You are on page 1of 17

AKUNTANSI ASURANSI TAKAFUL

PENDAHULUAN
Perkembangan asuransi dalam sejarah islam sudah lama terjdi. Istilah yang
digunakan tentunya berbeda-beda, tetapi masing-masing memiliki kesamaan yaitu adanya
pertanggungan oleh sekelompok orang untuk menolong orang lain yang berada dalam
kesulitan.
Pada masyarakat arab terdapat sistem aqilah yang sudah menjadi kebiasaan
mereka sejak masa pra islam. Aqilah merupakan cara penutupan (istilah yang digunakan
oleh AM. Hasan Ali). Dari kelurga pembunuh terhadap keluarga korban atau yang
terbunuh. Ketika terdapat seseorang yang terbunuh oleh anggota suku lain maka keluarga
pembunuh harus membayar diyat dalam bentuk uang darah.
Praktik aqilah yang dilakukan masyarakat arab ini sama dengan praktik asuransi
pada saat ini, dimana sekelompok orang membantu untuk menaggung orang lain yang
tertimpa musibah. Dalam hal kaitannya dengan praktik pertanggungan ini, Nabi
Muhammad SAW juga memuat ketentuan dalam pasal khusus pada konstitusi Madinah
yaitu, Pasal 3 yang isinya yaitu : ”orang quraisy yang melakukan perpindahan (ke
Madinah) melakukan pertanggungan bersama dan akan saling bekerjasama membayar
uang darah diantara mereka.”
Perkembangan praktik aqilah yang sama dengan praktik asuransi, ternyata tidak
hanya diterapkan pada masalah pidana, tetapi mulai juga diterapkan dalam bidang
perniagaan. Sering kali disebutkan dalam beberapa buku yang membahas mengenai
sejarah asuransi, bahwa asuransi pertama kali dilakukan di Italia berupa asuransi
perjalanan laut pada abad ke-14. Namun, sebenarnya sebelum abad ke-14, asuransi telah
dilakukan oleh orang-orang arab sebelum datangnya Islam yang di bawa oleh nabi
Muhammad SAW. Orang-orang arab yang mahir di bidang perdagangan telah melakukan
perdagangan ke negara-negara lain melalui jalur laut. Untuk melindungi barang-barang
dagangannya ini, mereka mengasuransikan dengan tidak menggunakan sistem bunga dan
riba.
Di bidang bisnis inilah, asuransi semakin berkembang, terutama dalam hal
perlindungan terhadap barang-barang perdagangannya. Namun, perkembangan ini tidak
sejalan dengan kesesuaian praktik asuransi terhadap syariah. Meskipun demikian, dengan
banyaknya kajian terhadap praktik perekonomian dalam perspektif hukum Islam, asuransi
mulai diselaraskan dengan ketentuanketentuan syariah. Pada paruh kedua abad ke-20 di
beberapa negara di Timur Tengah dan Afrika telah mulai mencoba mempraktikan
asuransi dalam bentuk takaful yang kemudian berkembang pesat hingga ke negara-negara
yang berpenduduk non muslim sekalipun di Eropa dan Amerika.

PEMBAHASAN
Pengertian Asuransi Takaful
Menurut etimilogi bahasa Arab istilah takaful berasal dari akar kata kafala. Dalam
ilmu tashirf atau sharaf, takaful ini termasuk dalam barisan bina muta’aadi. Yaitu
tafaa’ala, artinya saling menanggung. Dan ada juga yang menerjemahkan dengan makna
saling menjamin. Takaful seperti dikutup Juhaya S. Praja (1994:1), dalam pengertian
muamalah mempunyai pengertian saling memikul resiko diantara sesama orang sehingga
antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling pikul
risiko itu dilakukan atas dasar saling tolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing
mengeluarkan dana ibadah (tabarru) yang ditunjukkan untuk menanggung risiko tersebut.
(Alm.) Satria Effendi M. Zein, memberikan istilah “at-ta’min” sebagai padanan
kata asuransi. Ini dapat kita lihat dari Ensiklopedi Hukum Islam yang mendefinisikan at-
ta’min sebagai transaksi perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban
membayar iuran dan pihak lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada
pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan
perjanjian yang dibuat.

Landasan Hukum Asuransi Syariah


1. Al-Quran
a. Perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan
QS. Al-Hasyr ayat 18
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari
esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui yang kamu kerjakan.
b. Perintah Allah untuk saling menolong dan bekerja sama
QS Al-Maidah ayat 2
“…Tolong menolong kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan,
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya.
c. Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah
QS Al-Quraisy ayat 4
“…yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan
lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
2. Sunnah Nabi SAW
Hadist tentang menghindari risiko
Diriwayatkan dari Annas Bin malik ra., bertanya seseorang kepada rasullullah
SAW. Tentang untanya: “Apa |(unta) ini saya ikat saja atau langsung saya
bertawakal pada (Allah SWT)?” Bersabda Rosullullah SAW, “partama ikatlah
unta itu kemudian bertakwalah kepada Allah SWT.” (HR. At-Turmudzi)
Nabi Muhammad SAW, mamberi tuntunan pada manusia agar selalu
bersikap waspada terhadap kerugian atau musibah yang akan terjadi, bukannya
langsung menyerahkan segalanya (tawakal) kepada Allah SWT. Hadisr diatas
mengandung nilai implisit agar kita selalu menghindar dari risiko yang membawa
kerugian pada diri kita, baik itu berbentuk kerugian materi ataupun kerugian yang
berkaitan langsung dengan diri manusia (jiwa) seperti yang terdapat dalam praktik
asuransi.
Prinsip Dasar Asuransi Syariah
1. Tauhid (Unity)
Prinsip tauhid adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang ada
dalam syariah islam. Setiap bangunan dan aktivitas kehidupan manusia harus
didasarkan pada nilai-nilai tauhidy. Artinya, bahwa dalam setiap gerak langkah
serta bangunan hukum harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan. Tauhid sendiri
dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia
dengan atribut yang melekat pada dirinya adalah fenimena sendiri yang realitanya
tidak dapat dipisahkan dari penciptaNya.
Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya
menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntun oleh nilai-nilai
ketuhanan. Paling tidak dalam setiap melakukan aktivitas berasuransi ada
semacam keyakinan dalam hati bahwa Allah SWT selalu mengawasi gerak
langkah kita dan selalu berada bersama kita. Kalau pemahaman semacam ini
terbentuk dalam setiap “pemain” yang terlibat dalam perusahaan asuransi, maka
pada tahap awal masalah yang sangat urgensi telah terlalui dan dapat
melangsungkan perjalanan bermuamalah seterusnya.
2. Keadilan (justice)
Prinsip kedua dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan
antara pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi. Keadilan dalam hal ini
dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah
(anggota) dan perusahaan asuransi.
Pertama, nasabah asuransi harus memposisikan pada kondisi yang
mewajibkannya untuk selalu membayar iuran uang santunan (premi) dalam
jumlah tertentu kepada perusahaan asuransi dan mempunyai hak untuk
mendapatkan dana santunan jika terjadi peristiwa kerugian. Kedua, perusahaan
asuransi yang berfungsi sebagai lembaga pengelola dana mempunyai kewajiban
membayar klaim (dana santunan) kepada nasabah.
Di sisi lain, keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan asuransi dari
investasi dana nasabah harus dibagi sesuai dengan akad yang disepakati sejak
awal. Jika nisbah yang disepakati antara kedua belah pihak 40:60, maka realita
pembagian keuntungan harus mengacu pada ketentuan tersebut.
3. Tolong Menolong (Ta’awun)
Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan berasuransi harus
didasari dengan semangat tolong menolong antara anggota (nasabah). Seseorang
yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk
membantu dan meringankan beban temannya yang pada suatu ketika
mendapatkan musibah atau kerugian. Praktik tolong-menolong dalam asuransi
adalah unsure utama pembentuk bisnis asuransi. Tanpa adanya unsur ini atau
hanya semata-mata untuk mengejar keuntungan bisnis berarti perusahaan asuransi
itu sudah kehilangan karakter utamanya dan seharusnya sudah wajib terkena
pinalti untuk dibekukan operasionalnya sebagai perusahaan asuransi.
4. Kerja Sama (Cooperation)
Prinsip kerja sama merupakan prinsip universalyang selalu ada dalam
literature ekonomi islami. Manusi sebagai makhluk yang mendapat mandate dari
Khaliq-nya untuk mewujudkan perdamaian dan kemakmuran di muka bumi
mempunyai dua wajah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya yaitu
sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan dapat hidup sendiri tanpa
adanya bantuan dari orang lain. Sebagai apresiasi dari posisi dirinya sebagai
makhluk sosial, nilai kerja sama adalah suatu norma yang tidak dapat ditawar lagi.
Hanya dengan mewujudkan kerja sama antara sesama, manusia baru dapat
merealisasikan kedudukannya sebagai makhluk sosial.
Kerja sama dalam bisnis asuransi dapat berwujud dalam bentuk akad yang
dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara anggota
(nasabah) dan perusahaan asuransi. Dalam operasionalnya, akad yang dipakai
dalam bisnis asuransi dapat memakai konsep mudharabah atau musyarakah.
Konsep mudharabah dan musyarakah adalah dua buah konsep dasar dalam kajian
ekonomika islami dan mempunyai nilai historis dalam perkembangan keilmuan
ini.
5. Amanah (trustworthy/al amanah)
Prinsip amanah dalam dalam organiosasi perusahaan dapat terwujud
dalam nilai-nilai akuntabilitas (pertanggungjawaban) perusahaan melalui
penyajian laporan keuangan tiap periode. Dalam hal ini perusahaan asuransi harus
memberi kesempatan yang besar bagi nasabah untuk mengakses laporan
keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan
asuransi harus mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam
bermuamalah dan melalui auditor public.
Prinsip amanah juga harus berlaku pada diri nasabah asuransi. Seseorang
yang menjadi nasabah asuransi berkewajiban menyampaikan informasi yang
benar berkaitan dengan pembayaran dana iuran (premi) dan tidak memanipulasi
kerugian yang menimpa dirinya. Jika seoran nasabah tersebut tidak memberikan
informasi yang benar dan memanipulasi data kerugian yang menimpa dirinya,
berarti nasabah tersebut telah menyalahi prinsip amanah dan dapat dituntut secara
hukum.
6. Kerelaan (al-ridha)
Dalam bisnis asuransi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap anggota
(nasabah) asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah
dana (premi) yang disetorkan ke perusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai
dana sosial (tabarru). Dana sosial digunakan untuk tujuan membantu anggota
(nasabah) asuransi yang lain jika mengalami bencana kerugian.
7. Larangan riba
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain,
secara linguistic riba berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan untuk istilah
teknis riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara
batil. Menurut Wahbah Zuhaili dalam bukunya al fiqh islami wa ‘adillatuhu
membagi menjadi empat yaitu riba qardh, riba jahiliah, riba fadhl dan riba
nasi’ah. Razi dalam kitabnya Tafsir Kabir mengjukan beberapa alas an mengenai
pelarangan riba yaitu
a) Riba tak lain adalah mengambil harta orang lain tanpa ada nilai
imbangan apapun. Padahal, menurut sabda Nabi, harta seseorang adalah
seharam darahnya bagi orang lain.
b) Riba dilarang karena menghalangi manusia untuk terlibat dalam
usaha aktif.
c) Kontrak riba dalah media yang digunakan oleh orang kaya untuk
mengambil kelebihan dari modal. Perbuatan ini haram dan bertentangan
dengan keadilan dan persamaan.
d) Kontrak riba memunculkan hubungan yang tegang di antara
sesame manusia.
e) Keharaman riba dibuktikan dengan ayat Al Quran dan kita tidak
perlu mengetahui alasan pengharamannya.
8. Larangan maisir (judi)
Zarqa mengatakan bahwa adanya unsur gharar menimbulkan al qumar.
Sedangkan al qumar sama dengan al maisir, gambling dan perjudian. Artinya ada
salah satu pihak yang untung tetapi ada pula pihak lain yang rugi.Husain Hamid
Hasan berkomentar mengenai akad judi. Menurutnya akad judi adalah akad
gharar karena masing-masing pihak yang berjudi dan bertaruh menentukan pada
waktu akad jumlah uang yang diambil atau jumlah yang diberikan itu bias
ditentukan nanti, tergantung pada suatu peristiwa yag tidak pasti, yaitu jika
menang maka ia mengetahui jumlah yang diambil, dan jika kalah maka, ia
mengetahui jumlah yang ia berikan. Syafi’i Antonio mengatakan bahwa unsur
maisir judi artinya salah satu pihak untuk namun di lain pihak justru mengalami
kerugian.
9. Larangan gharar (ketidakpastian)
Gharar secara bahasa artinya al khida (penipuan), yaitu suatu tindakan
yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Menurut M. Anwar
Ibrahim mengatakan bahwa ahli fiqh hampir secara sepakat mengenai definisi
gharar yaitu untung-untungan yang sama kuat antara ada dan tidak ada atau
sesuatu yang mungkin terwujud dan tiadk terwujud. Seperti jual beli burung yang
masih terbang bebas di udara.
Menurut Syafii Antonio bahwa gharar atau ketidakpastian dalam asuransi
ada dua bentuk yaitu :
a) Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis.
b) Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i penerimaan
uang klaim itu sendiri.
Secara konvensional kata Syafi’i kontrak/perjanjian dalam asuransi jiwa dapat
dikategorikan sebagai aqd tabaduli atau akad pertukaran, yaitu pertukaran
pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Secara syariah akad pertukaran
harus jelas berapa yang harus dibayarkan dan berapa yang harus diterima.
Akad Yang Membentuk Asuransi Syariah
Asuransi sebagai satu bentuk kontrak modern tidak dapat terhindar dari akad yang
membentuknya.Hal ini disebabkan karena dalam praktiknya, asuransi melibatkan dua
orang yang terikat oleh perjanjian untuk saling melaksanakan kewajiban, yaitu antara
peserta asuransi dengan perusahaan asuransi
Menurut as Syanhuri memberikan tinjauan terhadap pengertian akad dari sudut
qanun (perundang-undangan). Bahwa akad itu adalah kesepakatan antara dua orang untuk
a) Menbangun kewajiban seperti akad jual beli
b) Memindahkan kewajiban seperti akad hiwalah
c) Mengakhiri kewajiban seperti akad ibra’ dan akad al wafa
Zarqa memberikan kepastian bahwa prinsip dasar yang membentuk akad itu ada empat
macam dan harus ada pada setiap pembentukan akad yaitu :
a) 2 orang yang melakukan akad (al aqidani)
b) Sesuatu (barang) yang diakadkan (mahal al’aqd)
c) Tujuan dari akad (maudhu al’aqd)
d) Rukun akad (arkan al’aqd), yaitu ijab dan Kabul
Lebih lanjut Zarqa memberikan penjelasan tentang pembagian akad dari berbagai aspek,
diantaranya adala
1) Penamaan (tasmiyah)
 Musamma yaitu yang telah jelas penamaannya dalam Al
Quran dan sunnah Nabi SAW dan telah mempunyai hokum
tersendiri seperti akad jual beli, hibah ijarah, syirkah
 Ghairu musamma yaitu akad yang belum ada penamaannya
secara khusus seperti akad bai al wafa, aqd al ijaratain, at takhir.
2) Pemindahan hak (tabadul al huqud)
 Akad mu’awadhah yaitu akad yang didasarkan atas
kewajiban saling mengganti antara kedua belah pihak yang
terlibat contohnya akad jual beli, ijarah
 Akad tabarru’at yaitu akad yang didasarkan atas pemberian
dan pertolongan dari salah satu pihak yang melakukan akad
seperti akad hibah
 Akad yang bermula tabarru dan berakhir dengan
mu’aradhah seperti akad qiradh dan akad hibah dengan syarat al
i’rad..
3) Pertanggungan (dhaman)
 Akad dhaman yaitu suatu akad yang memberikan tanggung
jawab kepada kepada penanggung untuk menjaga barang agar
tidak rusak dan jika rusak menjadi tanggung jawab penanggung,
seperti akad jual beli, akad qiradh, akad al qismah.
 Akad amanah yaitu akad yang memberikan tanggung jawab
suatu barang (yang dipertanggungkan) pada penanggung untuk
dijaga, dan penanggung (al qabidh) tidak bertanggung jawab
terhadap kerusakan barang tersebut kecuali jika ada unsur
kesengajaan seperti akad al ida’, akad as syirkah, akad al
wakalah.

Pendapat Ulama Tentang Asuransi


Para ulama memberikan pendapat yang berbeda-beda dalam menentukan
keabsahan praktik hukum asuransi, diantaranya ada yang berpendapat bahwa asuransi itu
haram seperti yang dikemukakan oleh Warkum Sumitro dengan beberapa alasan :
1) Asuransi mengandung unsur perjudian yang dilarang didalam Islam
2) Asuransi mengandung unsur ketidakpastian
3) Asuransi mengandung unsur riba yang dilarang dalam Islam
4) Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak secara
tunai
5) Asuransi obyek bisnisnya digantungkan pada hidup matinya seseorang,
yang berarti mendahului takdir Allah SWT,
6) Asuransi mengandung unsur eksploitasi yang bersifat menekan
Sedangkan menurut Fathurrahman Jamil bahwa asuransi itu diperbolehkan, karena :
1) Tidak terdapat nash al Quran atau Hadist yang melarang asuransi
2) Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah
pihak
3) Asuransi menguntungkan kedua belah pihak
4) Asuransi mengandung kepentingan umum sebab premi-premi yang
terkumpul dapat diinvestasikan dalam kegiatan pembangunan
5) Asuransi termasuk akad mudharabah antara pemegang polis dengan
perusahaan asuransi
6) Asuransi termasuk syirkah at ta’awuniyah, usaha bersama yang didasarkan
pada prinsip tolong menolong.
Jenis Jenis Asuransi Takaful
1. Takaful Keluarga
Takaful ini memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan
kecelakaan atas diri peserta takaful. Dalam musibah kematian, yang akan menerima
santunan sesuai perjanjian adalah keluarga/ahli warisnya, atau yang ditunjuk, dalam
hal tidak ada ahli waris. Dalam musibah kecelakaan yang tidak mengakibatkan
kematian, santunan akan diterima oleh peserta yang mengalami musibah.
Jenis takaful keluarga meliputi :
 Produk dengan unsur tabungan : takaful berencana / dana investasi, takaful
dana haji, takaful pendidikan / dana siswa.
 Produk tanpa unsur tabungan : takaful berjangka, takaful majlis ta’lim,
takaful khairat keluarga, takaful pembiayaan, takaful kecelakaan diri, takaful
wisata dan perjalanan, takaful kecelakaan siswa, takaful perjalanan haji dan
umroh.
2. Takaful Umum
Takaful ini memberikan perlindungan dalam menghadapi bencana atau kecelakaan
atas harta milik peserta takaful, seperti rumah, kendaraan bermotor, perabot,
bangunan pabrik dan sebagainya.
Jenis takaful umum meliputi : takaful kebakaran, takaful kendaraan bermotor, takaful
risiko pembengunan, takaful pengangkutan barang, takaful tanggung gugat, takaful
risiko pemasangan, takaful risiko mesin, takaful peralatan elektronik, takaful
penyimpanan uang, takaful kebongkaran, takaful lampu reklame.
Produk takaful umum lainnya : takaful penghuni dan pemilik rumah, takaful risiko
gabungan, takaful kehilangan keuntungan akibat kebakaran, takaful peraltan
konstruksi, takaful pengangkutan laut, darat, udara dan antar pulau, takaful
kecelakaan diri, takaful penyimpanan uang dalam box.

Manfaat Takaful
1. Takaful Keluarga
Pada takaful keluarga ada tiga skenario manfaat yang diterima oleh peserta,yaitu
klaim takaful akan di bayarkan kepada peserta takaful jika terjadi hal-hal berikut ini.
a. Peserta meninggal dunia dalam masa pertanggungan atas (sebelum
jatuh tempo), dalam hal ini maka ahli warisnya akan menrima :
1. pembiayaan klaim sebesar jumlah angsuran premi
yang telah disetorkan dalam rekening peserta ditambah
dengan bagian keuntungan dari hasil investasi
2. 2sisa saldo angsuran premi yang seharusnya
dilunasi dihitung dari tanggal meninggalnya sampai dengan
saat selesai masa pertanggunganya. Dana untuk maksud ini
diambil dari rekening khusus para peserta yang memang
disediakan untuk itu.
b. Peserta masih hidup sampai pada selesainya masa pertanggungan.
Dalam hal ini peserta akan menerima :
1. seluruh angsuran premi yang telah diseetorkan ke
dalam rekening peserta ditambah dengan bagian
keuntungan dari hasil investasi
2. kelebihan dari rekening khusus peserta apabila
setelah dikurangi biaya operasional perusahaan dan
pembayaran klaim masih ada kelebihan.
3. peserta mengundurkan diri sebelum masa
pertanggungan selesai. Dalam hal ini peserta yang
bersamgkutan akan tetapmenerima seluruh angsuran premi
yang telah disetorkan ke dalam rekening peserta, ditambah
dengan bagian keuntungan dari hasil investasi
2. Takaful Umum
Klaim takaful akan dibayarkan kepada peserta yang mengalami musibah yang
menimbulkan kerugian harta bendanya sesuai dengan perhitungan yang wajar. Dana
pembayaran klaim takaful diambil dari kumpulan uang pembayaran premi peserta.

Perbandingan Takaful dengan Konvensional


Pinsip Asuransi Konvensional Takaful (asuransi syariah)
Prinsip dasar Akad pertukaran (jual beli) Akad saling melindungi
(takaful)
 Kerja sama  Tolong
 Hukum menolong
 Ekonomi  Saling
 Aktuaria melindungi
 Saling
Sistem dan operasional bertanggung jawab
1) Pengelolaan  Saling
 Perusahaan
dana bekerja sama
sebagai pemilik
dana
 Dana  Perusahaan
diinvestasikan sebagai pemegang
sesuai kebijakan amanah
manajemen  Kebijaksanaa
 Bunga n investasi sesuai
dengan syariah
 Bagi hasil
2) Biaya
(mudharabah)
 Biaya
ditanggung oleh
pemegang polis  Pemegang
polis hanya
menanggung biaya
sebagian kecil saja
3) Premi berdasarkan
 Mortalita kesepakatan kedua
 Biaya (alpa, belah pihak
beta, gamma)  Mortalita /
 Bunga harapan hidup (net
premium)

Mekanisme Pengelolaan Dana Takaful


Dana asuransi kekuarga diperoleh dari pemodal dan peserta asuransi didasarkan
atas niat dan semangat persaudaraan untuk saling Bantu membantu pada waktu
diperlukan. Tata cara pengelolaan dana tidak terlibat dengan unsur-unsur yang
bertentangan dengan syariat islam. Pada asuransi takaful keluarga pengelolaan dananya
terdiri dari dua cara yaitu :
1. Premi dengan unsur tabungan
Setiap iuran premi dari seorang peserta yang masuk ke perusahaan takaful
langsung dipecah menjadi dua bagian :
a) rekening peserta yaitu rekening tabungan
b) rekening peserta khusus yaitu uang yang diniatkan sebagai dana
kebajikan (tabarru) dan digunakan untuk membayar klaim (manfaat
takaful) kepada ahli waris, bila ada peserta yang ditakdirkan meninggal
dunia. Besarnya rekening peserta khusus tergantung pada tingkatan usia
dan jangka waktu pertnggungan. Rekening ini besarnya antara 5 sampai
30 persen dari iuran premi. Semakin tua usia peserta maka semakin besar
tabarrunya.
Rekening tabungan peserta akan dibayarkan bila :
o pertanggungan berakhir
o peserta mengundurkan diri dalam masa perjanjian
o peserta meninggal dunia dalam masa perjanjian
Rekening khusus akan dibayarkan bila :
o peserta meninggal dunia dalam masa perjanjian
o pertanggunagn berakhir dalam hal terdapat net surplus
2. Premi tanpa unsur tabungan
Setiap premi takaful yang diterima akan dimasukkan ke dalam rekening
khusus yaitu kumpulan dana yang diniatkan untuk tujuan kebajikan atau tabarru
guna pembayaran klaim kepada peserta bila terjadi musibah atas harta benda
peserta mengalami kerugian.
Premi takaful akan dikelompokan ke kumpulan dana peserta untuk
kemudian diinvestasikan secara syariah. Keuntungan investasi yang diperoleh
akan dimasukkan ke kumpulan dana peserta untuk kemudian dikurangi biaya
asuransi (premi reasuransi, klaim). Bila terdapat kelebihan sisa dana maka akan
dibagikan kepada peserta dan perusahaan menurut prinsip al mudharabah (bagi
hasil), 40% keuntungan untuk peserta dan 60% untuk perusahaan.

PENUTUP
Salah satu masalah kontemporer yang sementara ini menjadi pembahasn secara
intens yaitu masalah yang berkaitan dengan ekonomi, khususnya yang berhubungan
dengan dunia perbankan dan asuransi.Untuk masalah yang terakhir, yaitu asuransi, telah
menjadi kajian dan diskusi serius para cendekiawan muslim kontemporer yang diawali
oleh Ibnu Abidin (1784-1836 M), seorang ahli hukum islam yang manganut mashab
Hanafi. Pada awalnya, lembaga asuransi merupakan hasil karya dunia barat yang lahir
bersamaan dengan semanngat pencerahan dan terbukti sebagai mesin ekonomi bagi
perkembangan industri di belahan dunia bagian barat. Praktik asuransi pada masa ini
lebih bersifat pada usaha untuk mencari keuntungan dalam bidang ekonomi daripada
sekedar menekankan unsur sosial didalamnya.
Pada dasarnya, dalam ajaran islam telah terdapat referensi yang jelas tentang
adanya semangat untuk melakukan tolong-menolong (ta’awun) natara sesama manusia
(QS. Al-Maidah : 2). Semangat inilah yang menjadi dasar adanya asuransi tahap awal.
Asuransi sebagai suatu wujud usaha dalam pertanggungan yang melibatkan antara
kelompok (kumpulan) orang disatu pihak dan perusahaan asuransi, sebgai pihka
pengelola dana di pihak lain, saling menanggung dalam menghadapi musibah dan
bencana. Dilihat dari nilai-nilai yang absolut (Al Quran dan Sunnah), maka nilai dasar
dari asuransi syariah mempunyai sifat social oriented, yaitu sebuah nilai yang didasarkan
pada semangat saling membantu dan saling menolong natar sesama peserta asuransi
dalam menghadapi musibah.
Dalam praktiknya di Indonesia, asuransi syariah telah menjadi fenomena
tersendiri sejak paruh akhir tahun 90-an. Secara yuridis, landasan operasional asuransi
syariah belum kuat. Hal ini dikarenakan belum adanya peraturan atau perundang-
undangan yang khusus mengatur tentang usaha asuransi syariah. Perturan yang mengatur
usaha asuransi syariah di Indonesia hanya terdapat pada peraturan setingkat Surat
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. Kep.. 4499/LK/2000 tentang jenis,
penilaian dan pembatasan investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi
dengan sistem syariah. Fenomena semacam ini perlu ditindaklanjuti dengan memberikan
perhatian yang besar terhadap eksistensi asuransi syariah di Indonesia melalui political
will yang memadai dalam bentuk peraturan khusus mengatur tentang usaha perasuransian
yang sesuai dengan syariah islam.
Untuk itu perlu adanya beberapa pertimbanagn untuk mengatasi persoalan-
persoalan asuransi dalam perspektif hukum islam, adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut :
1. Perlu adanya pengkajian secara mendalam serta diskusi inten tentang
konsep asuransi syariah oleh kalangan yang mempunyai perhatian terhadap
perkembangan asuransi syariah, baik dari kalangan akademisi maupun
klangan praktisi,sehingga pada akhirnya terbentuk Masyarakat Asuransi
Syariah (MAS).
2. diperlukan payung hukum yang kuat terhadap asuransi syariah di
Indonesia. Payung hukum tersebut berupa undang-undang yang khusus
mengatur tentang usaha asuransi syariah.
3. memaksimalkan fungsi Dewan Pengawas Syariah yang terdapat dalam
setiap perusahaan asuransi syariah.
4. perlu adanya penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang kesesuaian
praktik asuransi syariah di indonesia dengan ketentuanketentuan dasar yang
melandasi operasionalnya, khususnya yang berkenaan dengan ketentuan dasar
yang mengacu pada prinsip dasar ekonomika islami.

ASURANSI TAKAFUL

Disusun Oleh :
Dian Elly K. 14.205.2036
Rodhotul Fatehah 14.205.2141
Rodhotul Riskiyah 14.205.2142
Sih Fajar Mukti 14.205.2145

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2007

You might also like