Professional Documents
Culture Documents
1. Tujuan
a. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu membuat benda uji campuran beraspal dengan benar.
2. Terminologi
a. Stabilitas
Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi
kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
b. Flow / Kelelehan
Perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi akibat beban sampai
batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”.
c. VIM (Voids in Mixture/Rongga didalam Campuran)Volume rongga yang berisi
udara di dalam campuran aspal, dinyatakan dalam % volume.
d. VMA (Voids in Mineral Aggregate/Rongga didalam Agregat)
Volume rongga yang terdapat diantara butir-butir agregat dari suatu campuran
aspal yang telah dipadatkan, termasuk didalamnya adalah rongga udara dan rongga
yang terisi aspal efektif, dinyatakan dalam % volume.
KELOMPOK IX
3. Teori Dasar
3.1 Umum
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang paling
umum adalah campuran Aspal Beton (Asphaltic Concrete/AC) yang lebih dikenal
dengan AC atau LASTON dan campuran Hot Rolled Asphalt (HRA). Perbedaan
mendasar dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi agregat
pembentuknya. Campuran tipe AC menggunakan agregat bergradasi menerus
(continuous graded) sedangkan campuran tipe HRA menggunakan agregat
bergradasi senjang (gap graded).
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran aspal dan agregat
diantaranya :
a. Stabilitas
Campuran harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang
disebabkan oleh beban lalu lintas. Stabilitas suatu campuran dapat diperoleh
dari adanya sifat interlocking agregat dalam campuran ataupun dengan
menggunakan aspal berpenetrasi rendah.
b. Fleksibilitas
Campuran harus dapat menahan defleksi dan momen tanpa timbul retak
pada campuran tersebut yang diakibatkan oleh perubahan jangka panjang
pada daya dukung tanah atau lapis pondasi, lendutan yang berulang akibat
beban lalu lintas, perubahan volume campuran akibat perubahan suhu.
Fleksibilitas suatu campuran dapat diperoleh dengan cara meninggikan kadar
aspal dalam campuran, menggunakan aspal berpenetrasi tinggi, dan juga
dengan menggunakan agregat bergradasi terbuka (open graded).
KELOMPOK IX
KELOMPOK IX
c) Gyratory Compaction
Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk suatu kadar aspal tertentu adalah
tiga buah, agar hasil pengujian terjamin secara statistik. Umumnya kadar aspal
divariasikan dengan kenaikan 0,5% atau 1%. Banyaknya kadar aspal yang
divariasikan tergantung dari jenis campurannya, umumnya pada setiap pengujian
cukup dibuat lima kadar aspal.
Keterangan :
Vma : Volume rongga didalam agregat (VMA)
Modul perencanaan campuran aspal dan agregat ini akan terkait dengan
modul perhitungan berat jenis dan penyerapan untuk agregat serta modul
perhitungan berat jenis aspal.
4. Prosedur Praktikum
Secara umum, prosedur perencanaan dan pengujian campuran aspal dan agregat
dengan menggunakan Metoda Marshall dapat dilihat pada bagan alir berikut ini.
Mulai
Pengambilan Material
Aspal Agregat
Tidak Memenuhi
Spesifikasi
Ya
Spesifikasi Tidak
Gradasi
YA
Penentuan Perkiraan Kadar
Aspal Optimum(PKAO)
Pembuatan benda
uji PRD
Penentuan KAO
Selesai
Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi dan
berat jenis untuk dapat menghitung kandungan rongga didalam campuran. Setelah
semua perhitungan selesai dilakukan, dapat ditentukan kadar aspal optimum
berdasarkan kriteria perencanaan yang diambil.
4.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari :
1. Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi
7,62 cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan :
a. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk
silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
b. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
berukuran 20,32 20,32 45,72 cm dilapisi dengan pelat
baja berukuran 30,48 30,48 2,54 cm dan dijangkarkan pada
lantai beton di keempat bagian sudutnya.
c. Pemegang cetakan benda uji
3. Alat pengluar benda uji.
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan
benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.
4. Alat Marshall lengkap dengan :
a. Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung.
b. Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.
c. Arloji pengukur pelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta
perlengkapannya
Sumber : SNI-06-2489-1991
a. Merendam benda uji dalam bak perendam selama 30-40 menit dengan
suhu tetap 60oC (1oC) untuk benda uji yang menggunakan aspal padat,
untuk benda uji yang menggunakan aspal cair masukkan benda uji ke
dalam oven selama minimum 2 jam dengan suhu tetap 250 C (10C).
100
90
80
70
% Lolos
60
50
40
30
20
10
0
0,01 0,10 1,00 10,00 100,00
Ukuran Butir (mm)
Batas Atas Mix Gradation Batas Bawah
Berat jenuh ( d )
Sampel 1A = 1250,6 gram
Sampel 1B = 1252,9 gram
Isi ( f )
Sampel 1A =d-e
= 1250,6 gram – 703,1 gram
= 547,5 gram
Sampel 1B =d-e
= 1252,9 gram – 705,4 gram
= 547,5 gram
i = (b x g) / B.j. aspal
Sampel 1A = (4,0% x 2,26) / 1,04
= 8,68 %
Sampel 1B = (4,0% x 2,26) / 1,04
= 8,70 %
Rata-rata = (8,68% + 8,70%)/2
= 8,69 %
Tabel 5. Karakteristik Marshall dan Volumetrik campuran AC-WC pada beberapa versi kadar aspal
Kadar
(%) 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 Spesifikasi*
aspal
Kepadatan (gr/cm3) 2,26 2,25 2,34 2,32 2,35 2,37
VIM (%) 10,41 10,00 5,73 6,19 3,94 2,61 3-5%
VMA (%) 19,10 19,75 16,99 18,43 17,52 17,41 Min. 15
VFB (%) 45,51 49,59 66,41 66,43 77,49 85,05 Min. 65
Stabilitas (kg) 1473,21 1673,94 1577,49 1627,43 1846,28 1846,28 Min. 800
Flow (mm) 3,88 4,17 3,73 3,90 4,34 4,34 Min. 3
MQ (kg/mm) 380,86 402,31 327,05 258,70 254,80 258,70 Min. 250
7
6
5
4
3
2
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
VMA (%)
18.00
17.00
16.00
15.00
14.00
13.00
12.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
71
68
65
62
59
56
53
50
47
44
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)
1500.00
1400.00 y = 18.395x2 - 54.157x + 1438
1300.00 R² = 0.7674
1200.00
1100.00
1000.00
900.00
800.00
700.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)
Flow (mm)
y = 0.1496x2 - 1.3995x + 7.1697
3.50 R² = 0.5353
3.25
3.00
2.75
2.50
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal vs MQ
450
400
350 R² = 0.8359
300
250
200
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
−20,526±√(20,526)2 −4(0,4085)(−30,493)
X=
2(−0,4085)
−5,8793±√(−5,8793)2 −4(0,2491)(30,184)
X=
2(0,2491)
X1 = 5,7 X2 = 6,3
5,7% + 6,3%
KAO = = 6,0 %
2
Gambar 12. Bar Chart Penentuan rentang Kadar Aspal Campuran AC-WC
74
2,30 71
68
VFB (%)
y = -0,0228x2 + 0,2398x + 1,6a901
65
R² = 0,87373
2,20 62
59
56 y = 48,395ln(x) - 12,498
2,10 53 R² = 0,93473
50
47
2,00 44
3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
Kadar aspal (%) Kadar Aspal (%)
4,50 17,00
4,00 16,00
2
3,50 y = 0,1976x - 1,2903x + 5,9113
R² = 0,92003 15,00
3,00
2,50 14,00
2,00 13,00
3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
1400,00
250
1300,00
Stabilitas (kg)
1200,00
200 y = 4,1001x2 - 57,459x + 452,88
1100,00
R² = 0,95672 y = -184,65x2 + 1914,2x - 3643,4
1000,00 R² = 0,84306
150 900,00
800,00
100 700,00
3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
6
5
4
3
2
1
3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
65 R² = 0,88576
7
VIM (%)
62
59 6
56 y = 48,395ln(x) - 12,498 5
53 R² = 0,93473 4
50
47 3
44 2
3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
1
Kadar Aspal (%) 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
kepadatan
VFB
Flow
VMA
MQ
Stabilitas
VIM
4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8
5,7 + 7,5
KAO = = 6,6
2
KELOMPOK IX
Diskusi
Ada bermacam-macam metode untuk menentukan kadar aspal optimum. Diantara
metode-metode itu adalah metode dari Asphalt Institute British Standard dan Bina Marga. Pada
praktikum ini, metode yang digunakan adalah metode yang disarankan oleh Asphalt Institute.
Kecenderungan dari grafik yang digambarkan untuk menentukan kadar aspal optimum
tersebut adalah :
Nilai stabilitas naik dengan bertambahnya kadar aspal dan akan mencapai puncaknya pada suatu
kadar tertentu. Setelah itu, pertambahannya kadar aspal dan akan menurunkan nilai
stabilitasnya.
Nilai flow akan naik seiring dengan bertambahnya kadar aspal.
Rongga yang terisi aspal (VFB) akan naik seiring dengan bertambahnya kadar aspal.
Kandungan rongga dalam campuran (VIM) akan menurun dengan bertambahnya kadar aspal.
Kandungan rongga dalam agregat (VMA) akan turun ke suatu nilai minimum, kemudian akan naik
lagi sesuai dengan pertambahan kadar aspal, karena VMA terisi oleh aspal.
Perbandingan antara stabilitas dengan flow (MQ) akan cenderung menurun dengan
bertambahnya kadar aspal, ini karena nilai flow bertambah besar juka kadar aspal dinaikkan.
Kurva untuk kepadatan campuran naik hingga mencapai suatu nilai maksimum, kemudian turun
kembali seiring dengan bertambahnya kadar aspal
Bar Chart untuk penentuan kadar aspal optimum (KAO) menunjukkan bahwa kadar aspal yang
memenuhi spesifikasi keseluruhan di mulai dari kadar aspal 5,7 % hingga 6,3 %. Dengan nilai rata-
ratanya, diperoleh KAO 6 %.
Grafik untuk menentukan VMA optimum campuran , kadar aspal tidak kering dan tidak
terlalu basah, sehingga baik untuk di gunakan.
Nilai VIM berkaitan dengan kemampuan campuran tersebut menerima beban lalu lintas. Jika
nilai VIM terlalu kecil atau terlalu besar, akan mengakibatkan kerusakan struktural pada
perkerasan.
Nilai VMA yang diinginkan dalam suatu campuran aspal dan agregat adalah seminim mungkin.
Tujuannya adalah untuk memberikan ruang yang cukup untuk aspal agar dapat melekat pada
agregat. Tetapi tidak boleh terjadi bleeding ketika temperatur naik. Dengan naiknya kadar aspal,
campuran aspal dan agregat akan menjadi lebih mudah dikerjakan dan dipadatkan, yang berarti
campuran aspal dapat dimampatkan lebih banyak, sehingga volumenya bisa lebih kecil. Karena
KELOMPOK IX
itu, sampai pada suatu titik tertentu, berat jenis padat (Bulk Density) dari campuran meningkat dan
VMA menurun. Setelah titik tertentu itu tercapai, VMA mulai meningkat, karena bahan padat
dalam campuran (agregat) diganti oleh bahan yang kurang padat (pasir).
Fungsi utama dari VFB adalah untuk memberikan batas maksimum dari suatu range VMA, dan
karenanya akan membatasi kadar aspal. VFB juga akan memberikan batas minimum dari
kandungan rongga. Campuran yang direncanakan untuk lalu lintas rendah, tidak akan lolos dari
kriteria VFB jika kandungan rongga cukup tinggi, walaupun kandungan rongga tersebut
memenuhi kriteria perencanaan. Tujuannya adalah untuk menghindari campuran berdurabilitas
rendah, walaupun kandungan rongga tersebut masih memenuhi kriteria perencanaan. Karena
kandungan rongga yang rendah akan mempengaruhi kondisi perkerasan, dalam hal ini akan
menimbulkan deformasi permanen pada perkerasan.
Tingkat pemadatan campuran akan mempengaruhi VMA dan VIM. VMA dan VIM akan menurun
seiring dengan bertambahnya tingkat pemadatan. Nilai VMA minimum juga akan tercapai pada kadar
aspal yang berbeda.
Setelah kadar aspal optimum dari suatu campuran aspal dan agregat dilakukan, langkah
perencanaan tidak berhenti. Biasanya dilakukan pengujian-pengujian berikut ini:
Pengujian durabilitas campuran menggunakan Marshall Immersion Test atau Whell
Tracking Test.
Pengujian permeabilitas campuran.
KELOMPOK IX
19.00
Keterangan :
18.00
= Rentang Kadar Aspal
17.00
= VMA Optimum
16.00
15.00
14.00
13.00
12.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 5,7 6.0 6,3 6.5 6,8 7.0 7.5
Dari Bar Chat diperoleh kadar aspal optimum (KAO) menunjukkan bahwa kadar aspal yang
memenuhi spesifikasi keseluruhan dimulai dari kadar aspal 5,7% hingga 6,3 %. Dengan mencari
nilai rata-ratanya, diperoleh KAO 6,0 %.
Dari persamaan kurva VMA diperoleh nilai VMA optimum sebesar 6,8%. Penggunaan kadar
aspal optimum harus mendekati nilai VMA optimum. Jika kadar aspal optimum yang digunakan
kurang dari nilai VMA optimum akan mengakibatkan aspal menjadi kering sehingga jalan mudah
mengalami retak. Sebaliknya jika kadar aspal optimum yang digunakan lebih dari nilai VMA optimum
akan mengakibatkan aspal menjadi basah sehingga jalan mudah mengalami bleeding dan
deformasi.
Penggunaan kadar aspal optimum (KAO) 6,0% mengakibatkan aspal menjadi agak kering, oleh
karena itu disarankan untuk menggunakan kadar aspal optimum sebesar 6,3% karena lebih
mendekati dengan nilai VMA optimum.
KELOMPOK IX
7.2 Saran
Dalam menentukan persentase proporsi tiap fraksi agregat, sebaiknya dilakukan
dengan cermat dan teliti agar bisa menghasilkan kombinasi yang seimbang. Sehingga
dapat diperolehgradasi gabungan yang baikuntuk pembuatan briket campuran aspal
dengan agregat, dan sesuai dengan spesifikasi yang ada.
KELOMPOK IX