You are on page 1of 11

PASCA PANEN RUMPUT LAUT

Oleh :
Nama : Rahma Adilah
NIM : B1A015074
Kelompok :3
Rombongan : II
Asisten : Diah Nanda Utari

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan produksi rumput laut indonesia saat ini pada kenyataannya belum
diimbangi dengan peningkatan kualitas hasil produksi, dimana hasil produksi rumput
laut yang berasal dari pembudidaya belum sepenuhnya memenuhi standar kualitas
yang diinginkan oleh industri pengolah antara lain mencakup umur panen, dan
perlakukan panen yang masih belum mempertimbangkan standar mutu. Salah satu
langkah yang perlu segera dilakukan adalah memberikan pengetahuan dan
membangun kesadaran tentang pentingnya perlakuan panen dan secara benar yang
mempertimbangkan efektifitas, efisiensi dan jaminan kualitas produksi yang
dihasilkan, sehingga secara langsung akan mendorong keberlanjutan industri pengolah
barang tentu akan menjamin keberlangsungan kegiatan usaha pembudidaya rumput
laut (Anggadiredja et al., 2006).
Luas perairan laut Indonesia serta keragaman jenis rumput laut merupakan
cerminan dari potensi rumput laut Indonesia. Dari 782 jenis rumput laut di Indonesia,
hanya 18 jenis dari 5 genus (marga) yang telah diperdagangkan. Dari kelima genus
tersebut, hanya genus-genus Eucheuma dan Gracilaria yang telah dibudidayakan.
Produksi rata-rata selama 5 tahun (1995-1999) sebesar 38.000 ton per tahun dipanen
dari lahan seluas kurang lebih 2.500 ha (tambak dan laut). Dengan demikian, baru
termanfaatkan sebesar 9,7% saja dari luas potensi lahan yang ada (Anggadiredja et al.,
2006).
Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat
pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati; tetapi hanya
menyerupai batang yang disebut thallus. Rumput laut tumbuh di alam dengan
melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu, dan benda keras lainnya. Selain
benda mati, rumput laut pun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik.
Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor
oseanografi (fisika, kimia, dan pergerakan atau dinamika air laut) serta jenis substrat
dasarnya. Rumput laut mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi melalui dinding
thallus-nya. Perkembangbiakan dilakukan dengan dua cara, yaitu secara kawin antara
gamet jantan dan gamet betina (generatif) serta tidak kawin dengan melalui vegetatif
dan konjugatif (Anggadiredja et al., 2006).
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui tahapan proses pasca panen
rumput laut serta langkah-langkah pengeringan dan pemutihan.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah nampan plastik, plastik,
gunting dan selotip.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah rumput laut
Eucheuma spinosum, Eucheuma edule dan air tawar.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Penjemuran Langsung.

Rumput laut dibersihkan.

Rumput laut dijemur dibawah sinar matahari atau menggunakan oven.

Dijemur 1-3 hari (Eucheuma 2-3 hari dengan kadar 30-35%


dan Gracilaria 1-2 hari dengan kadar 20-25%).

Setelah kering disimpan.

2. Penjemuran dengan pencucian air tawar.

Rumput laut dibersihkan.

Rumput laut dijemur 1-2 hari.

Rumput laut dicuci dengan air untuk melarutkan garam yang menempel.

Rumput laut dijemur sampai putih, kalau belum putih cuci lagi dengan air tawar.

Dijemur 1-2 hari sampai putih atau kekuningan.

Didokumentasikan dan disimpan.


3. Penjemuran dengan direndam dengan kapur tohor.

Rumput laut dibersihkan.

Dicuci dengan melarutkan garam yang menempel.

Direndam dengan air kapur tohor 1-2 jam.

Dijemur 1-2 hari sampai putih atau kekuningan.

Didokumentasikan dan disimpan.


4. Penjemuran dengan difermentasi atau didepigmentasi.

Rumput laut dibersihkan.

Dibungkus plastik dan direndam dalam bak air laut atau tawar selama 2-3 hari.

Rumput laut yang sudah menjadi putih transparan atau jernih, dijemur di alas selama
2-3 hari.

Disimpan di gudang, biasanya kadar air mencapai 20-25%.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1 Pencucian Rumput Laut dengan Air Tawar

Gambar 3.2 Penjemuran Rumput Laut


B. Pembahasan

Rumput laut merupakan tumbuhan tingkat rendah berupa thallus (batang)


yang bercabang – cabang, dapat hidup di laut dan tambak dengan kedalaman yang
masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari (Sulistyowaty, 2009). Rumput laut
merupakan salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Perairan
Indonesia memiliki potensi areal budidaya rumput laut seluas 1.2 juta ha, dengan
potensi produksi rata – rata 16 ton per ha. Apabila seluruh lahan bisa dimanfaatkan
maka akan dapat dicapai produksi rumput laut sebesar 17.774.400 ton per tahun.
Statistik ekspor hasil perikanan tahun 2002 – 2007 menunjukkan jumlah volume
rumput laut yang diekspor antara 28.560 – 94.073 ton (Purwanto et al., 2013). Rumput
laut dianggap sebagai sumber antioksidan yang tinggi. Aktivitas antioksidan secara
intensif difokuskan karena permintaan saat ini semakin meningkat di bidang industri
farmasi dimana ada ketertarikan pada antiaging dan anticarcinogeni senyawa bioaktif
alami yang memiliki manfaat kesehatan (Norra et al., 2017).
Ada beberapa metode untuk melakukan proses pengeringan rumput laut dalam
praktikum ini, diantaranya penjemuran langsung dikeringkan, penjemuran dengan
pencucian air tawar, penjemuran dengan direndam dengan kapur tohor, dan
penjemuran dengan difermentasi/didepigmentasi. Kelompok kami melakukan proses
pengeringan dengan cara pencucian dengan air tawar.
Proses penanganan pasca panen dapat dilakukan dalam berbagai langkah dan
salah satunya dengan fermentasi, dimana proses fermentasi ini merupakan proses yang
akan menghasilkan perubahan pada rumput laut. Perubahan tersebut dapat berupa
warna, tekstur, atau tingkat kelembutan dan struktur atau kandungan agar. Hasil yang
diharapkan dilakukan fermentasi yaitu terjadi perubahan warna rumput laut menjadi
putih. Metode fermentasi digunakan untuk mengkondisikan panas yang stabil dengan
cara dijemur dalam keadaan tertutup, sehingga senyawa agar tidak terlarut ke dalam
air. Fermentasi pada umumnya memiliki berbagai manfaat, antara lain untuk
mengawetkan produk pangan, memberi cita rasa terhadap produk pangan tertentu,
memberi tekstur tertentu pada produk pangan, dengan adanya perbaikan mutu produk
pangan fermentasi ini diharapkan nilai terima pangan oleh konsumen meningkat (Insan
dan Widyartini, 2001).
Kualitas rumput laut dipengaruhi oleh tiga hal penting, yaitu teknik budidaya,
umur panen, dan penanganan pasca panen. Sedangkan, Menurut Alamsjah (2012),
Kualitas rumput laut sangat ditentukan oleh kandungan agar. Parameter lain yang juga
penting adalah serat, protein dan lemak. Menurut Salmi et al (2012), Rumput laut
merupakan sumber pangan yang memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, asam amino dan mineral tinggi. Kandungan serat dan mineral rumput laut
juga lebih tiggi daripada sebagian besar buah dan sayuran (Sugiyatno et al., 2013).
Secara tradisional untuk menyimpan rumput laut sebanyak 5-10 ton rumput laut
dikeringkan di sinar matahari langsung jika terjadi musim hujan proses pengeringan
akan terhambat hingga musim panas datang lagi (Kaladharan & Kaliaperumal, 1999).
Faktor yang mempengaruhi pascapanen rumput laut antara lain pemilihan lokasi
budidaya yang tepat, penggunaan jenis yang bermutu baik, serta teknik atau metode
budidaya yang tepat. Salah satu faktor yang sangat penting adalah kedalaman
penanaman yang tepat pada saat rumput laut ditanam. Kedalaman penanaman rumput
laut perlu diperhatikan karena kedalaman akan mempengaruhi pertumbuhan rumput
laut. Penanaman rumput laut yang terlalu dalam akan menyebabkan kesulitan dalam
pemeliharaannya sedangkan apabila terlalu dangkal akan menyebabkan rumput laut
terkena sinar matahari langsung. Kedalaman penanaman berhubungan dengan
besarnya penetrasi cahaya matahari yang sangat berperan dalam proses fotosintesis
(Serdiati & Widiastuti, 2012).
Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penanganan lebih lanjut.
Penganganan pasca panen rumput laut pada umumnya hanya sampai pengeringan.
Rumput laut kering masih merupakan bahan baku dan harus diolah kembali.
Pengolahan rumput laut kering dapat menghasilkan agar-agar, karaginan, atau algin
tergantung kandungan yang terdapat di dalam rumput laut. Penanganan pasca panen
merupakan kegiatan atau proses yang dimulai sejak setelah tanaman dipanen, yaitu
meliputi pencucian, pengeringan pembersihan kotoran atau garam (sortasi),
pengepakan, pengangkutan dan penyimpanan. Menurut Indriani & Sumiarsih (1991),
langkah-langkah proses pasca panen rumput laut adalah sebagai berikut:
1. Rumput laut dibersihkan dari kotoran, seperti pasir, batu-batuan, kemudian
dipisahkan dari jenis yang satu dengan yang lain.
2. Setelah bersih, rumput dijemur sampai kering. Jika cuaca cukup baik, penjemuran
hanya membutuhkan 3 hari. Agar hasilnya berkualitas tinggi, rumput laut dijemur
di atas para-para dan tidak boleh ditumpuk. Rumput laut yang telah kering
ditandai dengan keluarnya garam.
3. Pencucian dilakukan setelah rumput laut kering. Sebagai bahan baku agar-agar,
rumput laut kering dicuci dengan air tawar, sedangkan untuk diambil
karaginannya dicuci dengan air laut. Setelah bersih, rumput laut dikeringkan lagi
kira-kira satu hari. Kadar air yang diharapkan setelah pengeringan sekitar 28%.
Apabila dalam proses pengeringan turun hujan, maka rumput laut dapat disimpan
pada rak-rak. Rumput laut yang diambil karaginannya tidak boleh terkena air
tawar karena air tawar dapat melarutkan karaginan.
4. Rumput laut yang telah kering setelah pengeringan kedua, kemudian diayak untuk
menghilangkan kotoran yang masih tertinggal.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan yaitu:


1. Tahapan proses pascapanen rumput laut terdiri dari pencucian, pengeringan atau
penjemuran, pembersihan kotoran/garam (sortasi), dan penyimpanan.
2. Langkah-langkah proses pejemuran dengan dicuci air tawar terdiri dari pencucian
rumput laut, dijemur hingga berwarna putih, lalu penjemuran, dan peyimpanan.
B. Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu supaya proses pengeringan rumput laut dapat
dilakukan lebih lama lagi supaya hasilnya optimal
DAFTAR REFERENSI

Alamsjah, M. A. 2012. Pengaruh Lama Penyinaran Terhadap Pertumbuhan dan


Klorofil a Gracilaria verrucosa pada Sistem Budidaya Indoor. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, 1(1),pp. 21-30.
Anggadiredja, J ., Zatnika, A., Purwoto, H & Istini. 2006. Rumput Laut. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Indriani, H & Sumiarsih, E. 1991. Budidaya, Pengelolaan, dan Pemasaran Rumput
Laut. Jakarta: Penebar Swadaya.
Insan, A. I. & Widyartini, D. S. 2001. Makroalga: Bahan ajar Algologi. Purwokerto:
Fakultas Biologi Unsoed.
Kaladharan, P & Kaliaperumal, N. 1999. Seaweed Industry in India. The Central
Marine Fisheries Research Institute: India.
Norra, I., Aminah, I., Suri, R & Zaidi A. 2017. Effecr of Drying Temperature on the
Content of Fucoxanthin, Phenolic and Antioxidant Activity of Malaysian Brown
Seaweed, Sargassum sp. Journal Trop. Agr and Fd. Sc, 45(1), pp. 25-36.
Purwantom R. O., Argo, B. D & Hermanto, M. B. 2013. Pengaruh Komposisi Sirup
Glukosa dan Variasi Suhu Pengeringan Terhadap Sifat Fisiko – Kimia dan
Inderawi Dodol Rumput Laut (Eucheuma spinosium). Jurnal Bioproses
Komoditas Tropis, 1(1), pp. 1-12.
Salmi, A. N., Shamsul, M., Ibrahim, C. O & Hasmah. 2012. Proximate Compositions
of Red Seaweed, Gracilaria manilaensis. International Annual Symposium
Sustainability Science and Management Terengganu: Malaysia.
Serdiati, N., & Widiastuti, I. M. 2012. Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Laut
Eucheuma Cottonii Pada Kedalaman Penanaman Yang Berbeda. Media Litbang
Sulteng, 3(1),pp. 22-30.
Sugiyatno, S., Izzati, M & Prihastanti, E. 2013. Manajemen Budidaya dan Pengolahan
Pasca Panen Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Jurnal Anatomi
FisiologI, 21(2): 42-50.
Sulistyowaty, D. 2009. Efek Diet Rumput Laut Eucheuma sp. Terhadap Kadar
Glukosa Darah Tikus Wistar yang Disuntik Aloksan. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro: Semarang.

You might also like