Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
MORBILI
oleh:
Pembimbing:
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena hanya
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tutorial dengan judul “MORBILI”. Dalam kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan hingga
terselesaikannya tutorial kasus ini, diantaranya:
1. dr. William S. Tjeng, Sp.A, selaku dosen Pembimbing Tutorial Klinik yang
dengan sabar memberikan arahan, motivasi, saran dan solusi yang sangat
berharga dalam penyusunan laporan kasus ini dan juga yang selalu bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan solusi selama
penulis menjalani dokter muda di lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak.
Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan kepenulisan di masa mendatang.
Terakhir, semoga tutorial kasus yang sederhana ini dapat membawa berkah dan
memberikan manfaat bagi seluruh pihak serta turut berperan demi kemajuan ilmu
pengetahuan.
Penulis
MORBILI
2
Sebagai salah satu syarat untukmengikuti ujian stase Ilmu Kesehatan Anak
Menyetujui,
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................... 3
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 4
1. PENDAHULUAN.................................................................................................. 5
2. KASUS ............................................................................................................ 6
3. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................
21
3.1 Definisi..........................................................................................................
21
3.2 Etiologi..........................................................................................................
21
3.3 Epidemiologi.................................................................................................
21
3.4 Patogenesis....................................................................................................
22
3.5 Manifestasi Klinis..........................................................................................
23
3.6 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................
24
3.7 Diagnosis.......................................................................................................
25
3.8 Penatalaksanaan.............................................................................................
30
3.9 Prognosis.......................................................................................................
30
4. PEMBAHASAN.....................................................................................................
32
5. PENUTUP ............................................................................................................
35
4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
36
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
BAB 2
KASUS
7
pengakuan ibu, suhu tubuh anaknya baik siang dan malam kurang lebih sama saja
dan tidak ada hari bebas demam pada anaknya. Saat demam hari ke-2, ibu pasien
mengatakan tubuh anaknya mulai muncul bintik-bintik kecil merah yang
menyebar di seluruh tubuh, sehingga ibu pasien membawa anaknya berobat ke
Puskesmas, dan dokter memberikan bedak salisil untuk anaknya. Setelah 1 hari
pemberian bedak salisil, bintik-bintik merah mulai menghilang. Namun keluhan
demam tetap dirasakan ditambah dengan keluhan BAB cair dan muntah sejak 5
hari SMRS. Ibu pasien mengaku anaknya BAB cair >5 kali/hari, berwarna hijau,
berbau asam, setiap BAB pampers anaknya penuh. Pasien muntah sekitar 2x/hari
setelah minum susu, yang dimuntahkan adalah susu dan banyaknya sekitar ¼
gelas air mineral. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan dan badan
lemas sejak 1 minggu SMRS. Selain itu, ibu pasien juga mengatakan anaknya
mengalami batuk tidak berdahak dan pilek dengan sekret encer dan bening disertai
sesak napas sejak 1 hari SMRS. Menurut ibu pasien BAK anaknya lancar, warna
kuning, namun jumlah tidak dapat dinilai karena pampers penuh dengan kotoran
BAB. Keluhan kejang, mimisan, perdarahan spontan disangkal oleh ibu pasien.
8
2.7 Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak :
2.7.1 Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak (saat usia)
1) Berat badan lahir : 2.100 gram
2) Panjang badan lahir : 45 cm
3) Berat badan sekarang : 7,3 kg
4) Tinggi badan sekarang : 64 cm
5) Gigi keluar : 7 bulan
6) Tersenyum : 3 bulan
7) Miring : 3 bulan
8) Tengkurap : 8 bulan
9) Duduk : -
10) Merangkak : -
11) Berdiri : -
12) Berjalan : -
2.7.2 Makan dan minum anak
1) ASI : lahir sampai sekarang
2) Susu sapi/ buatan : ya, kadang-kadang (2x/hari)
3) Jenis susu : susu sapi formula
4) Takaran : 150 ml/kali
5) Bubur susu : ya, 3x/hari
6) Buah : ya, kadang-kadang
7) Lauk dan makan padat :
9
4) Jenis partus : SC
5) Regio Kepala/Leher
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (-/-),
kornea tampak suram (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm)
Telinga : Sekret (-), darah (-)
Hidung : Sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
10
Mulut : Mukosa bibir normal, agak kering, sianosis (-), lidah bersih
Tonsil : Normal, hiperemis (-/-), membesar (-/-)
Faring : Normal, hiperemis (+)
Gigi : Normal, karies (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
6) Regio Thorax
Paru-paru
Inspeksi :Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris,
retraksi intercosta (-), tampak bintik-bintik merah di
dinding dada.
Palpasi : Pergerakan dada simetris.
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara napas simetris, vesikuler (+/+), rhonki (+/+),
wheezing (-/-).
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada midclavicula line ICS V sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan : parasternal line dekstra,
Batas jantung kiri : midclavicula line ICS V sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
7) Regio Abdomen
Inspeksi : Flat, Distensi (+),tampak bintik-bintik merah di dinding
perut.
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
Perkusi : Distribusi timpani di keempat kuadran, shifting dulness
(-)
Palpasi : Soefl, kembung (+), defans muskular (-), hepar dan lien
dalam batas normal, turgot kulit baik.
8) Regio Genital : dalam batas normal
9) Regio Ekstremitas
Inspeksi : Edema (-), sianosis (-), ruam (-)
Palpasi : Akral hangat, edema (-), nyeri tekan (-)
11
Tanggal Hasil : 15 November 2016
Leukosit : 12.890/uL (N = 6.000-17.500/uL)
Hb : 9,2 g/dL (N = 11,4-14,4 g/dL)
Hct : 28,7% (N = 31,0-41,0%)
PLT : 414.000/uL (N = 150.000-450.000/uL)
GDS : 122 mg/dL (N = 70-106 mg/dL)
Na+ : 138 mmol/L (N = 135-155 mmol/L)
K+ : 4,9 mmol/L (N = 3,6-5,5 mmol/L)
Cl- : 103 mmol/L (N = 98-108 mmol/L)
2.10 Penatalaksanaan
1) IVFD KAEN 3B 700 cc/24jam
2) Inj. Ceftriaxone 2x300 mg
3) Probiotik sachet 1x1
4) Tablet Zink 1x20 mg
5) Oralit tiap BAB cair
6) Parasetamol sirup 3x3/4 cth
7) Inj.Ranitidin 2x8 mg
8) Inj.Ondansetron 3x1,2 mg
9) Susu formula low lactulose / free lactulose
12
Follow up
Tanggal S O A P
IVFD KAEN 3B
KU : Sedang 700cc/24jam
Kesadaran : CM Inj. Ceftriaxone 2x300 mg
T : 37,9 oC
Inj. Ranitidin 2x8 mg
RR : 36x/menit
N : 115x/menit Inj. Ondansetron 3x1,2 mg
BB : 7,2 kg
Probiotik sachet 1x1
K/L :
mata cowong (-/-), Tablet Zink 1x20 mg
Demam (+) anemis (-/-), lip dry (-), Oralit tiap BAB cair
BAB cair (+) faring hiperemis Prolonged
Muntah (+) Th : Parasetamol sirup 3x3/4
fever +
Batuk pilek Bintik merah di kulit cth
16/11/2016 (+) Retraksi (-/-), Vesikuler prolonged
Susu formula low
Bintik merah (+/+), Rh (+/+), wh (-/-) diare + dd.
di dada & Abd : lactulose / free lactulose
Bintik merah di kulit Demam
perut Puyer 3x1:
Nafsu makan Flat, soefl (+), BU↑, typhoid
turgor kulit baik - Ambroxol 4 mg
↓
Eks : - Dexamethasone 0,1 mg
Akral hangat, sianosis (-)
Leukosit : 9.180/uL - CTM 1/3 tab
Hb : 8,7 g/dL - Efedrin 8 mg
Ht : 27,5%
PLT : 333.000/uL
Malaria : negatif Usul : cek Tubex,
Tubex test : skala >2 Salmonella IgM/IgG, UL,
DDR
17/11/2016 Demam (+) KU : Sedang Prolonged IVFD KAEN 3B
BAB cair ↓ Kesadaran : CM fever + 700cc/24jam
Bintik merah T : 37,5 oC
prolonged Inj. Ceftriaxone 2x300 mg
seluruh tubuh RR : 55x/menit
Sesak (+) N : 110x/menit diare + viral Inj. Ranitidin 2x8 mg
Batuk pilek BB : 7,5 kg
exanthema + Inj. Ondansetron 3x1,2 mg
(+) K/L :
Bintik merah di kulit dd, demam Probiotik sachet 1x1
Muntah (-)
mata cowong (-/-), typhoid Tablet Zink 1x20 mg
Nafsu
anemis (-/-), lip dry
makan↓ (-),faring hiperemis, Oralit tiap BAB cair
13
Parasetamol sirup 3x3/4
cth
Susu formula low
lactulose / free lactulose
sariawan dimukosa pipi
Puyer 3x1:
Th :
Bintik merah di kulit - Ambroxol 4 mg
Retraksi (-/-), Vesikuler - Dexamethasone 0,1 mg
(+/+), Rh (+/+), wh (-/-)
Abd : - CTM 1/3 tab
Bintik merah di kulit - Efedrin 8 mg
Flat, soefl (+), BU(+)N,
Kaolin, pectin syr
turgor kulit baik
Eks : 3x3/4 cth
Akral hangat, sianosis (-) Cetirizine 2x2,5 mg PO
Bintik merah di kulit (2x1/2cth)
Myconazole salep
Nebu Ventolin pagi &
malam
14
Eks :
Akral hangat, sianosis (-)
Bintik merah di kulit↓
KU : Sedang
Kesadaran : CM
T : 37,1oC
IVFD KAEN 3B
RR : 65x/menit
N : 134x/menit 700cc/24jam
BB : 7,4 kg Inj. Ceftriaxone 2x300 mg
K/L :
Demam (-) Bintik merah di kulit(-) Inj. Ranitidin 2x8 mg
BAB cair (-) mata cowong (-/-), Inj. Ondansetron 3x1,2 mg
Bintik merah anemis (-/-), lip dry (-),
(-) BP+diare (K/P)
faring hiperemis,
19/11/2016 Batuk pilek sariawan di mukosa pipi kronis ec. Probiotik sachet 1x1
(+) Th : morbili Tablet Zink 1x20 mg
Muntah (-) Bintik merah di kulit(-)
Vesikuler (+/+) Parasetamol sirup 3x3/4
Nafsu
makan↑ Rh (+/+), wh (-/-) cth
Abd :
Puyer 3x1:
Bintik merah di kulit(-)
Flat, soefl (+), BU(+)N, - CTM 0,8 mg
turgor kulit baik - Salbutamol 0,6 mg
Eks :
Akral hangat, sianosis (-)
Bintik merah di kulit(-)
20/11/2016 Demam (-) KU : Sedang BP+diare IVFD KAEN 3B
BAB cair (-) Kesadaran : CM kronis ec. 700cc/24jam
Bintik merah T : 36,5oC morbili
RR : 45x/menit Inj. Ceftriaxone 2x300 mg
(-)
Batuk pilek↓ N : 100x/menit Inj. Ranitidin 2x8 mg
Muntah (-) BB : 7,4 kg
Inj. Ondansetron 3x1,2 mg
Nafsu K/L :
Bintik merah di kulit(-) (K/P)
makan↑
mata cowong (-/-), Probiotik sachet 1x1
anemis (-/-), lip dry (-),
faring hiperemis (-), Tablet Zink 1x20 mg
sariawan (-) Parasetamol sirup 3x3/4
Th :
cth
Bintik merah di kulit(-)
Vesikuler (+/+) Puyer 3x1:
Rh (-/-), wh (-/-) - CTM 0,8 mg
Abd :
15
Bintik merah di kulit(-)
Flat, soefl (+), BU(+)N,
turgor kulit baik
- Salbutamol 0,6 mg
Eks :
Akral hangat, sianosis (-)
Bintik merah di kulit(-)
KU : Sedang
Kesadaran : CM
T : 36,7oC
RR : 40x/menit
N : 96x/menit
BB : 7,4 kg
K/L :
Demam (-) Bintik merah di kulit(-)
BAB cair (-) mata cowong (-/-),
Bintik merah anemis (-/-), lip dry (-),
(-) faring hiperemis (-),
Morbili + BP
21/11/2016 Batuk pilek sariawan (-) Boleh pulang
+ GEA
(-) Th :
Muntah (-) Bintik merah di kulit(-)
Nafsu Vesikuler (+/+)
makan↑ Rh (-/-), wh (-/-)
Abd :
Bintik merah di kulit(-)
Flat, soefl (+), BU(+)N,
turgor kulit baik
Eks :
Akral hangat, sianosis (-)
Bintik merah di kulit(-)
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
16
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles.
Penyakit ini ditularkan melalui droplet ataupun kontak dengan penderita.
Penyakit ini memiliki masa inkubasi 8-13 hari. Campak ditandai dengan
gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti
dengan bercak kemerahan pada kulit (rash) (Widoyono, 2008). Dampak
penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat dari diare
berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom radang otak pada anak
diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru menjadi lebih parah setelah sakit
campak berat (Soedarmo, Garna, Hadinegoro, & Satari, 2014).
Menurut WHO, penyakit campak adalah penyakit menular dengan
gejala bercak kemerahan berbentuk makulopopular selama 3 hari atau lebih
yang sebelumnya didahului panas badan 38ºC atau lebih juga disertai salah
satu gejala batuk pilek atau mata merah (Kemenkes RI, 2011).
3.2. Etiologi
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak. Virus campak termasuk
dalam famili paramyxovirus. Virus campak sangat sensitif terhadap panas, sangat
mudah rusak pada suhu 37ºC. Virus campak bersifat sensitif terhadap eter, cahaya
dan trysine. Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek (short survival
time) yaitu kurang dari 2 jam. Apabila disimpan pada laboratorium, suhu
penyimpanan yang baik adalah pada suhu -70ºC (Depkes RI, 2008).
Virus berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan di
bungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya
terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang
mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan struktur heliks nucleoprotein dari
myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, satu protein yang
berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin. Virus ini terdapat dalam
darah dan sekret (cairan) nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan hidung)
pada masa gejala prodromal hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di
kulit dan selaput lender (Depkes RI, 2008).
17
Sumber penularan campak adalah manusia sebagai penderita. Penularan
melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk, bersin
atau sekresi hidung. Masa penularan 4 hari sebelum timbul rash, puncak penularan
pada saat stadium prodromal, yaitu pada 1-3 hari pertama sakit. Masa inkubasi
berlangsung antara 10-14 hari dimulai sejak terjadinya paparan sampai timbulnya
gejala-gejala klinis pertama. Pada masa ini apabila timbul gejala hanya sedikit
sekali (Depkes RI, 2008).
3.3. Patogenesis
Penularannya sangat infeksius, dengan sedikit virus sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan terjadi secara droplet melalui
udara, sejak 1-2 hari sebelum muncul gejala sampai 4 hari setelah timbul ruam.
Pada tempat infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat
ditemukan virusnya. Virus masuk ke sistem limfatik lokal, bebas maupun
berhubungan dengan sel mononuklear, kemudian mencapai ke kelenjar getah
bening regional. Di tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan
dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel
mononuklear terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak (Sel
Warthin), sedangkan limfosit-T yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah
(Soedarmo, Garna, Hadinegoro, & Satari, 2014).
Hari 5-6 setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu masuknya
virus ke pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaringm
konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih, dan usus. Pada hari ke 9-10,
fokus infeksi tersebut akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu atau dua
lapis sel. Pada saat ini virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh
darah dan menimbulkan gejala dari saluran napas diawali dengan batuk pilek
disertai konjungtiva yang tampak merah. Gejala tersebut diikuti dengan demam
tinggi, anak tampak sakit berat, dan tampak ulsera kecil pada mukosa pipi (bercak
Koplik) (Soedarmo, Garna, Hadinegoro, & Satari, 2014).
Selanjutnya, daya tahan tubuh menurun, muncul ruam makulopapular pada
hari ke-14. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
18
memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis
media, hingga gizi kurang (Soedarmo, Garna, Hadinegoro, & Satari, 2014).
a) Demam
Demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari kelima atau
keenam pada puncak timbulnya ruam. Kadang-kadang temperatur dapat
bifasik dengan peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti
dengan periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang
cepat mencapai 40C pada waktu ruam sudah timbul di seluruh tubuh. Pada
kasus yang tanpa komplikasi, suhu tubuh mengalami lisis dan kemudian turun
mencapai suhu tubuh yang normal. Bila demam menetap, kemungkinan
penderita mengalami komplikasi (Depkes RI, 2008).
b) Coryza (pilek)
Pilek pada campak tidak dapat dibedakan dengan pilek pada keadaan
influenza (common cold) pada umumnya. Tanda pertamanya bersin-bersin
yang diikuti dengan gejala hidung buntu (nasal congestion) dan sekret
19
mukopurulen yang menjadi lebih berat pada puncak erupsi. Pilek ini cepat
menghilang setelah suhu tubuh penderita menjadi normal (Depkes RI, 2008).
c) Konjungtivitis
d) Batuk
e) Koplik’s spot
f) Ruam/Rash
20
ruam yang timbul duluan mulai berangsur-angsur menghilang (Depkes RI,
2008).
2. Stadium erupsi
Stadium ini ditandai dengan timbulnya ruam. Ruam mempunyai sifat
yang khas, yaitu berbentuk makulopapuler dan timbul pertama di daerah muka
dan dibelakang telinga. Kemudian menyebar secara sentrifugal ke dada,
punggung dan ekstremitas atas kemudian ke ekstremitas bawah (Depkes RI,
2008).
3. Stadium konvalesen
Stadium ini ditandai dengan ruam berubah warna kehitaman/berwarna
gelap. Kemudian diikuti dengan deskuamasi kulit dan akan menghilang dalam
waktu 7-10 hari. Biasanya diikuti dengan pembesaran kelenjar limfe yang
terlihat dengan adanya limfadenopati di daerah rahang bawah dan daerah
belakang telinga dan splenomegali ringan. Timbulnya limfadenopati pada
daerah mesenterium akan menimbulkan gejala nyeri abdomen. Apabila terjadi
gejala perubahan mukosa apendiks, dapat menyebabkan terjadinya penutupan
lumen apendiks dan akan menimbulkan gejala appendisitis. Selanjutnya
diikuti dengan menurunnya suhu tubuh menjadi normal. Tetapi gejala batuk
akan menghilang dalam waktu yang agak lama (Depkes RI, 2008).
3.5. Diagnosis
a. Anamnesis
- Adanya demam tinggi terus menerus 38,5ºC atau lebih disertai
batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena
cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare.
- Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit, didahului oleh suhu
yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat
mengalami kejang demam.
- Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga
anak mengalami sesak napas atau dehidrasi. Adanya kulit kehitaman
21
dan bersisik (hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda
penyembuhan.
b. Pemeriksaan fisis
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga
stadium:
- Stadium prodromal: berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam
yang diikuti dengan batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan,
stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya
enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak Koplik.
- Stadium erupsi: ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang
bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di
belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke
ekstremitas.
- Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3 hari ruam berangsur-
angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi
kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.
c. Pemeriksaan penunjang
- Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada
komplikasi infeksi bakteri.
- Pemeriksaan untuk komplikasi :
Ensefalopati dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis,
kadar elektrolit darah, dan analisis gas darah.
Enteritis: feses lengkap.
Bronkopneumonia: dilakukan pemeriksaan foto dada dan
analisis gas darah (Pudjiadi, et al., 2009).
22
Rubella (campak Jerman) yang ditandai dengan pembesaran kelenjar getah
bening di belakang telinga.
DHF atau DBD, dalam 2-3 hari bisa terjadi mimisan, turniket test (Rumple
Leede) positif, perdarahan diikuti shock, laboratorium menunjukkan
trombosit < 100.000/ml dan serologis positif IgM DHF.
23
kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5 hari dilakukan
tappering off).
Kebutuhan jumlah cairan dikurangi ¾ kebutuhan serta koreksi
terhadap gangguan elektrolit.
Bronkopneumonia:
- Kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100 mg/kgbb/hari
selama 7-10 hari.
- Oksigen 2 liter/menit.
2. Indikasi rawat
Pasien dirawat (di ruang isolasi) bila:
- hiperpireksia (suhu>39.0ºC)
- dehidrasi
- kejang
- asupan oral sulit
- adanya komplikasi (Pudjiadi, et al., 2009).
3.8. Pencegahan
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada
semua bayi berusia 9 bulan atau lebih. dosis baku minimal untuk pemberian
vaksin campak yang dilemahkan adalah 1.000 TCID-50 atau sebanyak 0,5 mL.
Cara pemberian yang dianjurkan adalah subkutan (Soedarmo, Garna, Hadinegoro,
& Satari, 2014).
3.9. Penyulit
Penyulit campak dapat berupa :
- Laringitis akut
- Bronkopneumonia
24
- Kejang demam
- Ensefalitis
- Subacute Sclerosing Panencephalitis
- Otitis Media
- Enteritis
- Konjungtivitis (Pudjiadi, et al., 2009)
25
BAB 4
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
Demam Suhu tubuh pasien berkisar antara
Faring hiperemis 37,6-37,9ºC
Stomatitis Faring pasien tampak hiperemis
Konjungtivitis Tampak stomatitis di mukosa pipi
Nyeri menelan pasien
26
cairan yang cukup, suplemen Inj. Ranitidin 2x8 mg
nutrisi, antibiotik diberikan apabila Inj. Ondansetron 3x1,2 mg
terjadi infeksi sekunder, Probiotik sachet 1x1
antikonvulsi apabila terjadi kejang, Tablet Zink 1x20 mg
dan pemberian vitamin A. Parasetamol sirup 3x3/4 cth
Puyer 3x1:
- CTM 0,8 mg
- Salbutamol 0,6 mg
Vit. A 1x200.000 IU
Nebu Ventolin pagi & malam
27
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Morbili atau Campak merupakan penyakit akut yang sangat menular,
disebabkan oleh infeksi virus campak dari famili paramyxoviridae. Gejala
penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium yaitu stadium prodormal, dan
stadium erupsi, dan stadium penyembuhan yang dimanifestasikan dengan demam,
konjugtivitis dan bercak koplik kira-kira 10 hari setelah terinfeksi virus.
Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yaitu terdapat
ruam papulomakuler menyeluruh, demam dan terdapat salah satu dari gejala,
batuk, koriza/pilek atau konjungtivitis. Kebanyakan penyulit campak terjadi bila
ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa penyulit campak adalah
bronkopenumonia, ensefalitis, konjungtivitis, Subacute Slcerosing
Panencephalitis (SSPE), miokarditis, otitis media dan sebagainya.
Pengobatan campak bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi
infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan
vitamin A.
DAFTAR PUSTAKA
28
Depkes RI., 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Pemukiman. Jakarta.,
2008. Petunjuk Teknis Surveilans Campak. Direktorat Surveilans Epidemiologi
Imunisasi & Kesehatan Matra. Direktorat Jenderal PP & PL. Jakarta.
Sudarmo, S.Porwo Sumarmo., Garna Herry., Hadinegoro, Sri Rezeki S., Safari,
Hindra Irawan., 2014. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, Jakarta : Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
WHO., 2014. Warns That Progress Towards Eliminating Measles Has Stalled.
Diakses 28 Maret 2015;
http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2014/eliminating-measles/
29