You are on page 1of 17

Percobaan III

ANTIPIRETIK

A. Tujuan
1. Mengenal satu cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek antipiretik
suatu obat.
2. Mampu membedakan potensi antipiretik dari beberapa golongan kimia obat-
obatan antipiretika.
3. Mampu merumuskan beberapa kriteria antipiretik untuk senyawa-senyawa yang
diduga potensial untuk maksud ini.
4. Menyadari pendekatan sebaik-baiknya untuk mengatasi panas.

B. Dasar Teori
Termoregulasi memiliki fungsi adalah untuk memelihara temperatur pusat (suhu
dalam bagian tubuh dan dalam kepala) suhu tubuh manusia normal sekitar 37 0C (36,50C –
36,90C) walaupun terjadi kerja simpangan pembentukan panas, penerimaan dan
pengeluaran panas.
Nilai sebenarnya dicatat oleh reseptor suhu dalam hipotalamus dan disampaikan
ke pusat-pusat termoregulasi (pusat panas) yang juga terletak dalam hipotalamus. Ini
selanjutnya menerima impuls-impuls dari reseptor dingin dan reseptor panas dari kulit
dan dengan demikian dalam kondisi untuk bereaksi dengan cepat terhadap beban panas
dan dingin. Pada keadaan bebas (misalnya pada kerja jasmani), banyak panas dikeluarkan
melalui peningkatan aliran darah kulit. Pada keadaan beban dingin, tidak hanya
pembebasan panas ditekan (terutama melalui vasokontriksi perifer), tapi juga produksi
panas ditingkatkan.
Yang dimaksud dengan demam ialah regulasi panas pada suatu tingkat suhu yang
lebih tinggi. Demam adalah gejala yang menyertai hampir semua infeksi tapi juga
terdapat pada penyakit-penyakit lain seperti beberapa bentuk tumor. Bahan-bahan bakteri
dalam virus dapat menyebabkan demam yang disebut dengan demam pirogen eksogen.
Pirogen eksogen tampaknya bekerja sebagai berikut, pirogen mula-mula merangsang
fagosit untuk membentuk pirogen tubuh sendiri yang kemudian melalui peningkatan
sintesis prostaglandin mengatur nilai ambang pada tingkat yang lebih tinggi , suhu tubuh
normal 370C bekerja sebagai suhu pada keadaan dingin. Ini menyebabkan vasokontriksi
pembuluh kulit, gemetar karena dingin dan rasa dingin yang subyektif. Pada penurunan
demam (kembali pada nilai ambang normal), suhu pusat sebaliknya dirasakan sebagai
terlalu tinggi. Pengeluaran keringat, vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah di kulit dan
rasa panas subyektif menandai fase penurunan demam. (Mutschler, Ernst,1991: 193-194)
Pada umunya demam adalah suatu gejala bukan merupakan penyakit tersendiri.
Menurut para ahli, demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh terhadap
infeksi. Pada suhu di atas 37oC limfosit dan makrofag menjadi lebih aktif. Bila suhu
melampaui 40-41oC, barulah terjadi situasi kritis yang bisa menjadi fatal, karena tidak
terkendalikan lagi oleh tubuh (Tjay, Tan Hoan, 2008: 313)
Banyak gejala yang menyertai demam dapat ditimbulkan dengan infus sitokinin.
Gejala kedinginan (chills) yaitu perasaan dingin yang terjadi pada sebagian besar keadaan
demam, nerupakan bagian dari respons sistem saraf pusat (SSP) dterhadap “set point”
termoregulasi yang meminta lebih banyak panas. Gejala menggigil (rigors), yaitu gejala
kedinginan yang lebih intensif dengan disertai piloereksi (“goose flesh”) dan gigi yang
gemeletuk serta gemeteran hebat,, sering ditemukan pada penyakit infeksi bakteri,
ricketsia serta protozoa dan pada keadaan infleunza (tetapi tidak dijumpai pada penyakit
virus lainnya). Rigors juga sering terdapat pada keadaan demam yang ditimbulkan oleh
obat.
Gejala perspirasi terjadi dengan aktivasi mekanisme pelepasan panas yang bisa
disebabkan oleh obat-obat antipiretik yang menghasilkan plafon “set point” yang baru
atau oleh hilangnya stimulus untuk menimbulkan panas. Pemberian obat antipiretik yang
dilakukan secra berputus-putus (intermiten) dapat menambah fluktuasi suhu sehingga
timbul gejala kedinginan (chilling), perasaan tidak enak dan kelelahan. Refleks
hipotalamus memicu perspirasi yang memungkinkan penghilangan panas dengan cepat
lewat cara evaporasi (Horison,1999:100).
Glukokortikod merupakan preparat antipiretik yang poten. Preparat ini
menghambat sintesis PGE2 dengan menghambat enzim fosfolipase A2 dan memblok baik
transkripsi mRNA untuk 1L-1 serta TNF (Horison,1999:100)
Antipiretik adalah senyawa yang dapat mengurangi suhu tubuh berdasarkam
mekanisme kerjanya di hipotalamus dengan menstel thermostat tubuh pada suhu yang
lebuh rendah melalui peningkatan pengeluaran panas karena vasodilatasi pembuluh
primer. Dengan pelebaran pembuluh darah, akan memberikan kesempatan bagi panas
untuk keluar dari tubuh sehingga dapat menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
(Horison,1999:103)
C. Alat dan Bahan
Alat :
 Jarum suntik oral (ujung tumpul)
 Thermometer rektal

Bahan :
 Penginduksi panas : vaksin DPT HB
 Zat pensuspensi (CMC Na 0,25%)
 Bahan obat : Metilprednisolon, Na Diklofenak, Ibuprofen, Asam Mefenamat,
Parasetamol
Tikus uji jantan galur Wistar

D. Skema Kerja

Tiap kelompok dibagi menjadi 5 kelompok , masing – masing


mendapat 6 ekor hewan uji. Tiga dari enam tikus disuntik
dengan vaksin DPT HB (dosis 0,1225 ml/250 g BB tikus) dan
tiga tikus sebagai blanko. Suhu rectal awal dicatat.

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV: Kelompok V

(Ibuprofen) (Na diklofenak) (Metilprednisolon) (Asam Mefenamat) (Parasetamol)

suspensi Suspensi Na Suspensi Suspensi Asam suspensi


ibuprofen dosis diklofenak dosis Metilprednisolon Mefenamat dosis Parasetamol
200mg/50 50 mg/50 kgBB dosis 8mg/50 500 mg/50kgBB dosis 500mg/50
kgBB manusia. kgBB manusia. manusia. kgBB manusia.
manusia.
Suhu tubuh ke empat ekor tikus dicatat
selang 20,40,60,90,120,150,dan 180 menit.

Tabelkan hasil – hasil pengamatan


Buat kurva suhu tikus

E. Data Pengamatan
Kelompok Kontrol
Pemberian CMC Na

Suhu suhu awal t20 t40 t60 t90 t120 t150 t180
Tikus (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)

I 36.4 37.5 37.9 37.4 37 37.5 37.1 37.1

II 36.9 38 37.5 37 37.1 37.7 37.6

III 36.3 38 38 37.2 37.7 36.9 36.8

Rata2 36.533 37.833 37.8 37.2 37.267 37.367 37.167 37.1

Kelompok Uji
Pemberian Metilprednisolon

Suhu suhu awal t20 t40 t60 t90 t120 t150 t180
Tikus (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)

I 37.2 37.7 36.5 37.1 37 36.5 37.3 36.8


II 37.9 37.5 37.8 37.5 36.7 36.4 36.9 36.7
III 37.8 37.5 36.5 36.3 37.7 37.8 36.8 36.7
Rata2 37.633 37.567 36.933 36.967 37.133 36.9 37 36.733
Kelompok Uji
Pemberian Na Diklofenak

Suhu suhu awal t20 t40 t60 t90 t120 t150 t180
Tikus (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)

I 37.5 37.6 37.8 37.7 37.7 37.4 37.4 37.3


II 37.5 37.6 37.7 37.7 37.7 37.6 37.3 37.3
III 37.5 37.8 37.7 37.7 37.7 37.6 37.4 37.2
Rata2 37.5 37.667 37.733 37.7 37.7 37.533 37.367 37.267
Kelompok Uji
Pemberian Ibuprofen

Suhu suhu awal t20 t40 t60 t90 t120 t150 t180
Tikus (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)

I 36.9 37.55 37.4 36.9 37.1 36 36.8


II 36.3 37.5 37.2 36.5 37.2 37.3 36.8
III 37.2 37.2 37.2 37.1 36.7 36.2 36.8
Rata2 36.8 37.417 37.267 36.833 37 36.5 36.8
Kelompok Uji
Pemberian Asam Mefenamat
Suhu suhu awal t20 t40 t60 t90 t120 t150 t180
Tikus (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)

I 35.8 36.6 36.5 36.2 35.9 35.4 35.6 36

II 35.5 36.2 36.3 36 36.1 35.8 35.8 36

III 35.7 35.9 36.3 36.3 36.1 36


Rata2 35.667 36.4 36.4 36.033 36.1 35.833 35.833 36
Kelompok Uji
Pemberian Parasetamol

Suhu suhu awal t20 t40 t60 t90 t120 t150 t180
Tikus (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)

I 37.1 37.5 36.7 36.7 36.2 36.2 36.2 36.1

II 37.1 37.9 37.2 36.5 36.5 36.1 36.1 36.2

III 37.1 37.6 37.3 36.3 36.4 36.3 36.2 36.2


Rata2 37.1 37.667 37.067 36.5 36.367 36.2 36.167 36.167
F. Perhitungan
1. Metilprednisolon dosis 8 mg/50 kg BB manusia
Tikus I = 152,5 gram
Tikus II = 173 gram Kontrol
Tikus III = 179,1 gram
Tikus I = 188,5 gram
Tikus II = 162 gram Uji
Tikus III = 165,5 gram

70kg
Konversi ke manusia 70 kg = 50kg x 8 mg = 11,2 mg/70 kg manusia
Konversi ke tikus 200 g = 11,2 mg x 0,018 = 0,2016 mg/200 g tikus
190,9 g
Konversi ke tikus 190,9 g (*BB Tikus Terbesar pada Praktikum)= 200 g x

0,2016mg = 0,1924 mg/190,9 g tikus

Konsentrasi stok = = = 0,0770 mg/ml

Metilprednisolon untuk volume stok 25 ml = /25 ml

Bobot rata-rata 5 tablet metilprednisolon @ 4mg = 0,10196 g = 101,96 mg


1,925mg
Serbuk metilprednisolon yang harus ditimbang = 4mg
x 101,96 mg =

49,0680mg
Rentang penimbangan = 46,6146 -51,5214 mg
Hasil penimbangan = 0,0504 g = 50,4 mg
50,4mg
Konsentrasi Metilprednisolon yang ditimbang = 49,0680mg x 1,925 mg/25ml =

1,9772 mg/25 ml
1,9772mg
Konsentrasi stok yang sebenarnya = = 0,0790 mg/ml
25ml

188,5 g
 Dosis Tikus I = x0,2016mg  0,19mg
200 g
0,19mg
Vp = 0,079mg / ml  2,41ml  2,40ml
162 g
 Dosis Tikus II = 200 g x0,2016 g  0,163g Kelompok Uji
0,163g
Vp =  2,06ml  2,10ml
0,079 g / ml
165,5 g
 Dosis Tikus III = 200 g x0,2016mg  0,167mg

0,167mg
Vp = 0,079mg / ml  2,11ml  2,10ml
Dosis Vaksin DPT HB ( 0,1225ml / 250 g BB Tikus)
188,5 g
 Volume Pemberian Tikus I = 250 g x0,1225ml  0,09ml

162 g
 Volume Pemberian Tikus II = 250 g x0,1225ml  0,08ml Uji

165,5 g
 Volume Pemberian Tikus III = 250 g x0,1225ml  0,08ml

152,5 g
 Volume Pemberian Tikus I = 250 g x0,1225ml  0,07 ml

173g
 Volume Pemberian Tikus II = 250 g x0,1225ml  0,08ml Kontrol

179,1g
 Volume Pemberian Tikus III = 250 g x0,1225ml  0,08ml

2. Na Diklofenak dosis 50 mg/50 kg BB manusia


70kg
Konversi ke manusia 70 kg = 50kg x 50 mg = 70 mg/70 kg manusia
Konversi ke tikus 200 g = 70 mg x 0,018 = 1,26 mg/200 g tikus
199 g
Konversi ke tikus 199 g (*BB Tikus Terbesar pada Praktikum)= 200 g x 0,2016 mg

= 1,2537 mg/199 g tikus


1,2537 mg
Konsentrasi stok = 1 x5ml = 0,5048 mg/ml
2
25ml
Na Diklofenak untuk volume stok 25 ml = x0,5048mg  12,537mg/25 ml
ml

Bobot rata-rata 5 tablet Na Diklofenak @ 50 mg = 0,25374 g = 253,74 mg


12,537 mg
Serbuk Na Diklofenak yang harus ditimbang = 50mg
x 253,74 mg =

63,6228mg
Rentang penimbangan = 60,4417-66,8039 mg
Hasil penimbangan = 0,0616 g = 61,6 mg
61,6mg
Na Diklofenak yang sebenarnya ditimbang = 63,6228mg x 12,537 mg/25ml =

12,1384 mg/25 ml
12,1384mg
Konsentrasi stok yang sebenarnya = = 0,4855 mg/ml
25ml
3. Ibuprofen dosis 200mg/ 50 kg BB manusia

Dosis untuk manusia 50 kg =

Dosis untuk manusia 70 kg =

Dosis untuk tikus 200 g =

Dosis untuk tikus I =

Dosis untuk tikus II =

Dosis untuk tikus III =

 Perhitungan larutan stok suspensi ibuprofen


Bobot zat = Bobot (kertas + zat) – bobot (kertas + sisa)
= 0,5980 g – 0,5417 g
= 0,0563 g
= 56,3 mg

Konsentrasi stok =

 Perhitungan volume pemberian suspensi ibuprofen

Vp untuk tikus I = = 1,60 ml

Vp untuk tikus II = = 1,70 ml

Vp untuk tikus III = = 1,70 ml

 Perhitungan volume pemberian vaksin DPT HB


Bobot manusia : 2 bulan = 5,2 kg
3 bulan = 5,9 kg
4 bulan = 6,4 kg Vp = 0,5 ml
Vp untuk manusia 70 kg =

Vp untuk tikus 200 g =

Vp untuk tikus I =

Vp untuk tikus II =

Vp untuk tikus III =

4. Asam Mefenamat dosis 500 mg/50 kg BB manusia


70kg
Konversi ke manusia 70 kg = 50kg x 50 mg = 700 mg/70 kg manusia
Konversi ke tikus 200 g = 700 mg x 0,018 = 12,6 mg/200 g tikus
194,1g
Konversi ke tikus 194,1 g (*BB Tikus Terbesar pada Praktikum)= 200 g x 12,6mg

= 12,2283 mg/194,1 g tikus

Konsentrasi stok = =

Asam Mefenamat untuk volume stok 25 ml =


Bobot rata-rata 5 tablet metilprednisolon @ 500 mg = 0,6991 g = 699,1 mg
244,5mg
Serbuk Asam Mefenamat yang harus ditimbang = 500mg x0,6991g  0,3418g

Rentang penimbangan = 0,3241-0,3589 g


Hasil penimbangan = 0,3493 g = 349,3 mg
349,3mg
Konsentrasi Asam Mefenamat = 699,1mg x500mg  249,82mg / 50ml
249,82mg
Konsentrasi stok yang sebenarnya =  4,99mg / ml
50ml
5. Parasetamol dosis 500mg/50 kg BB manusia
70kg
Konversi ke manusia 70 kg = 50kg x 50 mg = 700 mg/70 kg manusia
Konversi ke tikus 200 g = 700 mg x 0,018 = 12,6 mg/200 g tikus

Konsentrasi stok = =

Parasetamol untuk volume stok 25 ml =

G. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pengujian daya analgetik dari lima obat. Obat-obat
tersebut adalah metilprednisolon, na diklofenak, ibuprofen, parasetamol dan asam
mefenamat. Adapun hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan galur Wistar. Alasan
penggunaan tikus adalah karena tikus memiliki anatomi dan fisiologi yang hampir sama
dengan tubuh manusia sehingga pengujian pada tikus dapat menggambarkan profil
farmakokinetika obat pada tubuh manusia yang secara lengkap menggambarkan absorbsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi dari obat.
Adapun bahan yang digunakan sebagai induksi terjadinya demam adalah vaksin
DPT HB. Vaksin ini merupakan bakteri lemah yang dapat merangsang kekebalan tubuh
dimana respon yang ditimbulkan saat masuknya bakteri lemah ini adalah terjadinya
peningkatan suhu tubuh. Demam tersebut diperoleh akibat bakteri atau mikroorganisme
yang terdapat di dalam vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh mencit yang kemudian
menimbulkan respon pada tubuh mencit tersebut. Selain itu, demam yang terjadi
diakibatkan dari salah satu substansi dari vaksin DPT yaitu bakteri Bordetella pertussis.
Sebelum masing-masing kelompok diberikan perlakuan, mencit akan diukur terlebih
dahulu suhu tubuhnya, pengukuran suhu tubuh seharusnya dilakukan di bagian rektal
karena suhu rektal lebih tinggi satu derajat dari suhu urin maupun oral.
Demam sendiri bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala adanya infeksi
yang terjadi di dalam tubuh. Pada saat pemberian vaksin, bakteri lemah tersebut akan
menginfeksi kemudian sebagai respon dikeluarkan limfosit (sel darah putih) dari tubuh
yang bekerja dengan memfagositosis bakteri tersebut sehingga efek yang ditimbulkan
adalah adanya peningkatan suhu tubuh. Tikus yang telah diinduksi demam tersebut akan
mengalami peningkatan suhu tubuh yang kemudian diberikan kelima obat yang diujikan,
yakni
 Na Diklofenak ( dosis 50 mg/ 50 kg BB manusia)
 Asam Mefenamat (dosis 500 mg/ 50kg BB manusia)
 Metil Prednisolon ( dosis 8 mg/ 50kg BB manusia)
 Ibuprofen (dosis 200 mg/ 50 kg BB manusia)
 Paracetamol ( dosis 500 mg/ 50 kg BB manusia)
 Kontrol negatif CMC Na 0,25%
Pemberian antipiretik diisesuaikan dengaan berat badan tikus yang sebelumnya
harus dikonversi untuk dosis tikus sesuai tabel Laurence. Volume pemberiannya pun
harus disesuaikan dengan dosis tikus yang telah dihitung.

Mekanisme kerja antipiretik adalah dengan mengatur suhu tubuh di pusat


hipotalamus yang merupakan thermostat sebagai pengatur suhu tubuh. Hal ini dapat
dilihat dengan terjadinya pengeluaran panas yang berlebihan melalui vasodilatasi
pembuluh darah, dimana pembuluh darah yang melebar akan memberikan kesempatan
bagi panas untuk keluar dari tubuh, atau dengan meningkatkan produksi kelenjar keringat
sehingga panas dikeluarkan dalam bentuk air (keringat).
Obat-obat yang diujikan memiliki mekanisme kerja yang hampir sama, hanya
saja, adanya perbedaan struktur kimia dan afinitas terhadap reseptor dapat menmberikan
pengaruh terhadap daya antipiretik suatu obat.
 Parasetamol
Parasetamol merupakan antipiretik yang sangat terkenal karena daya antipiretiknya
yang kuat. Segala usia dapat mengkonsumsi obat ini dimana parasetamol bekerja
cepat pada hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh melalui vasodilatasi
pembuluh kapiler dan peningkatan produksi keringat. Obat ini tersedia dalam
berbagai sediaan farmasi diantaranya tablet, sirup, tablet kunyah, dan sebagainya
sehingga banyak orang yang memilih parasetamol sebagai antipiretik untuk
mengatasi demam.
 Na Diklofenak
Na Diklofenak kurang begitu familiar digunakan sebagai antipiretik, meskipun obat
ini juga dapat menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Na Diklofenak utamanya
bekerja sebagai antiinflamasi dimana manifestasi inflamasi salah satunya adalah
demam sehingga obat ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan demam.
 Metilprednisolon
Sama seperti Na Diklofenak, metilprednisolon umumnya digunakan sebagai
antiinflamasi dengan efek terapi yang luas. Metil prednisolon dapat mengatasi
segala macam gejala inflamasi, termasuk demam yang sering timbul saat terjadi
radang atau pembengkakan.
 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan analgetis sekaligus antipiretik dimana bekerja dengan
merangsang terjadinya pelebaran pembuluh kapiler. Ibuprofen efektif digunakan
sebagai antipiretik dengan onset yang cepat yakni sekitar 15 menit. Obat dipasaran
dengan kandungan ibuprofen sudah banyak diedarkan dan cocok digunakan untuk
mengatasi demam pada anak yang umumnya timbul akibat adanya infeksi pada
tubuh.
 Asam Mefenamat
Asam mefenamat merupakan golongan NSAID derivat antranilat yang memiliki
daya antiradang sedang. Plasma t½nya 2-4 jam. Banyak sekali digunakan sebagai
obat antinyeri dan antirema walaupun dapat menimbulkan gangguan lambung usus,
terutama dyspepsia dan diare pada orang-orang yang sensitif. Asam mefenamat
tidak banyak digunakan sebagai antipiretik karena efektivitasnya lebih baik sebagai
antiradang. Asam mefenamat bersifat asam sehingga harus diminum setelah makan
untuk mencegah terjadinya iritasi lambung akibat penggunaannya.

Dari hasil pengamatan, tikus yang tidak diberi obat antipiretik dan hanya diberi
larutan CMC Na saja menunjukkan peningkatan suhu tubuh yang kemudian berangsur-
angsur menurun karena terdapat respon tangkis dari tubuh tikus melalui perlawanan oleh
sel darah putih. Perlawanan ini dilakukan dengan memfagositosis bakteri lemah dari
vaksin tersebut sehingga menahan terjadinya infeksi.
Berdasarkan grafik dari kelima obat dengan kontrol, didapatkan hasil bahwa obat
yang paling bagus sebagai antipiretik adalah asam mefenamat, meskipun kenyatannya
yang paling efektif sebagai antipiretik adalah ibuprofen dan parasetamol. Ketidaksesuaian
hasil praktikum dengan kenyataan yang ada bisa disebabkan karena kesalahan dalam
pengukuran suhu tubuh sehingga terjadi penyimpangan dalam uji antipiretik kelima obat.
H. Kesimpulan
1. Bahan yang digunakan sebagai induksi terjadinya demam adalah vaksin DPT HB.
Vaksin ini merupakan bakteri lemah yang dapat merangsang kekebalan tubuh dimana
respon yang ditimbulkan saat masuknya bakteri lemah ini adalah terjadinya
peningkatan suhu tubuh.
2. Mekanisme kerja antipiretik adalah dengan mengatur suhu tubuh di pusat hipotalamus
yang merupakan thermostat sebagai pengatur suhu tubuh yakni dengan vasodilatasi
pembuluh darah dan meningkatkan produksi kelenjar keringat.
3. Berdasarkan grafik dari kelima obat dengan kontrol, didapatkan hasil bahwa obat
yang paling bagus sebagai antipiretik adalah asam mefenamat, meskipun kenyatannya
yang paling efektif sebagai antipiretik adalah ibuprofen dan parasetamol.
Ketidaksesuaian hasil praktikum dengan kenyataan yang ada bisa disebabkan karena
kesalahan dalam pengukuran suhu tubuh sehingga terjadi penyimpangan dalam uji
antipiretik kelima obat.

I. Pertanyaan
1. Persyaratan antipiretik yang baik
a. Antipiretik harus mampu menormalkan suhu tubuh tanpa menimbulkan
ketagihan.
b. Mula kerja cepat sehingga suhu tubuh dapat kembali dalam suhu normalnya.
c. Tidak menimbulkan efek samping yang merugikan seperti mual, pusing, muntah
d. Efektif dengan dosis kecil, memiliki onset yang cepat dengan durasi yang panjang
sehingga tidak perlu sering minum obat.
e. Efek kerja luas sehingga selain menurunkan demam dapat pula digunakan untuk
meredakan nyeri yang biasanya timbul bersamaan dengan demam.
2. Implikasi-implikasi praktis dari penggunaan antipiretik
Implikasi praktisnya ialah suatu antipiretik yang baik selain digunakan untuk
menurunkan demam juga dapat digunakan sebagaio antiinflamasi dan analgetik.
Demama biasanya dibarengi dengan terjadinya nyeri dan radang sehingga diharapkan
obat antipiretik mmpu menurunkan demam sekaligus meredakan nyeri dan radang.
3. Kelompok antipiretik adalah bekerja pada sistem saraf pusat dimana antipiretik
bekerja pada hipotalamus yang merupakan termostat suhu tubuh. Antipiretik mampu
mengendalikan suhu tubuh dengan merangsang terjadinya vasodilatasi pembuluh
darah dan produksi keringat melalui kelenjar keringat sehingga panas berlebih dapat
dikeluarkan dari tubuh.
J. Daftar Pustaka
1. Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat edisi 5. Bandung; Institut Teknologi
Bandung.
2. Tjay, Tan Hoan. 2008. Obat-Obat Penting edisi ke-VI cetakan ke-2. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo
3. Horison. 1999. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: kedokteran EGC.

Semarang, 27 Maret 2013


Dosen Pembimbing Praktikan

Ika Puspitaningrum M.Si.,Apt Hanny Setyowati (1041111063)

Anastasia Setyopuspito P S.Farm.,Apt Lulu Meldawati (1041111082)


Ie Febby Angela (1041111068)

Latifatul Qodriyah (1041111077)

Maria Stephanie E (1041111087)

Percobaan iII
“ANTIPIRETIKA”
Disusun oleh

Hanny Setyowati (1041111063)


Lulu Meldawati (1041111082)
Ie Febby Angela (1041111068)
Latifatul Qodriyah (1041111077)
Maria Stephanie E (1041111087)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”

Jl. Letjen Sarwo Edie Wibowo Km. 1 Plamongansari –Semarang

Telp. (024) 6706147 / 6725272 Fax (024) 6706148

You might also like