You are on page 1of 12

HUBUNGAN SELF CARE BEHAVIOR DENGAN KADAR GULA DARAH PADA

PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


BULELENG III

(The Effect of Early Mobilization to The Changes of Pain Level in Client With Post Laparotomy
Operations in Kamboja Room of RSUD Buleleng Regency)

I Made Astita Paramartha


Program Studi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng
e-mail: Astitaimade@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Nyeri merupakan pengalaman pribadi yang diekspresikan secara berbeda. Tindakan medis yang
sering menimbulkan nyeri adalah pembedahan seperti laparatomi, komplikasi tindakan pembedahan laparatomi
adalah nyeri. Pasien post laparatomi dilakukan dengan pemberian intervensi mobilisasi dini latihan gerak sendi,
gaya berjalan, toleransi aktivitas sesuai kemampuan dan kesejajaran tubuh. Tujuan dari penelitian ini yakni
mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi laparatomi di ruang
kamboja RSUD Kabupaten Buleleng. Metode: penelitian pra-eksperimental dengan desain one group pra-post
test design. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi Bourbanis dan menggunakan teknik sampling
menggunakan teknik Nonprobality Sampling, yaitu Accidental sampling dengan jumlah sampel 12 responden.
Hasil: Analisis data dilakukan dengan uji paired dependen t-test. Hasil penelitian diperoleh thitung > ttabel
(7.707 > 2.201) dengan p=0,000 (p<0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga terdapat Pengaruh
Mobilisasi Dini Terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Klien Post Operasi Laparatomi di Ruang Kamboja RSUD
Kabupaten Buleleng. Kesimpulan: Berdasarkan uji analisa data dengan menggunakan uji paired dependet t-test
didapatkan hasil nilai thitung > ttabel (7.707>2.201) dan nilai p<α (0.000<0.05) dengan demikian hipotesis nol
(H0) ditolak, yang artinya ada pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi
laparatomi di Ruang Kamboja RSUD Kabupaten Buleleng.

Kata kunci: mobilisasi dini, tingkat nyeri, laparatomi.

ABSTRACT

Introduction: Pain is a personal experience that is expressed differently. Medical treatment is often painful
surgery such as laparotomy, complications of laparotomy surgery is painful. The Patients post laparotomy is
done by administering early mobilization interventions (exercise motion, gait, activity tolerance according to
their ability and body alignment). The purpose of this research is to know the effect of early mobilization on the
Changes of Pain Level in Client With Post Laparotomy Operations in Kamboja Room of RSUD Buleleng
Regency. Methods: This research used pre experimental: one group pra-post test design. Collecting data using
observation sheet Bourbanis and using sampling techniques using Nonprobality sampling techniques, that is
accidental sampling with sample of 12 respondents. Results: Data is analyzed by paired t-test dependent.
Research results obtained t > t table (7707> 2201) with p = 0.000 (p <0.05) H0 rejected and Ha accepted that
there Effect of Early Mobilization to The Change of Pain Level in Client With Post Laparotomy Operations in
Kamboja Room of RSUD Buleleng Regency. Conclutions: the test data analysis using paired dependet t-test
showed obtained t> ttable (7707> 2201) with p-value <α (0.000 <0.05), so the null hypothesis (H0) is rejected,
which means that there is the influence of early mobilization to changes post operative pain level clients
laparotomy in kamboja room of RSUD Buleleng Regency.

Keyword: Early Mobilization, The Level of Pain, Laparotomy.


DM di berbagai penjuru dunia. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi
PENDAHULUAN adanya peningkatan jumlah penyandang
DM yang menjadi salah satu ancaman
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kesehatan global (KEMENKES,2013).
penyakit tidak menular yang meningkat WHO dalam PERKENI (2006)
dengan tajam disebabkan karena peningkatan memperkirakan kenaikan jumlah
glukosa darah atau hiperglikemia. penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta
Hiperglikemia merupakan salah satu tanda orang pada tahun 2000 menjadi sekitar
khas penyakit Diabetes Mellitus. (Suyono, 21,3 juta orang pada tahun 2030. Laporan
2009). Saat ini penelitian epidemiologi ini menunjukkan adanya peningkatan
menunjukkan adanya kecenderungan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali
peningkatan angka insidensi dan prevalensi lipat pada tahun 2035. Sedangkan
International Diabetes Federation (IDF) DM yang diakibatkan malnutrisi (103)
memprediksi adanya kenaikan jumlah orang, DM yang tidak diketahui lainnya
penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta (153) orang dan DM yang tidak terdeteksi
orang pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta (2.163) orang.
orang pada tahun 2035. Meskipun terdapat Berdasarkan hasil studi pendahuluan
perbedaan prevalensi, laporan keduanya yang telah dilakukan pada tanggal 08
menunjukan adanya peningkatan jumlah Maret 2017 Menggunakan kuisioner Self
pasien DM sebanyak 2-3 kali lipat pada Care Behavior, dari 10 penderita Diabetes
tahun 2030. Dengan angka tersebut, Mellitus 8 di antaranya dengan Self Care
indonesia menempati peringkat ke-5 di Behavior yang buruk terutama mengenai
Dunia, atau naik dua peringkat dibandingkan monitoring kadar gula darah, dan
data IDF tahun 2013 yang menempati pengaturan pola makan yang buruk. Dari
peringkat ke-7 di dunia dengan 7,6 juta orang jumlah tersebut 7 di antaranya dengan
penyandang Diabetes Mellitus. kadar gula darah lebih dari atau kadar
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) gula darah yang tidak sesuai dengan
melaporkan pada tahun 2013 terdapat 1,5% standar normal. Item Self Care Behavior
kejadian Diabetes Mellitus di Indonesia. yang sering kurang di antaranya adalah
Prevalensi DM pada umur lebih dari 15 pengaturan pola makan dan pengukuran
tahun yang terdiagnosis tertinggi terdapat di kadar gula darah. Untuk itu peneliti
Yogyakarta (2,6%), Jakarta (2,5%), Sulawesi tertarik untuk meneliti “Hubugan Self
Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Care Behavior dengan Kadar Gula Darah
Prevalensi berdasarkan DM yang Pada Penderita Diabetes Mellitus Di
terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng III.
terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Berdasarkan latar belakang masalah
Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan yang diuraikan di atas maka dapat ditarik
(3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3%. Jenis rumusan masalah sebagai berikut
DM yang paling banyak diderita dan “Apakah ada Hubungan Self Care
prevalensinya paling banyak meningkat Behavior dengan Kadar Gula Darah Pada
adalah Diabetes Mellitus tipe 2, dengan Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah
jumlah penderita sekitar 90% hingga 95% Kerja Puskesmas Buleleng III”
dari jumlah penderita Diabetes Mellitus di
seluruh dunia. METODE PENELITIAN
Hasil RISKESDAS 2013 diperoleh data Penelitian ini merupakan jenis
bahwa proporsi penyebab kematian akibat penelitian kuantitatif yang menggunakan
Diabetes Mellitus pada kelompok usia 55-54 metode penelitian Penelitian korelasional
tahun di perkotaan yaitu 2,0% dan pedesaan bertujuan mengungkapkan hubungan
1,0%, Prevalensi Diabetes Mellitus pada korelatif antar variabel yaitu Self Care
perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki Behavior dihubungkan dengan Kadar Gula
dan cenderung lebih banyak pada masyarakat Darah. Desain penelitian yang akan
yang tingkat pendidikannya tinggi dari pada digunakan adalah cross sectional, yaitu
tingkat pendidikan rendah, hal ini jenis penelitian yang menekankan pada
kemungkinan akibat pola hidup yang tidak waktu pengukuran atau observasi data
sehat. variabel independen dan dependen hanya 1
Hasil Riskesdas Bali 2013 berdasarkan kali, pada satu saat (Nursalam,2014).
kabupaten atau kota di Bali prevalensi Penelitian ini dilaksanakan di
penderita Diabetes Mellitus terdiagnosis Wilayah Puskesmas Buleleng III, Populasi
terbanyak yaitu di kabupaten Jembrana dalam penelitian adalah setiap subjek yang
(1,9%), di ikuti kota Tabanan dan Klungkung memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
yaitu masing-masing 1,5% (Riskesdas Bali, (Nursalam, 2014). Populasi dalam
2013). Berdasarkan data yang dikumpulkan penelitian ini adalah pasien Diabetes
tim surveilans terpadu penyakit rawat jalan Mellitus di Wilayah Puskesmas Buleleng
rumah sakit Pemerintah dan Puskesmas III. Pengumpulan data menggunakan
Sentinel, penyakit tidak menular yang lembar kuisioner Diabetic Self Care
mendominasi saat ini di Bali adalah Diabetes Behavior dan lembar observasi kadar gula
Mellitus (DM) (Bali Post 1 Februari 2017). darah dengan cara pengambilan sampel
Pada tahun 2011 saja, penderita Diabetes pada penelitian ini adalah dengan
Melitus tercatat sekitar 4.023 orang dengan menggunakan purposive sampling adalah
rincian DM tergantung insulin (804) orang, termasuk bagian dari non probability
DM tidak bergantung insulin (795) orang,
sampling dan jumlah sampel penelitian ini berdasarkan tingkat pendidikan
adalah 109 orang. Frekuensi Persentase
Pendidikan
(%)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
SD 44 40,4
Penelitian ini menggunakan 109 sampel
yang dirawat di Wilayah Puskesmas Buleleng SMP 37 33,9
III, Kabupaten Buleleng dengan karakteristik
responden yang meliputi umur, jenis kelamin, SMA 24 22,0
pendidikan.
Sarjana 4 3,7
Tabel 1 Karakteristik Responden berdasarkan Total 109 100
umur
Variabel Mean Standar Maksimum 95% Berdasarkan pada tabel 3 di atas,
Deviasi -Minimum CI menunjukan bahwa karakteristik responden
di Puskesmas Buleleng III dapat diketahui
Umur 58,06 13,600 17 – 99 55,47 bahwa dari 109 responden sebagian besar
– responden pada tingkat pendidikan SD
60,64 yaitu sebanyak 44 responden (40,4%) dan
terendah pada tingkat pendidikan sarjana
Berdasarkan pada tabel 1 di atas,
yaitu sebanyak 4 responden (3,7%).
menunjukan bahwa karakteristik responden di
Puskesmas Buleleng III dapat diketahui dari Tabel 4 Distribusi frekuensi identifikasi Self
109 responden memiliki rata-rata umur 58 Care Behavior Pada Responden Di
tahun dengan usia tertinggi 99 tahun dan usia Puskesmas Buleleng III Kabupaten
terendah 17 tahun dengan nilai standar diviasi Buleleng
13,600.
Self Care Frekuensi Persentase (%)
Tabel 2 Karakteristik Responden Behavior
berdasarkan jenis kelamin
Baik 5 4,6
Jenis Persentase (%)
Frekuensi
Kelamin Sedang 86 78,9
Laki-laki 45 41,3 Buruk 18 16,5
Perempuan 64 58,7 Total 109 100
Total 109 100 Berdasarkan pada tabel 4.4 di atas,
dapat dilihat dari 109 responden
menunjukan bahwa sebagian besar
Berdasarkan pada table 2 di atas,
penilaian Self Care Behavior Pada
menunjukan bahwa karakteristik responden di Responden Di Puskesmas Buleleng III
Puskesmas Buleleng III dapat diketahui bahwa
Kabupaten Buleleng berperan paling
dari 109 responden sebagian besar responden banyak 86 orang responden (78,9%)
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 64
dengan Self Care Behavior sedang.
responden (58,7%). Dan sebagian kecil berperan terendah sebanyak 5 responden
berjenis kelamin laki-laki yaitu 45 responden
(4,6%) dengan Self Care Behavior baik.
(41,3%).

Tabel 5 Distribusi frekuensi identifikasi


didapatkan Hasil Kadar Gula
Darah Pada Responden Di
Puskesmas Buleleng III
Kabupaten Buleleng
Tabel 3 Karakteristik responden Kadar Gula Frekuensi Persentase (%)
Darah kurang cekatan dan juga mempengaruhi
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian,
Baik 20 18,3 perhatian, sehingga tidak mampu
beradaptasi dengan perubahan-perubahan
Sedang 83 76,1 ini, sehingga timbul rasa kesepian, merasa
hidup yang dijalani sudah tidak berarti dan
Buruk 6 5,5
tidak diperhatikan dan kurang dalam
Total 109 100 mempertahankan kesehatanya seperti Self
Care Behavior yang dapat menyebabkan
Berdasarkan pada tabel 4.5 di atas, dari orang tersebut mengalami banyak
109 responden menunjukan bahwa sebagian menderita penyakit seperti Diabetes
besar responden mengalami Kadar Gula Darah Mellitus dan lain-lain.
sedang sebanyak 83 responden (76,1%) dan Penelitian ini sejalan dengan pendapat
jumlah responden terendah yang mengalami Lestari (2015) yang menyatakan bahwa
Kadar Gula Darah buruk sebanyak 6 pada waktu seseorang memasuki masa usia
responden (5,5%). lanjut, akan mengakibatkan terjadinya
Tabel 6 Hubungan Self Care Behavior perubahan baik yang bersifat fisik, mental,
dengan Kadar Gula Darah Di Wilayah maupun sosial. Jadi, memasuki usia lanjut
Kerja Puskesmas Buleleng III. tidak lain adalah upaya penyesuaian
Variabel N R p.value terhadap perubahan-perubahan tersebut.
Sebagai proses alamiah, perkembangan
Self Care Behavior 109 - 0,016 manusia sejak periode awal hingga masa
dengan Kadar Gula usia lanjut merupakan kenyataan yang tidak
Darah 0,231 dapat dihindari.
Menurut penelitian Kusniawati tahun
Berdasarkan pada tabel 4.6 di atas 2011 menyatakan dalam penelitiannya
dapat diketahui bahwa uji statistik dengan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara umur dengan self care
menggunakan uji korelasi Spearman Rank
DM. Hasil yang sama disebutkan pada
diperoleh nilai p = 0,016, nilai ini lebih penelitian Bai et al bahwa umur tidak
kecil dari level of significance (α) sebesar berpengaruh terhadap perilaku self care
0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada DM. Berapapun umur seorang penderita
hubungan yang signifikan antara Self Care DM menunjukkan perilaku self care yang
Behavior dengan Kadar Gula Darah Di sama, baik penderita berusia muda maupun
Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng III. penderita berusia tua.
Dilihat dari nilai Correlation Coefficient Dilihat dari karakteristik jenis kelamin
(r) menunjukkan -0,231 yang berarti Self Care responden yang mengalami self care
Behavior dengan Kadar Gula Darah Di behavior dengan kadar gula darah sebagian
Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng III. besar berjenis kelamin perempuan yaitu
memiliki hubungan yang Lemah dengan arah sebanyak 64 orang (58,7%). dan sebagian
hubungan negatif yang artinya semakin kecil berjenis kelamin laki-laki yaitu 45
baik Self Care Behavior maka semakin orang (41,3%). Menurut peneliti hal ini
rendah Kadar Gula Darah atau sebaliknya, terjadi karena mayoritas dalam populasi
berjenis kelamin perempuan, namun di satu
pada orang dengan Diabetes Mellitus.
sisi hal ini tidak ada hubunganya yang
signifikan dengan self care behavior
Dilihat dari karakteristik responden
Dikarenakan pada dasarnya self care
yang mengalami Self Care Behavior dan kadar
behavior harus dilakukan oleh siapa saja
gula rata-rata umur penderita Diabetes
baik itu perempuan maupun laki-laki.
Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Pendapat tersebut didukung oleh
Buleleng III Berdasarkan estimasi interval
penelitian yang dilakukan oleh Kusniawati
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-
tahun (2011) Lebih dari setengah responden
rata umur responden rentang diantara 58 – 60
pada penelitian ini berjenis kelamin
tahun.
perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan
Menurut peneliti memasuki usia 58-60,
oleh Kusniawati menyebutkan bahwa tidak
Setiap orang akan mengalami kemunduran
terdapat hubungan yang signifikan antara
baik secara biologis maupun psikis yang dapat
jenis kelamin dengan perilaku self care
mempengaruhi pergerakan, tindakan,
DM. Hal tersebut dikarenakan pada
koordinasi, yang berakibat orang menjadi
dasarnya self care harus dilakukan oleh
siapa saja yang menderita DM, baik itu meliputi pengaturan pola makan (diet),
perempuan maupun laki-laki. latihan fisik (olahraga), perawatan kaki,
Dilihat dari karakteristik riwayat minum obat diabetes, dan monitoring
pendidikan responden sebagian besar glukosa darah.
responden pada tingkat pendidikan SD yaitu Hasil penelitian mengenai pola makan
sebanyak 44 orang (40,4%) dan terendah pada menunjukkan bahwa sebagian besar
tingkat pendidikan sarjana yaitu sebanyak 4 responden memiliki perilaku pola makan
orang (3,7%). Menurut peneliti semakin yang baik. Salah satu yang dapat dilakukan
rendah tingkat pendidikan seseorang, maka pada terapi non farmakologi adalah dengan
semakin besar kemungkinan untuk self care perubahan gaya hidup yaitu pengaturan
behavior yank kurang baik. pola makan. Individu yang memiliki pola
Pendapat tersebut didukung oleh makan baik akan dapat mengontrol kadar
penelitian yang dilakukan oleh (Putri, 2013) gula darahnya. Prinsip diet DM adalah tepat
lebih banyak responden pada penelitian ini jumlah, jadwal dan jenis. Diet pada
memiliki tingkat pendidikan SLTA/ sederajat. penderita DM merupakan pengaturan pola
Tingkat pendidikan memiliki pengaruh makan dimana tepat jumlah kalori yang
terhadap perilaku self care DM. Seseorang dikonsumsi per hari, tepat jadwal yaitu 3
dengan tingkat pendidikan tinggi biasanya kali makanan utama dan 2-3 kali makanan
memiliki banyak pengetahuan tentang selingan per hari dengan interval waktu 3
kesehatan sehingga individu tersebut dapat jam, tepat jenis dengan menghindari
mengontrol penyakitnya. Seseorang individu makanan manis dan makanan tinggi kalori
dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki (Putro, 2012).
perilaku self care baik (Irawan, 2010). Penelitian ini menunjukkan bahwa
lebih banyak responden memiliki aktivitas
Penilaian terhadap Self Care Behavior fisik baik. Salah satu faktor pencetus
menunjukan bahwa sebagian besar penilaian meningkatnya kadar gula darah adalah
Pada Responden Di Puskesmas Buleleng III karena aktivitas fisik yang kurang. Aktivitas
Kabupaten Buleleng berperan paling banyak fisik/ olahraga berguna untuk
86 orang responden (78,9%) dengan Self Care mengendalikan gula darah tetap stabil dan
Behavior sedang. berperan terendah sebanyak berperan dalam penurunan berat badan pada
5 responden (4,6%) dengan Self Care penderita DM. Manfaat lainnya dari
Behavior baik. melakukan aktivitas fisik bagi penderita
Berdasarkan pada data tersebut, dapat DM adalah menurunkan kadar gua darah,
dilihat bahwa penilaian responden terhadap mencegah kegemukan, mencegah
Self Care Behavior masih beragam, namun terjadinya komplikasi, berperan dalam
sebagian besar responden mengungkapkan mengatasi gangguan lipid darah, dan
bahwa Self Care Behavior sudah berperan peningkatan tekanan darah. Aktivitas fisik/
cukup baik dalam memberikan dukungan olahraga yang dianjurkan bagi penderita
terhadap penderita Diabetes Mellitus.. DM adalah sesuai dengan CRIPE
Menurut asumsi peneliti, hal ini dapat (continous, rhytmical, interval, progresive,
terjadi karena Self Care Behavior dapat endurance training), dilakukan secara
memberikan berbagai dukungan yang teratur sebanyak 3-4 kali seminggu selama
diperlukan oleh penderita Diabetes Mellitus. minimal 30 menit (Soegondo, 2009).
pengaturan pola makan. Aktifitas fisik, Hasil penelitian menunjukkan lebih
pengontrolan berat badan. Pengobatan dari setengah responden memiliki perilaku
berkelanjutan, dan pengukuran kadar gula kontrol berat badan baik. Seseorang
darah, yang dipengaruhi oleh Self Care individu yang memiliki perilaku kontrol
Behavior dirasakan membantu penderita berat badan kurang akan lemah terhadap
Diabetes Mellitus selama pengobatan. komitmen tujuannya, sehingga terjadi
Penelitian lainnnya juga ketidakpatuhan terhadap pengontrolan berat
mengungkapkan hal Hasil penelitian badan (Safitri, 2016). Self care
menunjukkan antara perilaku self care kurang pengontrolan berat badan pada diabetesi
dan perilaku self care baik memiliki hasil yang yang harus dilakukan adalah pengontrolan
hampir sama. Lebih banyak responden dalam berat badan. Jika self care pengontrolan
penelitian ini memiliki perilaku self care berat badan diabetik ini dilakukan dengan
sedang. Self care DM merupakan tindakan baik akan mengurangi resiko obesitas pada
mandiri yang harus dilakukan oleh penderita penderita DM (Arianti, 2013).
DM dalam kehidupannya sehari-hari. Mayoritas responden memiliki
Komponen dalam pelaksanaan self care DM perilaku minum obat diabetes baik dalam
perilaku self care DM. Pengobatan DM pada Penilaian Kadar Gula Darah dari 109
umumnya bertujuan untuk mencegah responden dapat diketahui bahwa sebagian
komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup. besar responden mengalami Kadar Gula
Pengobatan berpengaruh secara langsung Darah sedang sebanyak 83 orang (76,1%)
terhadap pengendalian kadar gula darah dan jumlah responden yang mengalami
(Hapsari, 2014). Pengobatan DM pada Kadar Gula Darah buruk sebanyak 6 orang
umumnya bertujuan untuk mencegah (5,5), yaitu pada tingkat Kadar Gula Darah
komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup. Baik sebanyak 20 orang (18,3%).
Ketidakpatuhan klien terhadap minum obat Menurut asumsi peneliti, hal ini
dapat meningkatkan resiko komplikasi dan dapat terjadi karena pemahaman responden
bertambah parahnya penyakit yang diderita terhadap penyakit Diabets Mellitus yang
(Primahuda, 2016). masih kurang. Responden masih merasa
Lebih banyak responden dalam bersalah, malu dan tidak sebaik orang yang
penelitian ini memiliki perilaku monitoring tidak mengalami Diabets Mellitus. Hal
gula darah baik. Namun, masih banyak pula tersebut dapat menyebakan pasien tidak
responden yang masih kurang dalam perilaku mengetahui cara merawat dan
monitoring gula darah. Penderita DM yang mempertahankan kesehatanya atau Self
jarang memeriksa kadar gula darahnya Care Behavior. Hal ini berkaitan dengan
disebabkan karena kondisi ekonomi yang keikutsertaan responden dalam kegiatan
memungkinkan penderita DM untuk lebih Self Care Behavior yang memungkinkan
memenuhi kebutuhan pokoknya dari pada responden untuk mengetahui cara merawat
memeriksakan status kesehatannya. Sehingga diri sendiri dalam menghadapi penyakit
tak jarang penderita DM baru memeriksa Diabetes Mellitus tersebut. Perasaan yang
kadar gula darah ke pelayanan kesehatan positif akan meningkatkan Self Care
ketika kondisi tubuhnya memburuk. Behavior pada responden sehingga pada
Kusniawati menyatakan dalam penelitiannya penelitian ini ditemukan juga responden
bahwa monitoring gula darah secara teratur yang telah mengalami Self Care Behavior
merupakan salah satu penatalaksanaan DM yang baik.
yang penting yang harus dilakukan oleh klien. Gula darah tinggi akan beresiko
Penelitian mengungkapkan bahwa Self Care terjadinya pradiabetes yang merupakan
Behavior memberikan berbagai manfaat. kondisi dimana kadar gula darah lebih
Penelitian yang dilakukan oleh Mardhiati dan tinggi dari batas normal, namun belum
Handayani (2011) mengungkapkan Self Care cukup untuk mendiagnosa sebagai diabetes,
Behavior dapat bermanfaat sebagai jika tidak ditangani dengan baik, kondisi
pengendalian kadar gula darah (99,5%), pradiabetes bias berkembang menjadi
wadah untuk mendapatkan pengetahuan diabetes. Perubahan status dari pradiabetes
tentang Diabetes Mellitus (99,8%), wadah menjadi lebih baik dalam menjalankan Self
yang membantu untuk ketersediaan layanan Care Behavior. Mereka mengungkapkan
pengobatan dan perawatan serta layanan bahwa penderita Diabetes Mellitus adalah
perubahan perilaku (99,7 %). sebuah kesalahan dalam menjalankan Self
Jadi dapat disimpulkan bahwa Self Care Care Behavior (Nyamathi, et al., 2013).
Behavior adalah memberikan berbagai Berdasarkan hasil tabulasi silang antara
komponen yang terdiri dari aktifitas fisik, perilaku diet dengan kadar gula darah pada
pengontrolan berat badan, pengontrolan atau penderita diabetes melitus tipe II di desa
monitoring gula darah, pola makan yang jogomerto kecamatan tanjung anom
teratur. Self Care Behavior yang diberikan menunjukkan perilaku cukup sebanyak 14
dapat membantu penderita Diabetes Mellitus responden (77,8%) dan kadar gula darah
dalam menjalani proses pengobatan. buruk sebanyak 13 responden (72,2%).
Keikutsertaan penderita Diabetes Mellitus Hasil uji statistik menggunakan spearman
dalam kegiatan Self Care Behavior juga dapat rank dengan α = 0,05 didapatkan ρ value =
meningkatkan pemahaman penderita Diabetes 0,018 α = 0,05 artinya Ha diterima dan Ho
Mellitus dalam manajemen penyakitnya. Bagi ditolak atau ada hubungan antara perilaku
pelayanan kesehatan sebagai penyedia jasa diet dengan kadar gula darah penderita
layanan kesehatan diharapkan dapat diabetes melitus tipe II di Desa Jogomerto
meningkatkan pelayanannya, memberikan Kecamatan Tanjung Anom. Dengan nilai r
edukasi, dan memberdayakan kader kesehatan = 0,562 atau tingkat hubungan sedang.
untuk meningkatkan status kesehatan.
Berdasarkan pada hasil penelitian
ini dapat peneliti simpulkan bahwa kadar
gula darah yang dirasakan oleh responden kategori (n) dan persentase tiap kategori
pada penelitian ini yaitu kadar gula darah (%) yang dilakukan dengan bantuan
sedang hal ini berkaitan dengan pemahaman program komputer dan disajikan dalam
responden tentang Diabetes Mellitus yang bentuk tabel.
masih kurang sehingga responden masih Berdasarkan penelitian terhadap
memiliki pandangan yang negatif terhadap pasien DM tipe 2 yang melakukan rawat
penyakitnya. jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul menunjukkan
Sebelum pengecekan kadar gula darah bahwa nilai rata-rata self-care yang didapat
pada penderita Diabetes Mellitus di Wilayah responden yaitu sebesar 4,8 dari rentang
Kerja Puskesmas Buleleng III, terlebih dahulu skala 1 – 7. Sedangkan untuk nilai self-care
peneliti melakukan komunikasi untuk terendah yaitu 3,5 dan yang tertinggi 5,7.
menumbuhkan hubungan saling percaya antara Berdasarkan skala instrumen SDSCA pada
responden dengan peneliti. Setelah itu peneliti penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
melakukan penelitian terhadap Self Care rata-rata responden melakukan aktivitas
Behavior dengan menggunakan kuisioner self-care selama 5 hari dalam seminggu.
Diabetic Self Care Behavior. Aktivitas self-care paling sedikit dilakukan
Berdasarkan uji statistik menunjukan selama 4 hari dan yang paling sering yaitu
hasil dengan menggunakan uji korelasi selama 6 hari.
Spearman Rank diperoleh nilai p= 0,016, nilai Aktivitas self-care yang sudah
ini lebih kecil dari level of significance (α) dilakukan dengan nilai rata-rata mendekati
sebesar 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada sempurna yaitu aktivitas minum obat secara
hubungan yang signifikan antara Self Care teratur selama 7 hari, pengaturan pola
Behavior dengan Kadar Gula Darah di makan (diet) selama 6 hari, dan latihan fisik
Puskesmas Buleleng III. (exercise) selama 4 hari. Sedangkan untuk
Dilihat dari nilai Correlation Coefficient tindakan pengontrolan berat badan rata-rata
(r) menunjukkan-0,231 yang berarti Self Care dilakukan selama 3 hari dan rata-rata
Behavior dengan Kadar Gula Darah memiliki kontrol kadar glukosa darah hanya
hubungan yang lemah dengan arah hubungan dilakukan selama 1 hari dalam seminggu
negatif yang artinya semakin baik Self Care terakhir.
Behavior maka semakin baik juga Kadar Gula Hasil penelitian ini sama dengan
Darah atau sebaliknya, pada orang dengan penelitian Kusniawati (2011) yang
Diabetes Mellitus di Kabupaten Buleleng. menyatakan bahwa rata-rata aktivitas self-
Menurut peneliti semakin baik Self Care care yang dilakukan respondennya adalah 5
Behavior maka semakin baik juga Kadar Gula hari, dengan aktivitas self-care paling
Darah atau sebaliknya, pada orang dengan sedikit dilakukan selama 2 hari dan yang
Diabetes Mellitus di Wilayah Puskesmas paling sering yaitu selama 7 hari. Berbeda
Buleleng III Kabupaten Buleleng. dengan penelitian tersebut, Aini (2011)
Penelitian ini didukung dengan hasil yang menyatakan bahwa rata-rata aktivitas
penelitian yang dilakukan oleh Linda Riana self-care yang dilakukan respondennya
Putri dan Yuni Dwi Hastuti (2017) dan adalah selama 4 hari, dengan aktivitas self-
didapatkan jumlah sampel 135 responden. care paling sedikit dilakukan selama 2 hari
Peneliti menggunakan kuesioner Summary of dan yang paling sering yaitu selama 5 hari.
Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) yang Hawari, (2009) menyatakan bahwa
telah dimodifikasi untuk mengetahui aktivitas penderita diabetes mellitus umumnya
perawatan diri yang dilakukan oleh klien DM mengalami rasa cemas dikarenakan kadar
yang meliputi pengaturan pola makan (diet), gula darah dapat sewaktu-waktu meningkat
latihan fisik (olahraga), perawatan kaki, tanpa penyebab yang jelas. Kondisi yang
minum obat diabetes, dan monitoring gula sama disampaikan oleh Perfect & Elkins
darah. Uji validitas yang dilakukan (2010) bahwa penderita diabetes mellitus
menunjukkan r hitung > r tabel (0,361) dengan cenderung mengalami stres yang akan
rentang 0,363-0,728 yang berarti pertanyaan mengganggu siklus istirahat tidur sehingga
SDSCA valid. menyebabkan ketidakefektifan manajemen
diabetes melitus.
Hasil uji reliabilitas didapatkan hasil r Berdasarkan hasil penelitian Henny
alpha cronbach’s 0,855 yang berarti instrumen Purwandari, Moch Khamim Setyobudi
reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian (2014) dapat diketahui bahwa dari 18
ini. Analisa data univariat pada penelitian ini responden hampir seluruhnya yaitu 13
menggunakan peringkasan data dalam bentuk responden (72,2%) memiliki kadar gula
darah buruk. Dari 13 responden (72,2%) Pada Responden Di Puskesmas Buleleng III
memiliki kadar gula darah buruk, hampir Kabupaten Buleleng berperan paling
seluruhnya yaitu 13 responden (72,2%) pernah banyak 86 orang responden (78,9%)
mendapat informasi mengenai diet diabetes dengan Self Care Behavior sedang,
melitus. berperan terendah sebanyak 5 orang (4,6)
Menurut Notoadmojo, (2010), dengan dengan Self Care Behavior baik.
memberikan informasi tentang cara mencapai 3. Hasil pengukuran Kadar Gula Darah
hidup sehat akan meningkatkan pengetahuan menunjukkan bahwa dari 109 responden
masyarakat. Selanjutnya dengan pengetahuan menunjukan bahwa sebagian besar
akan menumbuhkan kesadaran dan pada responden mengalami Kadar Gula Darah
akhirnya akan menyebabkan obang sedang sebanyak 83 responden (76,1%) dan
berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang jumlah responden terendah yang
dimiliki. Notoadmojo 2003, berpendapat mengalami Kadar Gula Darah buruk
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi sebanyak 6 responden (5,5%).
tindakan seseorang dalam meningkatkan 4. Berdasarkan uji analisa Hasil uji statistik
kualitas kesehatan adalah terjangkaunya dengan Spearmen Rank Ada hubungan yang
informasi yaitu tersediannya informasi– signifikan antara Self Care Behavior
informasi terkait dengan tindakan yang akan dengan Kadar Gula Darah pada Penderita
diambil oleh seseorang. Tuaeni (2009), Puskesmas Buleleng III, Kabupaten
berpendapat bahwa pada penderita diabetes Buleleng (p value = 0,016). Kekuatan
melitus, dengan adanya kemudahan untuk hubungan dapat dilihat dari koefisien
memperoleh informasi mengenai pengendalian korelasi yaitu -0,231 yang artinya ada
kadar gula darah dapat memfasilitasi hubungan yang lemah antara kedua
terjadinya perilaku untuk melakukan variabel. Hubungan kedua variabel tersebut
pengendalian kadar gula darah mereka. memiliki arah negatif yang artinya semakin
Berdasarkan teori diatas dapat baik Self Care Behavior maka semakin
disimpulkan bahwa dengan pernah mendapat normal Kadar Gula Darah atau sebaliknya,
informasi dari lembaga organisasi, tenaga pada orang dengan Diabetes Mellitus di
kesehatan atau lembaga kesehatan akan Wilayah kerja Puskesmas Buleleng III
meningkatkan perilaku kesehatan seseorang. Kabupaten Buleleng.
Informasi yang diperoleh seseorang akan
meningkatkan pengetahuan orang tersebut, dan Saran
hal ini akan mempengaruhi suatu perilaku
dalam pengendalian kadar gula darah. Berdasarkan hasil dari penelitian
yang diperoleh, maka dapat diberikan saran
KESIMPULAN DAN SARAN seperti berikut:
1. Bagi lembaga/Institusi Pendidikan
Simpulan Bagi institusi pendidikan hasil
1. Karakteristik responden berdasarkan penelitian ini diharapakan dapat digunakan
umur menunjukkan bahwa dari 109 responden sebagai referensi penelitian dalam
didapatkan pada penelitian ini sebagian besar pengembangan ilmu keperawatan dan
responden rata-rata umur responden adalah 58- sebagai masukan dalam proses
60 tahun, umur terendah 17 tahun, umur pembelajaran untuk meningkatkan
tertinggi 99 tahun, Karakteristik responden pengetahuan dan kemampuan peserta didik.
berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
bahwa dari responden sebagian besar 2. Bagi Tempat Penelitian
responden berjenis kelamin perempuan yaitu Sebagai masukan untuk Self Care
sebanyak 64 orang (58,7%). dan sebagian kecil Behavior agar meningkatkan pelayanan
berjenis kelamin laki-laki yaitu 45 orang pendampingan penderita Diabetes Mellitus
(41,3%). Karakteristik responden berdasarkan serta memberikan dukungan yang tepat
riwayat pendidikan menunjukkan bahwa dari terhadap penderita Diabetes Mellitus..
109 responden sebagian besar responden lebih Meningkatkan intensitas kontrol serta
banyak memiliki tingkat pendidikan SD memberikan pemahaman yang baik tentang
sebanyak 44 responden (40,4%) dan yang kadar gula darah mungkin perlu lebih
paling sedikit memiliki tingkat pendidikan intensif untuk dilakukan. Sehingga Diabetes
Sarjana yaitu sebanyak 4 responden (3,7%). Mellitus mampu menumbuhkan citra diri
2. Hasil pengukuran Self Care Behavior yang positif dan pandangan yang positif
menunjukkan bahwa dari 109 responden terhadap dirinya sendiri. Pandangan yang
sebagian besar penilaian Self Care Behavior positif terhadap diri sendiri tentu akan
memudahkan penderita Diabetes Mellitus
untuk mejalani kehidupannya.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya agar dapat
dijadikan sebagai bahan referensi dalam
melakukan penelitian yang terkait dengan Self
Care Behavior dengan Kadar Gula Darah pada
Penderita Diabetes Mellitus dan juga untuk
peneliti selanjutnya agar lebih mengkaji
bagaimana Kadar Gula Darah pada penderita
Diabetes Mellitus, mengkaji faktor-faktor lain
yang kemungkinan dapat mempengaruhi kadar
gula darah pada Diabetes Mellitus serta
intervensi yang lebih efektif.

REFERENSI

You might also like