You are on page 1of 17

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MANAJEMEN NYERI ”.
Makalah ini di maksudkan sebagai tuntutan belajar bagi mahasiswa di
institusi pendidikan kesehatan khususnya program studi D-III Kebidanan.
Semoga dengan adanya makalah ini bisa memberi banyak pengetahuan bagi
pembaca khususnya bagi penulis sendiri, makalah ini terselesaikan karena bantuan
banyak pihak.
Tentunya penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan serta masih
jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang mendukung dari para pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Baturaja, Juni 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................... 1
A. LATAR BELAKANG........................................... 1
B. TUJUAN................................................................ 1
C. MANFAAT............................................................. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................. 3
A. Definisi Nyeri.......................................................... 3
B. Sifat-sifat Nyeri..................................................... 3
C. Fisiologi Nyeri........................................................ 4
D. Respon Tingkah Laku Terhadap Nyeri.............. 6
E. Klasifikasi Nyeri.................................................... 8
F. Faktor yang Mempengarughi Nyeri................... 11
G. Metode yang Digunakan Untuk Menghilangkan
Nyeri....... .............................................................. 13
BAB 3 PENUTUP......................................................................... 18
A. KESIMPULAN....................................................... 18
B. SARAN.................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan
perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan
diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan
banyak orang. Perawat, bidan dan tenaga kesehatan lain tidak bisa melihat dan
merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara
satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Bidan
memberi asuhan kebidanan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang
memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori
kebidanan kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan
pemberian asuhan kebidanan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang
mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi nyeri
2. Untuk mengetahui tentang sifat jenis
3. Untuk mengetahui tentang fisiologi nyeri
4. Untuk mengetahui tentang klasifikasi nyeri
5. Untuk mengetahui tentang apa saja faktor nyeri
6. Untuk mengetahui tentang metode menghilangkan nyeri

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Nyeri
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), Nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa Nyeri adalah sensori spesifik
yang muncul karena adanya injury, dan informasi ini didapat melalui sistem
sarafperifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik
di spinal cord.
Secara umum Kebidanan mendefinisikan Nyeri sebagai apapun yang
menyakitkan tubuh, yang dikatakan individu yang mengalaminya, dan yang ada
kapanpun individu mengatakannya.

B. Sifat Sifat Nyeri


a) Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi.
b) Nyeri bersifat subyektif dan individual.
c) Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah.
d) Bidan hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat
perubahan fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien.
e) Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya.
f) Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis.
g) Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan.
h) Nyeri mengawali ketidakmampuan.
i) Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri tidak
optimal.
j) Nyeri tidak menyenangkan.
k) Nyeri Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi.
l) Nyeri bersifat tidak berkesudahan.

Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat
kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik, kemudian
ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C
ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik
tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri
setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat.
Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik,
suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan
karena trauma/inflamas

C. Fisiologi Nyeri
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri,
meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana
nyeriditransmisikan atau diserap.
Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3
(tiga) komponen fisiologis berikut ini:
1. Resepsi (proses perjalanan nyeri)
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan
menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin,
kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila
nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan
dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan
membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C.
impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis
medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan
menyebabkan kornudorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). SubstansiP
ini menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktusspinotalamus.
Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke
dalam system saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah
impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek protekti.
Contoh: Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar,
tangan juga melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan
setrika. Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla
spinalis utuh atau berfungsi normal.
2. Persepsi ( kesadaran seseorang terhadap nyeri )
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat
individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang
komplek.Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga
kemudian individu dapat bereaksi.
Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:
Stimulus Nyeri Medula Spinalis Talamus Otak (area limbik) Reaksi emosi
Pusat otak, Persepsi Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik
ke talamus, selanjutnya serabut mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak,
termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang yang bisa mengontrol
emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam memproses
reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisisyaraf berakhir di pusat otak, maka
individu akan mempersepsikan nyeri.

3. Reaksi ( respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri )


Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang terjadi
setelah mempersepsikan nyeri. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan
nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi ”flight atau fight”, yang
merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf
otonom menghasilkan respon fisiologis, apabila nyeri berlangsung terus menerus,
maka sistem parasimpatis akan bereaksi.
Secara ringkas proses reaksi adalah sebagai berikut:
Impuls nyeri medula spinalis batang otak & talamus Sistem syarafotonom
Respon fisiologis & perilaku Impuls nyeri ditransmisikan ke medula
spinalis menutju ke batang otak dan talamus. Sistem saraf otonom
menjaditerstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis bereaksi, maka akan timbul
respon fisiologis dan akan muncul perilaku.

D. Respon Tingkah Laku Terhadap Nyeri


Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
 Pernyataan verbal seperti Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur.
 Ekspresi wajah seperti Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir.
 Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan
jari & tangan.
 Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,
Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pada
aktivitas menghilangkan nyeri) Individu yang mengalami nyeri mendadak
dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama
beberapa menit atau menjadi kronis.
Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih
untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat.
Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir
dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
Meinhart & McCaffery Mendiskripsikan 3 Fase Pengalaman Nyeri:

a. Fase Antisipasi Terjadi Sebelum Nyeri Diterima.


Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini
bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkingkan seseorang belajar
tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran bidan dalam
fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.
Contoh: Sebelum dilakukan tindakan bedah, bidan menjelaskan tentang nyeri
yang nantinya akan dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan begitu
klien akan menjadi lebih siap dengan nyeri yang nanti akan dihadapi.
b. Fase sensasi terjadi saat nyeri terasa.
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu
bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-
beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan
orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransitinggi terhadap nyeri tidak
akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi
terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil.
Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri
tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransiterhadap nyerinya rendah sudah
mencari upaya pencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana
orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar
endorfin berbeda tiap individu, individu denganendorfin tinggi sedikit merasakan
nyeri dan individu dengan sedikitendorfin merasakan nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari
ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien
itulah yang digunakan bidan untuk mengenali pola perilaku yang menunjukkan
nyeri. Bidan harus melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit
mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan
nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan
bantuan bidan untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif.
c. Fase akibat (aftermath) terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien
masih membutuhkan kontrol dari bidan, karena nyeri bersifatkrisis, sehingga
dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami
episode nyeri berulang, maka respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat. Bidan berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri
untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.
E. Klasifikasi Nyeri
a) Berdasarkan sumbernya:
1. Cutaneus/superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/
jaringan subkutan.Biasanya bersifat burning (seperti terbakar).
Contoh : terkena ujung pisau atau gunting.
2. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh
darah, tendondan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama dari pada cutaneus.
Contoh : sprain sendi.
3. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm ronggaabdomen,
cranium dan thorak.
Contoh : Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan.
b) Berdasarkan penyebab
1. Fisik
Bisa terjadi karena stimulus fisik.
contoh: fraktur femur
2. Psycogenic
3. Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari
emosi/psikis dan biasanya tidak disadari.
Contoh: Orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya)
biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut.
c) Berdasarkan lama/durasinya
1. Nyeri Akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atauintervensi bedah
dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitasbervariasi dari berat sampai
ringan. Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera
atau penyakit yang akan datang. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa
adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak.
Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan
sangatagresif untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius
mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu harus
menjadiprioritas bidan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi bisa
memanjang dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol
2. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitasbervariasi, dan biasanya
berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak
terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau karena
gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian. Pada
nyeri kronik, tenaga kesehatan tidakseagresif pada nyeri akut. Klien yang
mengalami nyeri kronik akan mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian
atau keseluruhan) daneksaserbasi (keparahan meningkat). Nyeri ini biasanya tidak
memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.
Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampunan fisik
dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang tidak dapat diprediksi membuat klien
menjadi frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologis. Individu yang
mengalami nyeri kronik akan timbul perasaan yang tidak aman, karena ia tidak
pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke hari.
3. Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik
a. Nyeri akut
 Lamanya dalam hitungan menit.
 Ditandai peningkatan BP, nadi, dan respirasi.
 Respon pasien Fokus pada nyeri, menyetakan nyeri menangis dan
mengerang.
 Tingkah laku menggosok bagian yang nyeri.
b. Nyeri kronik
 Lamanya sampai hitungan bulan, > 6 bulan.
 Fungsi fisiologi bersifat normal.
 Tidak ada keluhan nyeri.
 Tidak ada aktifitas fisik sebagai respon terhadap nyeri.
d) Berdasarkan lokasi/letak
1. Radiating pain
Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya.
Contoh: cardiac pain.
2. Referred pain
Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan berasal dari
jaringan penyebab nyeri.
3. Intractable pain
Nyeri yg sangat susah dihilangkan.
Contoh: nyeri kanker maligna.
4. Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang.
Contoh: Bagian tubuh yang diamputasi atau bagian tubuh yang lumpuh
karena injuri medulla spinalis.

F. Faktor yang mempengaruhi Nyeri


a) Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga bidan harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika
sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung
memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal
alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat
atau meninggal jika nyeri diperiksakan.9
b) Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda
secarasignifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya.
Contoh: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri.
c) Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon
terhadap nyeri.
Contoh : suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang
harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh
jika ada nyeri.
d) Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan
dan bagaimana mengatasinya.
e) Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided
imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
f) Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri juga bisa
menyebabkan seseorang cemas.
g) Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat
ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.
Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu
dalam mengatasi nyeri.
h) Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi
nyeri.
i) Support keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota
keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan
perlindungan.

G) Metode yang di gunakan untuk menghilangkan nyeri


a. Distraksi
Distraksi adalah metode pengalihan perhatian dari "persepsi" rasa nyeri.
Dengan mengalihkan perhatian, kita bisa mengurangi fokus terhadap respon
nyeri. Distraksi bisa diterapkan untuk rasa nyeri ringan dan sedang, untuk rasa
nyeri berat obat masih menjadi pilihan paling tepat.
Contoh dari metode distraksi dalam mengurangi rasa nyeri adalah
melakukan kegiatan ringan untuk mengalihkan "persepsi" rasa nyeri, bisa dengan
mengobrol, menonton tv, atau dengan menikmati pemandangan alam.
Dengan menerapkan metode distraksi untuk mengurangi rasa nyeri akan
menghindari dampak negatif dari obat kimia, seperti yang dijelaskan di
atas,distraksi bisa diterapkan pada nyeri ringan dan sedang, untuk itu pada kasus
rasa nyeri berat harus ditangani dengan obat/tindakan medis.
b. Relaksasi
Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot dan mengurangi
kecemasan. Membantu klien dengan teknik relaksasi, bidan dapat mengenal nyeri
klien dan ekspresu kebutuhan dibantu dari klien untuk mengurangi distress yang
disebabkan oleh nyerinya. Teknik relaksasi lebih efektif untuk klien dengan nyeri
kronik. Relaksasi memberikan efek posotf untuk klien yang mengalami nyeri,
yaitu :
1. Memperbaiki kualitas tidur
2. Memperbaiki kemampuan memecahkan masalah
3. Mengurangi keletihan / fatigue
4. Meningkatkan kepercayaan dan perasaan dapat mengontrol diri dalam
mengatasi nyeri
5. Mengurangi efek kerusakan fisiologi dari stress yang berlanjut atau
berulang karena nyeri
6. Pengalihan rasa nyeri/distraksi.
7. Meningkatkan keefektifan teknik – teknik pengurangan nyeri yang lain.
8. Memperbaiki kemampuan mentoleransi nyeri
9. Menurunkan distress atau ketakutan selama antisipasi terhadap nyeri.
Secara umum untuk melakukan teknik relaksasi membutuhkan4 hal, yaitu:
1. Berikan posisi yang nyaman
2. Dilakukan dalam lingkungan yang tenang
3. Mengulang kata-kata, suara, phrase, doa-doa tertentu
4. Melakukan sikap yang pasif saat mendistraksi klien.
5. Metode yang lain untuk meningkatkan relaksasi dapat berupa music
atau suara alam sambil santai, memikirkan sesuatu yang merilekskan,
atau dengan teknik meditasi seperti yoga, dan lain-lain.
c. Imagery
Klien dapat menggunakan imagery /membayangkan untuk menurunkan nyeri.
Imagery suatu yang menyenangkan. Imagery dapat digunakan lebih efektif pada
klien dengan nyeri kronik dari pada nyeri akut, atau nyeri berat. Bidan dapat
mengajarkan klien untuk menggunakan teknik imagery dengan melakukan
guided imagery.
d. Stimulasi Kutan
Teknik dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengurangi nyeri.
Meintz menyatakan bahwa massage, salah satu bentuk stimulan kutan, dapat
mengurangi kecemasan dan persepsi nyeri pada klien dengan kanker. Stimulan
kutan, meliputi :
1. Massage
2. Kompres hangat atau dingin, atau keduanya bergantian
3. Accupressure
4. Stimulasikon trilateral.
e. Anestesi
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel
Holmes Sr pada tahun 1846.
1. Pengelompokan Anestesi
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok,
yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai
hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap
berada dalam keadaan sadar.
Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu
meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya
kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari
bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.
2. Tipe Anestesi
a. Pembiusan total — hilangnya kesadaran total.
b. Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan
(pada sebagian kecil daerah tubuh). Pembiusan lokal atauanestesi lokal
merupakan salah satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian
tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran.
Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka
setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.
c. Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari
tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang
berhubungan dengannya.
f. Terapi Musik
Terapi musik terdiri dari 2 kata, yaitu kata “terapi” dan “musik”.
Terapi (therapi) adalah penanganan penyakit (Brooker, 2001). Terapi juga
diartikan sebagai pengobatan (Laksman, 2000). Sedangkan musik adalah suara
atau nada yang mengandung irama. Terapi musik adalah keahlian menggunakan
musik atau elemen musik oleh seseorang terapis untuk meningkatkan,
mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan
spiritual.
Dalam kedokteran, terapi musik disebut sebagai terapi pelengkap
(Complementary Medicine), Potter juga mendefinisikan terapi musik sebagai
teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan
bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat
disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik,instrumentalia, dan slow
musik.
Menurut Willougnby (1996), musik adalah bunyi atau nada yang
menyenangkan untuk didengar. Musik dapat keras, ribut, dan lembut yang
membuat orang senang mendengarnya. Orang cenderung untuk mengatakan indah
terhadap musik yang disukainya. Musik ialah bunyi yang diterima oleh individu
dan berbeda bergantung kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang.
Menurut Spawnthe Anthony (2003), musik mempunyai manfaat sebagai
berikut:
a. efek mozart, adalah salah satu istilah untuk efek yang bisa dihasilkan sebuah
musik yang dapat meningkatkan intelegensia seseorang.
b. refresing, pada saat pikiran seeorang lagi kacau atau jenuh, dengan
mendengarkan musik walaupun sejenak, terbukti dapat menenangkan dan
menyegarkan pikiran kembali.
c. motivasi, hal yang hanya bisa dilahirkan dengan “feeling” tertentu. Apabila
ada motivasi, semangatpun akan muncul.
d. terapi, berbagai penelitian dan literatur menerangkan tentang manfaat musik
untuk kesehatan, baik untuk kesehatan fisik maupun mental, beberapa
penyakit yang dapat ditangani dengan musik antara lain kanker,
stroke, dimensia, nyeri, gangguan kemampuan belajar, dan bayi prematur.
BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan makalah dapat disimpulkan :


1. Secara umum nyeri didefinisikan sebagai apapun yang menyakitkan tubuh,
yang dikatakan individu yang mengalaminya, dan yang ada kapanpun individu
mengatakannya.
2. Sifat nyeri yaitu: melelahkan dan membutuhkan banyak energi, bersifat
subyektif dan individual, tak dapat dinilai secara objektif, bidan hanya dapat
mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah laku dan
dari pernyataan klien.
3. Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3
(tiga) komponen fisiologis yaitu: resepsi, persepsi, reaksi .
4. Klasifikasi nyeri dibedakan berdasarkan : sumber, penyebab, lama (durasi),
dan lokasi (letak).
5. Faktor yang mempengaruhi nyeri yaitu : usia, jenis kelamin, kultur, makna
nyeri, perhatian, ansietas, pengalaman masa lalu, pola koping, support
keluarga dan sosial.
6. Metode yang digunakan untuk menghilangkan nyeri ialah distraksi, relaksasi,
imagery, stimulasi kutan, anestesi dan terapi musik.
DAFTAR PUSTAKA

http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/manajemen-nyeri/
http://contoh-askep.blogspot.com/2008/09/manajemen-nyeri.html
http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-dasar-nyeri.html
Prasetyo Nian Sigit. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta :
Graha Ilmu
http://hairiyah1996.blogspot.co.id/2015/05/makalah-manajemen-nyeri.html

You might also like