You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kanker merupakan suatu proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di

ubah oleh mutasi genetik dari deoxyribo nucleic acid (DNA) seluler. Sel abnormal

mulai berproliperasi secara abnormal.Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel

mendpatkan ciri-ciri infasif dan terjadi perbahan pada sel-sel di sekitarnya. Sel-sel

tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh

darah serta melalui pembuluh darah tersebut sel dapat terbawah ke area lain dalam

tubuh untuk membentuk metatase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain

(Smelzer, Bare Hunkle & Cheever, 2008).

Salah satu gejala yang dialami oleh sebagian besar penderita kanker adalah

nyeri yang dapat bersifat ringan, sedang, maupun berat. Hal ini juga menjadi gejala

yang ditakuti oleh pasien karena menjadi faktor utama dalam mengalami penurunan

kualitas hidupnya. Sebagian besar pasien kanker akan mengalami gangguan perasaan

nyeri dalam perjalanan hidupnya (Hakam, 2009).

Nyeri kanker sering dalam prakter sehari-hari dan bersifat subyektif. Pada

pasien yang pertama kali datang berobat, sekitar 30% pasien kanker disertai dengan

keluhan nyeri dan hampir 70% pasien kanker stadium lanjut yang menjalani

pengobatan disertai dengan keluhan nyeri yang terbagi dalam berbagai tingkatan.

Nyeri kanker adalah nyeri kronik yang membutuhkan penatalaksanaan yang berbeda

dengan nyeri kronik lainnya, membutuhkan penilaian dengan tingkatan akurasi yang

tepat, evaluasi secara komprehensif dan waktu yang ketat terutama untuk nyeri berat

serta pengobatan yang berlangsung lama (Aru, 2007).


Nyeri dapat diatasi dengan penatalaksanaan nyeri yang bertujuan untuk

meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dirasakan

oleh pasien. Ada dua cara penatalaksanaan nyeri yaitu terapi farmakologis dan non-

farmakologis. Terapi non-farmakologis yang dapat dilakukan untuk memanajemen

nyeri salah satunya adalah dengan teknik relaksasi Benson.

Teknik relaksasi Benson merupakan relaksasi dengan menggunakan teknik

pernapasan yang biasa digunakan pada pasien yang mengalami nyeri atau mengalami

kecemasan. Pada relaksasi Benson, ada penambahan unsur keyakinan dalam bentuk

kata-kata yang merupakan rasa cemas yang sedang dialami oleh pasien (Solehati &

Kosasih, 2015). Jika seorang individu mulai merasakan cemas akibat nyeri yang

dirasakan, maka akan merangsang saraf simpatis sehingga akan memperburuk gejala-

gejala kecemasan. Kemudian, daur kecemasan dan nyeri dimulai lagi dengan dampak

negatif yang semakin besar terhadap pikiran dan tubuh (Benson, 2000 dalam Solehati

& Kosasih, 2015).

Berdasarkan fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

penderita kanker mengalami nyeri dengan berbagai tingkatan. Nyeri yang dirasakan

oleh penderita kanker dapat bertambah buruk jika pasien tersebut juga merasakan

kecemasan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diberikan tindakan penunjang berupa

terapi non farmakologis yang dapat memanajemen nyeri seperti teknik relaksasi

Benson.

B. Rumusan Masalah

Nyeri yang dirasakan oleh pasien kanker dapat diatasi dengan penatalaksanaan

nyeri yang bertujuan untuk meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai tingkat

kenyamanan yang dirasakan oleh pasien. Salah satu teknik non-farmakologis yang

dapat dilakukan untuk memanajemen nyeri adalah dengan teknik relaksasi Benson.
Teknik relaksasi Benson merupakan relaksasi dengan menggunakan teknik

pernapasan yang biasa digunakan pada pasien yang mengalami nyeri atau mengalami

kecemasan. Pada relaksasi Benson, ada penambahan unsur keyakinan dalam bentuk

kata-kata yang merupakan rasa cemas yang sedang dialami oleh pasien. Adapun

rumusan masalahnya belum diketahuinya pengaruh relaksasi Benson terhadap nyerii

pada pasien di ruang rambang 2.2 rawat inap onkologi kebidanan RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang.

C. Tujuan

Mengidentifikasi pengaruh relaksasi Benson terhadap nyeri pada pasien di

ruang rambang 2.2 rawat inap onkologi kebidanan RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KANKER
1. Pengertian Penyakit Kanker
Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh tidak normal (tumbuh sangat cepat dan tidak terkendali), menginfiltrasi/
merembes, dan menekan jaringan tubuh sehingga mempengaruhi organ tubuh (Akmal,
dkk., 2010: 187). Penyakit kanker menurut Sunaryati merupakan penyakit yang
ditandai pembelahan sel tidak terkendali dan kemampuan sel- sel tersebut menyerang
jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis)
(Sunaryati, 2011: 12).
Penyakit kanker adalah suatu kondisi sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan
tidak terkendali (Diananda, 2009: 3). Penyakit kanker adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, berkembang
cepat dan terus membelah diri, hingga menjadi penyakit berat (Maharani, 2009: 12).

2. Pertumbuhan Penyakit Kanker


Pertumbuhan sel kanker tidak terkendali disebabkan kerusakan deoxyribose
nucleic acid (DNA), sehingga menyebabkan mutasi gen vital yang mengontrol
pembelahan sel. Beberapa mutasi dapat mengubah sel normal menjadi sel kanker.
Mutasi-mutasi tersebut diakibatkan agen kimia maupun fisik yang edisebut karsinogen.
Mutasi dapat terjadi secara spontan maupun diwariskan (Sunaryati, 2011: 12).
Sel-sel kanker membentuk suatu masa dari jaringan ganas yang kemudian
menyusup ke jaringan di dekatnya dan menyebar ke seluruh tubuh. Sel-sel kanker
sebenarnya dibentuk dari sel normal melalui proses transformasi terdiri dari dua tahap
yaitu tahap iniasi dan promosi. Tahap inisiasi, pada tahap ini perubahan bahan genetis
sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan sel genetis disebabkan unsur pemicu
kanker yang terkandung dalam bahan kimia, virus, radiasi, atau sinar matahari
(Sunaryati, 2011: 13).
Pada tahap promosi, sel menjadi ganas disebabkan gabungan antara sel yang peka
dengan karsinogen. Kondisi ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh berusaha
merusak sebelum sel berlipat ganda dan berkembang menjadi kanker. Sistem kekebalan
tubuh yang tidak berfungsi normalmenjadikan tubuh rentan terhadap kannker
(Sunaryati, 2014).

3. Jenis-jenis Penyakit Kanker


Jenis-jenis kanker yaitu; karsioma, limfoma, sarkoma, glioma, karsinoma in situ.
Karsinoma merupakan jenis kanker berasal dari sel yang melapisi permukaan tubuh
atau permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan seperti sel kulit, testis, ovarium,
kelenjar mucus, sel melanin, payudara, leher rahim, kolon, rektum, lambung, pankreas
(Akmal, dkk., 2010: 188).
Limfoma termasuk jenis kanker berasal dari jaringan yang membentuk darah,
misalnya sumsum tulang, lueukimia, limfoma merupakan jenis kanker yang tidak
membentuk masa tumor, tetapi memenuhi pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel
darah normal (Akmal, dkk., 2010:80).
Sarkoma adalah jenis kanker akibat kerusakan jaringan penujang di permukaan
tubuh seperti jaringan ikat, sel-sel otot dan tulang. Glioma adalah kanker susunan saraf,
misalnya sel-sel glia (jaringan panjang) di susunan saraf pusat. Karsinoma in situ
adalah istilah untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah
tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif (kelainan/ luka yang belum menyebar)
(Akmal, dkk., 2010: 81).

4. Gejala-gejala Penyakit Kanker


Gejala kanker timbul dari organ tubuh yang diserang sesuai dengan jenis kanker,
gejala kanker pada tahap awal berupa kelelahan secara terus menerus, demam akibat sel
kanker mempengaruhi sistem pertahanan tubuh sebagai respon dari kerja sistem imun
tubuh tidak sesuai (Akmal, dkk., 2010: 188).
Gejala kanker tahap lanjut berbeda-beda. Perbedaan gejala tergantung lokasi dan
keganasan sel kanker. Menurut Sunaryati gejala kanker yaitu penurunan berat badan
tidak sengaja dan terlihat signifikan, pertumbuhan rambut tidak normal, nyeri akibat
kanker sudah menyebar (Sunaryati, 2011: 14).

5. Faktor Penyebab Penyakit Kanker


Penyebab kanker berupa gabungan dari sekumpulan faktor genetik dan
lingkungan (Akmal, dkk., 2010: 80). Harmanto dalam Sunaryati (2011: 16)
menyebutkan bahwa, faktor penyebab tumbuhnya kanker bersifat internal dan
eksternal. Faktor internal diantaranya yaitu faktor keturunan, baik dari pihak orang tua
secara langsung maupun nenek moyang, daya tahan tubuh yang buruk.
Faktor eksternal seperti pola hidup tidak sehat di antaranya mengonsumsi
makanan dengan bahan karsinogen, makanan berlemak, minuman beralkohol,
kebiasaan merokok, diet salah dalam waktu lama; sinar ultraviolet dan radioaktif;
infeksi menahun/ perangsangan/ iritasi; pencemaran lingkungan atau polusi udara;
obat yang mempengaruhi hormon; berganti-ganti pasangan (Sunaryati 2011: 16).

6. Terapi Penyakit Kanker


Terapi kanker dapat dilakukan dengan terapi medis dan non medis. Terapi medis
dilakukan dengan pembedahan, radiasi/ radioterapi, kemoterapi, imunoterapi, terapi
gen (Sunaryati, 2011: 23). Terapi non medis dilakukan melalui terapi alternatif dan
keagamaan. Terapi keagamaan adalah penyembuhan yang dilakukan dengan
pendekatan keagamaan, mencakup terapi mental doa.
Terapi keagamaan dilakukan dengan cara terapis/ membantu pasien menyadari
adanya stres, mengelola stres, terapis memberikan dukungan moral pada pasien
kanker, tetap aktif dan bergembira, berempati, memahami beban mental yang dialami
penderita dalam pemulihan kanker, hal demikian dilakukan agar pasien lebih optimis
dalam menjalankan hidup, membuang dendam dan kebencian (Akmal, dkk., 2010:
191).
Terapi keagamaan dengan bimbingan doa, dzikir dan ibadah yang dapat
mendekatkan diri kepada Allah. Terapi keagamaaan mampu meningkatkan rasa
percaya diri dan optimis. Rasa percaya diri dan optimisme merupakan dua hal yang
sangat berpengaruh baik dalam penyembuhan suatu penyakit (Hawari, 2001: 146).

B. Teknik Relaksasi Benson terhadap Nyeri


Nyeri merupakan pengalaman sensasi dan emosi yang tidak menyenangkan, keadaan
yang memperlihatkan ketidaknyamanan secara subyektif atau individual, menyakitkan
tubuh dan kapan pun individu mengatakannya adalah nyata. Reseptor nyeri terletak pada
semua saraf bebas yang terletak pada kulit, tulang, persendian, dinding arteri, membran
yang mengelilingi otak, dan usus (Solehati & Kosasih, 2015).
Nosiseptor (reseptor nyeri) akan aktif apabila dirangsang oleh rangsangan kimia,
mekanis dan suhu, bila sel-sel tersebut mengalami kerusakan maka zat-zat tersebut akan
keluar merangsang reseptor nyeri sedangkan pada mekanik umumnya karena spasme otot
dan relaksasi otot. Spasme otot akan menyebabkan penekanan pada pembuluh darah
sehingga terjadi iskemia pada jaringan, sedangkan pada kontraksi otot terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan nutrisi dan suplai nutrisi sehingga jaringan
kekurangan nutrisi dan oksitosin yang mengakibatkan terjadinya mekanisme anaerob dan
menghasilkan zat besi sisa, yaitu asam laktat yang berlebihan kemudian asam laktat
tersebut merangsang serabut rasa nyeri. Salah satu penatalaksanaan yang dapat dilaukan
untuk meringankan atau menghilangkan rasa nyeri adalah dengan terapi Benson (Solehati,
2015).
Terapi Benson merupakan relaksasi pernafasan dengan melibatkan keyakinan yang
mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi oksigen oleh tubuh dan otot-otot tubuh
menjadi rileks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman. Apabila O2 dalam
otak tercukupi maka manusia dalam kondisi seimbang. Kondisi ini akan menimbulkan
keadaan rileks secara umum pada manusia. Perasaan rileks akan diteruskan ke
hipotalamus untuk menghasilkan conticothropin releaxing factor (CRF). CRF akan
merangsang kelenjar dibawah otak untuk meningkatkan produksi proopiod melanocorthin
(POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar dibawah
otak juga menghasilkan β endorphine sebagai neurotransmitter (Yusliana, 2015).
Endorphine muncul dengan cara memisahkan diri dari deyoxyribo nucleid acid
(DNA) yaitu substansi yang mengatur kehidupan sel dan memberikan perintah bagi sel
untuk tumbuh atau berhenti tumbuh. Pada permukaan sel terutama sel saraf terdapat area
yang menerima endorphine. Ketika endorphine terpisah dari DNA, endorphine membuat
kehidupan dalam situasi normal menjadi tidak terasa menyakitkan. Endorphine
mempengaruhi impuls nyeri dengan cara menekan pelepasan neurotransmitter di presinap
atau menghambat impuls nyeri dipostsinap sehingga rangsangan nyeri tidak dapat
mencapai kesadaran dan sensorik nyeri tidak dialami (Solehati & Kokasih, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Rasubala, G.F, Lucky, T.K, dan Mulyadi (2017). Pengaruh Tekinik Relaksasi Benson
terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Di RSUP. DR. R.D. Kandou Dan RS.
TK.III R.W. Mogisidi Teling Manado. E-Journal Keperawatan (E-Kp). Vol. 5. No. 1.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran : Universitas Sam Ratulangi
Manado.

You might also like