Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Perkembangan asuransi dalam sejarah islam sudah lama terjdi. Istilah yang
digunakan tentunya berbeda-beda, tetapi masing-masing memiliki kesamaan yaitu adanya
pertanggungan oleh sekelompok orang untuk menolong orang lain yang berada dalam
kesulitan.
Pada masyarakat arab terdapat sistem aqilah yang sudah menjadi kebiasaan
mereka sejak masa pra islam. Aqilah merupakan cara penutupan (istilah yang digunakan
oleh AM. Hasan Ali). Dari kelurga pembunuh terhadap keluarga korban atau yang
terbunuh. Ketika terdapat seseorang yang terbunuh oleh anggota suku lain maka keluarga
pembunuh harus membayar diyat dalam bentuk uang darah.
Praktik aqilah yang dilakukan masyarakat arab ini sama dengan praktik asuransi
pada saat ini, dimana sekelompok orang membantu untuk menaggung orang lain yang
tertimpa musibah. Dalam hal kaitannya dengan praktik pertanggungan ini, Nabi
Muhammad SAW juga memuat ketentuan dalam pasal khusus pada konstitusi Madinah
yaitu, Pasal 3 yang isinya yaitu : ”orang quraisy yang melakukan perpindahan (ke
Madinah) melakukan pertanggungan bersama dan akan saling bekerjasama membayar
uang darah diantara mereka.”
Perkembangan praktik aqilah yang sama dengan praktik asuransi, ternyata tidak
hanya diterapkan pada masalah pidana, tetapi mulai juga diterapkan dalam bidang
perniagaan. Sering kali disebutkan dalam beberapa buku yang membahas mengenai
sejarah asuransi, bahwa asuransi pertama kali dilakukan di Italia berupa asuransi
perjalanan laut pada abad ke-14. Namun, sebenarnya sebelum abad ke-14, asuransi telah
dilakukan oleh orang-orang arab sebelum datangnya Islam yang di bawa oleh nabi
Muhammad SAW. Orang-orang arab yang mahir di bidang perdagangan telah melakukan
perdagangan ke negara-negara lain melalui jalur laut. Untuk melindungi barang-barang
dagangannya ini, mereka mengasuransikan dengan tidak menggunakan sistem bunga dan
riba.
Di bidang bisnis inilah, asuransi semakin berkembang, terutama dalam hal
perlindungan terhadap barang-barang perdagangannya. Namun, perkembangan ini tidak
sejalan dengan kesesuaian praktik asuransi terhadap syariah. Meskipun demikian, dengan
banyaknya kajian terhadap praktik perekonomian dalam perspektif hukum Islam, asuransi
mulai diselaraskan dengan ketentuanketentuan syariah. Pada paruh kedua abad ke-20 di
beberapa negara di Timur Tengah dan Afrika telah mulai mencoba mempraktikan
asuransi dalam bentuk takaful yang kemudian berkembang pesat hingga ke negara-negara
yang berpenduduk non muslim sekalipun di Eropa dan Amerika.
PEMBAHASAN
Pengertian Asuransi Takaful
Menurut etimilogi bahasa Arab istilah takaful berasal dari akar kata kafala. Dalam
ilmu tashirf atau sharaf, takaful ini termasuk dalam barisan bina muta’aadi. Yaitu
tafaa’ala, artinya saling menanggung. Dan ada juga yang menerjemahkan dengan makna
saling menjamin. Takaful seperti dikutup Juhaya S. Praja (1994:1), dalam pengertian
muamalah mempunyai pengertian saling memikul resiko diantara sesama orang sehingga
antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling pikul
risiko itu dilakukan atas dasar saling tolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing
mengeluarkan dana ibadah (tabarru) yang ditunjukkan untuk menanggung risiko tersebut.
(Alm.) Satria Effendi M. Zein, memberikan istilah “at-ta’min” sebagai padanan
kata asuransi. Ini dapat kita lihat dari Ensiklopedi Hukum Islam yang mendefinisikan at-
ta’min sebagai transaksi perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban
membayar iuran dan pihak lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada
pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan
perjanjian yang dibuat.
Manfaat Takaful
1. Takaful Keluarga
Pada takaful keluarga ada tiga skenario manfaat yang diterima oleh peserta,yaitu
klaim takaful akan di bayarkan kepada peserta takaful jika terjadi hal-hal berikut ini.
a. Peserta meninggal dunia dalam masa pertanggungan atas (sebelum
jatuh tempo), dalam hal ini maka ahli warisnya akan menrima :
1. pembiayaan klaim sebesar jumlah angsuran premi
yang telah disetorkan dalam rekening peserta ditambah
dengan bagian keuntungan dari hasil investasi
2. 2sisa saldo angsuran premi yang seharusnya
dilunasi dihitung dari tanggal meninggalnya sampai dengan
saat selesai masa pertanggunganya. Dana untuk maksud ini
diambil dari rekening khusus para peserta yang memang
disediakan untuk itu.
b. Peserta masih hidup sampai pada selesainya masa pertanggungan.
Dalam hal ini peserta akan menerima :
1. seluruh angsuran premi yang telah diseetorkan ke
dalam rekening peserta ditambah dengan bagian
keuntungan dari hasil investasi
2. kelebihan dari rekening khusus peserta apabila
setelah dikurangi biaya operasional perusahaan dan
pembayaran klaim masih ada kelebihan.
3. peserta mengundurkan diri sebelum masa
pertanggungan selesai. Dalam hal ini peserta yang
bersamgkutan akan tetapmenerima seluruh angsuran premi
yang telah disetorkan ke dalam rekening peserta, ditambah
dengan bagian keuntungan dari hasil investasi
2. Takaful Umum
Klaim takaful akan dibayarkan kepada peserta yang mengalami musibah yang
menimbulkan kerugian harta bendanya sesuai dengan perhitungan yang wajar. Dana
pembayaran klaim takaful diambil dari kumpulan uang pembayaran premi peserta.
PENUTUP
Salah satu masalah kontemporer yang sementara ini menjadi pembahasn secara
intens yaitu masalah yang berkaitan dengan ekonomi, khususnya yang berhubungan
dengan dunia perbankan dan asuransi.Untuk masalah yang terakhir, yaitu asuransi, telah
menjadi kajian dan diskusi serius para cendekiawan muslim kontemporer yang diawali
oleh Ibnu Abidin (1784-1836 M), seorang ahli hukum islam yang manganut mashab
Hanafi. Pada awalnya, lembaga asuransi merupakan hasil karya dunia barat yang lahir
bersamaan dengan semanngat pencerahan dan terbukti sebagai mesin ekonomi bagi
perkembangan industri di belahan dunia bagian barat. Praktik asuransi pada masa ini
lebih bersifat pada usaha untuk mencari keuntungan dalam bidang ekonomi daripada
sekedar menekankan unsur sosial didalamnya.
Pada dasarnya, dalam ajaran islam telah terdapat referensi yang jelas tentang
adanya semangat untuk melakukan tolong-menolong (ta’awun) natara sesama manusia
(QS. Al-Maidah : 2). Semangat inilah yang menjadi dasar adanya asuransi tahap awal.
Asuransi sebagai suatu wujud usaha dalam pertanggungan yang melibatkan antara
kelompok (kumpulan) orang disatu pihak dan perusahaan asuransi, sebgai pihka
pengelola dana di pihak lain, saling menanggung dalam menghadapi musibah dan
bencana. Dilihat dari nilai-nilai yang absolut (Al Quran dan Sunnah), maka nilai dasar
dari asuransi syariah mempunyai sifat social oriented, yaitu sebuah nilai yang didasarkan
pada semangat saling membantu dan saling menolong natar sesama peserta asuransi
dalam menghadapi musibah.
Dalam praktiknya di Indonesia, asuransi syariah telah menjadi fenomena
tersendiri sejak paruh akhir tahun 90-an. Secara yuridis, landasan operasional asuransi
syariah belum kuat. Hal ini dikarenakan belum adanya peraturan atau perundang-
undangan yang khusus mengatur tentang usaha asuransi syariah. Perturan yang mengatur
usaha asuransi syariah di Indonesia hanya terdapat pada peraturan setingkat Surat
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. Kep.. 4499/LK/2000 tentang jenis,
penilaian dan pembatasan investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi
dengan sistem syariah. Fenomena semacam ini perlu ditindaklanjuti dengan memberikan
perhatian yang besar terhadap eksistensi asuransi syariah di Indonesia melalui political
will yang memadai dalam bentuk peraturan khusus mengatur tentang usaha perasuransian
yang sesuai dengan syariah islam.
Untuk itu perlu adanya beberapa pertimbanagn untuk mengatasi persoalan-
persoalan asuransi dalam perspektif hukum islam, adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut :
1. Perlu adanya pengkajian secara mendalam serta diskusi inten tentang
konsep asuransi syariah oleh kalangan yang mempunyai perhatian terhadap
perkembangan asuransi syariah, baik dari kalangan akademisi maupun
klangan praktisi,sehingga pada akhirnya terbentuk Masyarakat Asuransi
Syariah (MAS).
2. diperlukan payung hukum yang kuat terhadap asuransi syariah di
Indonesia. Payung hukum tersebut berupa undang-undang yang khusus
mengatur tentang usaha asuransi syariah.
3. memaksimalkan fungsi Dewan Pengawas Syariah yang terdapat dalam
setiap perusahaan asuransi syariah.
4. perlu adanya penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang kesesuaian
praktik asuransi syariah di indonesia dengan ketentuanketentuan dasar yang
melandasi operasionalnya, khususnya yang berkenaan dengan ketentuan dasar
yang mengacu pada prinsip dasar ekonomika islami.
ASURANSI TAKAFUL
Disusun Oleh :
Dian Elly K. 14.205.2036
Rodhotul Fatehah 14.205.2141
Rodhotul Riskiyah 14.205.2142
Sih Fajar Mukti 14.205.2145
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2007