You are on page 1of 10

ANALISA DATA

DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


Risiko perilaku NAPZA pada remaja
di RW 04, 05 kelurahan Pancoran
Responden 23 remaja di RW 04 dan 05 Mas
 100 % mengetahui pengertian
NAPZA.
 78,3% mengetahui fungsi sebenarnya
dari napza yaitu sebagai obat bius dan
penghilang rasa nyeri.
 95,7 % mengetahui NAPZA
berbahaya.
 78,3 % mengetahui jenis-jenis
NAPZA.
 47,8 % pernah melihat beberapa jenis
NAPZA.
 Negara kita melarang penyalahgunaan
NAPZA: 95.7% ya.
 Akibat penyalahgunaan NAPZA:
100% tahu, yaitu bahaya terhadap
fisik, bahaya terhadap kesehatan,
bahaya terhadap jiwa/mental dan
melanggar kepatuhan terhadap
hukkum.
 Faktor-faktor yang menyebabkan
penyalahgunaan NAPZA pada remaja:
40.5% pelarian dari masalah, 39.1%
adalah coba-coba, dan 17.4% adalh
pengaruh teman.
 Remaja pernah mencoba NAPZA:
4.3% ya.
 Remaja merokok: 13% ya.

Risiko terjadinya perilaku seks bebas


Jumlah Responden: 29 orang pada remaja di Kelurahan Pancoran
 Usia responden 14 -16 tahun (41,4%) Mas khususnya di RW 4,6,9 dan 10
dan Usia 17-19 tahun (31%)
 Tingkat Pendidikan remaja SMP
(44,8%) dan SMU (37,9% )
 51,7 % responden menyatakan setuju
bahwa pacaran merupakan kebutuhan
bagi remaja
 72,4 % responden menyatakan sangat
setuju dengan pacaran sebelum
menikah.
 51,7 % responden menyatakan
rekreasi yang dilakukan untuk mengisi
waktu luang dengan nonton film/VCD
 44,8 % responden menyatakan setuju
DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
berciuman sbg tanda sayang pada
pacar.
 Hasil Observasi rata – rata remaja
setelah pulang sekolah langsung
kumpul dan nongkrong dengan teman
sebaya dengan bermain Play Station
atau menonton VCD.

RESIKO PERILAKU KEKERASAN 1. Risiko mencederai diri, orang


lain, dan lingkungan pada
Jumlah Responden : 56 orang terdiri dari laki- remaja RW 06 dan 12
laki 29 orang, perempuan 27 orang, usia 12 Kelurahan Pancoran Mas
– 20 tahun berhubungan dengan pola asuh
 70 % menyatakan orangtua tidak yang kurang efektif dan
pernah membatasi remaja lingkungan yang kurang
 55 % sering terpapar dengan tindakan kondusif.
kekerasan di lingkungan 2. Rendahnya tingkat partisipasi
 77 % menyatakan kurang ada aturan remaja RW 06 dan RW 12
& tanggung jawab dlm klrg Kelurahan Pancoran Mas
 71 % jarang mengikuti kegiatan sosial terhadap kegiatan social di
di masyarakat masyarakat berhubungan
 64 % kurang aktif dalam kegiatan dengan kurangnya kemampuan
keagamaan di klrg & masyarakat manajemen waktu untuk
 70 % remaja kurang pengetahuan ttg pemanfaatan waktu luang
tumbuh kembang remaja.
 68 % ortu pendapatan kurang dari
UMR/ pendapatan tdk menentu
 10 RT (71 %) dari 14 RT organisasi
remaja tdk aktif

RESIKO ANEMIA Risiko terjadinya gangguan


pemenuhan zat besi (Fe)pada remaja
Responden : 43 orang remaja putri di RW 13 putri di kelurahan Pancoran Mas
& 14 khususnya di RW 13 dan 14
 51,2% IMT (indeks masa tubuh) berhubungan dengan pola makan
kurang, 46,5% normal yang kurang sehat, asupan gizi yang
 37,2% Pengetahuan remaja tentang kurang.
gizi cukup dan 9,3% masih kurang
 2,3 % frekuensi makan satu kali,
62,8% tiga kali
 67,4% jenis makanan tidak lengkap
 25,6% tidak sarapan pagi
 100% tidak mengkonsumsi Fe saat
Menstruasi
 62,8% tidak menyukai sayuran
 41,9% merasakan gejala lemah, letih,
lesu dan 30,8% pusing
RENCANA PROGRAM REMAJA

No. PROGRAM
1. Penyuluhan/pendidikan kesehatan.
Materi : tumbuh kembang remaja, napza, anemia, perilaku seks
bebas, perilaku kekerasan
Sasaran : remaja dan orangtua

2. Pembentukan kelompok kesehatan remaja (KKR) pada tingkat


masyarakat melalui proses kelompok dengan kegiatan pelayanan dan
informasi kesehatan remaja.

3. Mengadakan kegiatan pelayanan konseling, pemeriksaan dini dan


rujukan kesehatan remaja.

4. Peningkatan kerja sama lintas program dan lintas sektoral


Strategi : partnership

5. Pemberdayaan remaja dan keluarga melalui kunjungan rumah secara


terus menerus dengan memberikan berbagai terapi keperawatan dalam
mengatasi masalah kesehatan remaja
ANALISA MASALAH ANAK SEKOLAH

DATA DIAGNOSA
RESIKO GIZI KURANG Risiko pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pada anak usia
Responden 27 anak usia sekolah di RW 09 sekolah dasar di kelurahan Pancoran
dan RW 18 kelurahan pancoran Mas Mas khususnya di RW 09 dan 18
• 62% Risiko gizi kurang, 72% makan berhubungan dengan kurangnya
2x/hari, 60% konsumsi sayuran hijau, pengetahuan masyarakat tentang
72% tidak makan sebelum berangkat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak
sekolah. usia sekolah
• 45% menderita sakit dalam 3 bulan
terakhir yaitu 30,8% demam
• 45% tingkat pengetahuan ortu ttg gizi
kurang
• Hasil wawancara rata-rata ibu tidak
menyiapkan sarapan dan bekal anak,
lauk dibeli di warung, jadwal makan
tidak tepat waktu
• Hasil observasi pemanfaatan lahan
kosong belum optimal, banyak
pedagang bahan makanan yang
kondisinya segar, ada konsumsi
jajanan es sirup dengan pewarna dan
higienisnya tidak terjamin
RESIKO CEDERA Risiko gangguan integritas kulit: luka
lecet akibat jatuh (cedera) pada
Responden 75 anak usia sekolah di RW 13 kelompok anak usia sekolah dasar di
dan 14 kelurahan Pancoran Mas kelurahan Pancoran Mas khususnya
• 74,7% riwayat jatuh (cedera) dan 4% di RW 13 dan 14 berhubungan
kecelakaan di jalan raya dalam 6 bulan dengan kondisi lingkungan yang
terakhir kurang aman, belum adanya
• 48% tidak mengetahui informasi pembinaan bagi anak usia sekolah,
tentang kecelakaan. dan tidak adanya pendidikan
Dari responden yang mengalami cedera: kesehatan mengenai pencegahan
• 37.3% karena kondisi jalan jelek, cedera
tidak rata, berlubang, dan berbatu.
Dari hasil observasi : Adanya kondisi
jalan yang tidak rata, berlubang dan
berbatu. 32.2% karena bersepeda
tanpa pengaman dan sisanya 30.5%
tidak hati-hati saat bermain.
• 76,3% cedera 1-2 kali, 18,6% cedera
3-4 kali, & 5,1% cedera 4-5 kali
• terjadi di tempat bermain 47,5% dan
jalan raya sebesar 32,2%. Hasil
observasi: Tidak tersedia cukup
lapangan dan lahan yang aman untuk
tempat bermain sehingga anak
bermain di jalanan.
DATA DIAGNOSA
• luka yang diderita lecet 69,5%, memar
23.7%dan 8.5% luka kering.
ANAK JALANAN Risiko infeksi penyakit oleh kuman
melalui udara dan air pada anak
• Anak yang menderita sakit demam 30 jalanan di Kelurahan Pancoran Mas
%, batuk pilek 30 %, diare 10 % berhubungan dengan kurangnya
• anak jalanan yang tinggal dengan perawatan kebersihan diri
orang tua di rumah yang sebahagian
berlantai tanah
• Rumah di lingkungan pembuangan
sampah
• Anak jalanan ini lebih banyak
menghabiskan waktunya di jalan
dengan tingkat kebisingan yang tinggi
dan polusi udara
• rambut tidak sehat 70 %
• mata tidak sehat 70 % dengan adanya
anemis pada conjunctiva
• Kuku terlihat panjang tidak terawat 60
%.

RENCANA PROGRAM ANAK USIA SEKOLAH

No. PROGRAM
1. Penyuluhan/pendidikan kesehatan.
Materi : Gizi anak usia sekolah, pola makan yang benar, pencegahan
dan penanganan cedera, kebersihan diri
Sasaran : Anak usia sekolah dan orangtua

2. Pembinaan dan pelatihan kader tentang deteksi dini anak sekolah kurang
gizi

3. Pembentukan kelompok peduli anak sekolah dasar dengan strategi


proses kelompok

4. Pembinaan dan pendampingan keluarga dengan anak usia sekolah


melalui kunjungan rumah secara terus menerus dengan memberikan
berbagai terapi keperawatan dalam mengatasi masalah kesehatan anak
usia sekolah

5. Peningkatan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan


strategi partnership

6. Penyebaran leaflet mengenai gizi anak usia sekolah, pola makan yang
benar, pencegahan dan penanganan cedera, kebersihan diri
ANALISA MASALAH BALITA

DATA DIAGNOSA
ISPA Risiko penularan ISPA di Kelurahan
Pancoran Mas khususnya di RW
Jumlah responden : 56 keluarga di RW 01, 02, 01,02,06,08 dan 011 karena
06, 08 dan 011 kurangnya pengetahuan tentang ISPA
• Persentase yang mengalami batuk dan lingkungan yang tidak sehat
pilek sebanyak 80,36 %
• status imunisasi balita yang tidak
lengkap adalah 19,6%
• pengetahuan orang tua tentang ISPA
dengan kategori pengetahuan kurang
(57,1%)
• sikap keluarga kurang baik (60,7%)
dalam mencegah ISPA
• masih ada yang belum membuka
jendela setiap hari (14,3%)
• keluarga masih menggunakan bahan
bakar minyak tanah untuk memasak
yaitu sebesar 26,8% dan adanya
anggota keluarga yang merokok
sebanyak 80,4%.

Hasil Observasi :
• Jarak antar rumah yang padat
• ventilasi yang kurang karena jarak
antar rumah rapat dan tidak ada
jendela
• sinar matahari tidak masuk ke rumah
• Dijumpai kerumunan anak sedang
jajan dengan jenis jajanan seperti es,
ciki dan permen.

GIZI KURANG/BURUK Gangguan pemenuhan nutrisi :


kurang dari kebutuhan tubuh pada
Jumlah Responden: 99 orang di RW 01, 02, balita di Kelurahan Pancoran Mas
05, 06, 07, 08, dan 011 khususnya di RW 01, 02, 05, 06, 07,
 Data dari Puskesmas Pancoran Mas 08, dan 11 karena pola pemberian
tahun 2007, jumlah balita gizi makanan bergizi yang kurang tepat
kurang/buruk di kelurahan Panmas
sebanyak 755 balita
 Sebaran status gizi balita: 55,4% baik,
37,5 kurang dan 7,1 buruk
 Penyakit infeksi 89,3% (50 anak)
menderita ISPA dan 17,9% (10 anak)
DATA DIAGNOSA
diare dalam 3 bulan terakhir.
 Pengetahuan pemenuhan gizi 25%
kurang baik
 Sikap pemenuhan gizi 58,9% kurang
baik dan 48,2% tidak baik ,
 Pendapatan keluarga 57,1% masih
<Rp900 ribu

Wawancara mendalam / pengamatan :


 Makanan kurang bervariasi
 Ibu memasak pagi hari untuk siang
dan sore hari
 Ibu masih ada yang memberikan
makanan chiki untuk anaknya
 Ada ibu yang belum pernah
mendapatkan informasi kesehatan
 Ibu malu kalau menimbang dan berat
badan tidak naik

Literatur Review :
 Penetapan Kota depok sebagai proyek
pos Gizi dan salah satunya Panmas.
 Metode Positive Deviance telah
diterapkan di kota Depok sejak tahun
2005

RESIKO TB Risiko penularan infeksi kuman TBC


pada balita di Kelurahan Pancoran
 Jumlah responden : 37 Keluarga Mas khususnya RW 09 dan 10 karena
khususnya di RW 09 dan 10 kurang pengetahuan dan lingkungan
 Persentase penderita TBC yang sedang yang tidak sehat
dalam pengobatan dan yang
dinyatakan sembuh sebanyak 21,6 %
 Balita yang belum imunisasi BCG
sebesar 8,1 %
 Terdapat 89,2 % responden
mempunyai kebiasaan merokok
 Pada penderita TBC yang sedang
dalam pengobatan ditemukan 2,7 %
tidak menutup mulut saat batuk atau
bersin
 10,8 % mempunyai kebiasaan
membersihkan rumah dan menjemur
kasur sebulan sekali dan bahkan ada
yang tidak melakukannya sebesar
8,1 %.
 Responden yang menyatakan bahwa
penyakit TBC memalukan sebesar 8,1
% dan penyakit orang miskin sebesar
DATA DIAGNOSA
5,4 %.

 Responden yang tidak percaya pada


obat TBC yang diberikan sebanyak 8,1
% dan TBC tidak dapat disembuhkan
sebesar 5,4 %

Hasil Observasi :
 Jarak antar rumah yang padat
 Rumah sempit dihuni oleh 4-5 orang
 ventilasi yang kurang
 sinar matahari kurang masuk ke rumah
 Lingkungan kotor, sampah berserakan

Responden 97 balita di RW 13, 14 dan 15 Risiko keterlambatan perkembangan


 60,8% Pendidikan ayah dan 46,4% balita (gerakan kasar, gerakan halus,
pendidikan ibu SMA keatas pengamatan, bicara dan sosialisasi) di
 62,9% Pengetahuan ibu balita kurang, kelurahan Pancoran Mas khususnya
26,8% cukup, dan 10,3% baik tentang RW 13, 14 dan 15 berhubungan
perkembangan balita. Ibu-ibu balita dengan kurangnya kegiatan stimulasi
mengatakan tidak tahu bagaimana dan deteksi dini perkembangan balita
merangsang perkembangan anak yang di masyarakat)
benar (hasil wawancara)
 54,6% sikap ibu balita kurang
mendukung tentang perkembangan
balita
 52,6% Perilaku orang tua kurang baik
terhadap perkembangan
 Kegiatan deteksi dini tidak dilakukan
dikeluarga dan posyandu
 Kader posyandu yang mendapat
pelatihan adalah kader di RW 13
 73% balita di RW 15 perkembangan
tidak sesuai umur (n=26 orang)
 Sarana dan alat permainan untuk
perkembangan balita di masyarakat
tidak ada
RENCANA PROGRAM PADA BALITA

NO PROGRAM
1 Bentuk kelompok peduli balita (dengan ISPA, TB, kurang gizi, gangguan
perkembangan)
2 Pendidikan kesehatan (tentang ISPA, TB, kurang gizi, gangguan
perkembangan)
3 Penyebaran leaflet dan pemasangan poster (tentang ISPA, TB, kurang gizi,
gangguan perkembangan)
4 Pemberian makanan tambahan pada balita
5 Pengaktifan kembali pelaksanaan Pos Gizi di RW 05
6 Kerja bakti di tiap RW
7 Pelatihan stimulasi perkembangan balita pada ibu-ibu dengan balita
8 Pembuatan buku aktivitas stimulasi mingguan
9 Senam ceria
10 Pelatihan dan penyegaran kader balita
11 Penyediaan alat-alat bermain di Posyandu
ANALISA MASALAH LANSIA

DATA DIAGNOSA
Responden 89 keluarga dengan lansia di Resiko peningkatan stres pada lansia dan
RW 11, 12, dan 18 pengasuh di Kel. Pancoran Mas
 43% lansia mengalami perlakuan
salah dari pengasuh. Jenis
perlakuan salah yang banyak
dialami adalah kekerasan
emosional, dan penelantaran.
 Hasil diskusi dengan lansia
menunjukkan 3 dari 8 lansia
sering dimarahi oleh anggota
keluarga terutama cucu, pasangan
hidup, dan anak.
 43% lansia sering merasa bosan
dengan kehidupannya dan merasa
takut terjadi sesuatu yang buruk
menimpa dirinya serta merasa
tidak berdaya dalam menjalani
kehidupannya.
 43% lansia merasa tidak betah
tinggal di rumah
 57% lansia merasa hidupnya saat
ini tidak menyenangkan
 Penyakit yang dialami pengasuh
lansia yaitu 50% mengaku sering
menderita penyakit kurang darah,
27% menderita darah tinggi
 56% pengasuh lansia mudah
tersinggung atau cepat marah
 26% pengasuh lansia merasa
putus asa dalam menghadapi
perilaku lansia
 67% pengasuh lansia lebih sering
memendam perasaan jengkel
 15% pengasuh lansia ketika
kanak-kanak sering mengalami
perilaku kekerasan dari
orangtuanya
 65% pengasuh lansia memiliki
pemahaman yang kurang
mengenai lansia
 Hanya 36% pengasuh yang
meminta nasehat dari profesional
kesehatan atau kader berkenaan
dengan kesehatan lansia.
 RW 11 dan RW 13 belum
memiliki Posbindu

You might also like