timbul ).
Tanda : composmentis, GCS E4M6V5, pasien tampak geleng
kesakitan, TD= 126/84, HR:95x per menit, RR: 26x/menit, SpO2:
100%
b. Resiko Infeksi
Gejala (subjektif)
Pasien telah dilakukan operasi wide eksisi biopsy dengan FS tumor
kulit regio labio nasal luka post operasi.
Tanda (objektif)
Terdapat luka post operasi wide eksisi biopsy dengan fs tumor kulit
regio labio nasal, balutan tamapak bersih, luka merah, pus tidak ada,
Leukosit: 10.5.10^3 (3.8-10.6)

4. DATA PENUNJANG
a. Laboratorium
Kimia klinik tgl 19-03-2018
Ureum 21 mg/dl 15-39
Creatinin 0.7 mg/dl 0.6-1.30

31
Kimia klinik tgl 22-03-2018
Magnesium 0.82 mmol/L 0.74-0.99
Calcium` 2.15 mmol/L 2.12-2.52
Natrium 138 mmol/L 136-145
Kalium 4.5 mmol/ L 3.5-5.1
Chloride 98 mmol/L 98-107
Hematologi tgl 22-03-2018
Hemoglobin 12.3 g/dl 13.00-16.00
Leukosit 10.5. 10.^3/ul 3.8-10.6
Trombosit 209. 10^3/Ul 150-400
Kimia klinik tgl 19-03-2018
Albumin 3.6 g/dl 3.4-5.0
Calcium 2.2 mg/dl 2.12-2.52
Magnesium 0.7 mg/dl 0.74-0.99
BGA tgl 22-03-18
PH 7.437 mg/dl 7.37-7.45
pCO2 44.1 mmHg 35-45
HCO3- 30.7 mmol/L 22-26
pO2 72.8 mmHg 83.0-108.0
BE (B) 6.6 mmol/L -2-3

b. Radiologi : MSCT SCAN kepala dengan kontras tanggal 8 pebruari


2018
Massa solid dengan bagian nekrotik pada kutis-subkutis region labialis
oris superior ala nasi kanan kiri dan soft tissue region maksilaris kanan
disertai destruksi aspek inferior os maksilaris
Sinusitis maksilaris kanan kiri,limfadenopati pada level 2 regio colli
kanan (ukuran1.1x0.7 cm)
c. Ekg tgl 22-03-2018
Normal sinus rhythm
d. Obat obatan
1) Infuse RL 83 ml per jam intravena
2) Ceftriaxon 1gr/ 24jam intra vena
3) Omeprazole 40 mg/12 jam intra vena
4) Asam traneksamat 500 mg/8 jam intra vena
5) Vit k 10 mg / 12 jam intra vena
6) Ondancetron 4mg/ 8 jam intra vena
7) Paracetamol 1 Gram/ 8 jam intravena
e. Diit
Cair 1 via NGT sonde

32
5. Analisa data

Hari/ Data subjektif dan objektif Masalah Etiologi Ttd


tgl
Senin, DS : pasien mengatakan nyeri pada nuel
19-3- luka post wide eksisi di regio
2018 wajah
P nyeri bertambah saat malam
hari,nyeri berkurang saat
pasien rileks, Q cekot – cekot,
R wajah labio nasal, S 3, T
hilang timbul.
DO :
1. TD 124/84 mmHg, N 98 Agen
x/mnt, S 36,6 oC, RR 20 x/mnt Nyeri akut ( nanda injuri
2. Tampak menggelengkan kode 00132)
kepala jika kesakitan
3. Hasil MSCT wajah dengan
kontras Massa solid dengan
bagian nekrotik pada kutis-
subkutis region labialis oris
superior ala nasi kanan kiri dan
soft tissue region maksilaris
kanan disertai destruksi aspek
inferior os maksilaris

33
Senin, DS : Pasien mengatakan lendir ada Nuel
19-3- di mulutnya dan di selang ETT.
2018 DO :
1. Terdapat luka post operasi wide
eksisi biopsy dengan fs tumor
Ketidakefektifan
kulit regio labio nasal Mucus
bersihan jalan
2. Terpasang ETT tanggal 22-03- yang
napas (nanda kode
2018. Terdapat secret pada berlebihan
00031)
mulut dan ETT
3. RR: 26 x/menit, SpO2: 100%,
4. Tampak perawat melakukan
tindakan suction periodic

Senin, DS: pasien mengatakan telah Resiko infeksi prosedur Nuel


19-3- dilakukan operasi wide eksisi (nanda kode invasive
2018 biopsy dengan fs 00004)
DO: tampak wajah terbalut kassa,
luka post operasi : bersih, tidak
rembes. Luka tidak ada pus,
Leukosit: 10.5.10^3 (3.8-10.6), TD
124/84 mmHg, N 98 x/mnt, S 36,6
o
C, RR 20 x/mnt

B. Diagnosa keperawatan menurut prioritas


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus yang
berlebihan (nanda kode 00031)
2. Nyeri akut berhubungan agen injuri (nanda kode 00132)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (nanda kode
00004)

C. Fokus intervensi
Tgl/jam Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Ttd
keperawatan hasil (NOC) keperawatan(NIC)
19-3-18 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri Nuel
Jam berhubungan agen asuhan keperawatan 1. Lakukan
16.00 injuri fisik ( nanda selama 3x 24 jam pengkajian nyeri
kode 00132) klien dapat secara
menunjukkan kontrol komprehensif
nyeri dengan kriteria 2. Gunakan teknik
hasil : komunikasi
1. Klien mampu terapeutik untuk
menggunakan mengetahui

34
Tgl/jam Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Ttd
keperawatan hasil (NOC) keperawatan(NIC)
tindakan pengalaman
pengurangan nyeri nyeri dan
tanpa analgesic sampaikan
skala 5 (secara penerimaan
konsisten pasien terhadap
menunjukkan) nyeri.
2. Klien mampu 3. Ajarkan tentang
melaporkan nyeri teknik non
yang terkontrol farmakologik
skala 5 (secara ( Guided
konsisten Imagery)
menunjukkan) 4. Dukung
istirahat/tidur
yang adekuat
untuk
membantu
penurunan
nyeri.
1-1-18 Ketidakefektifan setelah dilakukan 1. Airway Nuel
jam jalan napas asuhan keperawatan management
07.00 berhubungan selama 4x24 jam (mempertahankan
dengan mukus yang diharapkan bersihan kepatenan jalan
berlebihan. jalan napas kembali napas.
efektif dengan kriteria 1. Buka jalan napas,
hasil gunakan teknik
a. Klien mampu jaw thrust bila
mengeluarkan perlu.
sputum Dari jalan 2. Posisikan klien
napas untuk
b. Menunjukkan memaksimalkan
jalan napas yang ventilasi.
paten. 3. Keluarkan secret
dengan batuk
efektif atau
suction
4. Kolaborasi
dengan tim medis
untuk memasang
trakeostomi untuk
mencegah vap
akibat
pemasangan ETT
yang lama.
.

35
Tgl/jam Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Ttd
keperawatan hasil (NOC) keperawatan(NIC)
19-03- Resiko infeksi Setelah dilakukan A. Perlindungan nuel
2018 berhubungan dengan asuhan keperawatan infeksi
Jam prosedur invasive selama 3x24 jam 1. Monitor tanda
16.00 (nanda kode 00004) tidak terjadi infeksi dan gejala infeksi
dengan kriteria hasil: 2. Tingkatkan
1. Cairan (luka)
asupan nutrisi
yang berbau
busuk skala 5 yang cukup
(tidak ada) 3. Anjurkan istirahat
2. Demam skala 5 B. Perawatan luka
( tidak ada) 1. Monitor
3. peningkatan karakteristik luka
leukosit skala 5 2. Lakukan
( tidak ada) perawatan luka
yang tepat
C. Control
infeksi
1. Pastikan teknik
perawatan luka
yang tepat
2. Kolaborasi
pemberian
antibiotic yang
tepat

A. IMPLEMENTASI

Hari/ Dx Implementasi Respon Ttd


Tanggal kep

 21/3/18 2 1. Melakukan 1. S: pasien Nuel


Jam 16.00 pengkajian nyeri mengatakan nyeri
secara pada wajah regio
komprehensif. labio nasal P:
nyeri bertambah
saat malam hari
Q: cekot cekot R:
wajah regio labio
nasal S: 2 . T:
hilang timbul
O: pasien tampak
rileks dan tenang

36
A: masalah
teratasi
P: lanjutkan
intervensi
19/03/18 2 2. Gunakan teknik 2. S: pasien siap Nuel
20/03/18 komunikasi melaporkan nyeri
21/03/18 terapeutik untuk yang terkontrol
22/03/18 mengetahui O: pasien tampak
Jam 17.00 pengalaman nyeri melaporkan
dan sampaikan pengalaman nyeri.
penerimaan A: masalah
pasien terhadap teratasi
nyeri. P: lanjutkan
intervensi
20/03/18 2 3. mengajarkan S: pasien bersedia Nuel
21/03/18 tentang teknik menggunakan teknik
22-03-18 non farmakologik Guided Imagery.
Jam 18.00 ( Guided Imagery) O: pasien tampak
mempraktekkan teknik
Guided Imagery.
A: masalah tercapai
P : lanjutkan intervensi
20/1/18 2 4. mendukung S: pasien mengatakan Nuel
21/1/18 istirahat/tidur tidur 7 hari per jam
22/1/18 yang adekuat O: pasien tampak
Jam 21.00 untuk membantu istirahat tidur jam
penurunan nyeri. 22.00-05.00
A: masalah tercapai
P: lanjutkan intervensi
1 1. Buka jalan napas, S: pasien bersedia
20/03/18 gunakan teknik tidak menolak untuk
21/03/18 jaw thrust bila dibuka jalan napasnya Nuel
Jam 17.30 perlu. O: RR 26 x per menit
SpO2: 100%
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi

1 2. Posisikan klien S: pasien mengatakan Nuel


21-22/03/18 untuk nyaman dengan posisi
Jam 15.00 memaksimalkan semi fowler/fowler
ventilasi. O: pasien tampak
dalam posisi fowler
A: masalah teratasi
P:lanjutkan intervensi

37
1 3. Keluarkan secret S: pasien mengatakan Nuel
20/1/18 dengan batuk lega jika sudah
22/1/18 efektif atau dikeluarkan sputumnya
Jam 16.30 suction O: program suction
berkala
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi

21/03/18 1 4. Kolaborasi dengan S: pasien mengatakan Nuel


Jam 17.00 tim medis untuk bersedia dipasang
memasang trakeostomi
trakeostomi untuk O: tampak pasien
mencegah vap dipasang trakeostomi
akibat A: masalah teratasi
pemasangan ETT P: lanjutkan intervensi
yang lama.

20/1/18 3 1. memonitor tanda S : pasien mengatakan Nuel


21/1/18 dan gejala infeksi tidak demam dan
22/1/18 merasa enakan
Jam 16.00 O : TD 120/80 mmHg,
HR 80 x/mnt, RR
20x/mnt, S 36.6 C,
tidak ada bengkak di
luka, tidak ada
perubahan fungsi.
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
20/1/18 3 2. melakukan S : pasien mau
21/1/18 kolaborasi diberikan injeksi terapi
22/1/18 pemberian O : Ceftriaxon 1gr/ 24
Jam 12.00 antibiotik jam intra vena
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi

21/1/18 3 3. Melakukan rawat S: pasien mau dirawat Nuel


22/1/2018 luka dengan lukanya dan nyaman
Jam 10.00 teknik yang tepat, ketika sudah dirawat
lukanya
Monitor
O : teknik rawat luka
karakteristik luka steril, luka tampak
bersih, tidak ada
edema, tidak ada pus
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi

38
20/1/18 3 3. Melakukan S: pasien mau untuk Nuel
21/1/18 edukasi untuk diet diet cair 1 via NGT
22/1/18 adekuat sesuai program ahli
Jam 16.00 gizi RSDK
O : diet cair 1 via NGT
A:masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi

B. EVALUASI

Hari/tanggal No Catatan perkembangan Ttd


dx

kamis, 22-03 2 S : Klien mengatakan mampu menggunakan tindakan Nuel


2018 jam pengurangan nyeri tanpa analgesic skala 5 (secara
17.30 konsisten menunjukkan), Klien mampu melaporkan
nyeri yang terkontrol skala 5 (secara konsisten
menunjukkan)
O : tampak Klien mengatakan menggunakan tindakan
pengurangan nyeri tanpa analgesic guided imagery
dengan skala 5 (secara konsisten menunjukkan). Klien
tampak rileks dan nyaman.
 P: nyeri berkurang saat rileksasi
 Q: nyeri cekot cekot
 R: tulang belakang
 S:skala 2
 T: hilang timbul
A: Nyeri akut berhubungan agen injuri fisik teratasi
P: pertahankan intervensi.
Anjurkan untuk melakukan guided imagery saat
dipebolehkan pindah ruangan.
kamis, 22-03- 1 S : Klien mampu mengeluarkan sputum dari jalan napas Nuel
2018 O : Menunjukkan jalan napas yang paten, terpasang
trakeostomi, ventilator sudah dilepas, oksigen 3 liter per
menit, SpO2 100%, RR 24x per menit
A: ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan mukus berlebih teratasi
P: pertahankan intervensi
Jumat , 5 3 S: Pasien mengatakan tidak ada demam ( skala 5) nuel
januari 2018 O : tidak ada peningkatan leukosit (skala 5): 10.500
Tidak ada aroma busuk pada luka post operasi wide
eksisi biopsi(skala 5),
A : masalah resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive teratasi

39
P: pertahankan intervensi.
Rawat luka sesuai program.

BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET

A. IDENTITAS
1. Identitas pasien
a. Nama :Tn. J
b. Jenis kelamin : laki laki
c. Umur : 54 th
d. Pendidikan terakhir : SD
e. Agama : Islam
f. Suku : Jawa
g. Status perkawinan : kawin
h. Pekerjaan :petani
alamat : Pengkol Ngrapah Semarang
i. Diagnosa medis : tumor kulit regio labio nasal curiga
ganas post wide eksisi biopsi dengan fs
j. Tanggal masuk bangsal Rajawali 5A: 9-02-2018
k. Tanggal operasi wide eksisi biopsi: 19-03-2018 jam 08.00
l. Tanggal trakeostomi : 21-03-2018 jam 17.00
m. Tanggal pengkajian : 19-03-2018 jam 16.00

40
B. DATA FOKUS PASIEN

Hari/ Data subjektif dan objektif Masalah Etiologi Ttd


tgl
Senin, DS : Pasien mengatakan lendir ada nuel
1-1- di mulutnya dan di selang ETT.
2018 DO :
1. Terdapat luka post operasi wide
eksisi biopsy dengan fs tumor Ketidakefektifan Mukus
kulit regio labio nasal bersihan jalan yang
2. Terpasang ETT tanggal 22-03- napas (nanda kode berlebihan
2018. Terdapat secret pada 00031)
mulut dan ETT
3. RR: 26 x/menit, SpO2: 100%,
4. Tampak perawat melakukan
tindakan suction periodic

C. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan jurnal evidence based


nursing practice
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus yang
berlebihan (nanda kode 00031)
D. Evidence based nursing practiceyang diterapkan
Aplikasi Trakeostomi Untuk Menurunkan Kejadian Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) Pada Klien Tn. J Dengan Tumor Kulit Curiga Ganas Regio

41
Labio Nasal Post Operasi Wide Eksisi Biopsi Dengan Fs Di Ruang Icu RSUP
Dr. Kariadi Semarang

E. Analisa sintesa justifikasi/alasan penerapan evidence based nursing


practice

Tumor

Post wide eksisi biopsy fs regio wajah

ETT dengan ventilator

Ventilator associated pneumonia (VAP)

Trakeostomi

Kebersihan rongga mulut

Meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Menurunkan hambatan udara

Menurunkan obat penggunaan sedasi

42
perasaan tenang, relaks, dan nyaman
BAB V
PEMBAHASAN

A. Justifikasi pemilihan tindakan berdasarkan evidence based nursing


practice
Aplikasi trakeostomi umum dilakukan pada unit perawatan intensif (ICU).
Trakeostomi juga diperkirakan akan sering dilakukan seiiring dengan
meningkatnya penggunaan ventilasi mekanik jangka panjang.
dihindarkannya komplikasi trakeostomi membuat teknik ini menarik.
Intubasi yang lama menimbulkan beberapa komplikasi antara lain sinusitis
akut; destruksi hidung, mukosa dan kartilago; otitis media serosa; dan
gangguan laring dan subglotis. Gangguan laring dapat lebih sukar diatasi
dibandingkan stenosis trakea akibat trakeostomi, karena laring merupakan
organ berotot fungsional dan bukan hanya suatu tuba berongga untuk
menghantarkan udara. Rekonstruksi laring mungkin sukar dan rehabilitasi
terkadang tidak memuaskan. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula
trakeostomi dilepaskan), lubang akan menutup dalam waktu yang kurang
lebih sama. Trakeostomi memliki beberapa kelebihan apabila dibandingkan
dengan intubasi endotrakea jangka panjang, diantaranya dapat meningkatkan
kenyamanan pasien, kebersihan rongga mulut, kemampuan untuk
berkomunikasi, kemungkinan makan secara oral serta perawatan yang lebih
mudah dan aman. Selain itu, penggunaan selang trakeostomi dapat pula

43
menurunkan penggunaan sedasi dan analgesia sehingga dapat memfasilitasi
proses penyapihan dan menghindari pneumonia terkait ventilator.
B. Mekanisme penerapan evidence based nursing practice
Sebelum dilakukan trakeostomi pasien dan keluarga diberikan penjelasan
inform consent terlebih dahulu setelah setuju maka prosedur trakeostomi bisa
dilakukan yaitu Pasien ditidurkan terlentang, bahu diganjal dengan bantalan
kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan. Kulit leher
dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan
kain steril. Disuntikkan obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid
dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di
garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika
membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara
kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah
krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima
sentimeter. Jaringan subkutis dibuka dengan gunting panjang yang dibuka
(dengan bagian belakang gunting) lapis demi lapis sehingga fasia pretrakea
juga terpotong. Pada tiap lapis, perawat mengikuti dengan menahan jaringan
retractor.Setelah pretrakea terpotong akan tampak trakea. Tanda trakea ialah
adanya cincin tulang rawan yang berwarna keputihan.Untuk membuktikan
fasia trakea ialah dengan spuit yang berisi sedikit cairan. Bila ditusuk trakea
akan timbul gelembung.Dengan pisau tajam, tulang rawan trakea ke tiga
diinsisi, kemudian tulang rawan dipegang dengan klem arteri dan dibuat
lubang bulat dengan bantuan gunting pendek yang tajam. Lubang dibuat
sesuai dengan kanul yang digunakan. Pendarahan dirawat. Dimasukkan kanul
trakea kedalam lubang yang dibuat, kemudian diikat disekitar leher.Dibawah
kanul diletakkan kain kassa untuk menampung secret yang dibatukkan dari
secret.
C. Hasil yang dicapai
pasien tampak lebih aktif dan semangat karena penggunaan obat sedasi
dikurangi. Jalan napas pasien lebih paten, Pasien mampu mengeluarkan
sputum sendiri dari jalan napas. 1 hari pasca trakeostomi pasien tidak

44
menggunakan ventilator kembali tetapi menggunakan oksigen 3 liter per
menit.
D. Kelebihan dan kekurangan atau hambatan yang ditemui selama aplikasi
evidence based nursing practice
1. Kelebihan : rongga mulut pasien lebih bersih, tidak terjadi ventilator
associated pneumonia, kebersihan rongga mulut lebih baik, kemampuan
untuk berkomunikasi lebih baik, kemungkinan makan secara oral serta
perawatan yang lebih mudah dan aman. Selain itu, penggunaan selang
trakeostomi dapat pula menurunkan penggunaan sedasi dan analgesia
sehingga dapat memfasilitasi proses penyapihan dan menghindari
pneumonia terkait ventilator waktu pemakaian trakeostomi lebih lama
dibandingkan ett
2. Kekurangan : teknik penatalaksanaanya harus melalui proses
pembedahan, resiko terjadi infeksi, pasien tampak di lehernya ada alat
yang menempel.
3. Hambatan : tidak bisa dipasang jika sudah ada Infeksi pada tempat
pemasangan, tidak bisa dilakukan jika terdapat gangguan pembekuan
darah yang tidak terkontrol, seperti hemofili.

45
BAB VI
PENUTUP

A. Simpulan

Trakheostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat


suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Trakeostomi memliki beberapa
kelebihan apabila dibandingkan dengan intubasi endotrakea jangka panjang,
diantaranya dapat meningkatkan kenyamanan pasien, kebersihan rongga
mulut, kemampuan untuk berkomunikasi, kemungkinan makan secara oral
serta perawatan yang lebih mudah dan aman. Selain itu, penggunaan selang
trakeostomi dapat pula menurunkan penggunaan sedasi dan analgesia
sehingga dapat memfasilitasi proses penyapihan dan menghindari pneumonia
terkait ventilator
B. Saran
Perawat sebaiknya lebih meningkatkan kompetensi dalam penatalaksanaan
trakeostomi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Price, Sylvia A.2005.Ptofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


Kulit.Jakarta:EGC

46
2. Smeltzer, Suzzane C dan Bare, Brenda G.2001.Buku Ajar Keperawtan
Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC
3. Adams.(2011). Dasar Trakeostomi. Jakarta :EGC
4. Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.
5. Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Jakarta : EGC
6. Davis, FA. Understanding Respiratory System. 2007
7. Kurniawati Lusiana.2014.Hubungan antara jarak waktu trakeostomi dengan
mortalitas pasien kritis terventilasi.

47

You might also like