Professional Documents
Culture Documents
6. KOMPLIKASI
Komplikasi konstipasi mencakup hipertensi arterial, imfaksi fekal, hemoroid dan fisura, serta
megakolon.
Peningkatan tekanan arteri dapat terjadi pada defekasi. Mengejan saat defekasi, yang
mengakibatkan manuver valsava (mengeluarkan nafas dengan kuat sambil glotis tertutup), mempunyai
efek pengerutan pada tekanan darah arteri. Selama mengejan aktif, aliran darah vena di dada untuk
sementara dihambat akibat peningkatan tekanan intratorakal
Imfaksi fekal terjadi apabila suatu akumulasi massa feses kering tidak dapat dikeluarkan.
Massa ini dapat diraba pada pemeriksaan manual, dapat menimbulkan tekanan pada mukosa kolon
yang mengakibatkan pembentukan ulkus, dan dapat menimbulkan rembesan feses cair yang sering.
Hemoroid dan fisura anal dapat terjadi sebagai akibat konstipasi. Fisura anal dapat
diakibatkan oleh pasase feses yang keras malalui anus, merobek lapisan kanal anal. Hemoroid terjadi
sebagai akibat kongesti vaskuler perianal yang disebabkan oleh peregangan.
Megakolon adalah dilatasi dan atoni kolon yang disebkan oleh massa fekal yang menyumbat
pasase isi kolon. Gejala meliputi konstipasi, inkontenensia fekal cair, dan distensi abdomen. Megakolon
dapat menimbulkan perforasi usus.
Tindakan Keperawatan
a. Pengkajian
Riwayat kesehatan dibuat untuk mendapatkan informasi tentang awitan dan durasi
konstipasi, pola emliminasi saat ini dan masa lalu, serta harapan pasien tentang elininasi
defekasi. Informasi gaya hidup harus dikaji, termasuk latihan dan tingkat aktifitas, pekerjaan,
asupan nutrisi dan cairan, serta stress. Riwayat medis dan bedah masa lalu, terapi obat-obatan
saat ini, dan penggunaan laksatif serta enema adalah penting. Pasien harus ditanya tentang
adanya tekanan rektal atau rasa penuh, nyeri abdomen, mengejan berlebihan saat defekasi,
flatulens, atau diare encer.
Pengkajian objektif mencakup inspeksi feses terhadap warna, bau, konsistensi, ukuran,
bentuk, dan komponen. Abdomen diauskultasi terhadap adanya bising usus dan karakternya.
Distensi abdomen diperhatikan. Area peritonial diinspeksi terhadap adanya hemoroid, fisura,
dan iritasi kulit.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
3. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen
c. Intervensi Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur
Tujuan : pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari)
Kriteria hasil :
• Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari
• Konsistensi feses lembut
• Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan
Intervensi Mandiri
Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya
Atur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan
Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi
Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari
Kolaborasi
• Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
Tujuan : menunjukkan status gizi baik
Kriteria Hasil :
• Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan
• Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
• Nilai laboratorium dalam batas normal
• Melaporkan keadekuatan tingkat energy
Intervensi Mandiri
• Buat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan ke dalam jadwal makan.
• Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah.
• Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi
• Pastikan diet memenuhi kebutuhan tubuh sesuai indikasi.
• Pastikan pola diet yang pasien yang disukai atau tidak disukai.
• Pantau masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik.
• Kaji turgor kulit pasien
Kolaborasi
• Pantau nilai laboratorium, seperti Hb, albumin, dan kadar glukosa darah
• Ajarkan metode untuk perencanaan makan
Intervensi Mandiri
Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas dari nyeri dengan melakukan penggalihan
melalui televisi atau radio
Perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitifitas terhadap efek analgesik opiate
Perhatikan kemungkinan interaksi obat – obat dan obat penyakit pada lansia