Professional Documents
Culture Documents
halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................................I
I
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Thiourea adalah senyawa dengan kandungan sulphur dan nitrogen
yang diduga berguna sebagai obat. Beberapa derivate dari thiourea ini
memiliki aktivitas biofarmasetikal seperti anti-HIV atau antiviral,
antitubercular, analgesic, dan antikanker, serta antikonvulsan. Dalam kurun
waktu 15 tahun ini, telah ditemukan 13 obat antiepileptic baru yang memiliki
keunggulan farmakokinetik dan potensial serta interaksi obat yang baik.
Beberapa antiepileptic drug atau AED ini adalah generasi kedua dari generasi
sebelumnya seperti fenobarbital, fenitoin, karbamazepin, ethosuximida, dan
asam valproic. Namun, penggunaan obat AED generasi kedua ini tidak lagi
efektif akibat efeknya pada pasien yang sudah menurun. Ini yang membuat
AED generasi ketiga perlu dicari dan dibutuhkan.
Senyawa yang diduga memiliki efek antikonvulsan yang baik dan
potensial adalah turunan dari thiourea dan urea yakni N-Ethyl-N’-(3,5-
dimethylpyrazole-4-yl)thiourea (I) dan N-(2-Ethoxyphenyl)-N’-(3,5-
dimethylpyrazole-4-yl)urea (II). Kedua senyawa turunan ini menunjukan yang
baik dalam MES Test dalam ED50 menengah yakni 17,14 dan 17,46 mg/kg.
Dari kedua senyawa, dilakukan pengembangan lebih lanjut pada senyawa I
sehingga didapat turunan dari senyawa tersebut (1a-1l).
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apakah senyawa 1a-1l memiliki efek terapi yang lebih baik dari senyawa
I?
1
2. Apakah senyawa 1a-1l dapat dikembangkan lebih lanjut agar memiliki
efek terapi yang lebih baik?
- Kegunaan Penelitian:
Menjadi landasan untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut terkait senyawa
sintesis
Menjadi acuan teori untuk penelitian pengembangan senyawa turunan
D. METODE PENELITIAN
- Bahan-bahan uji diperoleh dari Merck, Aldrich, dan Fluka.
- Hewan uji yang digunakan adalah tikus Balb/C lelaki dan wanita dewasa
dengan bobot 20-30 gram.
- Pengujian aktivitas dilakukan dengan metode PTZ (sigma) dan MES test.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Thiourea adalah thiokarbamida, hablur tanpa warna, titik leleh 445 K. larut
dalam air panas dan etanol, pereaksi analisis dan zat antara bagi zat farmasi dan zat
celup. Thiourea memiliki rumus molekul (NH2)2CS (Liu J, 2010). Thiourea
digunakan sebagai alternatif pengganti sianida. Thiourea secara relatif tak beracun
dan aman bagi lingkungan. Akan tetapi senyawa ini bersifat karsinogenik (dapat
menimbulkan kanker). Tingkat pelarutan menggunakan thiourea sangat cepat, jauh
lebih cepat dibanding pelarutan sianida.. bisa 4 hingga 5 kali lebih cepat dibanding
proses sianida (Dos Santos, 2008).
3
ledakan arus yang diperantarai reseptor GABA tanpa merubah frekuensi ledakan.
Pada kadar yang melebihi konsentrasi terapeutik, fenobarbital juga membatasi
perangsangan berulang terus menerus; ini mendasari beberapa efek kejang
fenobarbital pada konsentrasi yang lebih tinggi yang tercapai selama terapi status
epileptikus.
4
BAB III
METODE
Instrumentasi yang digunakan adalah H-NMR seri DPX-400, mass speektrometer seri
Agilent 1100 MSD dengan fitur elektospray, dan semua senyawa baru telah dianalisis
unsure C, H, dan N nya, serta hasilnya berada dalam range yang sesuai. Instrumentasi
difasilitasi oleh Scientific and Technical Reasearch Council of Turkey, TUBITAK.
Hewan uji yang digunakan adalah tikus Balb/C lelaki dan wanita dewasa dengan
bobot 20-30 gram. Tikus ditempatkan dalam kandang sesuai standard laboratorium
umum dengan persediaan makanan dan minuman. Temperature ruangan dan
kelembaban diatur menjadi 22 + 1o C dan 60%. Setiap 12 jam (pukul 8 pagi dan 8
malam) lampu diatur agar sesuai dengan siklus siang-malam. Semua test dilakukan
pada fase siang. Setelah 2 hari adaptasi, dipilih secara acak grup tikus untuk
percobaan. Prosedur dari percobaan terhadap hewan ini telah disetujui oleh Animal
Care and Use Commitee of Marmara University (16.04.2009-02.2009.mar).
5
D. Uji Aktivitas Antikonvulsan
Pengujian dilakukan dengan metode PTZ (Sigma) dan MES Test. Semua senyawa
yang disintesis disuspensikan dalam 0,5% methyl cellulose dan diadministrasikan
dalam dosis 50 mg/kg. ED50 dan CC50 dihitung menggunakan metode dari Litchfield
and Wilcoxon. Analisis statistic dievaluasi dengan ANOVA Prism 3.0. (GraphPad
Software, San Diego, USA).
6
DAFTAR PUSTAKA
Dos Santos L., Lima LA, Cechinel-Filho V, Correa R, Buzzi FC, Nunes RJ. 2008.
Synthesis of New 1-phenyl-3-{4-[(2E)-3-phenylprop-2-enoyl]phenyl}-
thiourea and urea derivatives with anti-nociceptive activity. Bioorg Med
Chem. Vol. 16: 8526-8534.
Harmita dan Maksum Radji. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Liu J, Song B, Fan H, Bhadury PS, Wan W, Yang S, Xu W, Wu J, Jin L, Wei X, Hu
D, Zeng S. 2010. Synthesis and in vitro study of pseudo-peptide thioureas
containing α-aminophosphonate moiety as potential antitumor agents. Eur J
Med Chem. Vol 45(11): 5108-5112.
Samekto Wibowo & Abdul Gofir. 2001. Farmakologi dalam Neurologi. Jakarta :
Salemba Medika.
Sulistia Gan Gunawan. 2009. Farmakologi dan Terapi, 5th edition. Jakarta: FK
Universitas Indonesia.
7
8