Professional Documents
Culture Documents
METODE PENELITIAN
dengan rancangan cross sectional yaitu pengamatan atau pengambilan data yang
untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan
3.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh objek penelitian. Oleh karena itu populasi pada penelitian
ini adalah seluruh perawat pelaksana pada ruang rawat inapdi RSUD Kota Langsa
3.3.2. Sampel
Langsa berjumlah 153 orang, maka metode yang digunakan adalah Total
Pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup data primer dan data
sekunder.
penelitian.
Uji validitas dan realibilitas dalam penelitian ini sudah baku karna
sudah pernah di lakukan oleh peneliti sebelumnya dan telah mendapatkan izin
Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian
Budaya organisasi adalah nilai dan norma yang berlaku di Rumah Sakit
dalam bekerja.
d. Misi adalah kegiatan perawat yang berkaitan dengan visi ruang rawat,apakah
dan arah bagi perawat, strategi yang jelas untuk masa depan, arah strategi
kesehatan.
yang potensial.
pada pasien.
Kinerja perawat
Universitas Sumatera
Utara
3.6. Metode Pengukuran
nilai 5, Baik (B) bobot nilai 4, Cukup Baik (CB) bobot nilai 3,
Kurang baik (KB) bobot nilai 2, dan Tidak Baik (TB) bobot nilai 1,
nilai 5, Baik (B) bobot nilai 4, Cukup Baik (CB) bobot nilai 3,
Kurang baik (KB) bobot nilai 2, dan Tidak Baik (TB) bobot nilai 1,
Sangat baik (SB) bobot nilai 5, Baik (B) bobot nilai 4, Cukup Baik
(CB) bobot nilai 3, Kurang baik (KB) bobot nilai 2, dan Tidak Baik
Baik (B) bobot nilai 4, Cukup Baik (CB) bobot nilai 3, Kurang
baik (KB) bobot nilai 2, dan Tidak Baik (TB) bobot nilai 1, skor
maksimal 40.
rawat inap Rumah Sakit Umum daerah Kota Langsa yang terdiri dari
Baik (SB) bobot nilai 4, Baik (B) bobot nilai 3, kurang Baik (KB) bobot
merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini disebabkan karena data yang
komputer. Salah satu paket program yang paling sering digunakan untuk
“entri data”.
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
Data yang telah diolah baik dengan pengolahan secara manual maupun
tujuan penelitian.
2010).
2. Analisis Bivariat
- Ada hubungan jika P < dari 0,05 sedangkan jika P > 0,05 berarti tidak ada
hubungan.
HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa didirikan pada tahun 1915 oleh
2
Pemerintah Kolonial Belanda diatas areal tanah seluas ± 35.800 M sebagai balai
pengembangan dari segi fisik bangunan, peralatan kesehatan dan tenaga medis,
sebagai akibat dari agresi militer di Aceh sehingga banyak serdadu Belanda yang
Pemerintah Kolonial Belanda harus hengkang dari Bumi Rencong Aceh sehingga
rujukan atas mata rantai sistem kesehatan di wilayah Pemerintah Kota Langsa dan
Rumah Sakit dalam klasifikasi type C, Kemudian pada tahun 1997 ditingkatkan
juga ditetapkan dengan Qanun Pemerintah Kota Langsa No. 5 Tahun 2005.
4.1.2. Letak Geografi dan Demografi Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Langsa
Kota Langsa merupakan bagian dari Provinsi Aceh terletak pada 04°
lintang utara dan 97° bujur timur. Luas keseluruhan kota langsa adalah 262,41 km
Lokasi rumah sakit umum daerah Kota Langsa terletak di kecamatan LangsaKota
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Manyak Payed Kab. Aceh Timur
4.1.3. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa
4.1.3.1. Visi
4.1.3.2. Misi
berkesinambungan.
wilayah Timur Aceh pada umumnya dan Kota Langsa pada khususnya.
Pelayanan rawat jalan adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh
lainnya tanpa harus menginap dirumah sakit. Pelayanan rawat jalan poliklinik
yang ada di rumah sakit umum daerah Kota Langsa antara lain sebagai berikut:
jalan umum.
rentang usia 31-40 tahun, yaitu berjumlah 47 responden (30,7%), diikuti dengan
responden dengan usia lebih dari 40 tahun 29 responden (19,0%) dan responden
Apabila dilihat dari masa kerja diperoleh bahwa sebaran terbanyak adalah
responden yang memiliki masa kerja 5-10 tahun 88 orang (57,5%), diikuti dengan
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat perolehan hasil bahwa responden memiliki
3responden (2,0%).
berikut:
a. Keterlibatan
Dari Tabel 4.3. dapat dilihat perolehan hasil bahwa responden memiliki
(11,1%).
c. Penyesuaian
Tabel 4.5. dapat dilihat hasil bahwa responden memiliki budaya organisasi
(6,5%).
d. Misi
Tabel 4.6.
Tabel 4.6. dapat dilihat hasil bahwa responden memiliki budaya organisasi
misi yang tidak baik dalam bekerja sebesar 27 responden (17,6%), responden
(9,2%), responden yang memiliki budaya organisasi misi cukup baik sebesar 41
(35,3%) sedangkan responden yang memiliki budaya organisasi misi yang sangat
danevaluasi keperawatan.
Tabel 4.7. dapat dilihat hasil bahwa responden memiliki kinerja perawat
yang tidak baik dalam bekerja sebesar50 responden (32,7%), responden yang
yang memiliki kinerja perawat baik sebesar 20 (13,1%), responden yang memiliki
Kinerja Budaya
perawat organisasi
Spearman’s rho Kinerja perawat correlation coefficient 1.000 .215
Sig. (2-tailed) .008
N 153 153
Misi correlation coefficient .215 1000
Sig. (2-tailed) .008
N 153 153
dengan kinerja perawat menunjukkan bahwa keeratan hubungan yang rendah (r)
sebesar 0.215 dan berpola positif artinya semakin rendah budaya organisasi maka
semakin kurang kinerja perawat. Hasil uji statistik di peroleh P.Value = 0.008 <α
0,05 dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara budaya
Kinerja Keterlibatan
Perawat
Spearman’s rho Kinerja perawat correlation coefficient 1.000 .219
Sig. (2-tailed) .006
N 153 153
Keterlibatan correlation coefficient .219 1000
Sig. (2-tailed) .006
N 153 153
Tabel 4.9. diketahui bahwa hasil uji korelasi hubungan budaya organisasi
rendah (r) sebesar 0.219 dan berpola positif artinya semakin rendah budaya
organisasi keterlibatan maka semakin kurang kinerja perawat. Hasil uji statistik di
Kinerja Konsistensi
Perawat
Spearman’s rho Kinerja perawat correlation coefficient 1.000 - .146
Sig. (2-tailed) .071
N 153 153
Konsistensi correlation coefficient - .146 1000
Sig. (2-tailed) .071
N 153 153
Tabel 4.10. diketahui bahwa hasil uji korelasi hubungan budaya organisasi
hubungan dengan nilai (r) sebesar - 0.147 dan berpola negatif artinya semakin
berpola negatif budaya organisasi konsistensi maka semakin tidak ada hubungan
terhadap kinerja perawat. Hasil uji statistik di peroleh P.Value = 0.71 >0,05 dapat
Kinerja Penyesuaian
Perawat
Spearman’s rho Kinerja perawat correlation coefficient 1.000 .182
Sig. (2-tailed) .025
N 153 153
Penyesuaian correlation coefficient .182 1000
Sig. (2-tailed) .025
N 153 153
Tabel 4.11. diketahui bahwa hasil uji korelasi hubungan budaya organisasi
Kinerja Misi
perawat
Spearman’s rho Kinerja perawat correlation coefficient 1.000 .163
Sig. (2-tailed) .045
N 153 153
Misi correlation coefficient .163 1000
Sig. (2-tailed) .045
N 153 153
Tabel 4.12. diketahui bahwa hasil uji korelasi hubungan budaya organisasi
misi dengan kinerja perawat menunjukkan bahwa keeratan hubungan yang sangat
rendah (r) sebesar 0.163 dan berpola positif artinya semakin sangat rendah budaya
organisasi misi maka semakin kurang kinerja perawat. Hasil uji statistik di peroleh
signifikan antara budaya organisasi misi dengan kinerja perawat di RSUD Kota
Langsa.
PEMBAHASAN
Kota Langsa.
kinerja perawat pelaksana dikategorikan cukup baik dengan nilai R.Square sebesar
variabel lain yang tidak dianalisis dalam model estimasi penelitian ini. Dapat
orientasi tim dari budaya organisasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
perawat pelaksana Rawat Inap Ruang III BLUD RSUD Dr. Pirngadi Medan.
pelaksana Rawat Inap Ruang III BLUD RSUD Dr. Pirngadi Medan.
akan membuat kinerja perawat semakin berkurang. Hal tersebut sesuai dengan
Kinicki (2001) dalam Sutrisno (2007) yang menyatakan bahwa budaya organisasi
Definisi Kreitner dan Kinicki ini menunjukan tiga karakteristik penting budaya
organisasi yaitu: (1) Budaya organisasi di teruskan kepada pekerja baru melalui
dan (3) budaya organisasi bekerja pada dua tingkatan yang berbeda.
Hal tersebut juga diperkuat oleh Peters et al., (1982) dalam Afiah (2013)
organisasi akan jati diri, secara ideologis memperkuat eksistensi organisasi baik
ke dalam sebagai pengikat atau simpul organisasi dan keluar sebagai identitas
sekaligus kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai situasi dan kondisi yang
terdapat dalam suatu organisasi dan mengajarkan pada pekerja yang datang.
Budaya organisasi ada di setiap institusi atau lembaga. Budaya organisasi rumah
para anggotanya dalam hal ini perawat pelaksana dalam memberikan asuhan
keperawatan. Oleh karena itu semua komponen rumah sakit harus memahami
dan budaya organisasi misi pada perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum
Budaya organisasi yang terdapat di RSUD Kota Langsa adalah Proccess Oriented,
dimana perhatian organisasi lebih ditujukan pada proses aktivitas yang berjalan
yaitu proses perawatan terhadap pasien dan sejauh mana orang-orang yang
bekerja pada organisasi patuh terhadap ketentuan atau kebijakan yang telah
digariskan organisasi seperti disiplin yang ditetapkan meliputi jam masuk kerja
Supyono (2010) yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara persepsi
memuaskan, mencapai tujuan yang lebih baik, dan pada gilirannya akan
sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang. Hal
sakit. Lebih lanjut Hsiao dkk (2012) menyatakan pemahaman tentang budaya
organisasi sangat efektif dalam mengembangkan kerja yang positif bagi perawat.
tujuan. Para anggota organisasi dalam hal ini perawat pelaksana percaya bahwa
mereka dapat menata secara efektif masalah baru dan peluang yang mereka temui
serta siap menanggung resiko. Hal ini dapat terlaksana dengan baik karena ada
terintegrasi.
perawat menunjukkan nilai r = -0,146 dan p = 0,071, dimana nilai p>α yang
berarti menunjukkan tidak ada hubungan korelasi yang positif dan signifikan
Langsa.
Hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian terkait yang dilakukan oleh
kepuasan kerja adalah signifikan dan positif, pengaruh dari budaya organisasi
budaya organisasi terhadap kinerja pegawai adalah signifikan dan positif; dan
pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai adalah signifikan dan positif.
Hasil penelitian juga tidak sesuai dengan penelitian terkait yang dilakukan
berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja perawat. Hal ini terdapat di item-
item kuesioner, yaitu mematuhi peraturan, menjalin hubungan kerja yang baik,
Denison dan Mishra (1995) menyatakan konsistensi adalah nilai dan sistim
yang mendasari kekuatan suatu budaya. Nilai ini memfokuskan pada integrasi
kegiatan organisasi.
budaya organisasi Konsistensi paling dominan yaitu 45 orang (29,4 %) tetapi setelah
diuji statistik denga uji Spearman ternyata tidak ada hubungan antara budaya
organisasi Konsistensi dengan kinerja perawat salah satu faktor adalah karena metode
difokuskan adalah kerjasama perawat dalam satu tim untuk memberikan asuhan
keperawatan yang profesional, peran ketua tim juga sangat penting dalam mengelola
pemimpin hanya memilih beberapa orang yang dipercayai (yang disukai) saja dan,
kurang perhatian pada stafnya, serta tidak ada penghargaan yang diberikan kepada
pimpinan secara aktif perduli pada stafnya dengan cara memberikan perhatian,
dan tegas dalam pengambilan keputusan dan menjadi role model kepada
bawahannya, maka hal akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi perawat
produktif.
Urrabazo (2006) menunjukkan bahwa kualitas yang lebih tinggi pada eksekutif
menunjukkan nilai r = 0,182 dan p = 0,025, dimana nilai p<α yang menunjukkan
adanya hubungan korelasi yang positif dan signifikan antara budaya organisasi
konsistensi dengan kinerja perawat di RSUD Kota Langsa. Artinya jika budaya
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian terkait yang dilakukan oleh Sari
(2009) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara budaya
dengan kinerja adalah penyesuaian, misi dan jenis kelamin sebagai variabel yang
confounding.
Mengacu pada hasil uji yang telah dilakukan, maka peneliti berasumsi
dalam hal ini berarti budaya organisasi penyesuaian telah erat melekat pada
kinerja perawat di RSUD Kota Langsa, dan tentunya perlu menjadi perhatian
untuk dapat dipertahankan menuju ke arah yang lebih baik. Hal tersebut
disebabkan karena perawat sebagian besar telahmemilih secara kontinu cara yang
baru dan lebih baik dalam hal menyelesaikan pekerjaan, selalu menciptakan
memberikan tanggapan yang positif jika melakukan kerja sama dengan bidang
perubahan, semua perawat memahami apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan
pasien, dan juga setiap staf telah memastikan bahwa masing-masing bidang
sehari-hari, serta perawat dapat merespon dengan baik setiap pesaing dan
Hal tersebut sesuai dengan teori Robbins (2003) yang menyatakan bahwa
kontinu cara yang baru dan lebih baik dalam menyelesaikan pekerjaan,terciptanya
hari,apakah perawat merspon dengan baik setiap pesaing dan perubahan lain
perawat menunjukkan nilai r = 0,163 dan p = 0,045, dimana nilai p<α yang berarti
kinerja perawat di RSUD Kota Langsa. Artinya jika budaya organisasi misi tinggi
baik. Ada hubungan bermakna antara budaya organisasi dengan kinerja perawat
berpengaruh terutama bila budaya-budaya itu kuat. Bila budaya tersebut kuat,
dengan perubahan lingkungan maka budaya tersebut merupakan suatu asset untuk
beradaptasi dengan perubahan lingkungan, maka budaya tersebut tidak akan dapat
Hasil penelitian sesuai dengan teori Robbins (2003) yang menyatakan misi
adalah kegiatan perawat yang berkaitan dengan visi ruang rawat,apakah perawat
sudah terdapat misi yang jelas dalam memberikan makna dan arah bagi perawat,
strategi yang jelas untuk masa depan, arah strategi rumah sakit sudah jelas bagi
perawat,dan apakah kepala rungan telah menetapkan strategi yang tepat dalam
Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin cukup
baik budaya organisasi misi akan menunjang kinerja perawat ke arah kategori
baik, dalam hal ini berarti budaya organisasi misi telah melekat pada kinerja
perawat di RSUD Kota Langsa, dan tentunya perlu menjadi perhatian untuk dapat
terus ditingkatkan menuju kearah yang diharapkan sesuai dengan misi dan visi
6.1. Kesimpulan
menyimpulkan bahwa:
6.1.1. Berdasarkan uji korelasi dapat dilihat bahwa terdapat hubungan positif
6.1.2. Berdasarkan uji korelasi dapat dilihat bahwa terdapat hubungan positif
6.1.3. Berdasarkan uji korelasi dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang
6.1.4. Berdasarkan uji korelasi dapat dilihat bahwa terdapat hubungan positif
6.1.5. Berdasarkan uji korelasi spearman’s rho dapat dilihat bahwa terdapat
Langsa.
6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan
peneliti adalah:
2) penyesuaian pada teknologi dan informasi yang ada di rumah sakit dan
bawahan mengenai cara kerja yang baik agar perawat dapat memahami
sampai bawahan.
6.2.2. Bagi Bidang Keperwatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa
untuk dapat melakukan penelitian lain pada responden, lokasi penelitian, dan juga