You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

Karies gigi dan inflamasi kronis jaringan periodontal adalah dua penyakit
yang paling sering terjadi dalam rongga mulut. Keduanya diasosiasikan dengan
adanya plak yang terbentuk pada permukaan gigi. Komposisi plak dapat
bervariasi, tetapi secara umum terdiri dari komponen saliva, deskuamasi epitel,
dan bakteri. Adanya plak dapat menentukan tingkat oral higyeni atau kesehatan
gigi dan mulut masing-masing individu.
Kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu faktor penting yang tidak
dapat ditinggalkan. Salah satu upaya yang paling mudah untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulut adalah dengan menyikat gigi secara teratur setidaknya
dua kali dalam sehari. Menyikat gigi dengan rajin dan teratur mungkin belum
dapat menghilangkan semua bakteri dalam mulut. Oleh karena itu, peranan obat
kumur sebagai pelengkap untuk menyelesaikan tugas menjaga kebersihan mulut
mungkin diperlukan.
Obat kumur mulai dianggap sebagai agen lengkap untuk menjaga
kesehatan mulut, menyegarkan nafas secara cepat, serta berperan sebagai
antibakteri, terutama dengan adanya zat clorhexidine dan sanguinarine. Lebih
dalam lagi, penggunaan obat kumur dapat dipakai setelah dilakukannya oral-
periodontal surgery, yang notabene tidak mampu dilakukan sikat gigi (Perdok,
1991).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. KOMPONEN OBAT KUMUR


Berbagai macam obat kumur di pasaran memiliki komposisi yang
berbeda-beda. Obat kumur yang dijual secara komersial biasanya mengandung
kompinen bahan aktif untuk mengontrol pertumbuhan bakteri mulut, pelarut,
serta flavouring-agents atau perasa (Harris, 1991). Masing-masing komponen
obat kumur memiliki fungsi yang berbeda, diantaranya :
a. Solvents atau pelarut
Biasanya menggunakan air atau alkohol, atau keduanya. (Storehagen and
Nanna, 2003). Adanya penambahan alkohol pada obat kumur adalah untuk
mempertinggi kelarutan, mengurangi tegangan permukaan, bahan antibakteri,
astringent, serta sebagai bahan campuran bersama air. Namun, beberapa
penelitian mebuktikan bahwa penggunaan alkohol dengan kadar 18-26%
dapat menyebabkan burning sensation pada permukaan pipi, gigi, dan gusi
serta pada material dental alkohol dapat menyebabkan terbukanya restorasi
gigi (Pederson, 2007). Sebagai antibakteri yang menggantikan peran alkohol,
biasanya dalam obat kumur non-alkohol digantikan oleh bahan kimia berupa
cetylpridinium chloride, zinc, clorhexidine, fluoride, dan essential oils (Wall,
2006).
b. Flavouring-agents
Komponen flavouring-agents biasanya adalah spearmint, peppermint,
eucalyptus, dan menthol. Penambahan komponen ini dimaksudkan untuk
memberikan sensasi rasa segar selama dan setelah pemakaian obat kumur
(Storehagen and Nanna, 2003).
c. Colouring-agents
Komponen ini dimaksudkan untuk memberikan warna yang menarik pada
obat kumur (Storehagen and Nanna, 2003).
d. Surfaktan atau detergen
Surfaktan merupakan komponen yang menggantikan perlekatan
bakteri pada permukaan gigi Komponen ini dapat menurunkan energi bebas
permukaan enamel sehingga bakteri dapat dihilangkan dengan mudah.
Kelompok surfaktan dalam kedokteran gigi adalah anion, kation, dan nonionik.
Anion, contohnya adalah sodiumlaurylsulphate. Komponen ini sering
digunakan untuk menghasilkan foam atau buih (Perdok, 1991). Adanya buih
dari surfaktan dapat membantu membersihkan gigi dan menghilangkan debris
dengan mudah. Sodiumlaurylsulphate dapat merusak mucin layer melalui
penghancuran glikoprotein bakteri. Zat ini terbukti secara efektif untuk
mengurangi frekuensi recurrent apthous stomatitis (RAS) (Storehagen and
Nanna, 2003). Kation merupakan komponen yang dapat berfungsi sebagai
antibakteri, sedangkan nonionik merupakan komponen perasa (Perdok, 1991).
e. Komponen Terapeutik
Agen antiplak
Clorhexidine dan derivatnya
Clorhexidine merupakan zat yang paling umum dari kelompok ini selain
sangunarine, alexidine, dan hexitidine.
Cara Kerja : efektif dalam membunuh bakteri, baik gram positif maupun gram
negatif dengan berikatan pada fosfat, sulfat, atau kelompok
karboksil yang ada pada bakteri, plak, saliva, dan permukaan gigi.
Clorhexidine mengganggu metabolisme sel bakteri, merusak sel
membran bakteri, serta mencegah degranulasi dari leukosit PMN
(Storehagen and Nanna, 2003).
Sifat : toksisitas rendah
Dosis : Dosis yang paling sering digunakan adalah 0,12% dalam larutan, yang
efektif dalam mencegah pembentukan plak.
Efektivitas : Efektivitas clorhexidine tergantung pada tipe bakteri yang
dibunuh. Streptococcus mutans lebih sensitif jika dibandingkan
dengan s.sanguis atau Actinomyces sp. (Perdok, 1991). Selain
itu juga dapat membunuh jamur dan virus, tetapi tidak efektif
untuk spora.
Efek samping : Adanya staining pada gigi, tumpatan resin komposit, serta lidah
seringkali terjadi pada pemakaian clorhexidine dalam jangka
panjang dan durasi sering. Deskuamasi epitel dan adanya lesi
oral juga dapat terjadi (Perdok, 1991).
Sodium Lauryl Phospate (SLS)
Agen ini berfungsi sebagai antiplak dengan cara merusak enzim yang melekat
pada pellicle, yaitu enzim glucosyltransferase dan fructosyltransferase.
Triclosan
Triclosan efektif pada bakteri gram positif maupun negatif, mycobacterium,
spora, serta fungi. Mekanisme aksinya dengan merusak mebran sel bakteri.
Zinc-ions
Penambahan zinc mencegah pembentukan glukosa pada metabolisme
s.mutans, s.sanguis, dan actynomices naeslundii. Zinc juga mampu merusak
enzim protease pada p.gingivalis.
Essential oils
Essential oils pada thymol, menthol, eucalyptol, dan methyl salicylate dapat
bertindak sebagai antibakteri dengan merusak dinding sel bakteri. Obat kumur
dengan komponen ini dilaporkan dapat mengurangi plak dan gingivitis secara
signifikan.
Agen antikaries
Fluoride
Penambahan fluoride pada obat kumur berfungsi sebagai antikaries dengan
cara memperkuat email melalui pembentukan fluorhydroxyapatite. Selain itu
fluor juga dapat befungsi sebagai antibakteri dengan membentuk hydrogen-
fluoride.
Xylitol
Xylitol merupakan komponen sugar-alcohol yang dapat merusak metabolism
karbohidrat pada mikroba.
Calsium/Phosphate
Komponen ini bekerja dengan cara meningkatkan remineralisasi pada gigi dan
meningkatkan penyerapan flouride pada gigi.
Sodium Bicarbonate
Merupakan komponen yang dapat mengurangi efek karies dengan cara
menurunkan virulensi bakteri, menurunkan jumlah S. sobrinus dan S. mutans,
menurunkan solubilitas enamel, dan meningkatkan remineralisasi enamel.
Agen antikalkulus
Pyrophosphate
Pyrophosphate dapat mencegah pembentukan kalkulus supragingival.
Komponen ini mengandung afinitas tinggi terhadap permukaan
hydroxyapatite sehingga mampu mencegah pembentukan pellicle.
Agen antihalitosis
Zinc
Zinc juga dapat berfungsi sebagai agen anti halitosis dengan mencegah
pembentukan volatil sulphur-containing compound dari substrat bakteri yang
dapat menimbulkan bau tidak enak (Storehagen and Nanna, 2003).
Anti-apthous agents
Komponen ini menggunakan agen enzim di dalamnya. Dextranase merupakan
contoh enzim yang terkandung dalam obat kumur. Enzim ini mampu
mencegah pertumbuhan plak dengan cara merusak dextran yang merupakan
komponen polisakarida ekstraseluler dari bakteri (Perdok, 1991). Enzim lain
yang digunakan diantaranya adalah aminoglucosidase dan glucose oxidase
(Storehagen and Nanna, 2003).
f. Komponen lain dalam obat kumur
Antibiotik
Antibiotik berefek untuk mengurangi plak dan gingivitis. Namun, penggunaan
obat kumur yang mengandung antibiotik tidak disarankan dipakai dalam
jangka waktu panjang karena dapat menimbulkan resistensi bakteri,
superinfeksi, hipersensitivitas, serta peningkatan pertumbuhan plak.
Komponen Ammonium
Komponen ini merupakan agen bakteriostat dan bakteriosid dengan cara kerja
menyerupai surfaktan. Yang termasuk komponen ini adalah amineflourides
dan cetylpiridiniumcgloride (Perdok, 1991). Cetylpiridinium chloride dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pada saliva dan pertumbuhan plak.
Mekanisme kerjanya adalah dengan mengubah permeabilitas dari membran
sel bakteri serta menyebabkan lisis bakteri (Siswandono dan Soekadrjo, 1995).
Komponen pemanis
Komponen biasanya memakai bahan saccarine, sorbitol, dan glycerin untuk
menambah rasa pada obat kumur (Storehagen and Nanna, 2003).

Tradename Komponen aktif Objektif Manufaktur


therapeutical
Peridex (Pe) Clorhexidine 0,12% Anti-plak Procter & Gamble
C22H38N10Cl2 Cincinnati, USA
Maridol (Md) Aminefluoride 297 (125 Anti-plak GABA, Basel
ppm) C27H66N2O3F2 Anti-karies eSwitzerland
Stannousfluoride (125 ppm)
SnF2
Listerine (L) Benzoic acid C7H6O2 Anti-plak Lambert Chemical
Thymol C10H4O Co., Eastleigh, U.K.
Methyl Salicylate C8H8O3
Veadent (V) Sanguinarine 0.03% Anti-plak Vipont Lab. Inc.,
C20H14NO5 Ft. Collins, U.S.A
Prodent (Pr) Sodium Fluoride 0.03% NaF Anti-plak Intradal
Amersfoort
The Netherland
Merocet (Me) Cetylpyridinium chloride Anti-bakterial Merell
0.055 C21H38NCl Pharmaceuticals Ltd.,
U.K.

II. EFEKTIVITAS OBAT KUMUR

II.1 Pengaruh obat kumur terhadap permukaan email


Karies gigi dan gingivitis inflammatory kronis adalah penyakit terbesar
pada laki-laki, berasal dari adhesi plak ke permukaan gigi. Obat kumur dapat
berguna dalam mencegah pembentukan dan pengurangan plak gigi, meskipun
mereka tidak akan mungkin menggantikan sikat gigi seutuhnya. kandungan dasar
normal pada obat kumur, selain komponen aktif therapeuticalnya, ethanol,
humectants, flavours, surfactants dan air. Surfactant digunakan untuk dapat
membuat foam, yang secara emosional diinginkan selama penggunaan produk
dan membantu menghilangkan debris dengan aksi bahan pembersih. komponen
aktif therapeutical jenis tertentu ditambahkan pada kandungan dasar obat kumur
supaya memberi efek bakterisidal atau menstimulasi remineralisasi enamel. obat
kumur yang mengandung clorhexidine merupakan yang paling efektif dalam
mengurangi pembentukan plak dibandingkan dengan yang mengandung
sanguinarine atau cetylpyridiniumchloride. Obat kumur berdasarkan
aminefluorides dan atau stannousfluoride (atau sodiumfluoride) juga efektif
dalam remineralisasi dan demineralisasi enamel.
Dalam penelitian ini, perubahan energi permukaan dan komposisi elemen dari
email disebabkan oleh adsorbsi dari komponen obat kumur yang komersial yang
diukur dengan pengukuran kontak angle dan XPS ( X-ray photoelectron
spectroscopy).
Dari berbagai jenis obat kumur yang digunakan, obat kumur “Meridol” memiliki
kemampuan menurunkan energi bebas permukaan email. Seperti kita ketahui
bersama, meridol dalam penelitian ini mengandung senyawa amineflouride dan
stannous fluoride. Menurut De Jong at al., terjadi pengurangan energi permukaan
email setelah 5 jam, sementara itu Glantz juga melaporkan bahwa
stannousflouride memiliki efek yang sama setelah delapan hari dalam konsentrasi
yang tinggi 25000 ppm.
Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa penurunan energi bebas permukaan
email akan menurunkan akumulasi plak. Dengan adanya energi bebas permukaan
yang menurun, maka adhesi bakteri akan semakin menurun. Hal inilah yang
menyebakan keampuhan dari suatu bahan obat kumur. Efisiensi obat kumur
dipengaruhi oleh kemampuannya untuk menurunkan energi bebas permukaan
email dan kemampuannya untuk mempertahankan komponnen-komponen
mineral yang ada di dalam gigi ketika obat kumur tersebut bekerja.

II.2 Sifat fisiko-kimiawi obat kumur

Selain efektivitas produk yang harus diperhatikan, obat kumur harus menjangkau
dengan rata pada seluruh permukaan gigi untuk memperluas area kontak dan
menciptakan sudut kontak 0o. Obat kumur juga harus mempunyai kemampuan
untuk berpenetrasi dengan baik pada celah interproksimal dan pada poket
gingiva. Kemampuan cairan untuk berpenetrasi ke dalam pori-pori dan celah
kapiler ditentukan oleh kekentalan, tegangan permukaan, dan sudut kontak pada
permukaan kapiler dan diwujudkan dalam koefisien penetrasi. Cairan dengan
kekentalan rendah, tegangan permukaan yang tinggi, dan sudut kontak yang kecil
dapat berpenetrasi dengan cepat pada celah kapiler. Dengan memendang poket
sebagai celah kapiler, hal ini penting dipertimbangkan mengenai kemampuan
cairan untuk memebersihkan poket.
Formulasi produk diciptakan dengan keseimbangan antara efek antibakteri, efek
de dan remineralisasi, satabilitas, dan rasa.
HASIL
Tegangan Kekentalan Sudut pH Kapasitas
Permukaan Kg.m-1.s-1 kontak buffer
(mJ.m-2) derajat (o) Mol.1-1
Hibident 39,5 0,1069 53 6,2 2,4x10-4
Prodent 35 0,1052 47 6,4 6,1x10-3
Merocet 30,6 0,1471 41 5,9 6,3x10-3
Meridol 32,7 0,1065 40 3,7 3,1x10-3
Listerine 33,7 0,1738 49 4,3 6,0x10-3
Viedent 32,1 0,1402 54 4,2 2,9x10-3
Act 37 0,1524 42 7,5 1,6x10-2
Oraldene 30,9 0,1158 37 3,6 3,2x10-3
- Listerine memiliki kekentalan paling besar, Prodent yang terendah.
- Sudut kontak berkisar antara 37-54 o.
- Oraldene dan meridol adalah produk yang cenderung asam (pH 3,6 dan
3,7).
- Kapasitas buffer relatif tinggi pada Act, Prodent, dan Merocet, yang
terendah Hibident.
- Koefisien penetrasi tinggi pada Hibident, prodent, meridol, dan Oraldene,
yang terendah adalah listerine, Veadent.

II.3 Efek antibakteri obat kumur

Plak gigi dideskripsikan sebagai material lunak dengan unsure dominan


bakteri yang berkembang pada permukaan gigi dan permukaan lain pada rongga
mulut. S. mutans, Lactobacilli dan A. Viscosus merupakan koloni yang menempel
pada permukaan gigi. Penghilangan plak menjadi suatu hal yang penting dalam
mencegah perkembangan lesi karies dan inflamasi gingival. Beberapa metode
digunakan untuk menghilangkan partikel makanan, plak dan debris dari gigi
seperti contohnya mengikat gigi, flossing atau penggunaan tusuk gigi. Beberapa
tahun terakhir, obat kumur dengan kandungan agen anti bakteri sudah
digunakan untuk mencegah akumulasi plak. Beberapa komponen seperti
antibiotik, enzim-enzim, komponen ammonium quartener dan komponen
phenolik atau bis guanida telah digunakan. Untuk beberapa alasan, antibiotic dan
enzim tidak digunakan untuk kontrol plak jangka panjang. Hal ini disebabkan
Sensitisasi pasien atau infeksi oportunistik dapat berkembang sehingga
penggunaannya tidak efektif.
Chlorhexidine adalah suatu disinfektan, bahan ini mampu untuk
mencegah akumulasi plak. Tetapi memiliki efek samping yang tidak diharapkan
seperti hilang kepekaan rasa dan diskolorasi gigi. Meskipun begitu, para peneliti
mencoba mengembangkan komponen anti bakteri lainnya untuk obat kumur.
Koloni bakteri yang digunakan untuk eksperimen terbatas pada bakteri plak
supragingiva, yaitu S. mutans C67, S. sanguis CH3, V. alcalescens V1, L.
acidophilus JP dan A. viscous C74.
Pada percobaan digunakan Hibrident sebagai control oleh karena
kandungan utamanya adalah Chlorhexidine Berdasarkan hasil pengamatan, hanya
Merocet ( bahan aktif :0,05 % Cetylpiridinium chloride) dan Meridol ( bahan
aktif 125 ppm amina fluoride, 125 ppm stannous fluoride) yang mencapai
keefektifan Hibrident, sementara itu, Prodent (bahan aktif 0,05 % sodium
fluoride) , Listerine( bahan aktif: komponen fenolik) dan Veadent( 0,03 %
sanguinearine) tidak efektif dalam menurunkan pertumbuhan bakteri
dibandingkan dengan Hibrident. Karena keefektifan produk produk ini berbeda
pada setiap bakteri, keefektifan dihitung dari nilai rata-rata. Dilusi hambatan
maksimal Hibrident sangat tinggi untuk L .acidophilus JP, A. Viscous C74, S.
Sanguis CH3 dan S. Mutans C67 sedangkan V. Alcalescens V1 relatif tidak sensitif
terhadap Hibident. Dilusi hambatan maksimal Merocet dan Meridol mencapai
nilai keefektifan Hibident, meskipun tercatat bahwa Meridol merupakan produk
yang hanya menghambat V. Alcalescens secara signifikan. Sementara itu, Listerine
dan Veadent memiliki dilusi hambatan maksimal yang rendah untuk semua
koloni, Prodent menunjukkan efek inhibisi yang kuat. Meskipun begitu, Prodent
tidak didesain memiliki efek anti bakteri, Komponen utamanya yang berupa
Sodium flouride menguntungkan untuk remineralisasi email dan mencegah
demineralisasi.

II.4 Efek klinis penggunaan obat kumur

Program Oral Hygiene (OH) yang biasa dilakukan adalah menyikat gigi,
penggunaan dental floss dan tusuk gigi. Beberapa produk mouthrinses yang
tersedia mengandung bahan antibakterial dimana memiliki efek mengurangi
terjadinya plak. Chlorhexidine dapat melekat pada dinding sel bakteri yang
menyebabkan hancurnya komponen interseluler bahkan kematian sel. Dan efek
terpenting Chlorhexidine yaitu terikat terhadap bakteri secara negatif melapisi
gigi, lidah, dan mukosa sehingga secara perlahan dapat menghambat dan
mempengaruhi pertumbuhan bakteri dalam jangka panjang.
Komponen lain sebagai antiplak yang potensial diantaranya adalah
hexetidine, cetylpiridinium chloride, sanguinarine, dan senyawa fenol. Fluoride
yang terkandung pada mouthrinses meningkatkan remineralisasi email, dan
aminoflouride juga berperan sebagai antiplak.
Terjadi penurunan skor PI dan GI yang signifikan setelah hari ke-14
selama penggunaan mouthrinses saja. Namun hari ke-20 lebih tinggi. Produk
Hibident memiliki perbedaan skor PI yang signifikan dibanding produk lain. Selain
itu, Prodent dan Merocet menghasilkan skor GI yang lebih tinggi dari Hibident
sehingga tidak efektif dalam menurunkan skor GI. Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada PP skor antara Prodent, Meridol, Merocet, Veadent, dan Listerine.
Namun Hibident meemberikan hasil lebih baik secara signifikan. Hibident yang
paling efektif dalam mempengaruhi pertumbuhan S. mutans, actinomyces, dan
veillonella sedangkan produk lain tidak memberikan hasil yang signifikan setelah
6 hari penggunaan rinses.
Hibident digunakan sebagai kontrol positif. Meridol kurang efektif untuk
mengurangi jumlah plak, tetapi efeknya menguntungkan pada gingiva, bahkan
skor GInya setelah 6 hari lebih rendah daripada Hibident. Efek lain Meridol yaitu
menghentikan perdarahan gingival setelah probing. Listerine, Veadent, dan
Merocet efeknya kurang jika dibandingkan dengan Hibident.. Prodent tidak
efektif menurunkan PI dan GI sehingga digunakan sebagai kontrol negatif.
Hibident paling efektif menekan pertumbuhan S. mutans, actinomyces, dan
veillonella.
Cetylpyridinium chloride dan amineflouride mengadsorbsi secara kuat pada
permukaan gigi yang penting untuk mempertahankan gigi sehingga kavitas oral
tidak terjadi. Hal ini dibuktikan dari produk Merocet dan Meridol yang
meninggalkan lapisan email paling tebal diantara produk lain, termasuk Hibident
setelah diadsorbsi.
(Perdok, 1991)

BAB III
KESIMPULAN

Berbagai macam obat kumur di pasaran memiliki komposisi yang


berbeda-beda. Masing-masing komponen obat kumur memiliki fungsi yang
disesuaikan dengan kebutuhan konsumen yang juga berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Harris, N.O., 1991. Primary Preventive Dentistry, 3 rd edition. Appleton and Large:
California

Perdok, J.F., 1991. Mouthrinses Physico-chemical Properties and Short Term


Clinical Efficacy. Gaba International: Switserland
Peterson, D., 2007. Mouthrinse. http://www.dental-gentlecare.com

Siswandono dan Soekardjo, B., 1995. Kimia Medisinal. Airlangga University Press:
Surabaya

Storehagen, S, Nanna, O., 2003. Dentifrices and Mouthwashes Ingridients and


Their Use. Oslo University

You might also like