You are on page 1of 5

SOAL 14 EDUKASI DAN PENCEGAHAN

Edukasi

Ada banyak langkah sederhana yang dapat Anda ambil untuk mengurangi risiko jatuh
dan meningkatkan kesehatan Anda secara keseluruhan pada saat yang bersamaan.

 Olahraga membantu menjaga kekuatan dan keseimbangan otot.


 Vitamin D mendukung kesehatan tulang dan otot, dan dengan demikian
mengurangi risiko jatuh Anda.
 Alas kaki yang tepat dengan dukungan yang tepat membantu stabilitas jalan
dan mengurangi risiko jatuh.
 Lingkungan rumah yang aman yang bebas kekacauan, cukup terang, dan
memiliki pagar tangga dan balok keseimbangan di bak mandi dan pancuran,
dapat mengurangi bahaya tersandung yang menyebabkan jatuh.
 Penggunaan yang tepat dari alat bantu seperti tongkat dapat meningkatkan
stabilitas Anda saat berjalan.
 Tombol peringatan keamanan adalah ide yang baik untuk orang tua; jika Anda
terjatuh, Anda akan dapat memanggil bantuan dengan cepat.
 Peninjauan obat dengan dokter Anda dapat mengidentifikasi obat apa pun
yang mungkin menambah risiko jatuh Anda.
 Pelatihan gaya berjalan akan membangun kepercayaan diri Anda dan
memastikan gerakan yang lebih konsisten yang cenderung tidak menghasilkan
kejatuhan.

Situs https://www.urmc.rochester.edu/highland.aspx diakses pada tanggal 28 maret


2018

Home safety:

a. Untuk Meminimalkan Risiko Jatuh:

• Singkirkan semua karpet.

• Kenakan sepatu pendukung atau kaus kaki non-slip.

• Semua jalur berjalan harus lebar dan bebas rintangan untuk memungkinkan lansia
berjalan dengan alat bantu jalan.

• Tas walker / keranjang mungkin bisa digunakan untuk membawa barang seperti
handphone.

• Berhati-hati pada hewan peliharaan.

• Pencahayaan yang bagus di dalam rumah.

• Pastikan semuanya pegangan tangan tangga aman.


b. Keamanan Kamar Mandi:

• Gunakan tikar non-slip di bak mandi atau pancuran.

• Jangan gunakan rak handuk untuk penyokong.

• Letak barang yang paling dibutuhkan di tempat yang mudah digapai.

c. Lain:

• Jika anda tidur di lantai dua, pertimbangkan untuk pindah tidur ke tingkat utama.
Hindari tidur di sofa.

• Tidur di kursi malas, tapi hindari duduk pada permukaan yang rendah dan lembut

• Saat anda bepergian, berhentilah dan ubah posisi per jam.

Memorial Hospital dan Health Care Center. Hip Fracture Patient Education. Diunduh
dari URL www.mhcc.org pada tanggal 28 maret 2018.

Pencegahan Fraktur

Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada


umumnya fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik
ringan maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma
adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang
menyebabkan fraktur.

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya


trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang
berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati –hati,
memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat–akibat yang lebih serius


dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan
terampil pada penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yangbenar agar
tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya
dilakukan pengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan
keparahan tulang yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat
membantu untuk mengetahui bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar.
Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau
dengan fiksasi internal maupun eksternal.

c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk mengurangi
terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan
yang tepat untuk menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang
dilakukan disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan
operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi
tubuh untuk dapat kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya. Penderita
fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerluka n
latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang
patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi
dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain meminimalkan
bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan
dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan
aktivitas ringan secara bertahap.

Lee C, Porter KM. Prehospital Management of Lower Limb Fracture.


Emerg Med J2005;22:660–663

SOAL 12 LANGKAH REHABILITASI

A. Pelakasanaan Rehabilitasi

Pada dasarnya falsafah dan teknik rehabilitasi pada penderita lansia


tidak berbeda dengan rehabilitasi pada umumnya, demikian pula modalitas
yang diberikan seperti fisioterapi, okufasiterapi, fisikologi, ortotikprostetik,
terapi wicara dan social medic. Yang perlu diperhatikan adalah sasaran
program haruslah tepat pada kelompok umur berapa, program rehabilitasi bisa
diterapkan.

Dalam melaksanakan program rehabilitasi sering kali justru merugikan


menderita dengan menberikan proteksi yang berlebihan dan tidak jarang
penderita “ DIPAKSA “ berbaring dan dilayani segala kebutuhannya, dan
yang lebih tidak menguntungkan lagi sering kali penderitanya sendiri “
MENIKMATI “ pelayanan semacam itu, meskipun sesunguhnya dapat
melakukan sendiri.

- Pada keadaan imobilisasi kira – kira 3 % kekuatan otot berkurang setiap


harinya sebelumnya akan lebih cepat mengalami kemunduran karena disuse

- Keadaan seperti dekubitus, kontraktur, osteoporosis, hipotensi, ortostatik,


konstipasi, thrombosis dan juga tidak kalah pentingnya berkurangnya
rangsang pada system saraf sensorik yang dapat mengakibatkan munculnya
keluhan kebingungan (confusion) keluhan ini dapat diberikan terapi
modalitas berupa pemanasan baik secara alamiah maupun dengan alat diatermi
seperti micro wave diathermi ( MWD ), short wave diathermi ( SWD ), Utra
sound diathermi ( US ), pacu listrik dan lain – lain.

- Terapi yang bersifat aktif berupa latihan – latihan tidak disukai penderita
lansia, karena dianggap seperti anak kecil dan kurang senang bila “
DIPERINTAH “ untuk melakukan sesuatu oleh orang yang mungkin usia
cucunya.

- Banyak penelitian yang menunjukkan hasil positif dari latihan – latihan


seperti Raab, Agre, Mc Adam, dan Smith membuktikan bahwa peningkatan
kekuatan otot serta lingkup gerak sendi dapat mengurangi rasa nyeri sendi
pada pemberian latihan pereganggan dan pembebanan ringan pada usia lanjut.

- Pada penelitian Sinaki dan Grubbs mengemukakan bahwa dengan


peningkatkan kekuatan otot – otot paraspinal penderita post menopous dengan
cara – cara sederhana yang bertujuan agar dapat memperbaiki sikap tubuh
serta mencegah fraktur kompresi tulang punggung yang sudah osteoporotic

- Pada penelitian Mc Mundo dan Rennie dapat meningkatkan kekuatan otot


quadriceps pemoris dengan pemberian latihan lingkup gerak sendi sambil
duduk pada penghuni panti jompo sehingga mereka lebih mampu naik turun
tangga pada berbagai ketinggian.

B. Program Rehabilitasi Medik

Untuk memulai program rehabilitasi medic pada penderita lansia,sebagai


tenaga professional harus mengetahui kondisi lansia saat itu,baik penyakit
yang menyertai maupun kemampuan fungsional yang mampu dilakukan.salah
satunya di kemukakan oleh Katz, DKK yang telah menetapkan Fungsional
Assessment Instrument untuk menggolongkan kemandian merawat diri pada
lansia dengan berbagai macam penyakit, misal fraktur collum femoris, infark
cerebri, arthritis, paraplegia, keganasan, dll. adapun aktivitas yang dinilai
adalah Bathing, Dressing, Toileting, Transfering, Continence dan Feeding.

1. Program Fisioterapi

a. Aktivitas di tempat tidur

- Positioning, alih baring, latihan pasif dan aktif lingkup gerak sendi.

b. Mobilisasi

- Latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi, berdiri,
jalan

- Melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi, makan, berpakaian.

2. Program okupasi terapi


Latihan ditujukan untuk mendukung aktifitas kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan latihan dalam bentuk aktifitas, permainan, atau langsung pada
aktifitas yang diinginkan. Misal latihan jongkok – berdiri.

3. Program ortetik prostetik

Pada ortotis prostetis akan membuat alat penopang atau alat pengganti bagian
tubuh yang memerlukan sesuai dengan kondisi penderita, misal pembuatan
alat diusahakan dari bahan yang ringan, model alat yang lebih sederhana
sehingga mudah di pakai.

4. Program terapi bicara

Program ini kadang – kadang tidak selalu di tujukan untuk latihan bicara saja,
tetapi di perlukan untuk memberi latihan pada penderita dengan gangguan
fungsi menelan apabila di temukan adanya kelemahan pada otot – otot sekitar
tenggorok. Hal ini sering terjadi pada penderita stroke, dimana terjadi
kelumpuhan saraf fagus, saraf lidah, dll.

5. Program social medic

Petugas social medic memerlukan data pribadi maupun keluarga yang tinggal
bersama lansia, melihat bagaimana struktur atau kondisi di rumahnya yang
berkaitan dengan aktifitas yang di butuhkan penderita, tingkat social ekonomi.
Misal seorang lansia yang tinggal dirumahnya banyak tramp/anak tangga,
bagaimana bisa di buat landai/pindah kamar yang datar dan bisa deket dengan
kamar mandi.

6. Program psikologi

Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan


emosionalnay yang mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misal apakah
seorang yang tipe agresif atau konstruktif. Untuk memberikan motifasi lansia
agar lansia mau melakukan latihan, mau berkomunikasi, sosialisasi dan
sebagainya.

Martono H. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia


Lanjut) Edisi IV. Jakarta: Universitas Indonesia;2010.

You might also like