You are on page 1of 13

BAB

PENGOLAHAN AIR LIMBAH


INDUSTRI TEPUNG BERAS

13.1. Pendahuluan

Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat


luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan
pembuat roti, mie dan banyak lagi jenis makanan yang perlu
bahan tepung beras. Di Kotamadya Tegal terdapat industri
tepung beras dengan kapasitas produksi sekitar 2 (dua) ton per
hari. Industri ini sudah beroperasi sekitar 10 tahun. Setiap
harinya, industri ini berproduksi selama delapan jam dengan
jumlah karyawan 18 orang yang kesemuanya laki-laki. Bahan
baku yang digunakan untuk produksi tepung adalah beras
dengan ukuran kecil-kecil yang dikenal dengan nama menir.

Proses produksi dari mulai bahan baku menir sampai


menjadi tepung beras berlangsung melalui beberapa tahapan dan
sangat sederhana sekali. Pertama menir dicuci di bak pencucian
dengan menggunakan air yang bersumber dari air tanah. Setelah
dicuci kemudian ditiris dalam bak pencucian itu sendiri. Air hasil
tirisan menir ini menjadi air limbah yang mengandung padatan
tepung beras.

Setelah ditiris, menir dalam keadaan lembab digiling sampai


menjadi tepung yang halus. Selanjutnya, tepung yang halus ini di
keringkan dalam oven. Setelah kering, kemudian dilakukan
pengepakan untuk selanjutnya disimpan di gudang untuk
pasarkan. Secara lengkap diagram proses pembuatan tepung
beras diperlihatkan pada gambar 13.1.

286
Menir/ beras

Air Cuci Limbah

Penggilingan

Panas Oven

Paking

Pemasaran

Gambar 13.1. Diagram Alir Proses Produksi Tepung Beras

Industri tepung beras menghasilkan limbah yang berupa


limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berasal dari tepung
yang tercecer di ruang produksi, karung kemasan dan sampah
domestik, Sedangkan limbah cair sumbernya berasal dari proses
pencucian menir, pencucian peralatan produksi, pencucian lantai
dan dari limbah cair domestik toilet dan kamar mandi.

287
Gambar 13.2. Peralatan Mesin untuk Pembuatan Tepung Beras

Gambar 13.3. Tepung Beras yang Siap Didistribusikan Disimpan


Dalam Gudang

288
Gambar 13.4. Proses Pencucian Menir pada
Industri Tepung Beras

Gambar 13.5. Air Cucian Menir Yang Tercecer

289
13.2. Pengelolaan dan Penanganan Limbah

Pada bagian ini akan diulas mengenai contoh penerapan


IPAL untuk industri tepung beras yang telah dikembangkan oleh
salah satu pengusaha di Kota Tegal. Limbah cair industri tepung
beras dari proses produksi ataupun pencucian peralatan, saat ini
dikelola dan diolah menggunakan instalasi pengolahan air limbah
dengan proses yang sederahan.

Bangunan IPAL dibuat dengan menggunakan bak-bak dari


beton dengan ukuran 10 x 20 meter dengan ketinggian 3 meter.
Ipal terdiri dari 2 unit (unit 1 dan unit 2) yang masing-masing unit
terdiri dari 4 buah bak. Pengoperasian unit IPAL dilakukan secara
bergantian. Apabila unit I sudah terisi air limbah penuh, maka
selanjutnya pengolahan air limbah dilakukan di unit 2. Adapun
pengoperasian IPAL yang berjalan adalah sebagai berikut :

• Air limbah kotor dari proses produksi tepung dan pencucian


alat yang banyak mengandung serbuk tepung dialirkan ke
dalam bak equalisasi yang berfungsi untuk menampung dan
membuat konsentrasi limbah homogen. Selanjutnya air
limbah ini di alirkan ke dalam bak-bak pengendap yang ada di
IPAL unit 1 secara kontinyu. Serbuk-serbuk tepung yang ada
dalam air limbah akan mengendap di dasar bak.

• Setelah proses pengaliran air limbah ke bak pengendapan


IPAL unit 1 berjalan selama 2 minggu, selanjutnya aliran air
limbah dipindahkan ke bak pengendap IPAL unit 2. Padatan
di IPAL unit 1 dikeringkan kemudian diambil dan ditimbun di
tanah sekitar lokasi IPAL Menurut informasi dari pengelola
industri, limbah padat ini dapat dimanfaatkan untuk makanan
ternak.

• Di unit 2, air limbah diproses pengendapan sama persis


seperti proses di unit 1. Effluent dari IPAL unit 1 dan unit 2
selanjutnya dialirkan ke dalam bak stabilisasi yang berupa
lagon untuk menstabilkan kualitas air sebelum di buang ke
perairan sekitar lokasi industri. Secara lengkap unit proses
pengolahan air limbah produksi tepung beras diperlihatkan
pada gambar-gambar berikut.

290
Gambar 13.6. Air Limbah Industri Tepung Beras di Equalisasi

Gambar 13.7. IPAL Industri Tepung Beras Tegal

291
Gambar 13.8. Lumpur Hasil Proses IPAL Industri Tepung Beras

Gambar 13.9. Air Buangan IPAL Industri Tepung Beras di Tegal

292
Bak Equalisasi
R. Penyimpan sludge

Bak Stabilisasi

Tempat pengering
lumpur

Gambar 13.10. Denah Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri


Tepung Beras

13.3. Kendala Pengoperasian IPAL

Menurut Informasi dari pengelola industri, sebelum adanya


IPAL, masyarakat sekitar yang mempunyai sawah maupun
perikanan sempat melakukan protes berkaitan dengan buangan
air limbah dari Industri ini. Namun dengan diprosesnya air limbah
dengan IPAL, saat ini reaksi masyarakat sekitar terhadap kualitas
air limbah yang dibuang oleh industri tepung sudah reda.

Ada beberapa kendala dalam hal pengoperasian IPAL di


industri tepung yang saat ini sedang berjalan. Kendala tersebut
diantaranya adalah kualitas buangan air masih mengandung
padatan tersuspensi yang cukup tinggi dan juga kualitas air
buangan tidak dipantau melalui laboratorium. Dikhawatirkan
padatan ini akan menimbulkan bau pada kolam stabilisasi yang
disebabkan karena degradasi padatan tepung secara anaerobik.

293
Selain masalah kualitas air buangan yang masih
mengandung padatan cukup tinggi, juga masalah sludge tepung
dari hasil pengolahan air limbah. Sludge ini apabila tidak segera
didistribusikan ke pengguna seperti ke peternakan dan lain
sebagainya, akan berakibat menumpuk dan menimbulkan bau
yang kurang sedap.

13.4. Saran untuk Perbaikan Instalasi Pengolahan Air Limbah


dan Penanganan Lumpur

Dari kunjungan survei ke industri tepung beras, ada


beberapa masukan yang dapat diberikan guna penyempurnaan
pengelolaan lingkungan sebagai berikut :

• Kendala tingginya padatan tersuspensi yang ada pada


effluent IPAL dapat diatasi dengan menggunakan saringan
halus yang ditempatkan pada bak terakhir sebelum air limbah
di alirkan ke kolam stabilisasi. Saringan ini didisain dapat
dengan mudah dilepas dan dipasang kembali sehingga
secara periodik kotoran yang menempel pada saringan dapat
dibersihkan. Dapat juga dibuat saringan pasir lambat model
up flow maupun down flow untuk mengurangi jumlah padatan
tersuspensi sebelum di buang ke perairan.

• Saringan pasir lambat, selain berfungsi sebagai penahan


partikel, juga dapat berfungsi sebagai bioreaktor yang akan
mendegradasi polutan organik terlarut yang ada pada air
limbah. Apabila filter pasir dialiri limbah pada waktu yang
cukup lama, maka pada permukaan partikel pasir akan
terbentuk lapisan mikroorganisma yang membentuk film yang
dikenal dengan istilah biofilm. Biofilm inilah yang akan
menguraikan polutan organik menjadi gas CO2, air dan sel
mikroorganisma.

• Mengenai jumlah lumpur hasil proses pengendapan di IPAL,


lumpur ini dapat dimanfaatkan selain untuk makanan ternak
juga dapat dibuat kompos untuk pupuk organik. Selain untuk
pupuk organik, lumpur ini dapat juga diproses lebih lanjut
secara anaerobik menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan
untuk energi.

294
13.5. Teknologi Proses Pengolahan Air Limbah Industri
Tepung Beras yang Ideal

Teknologi proses pengolahan air limbah ada berbagai jenis


dan ragamnya tergantung dari karakteristik air yang akan diolah.
Karakteristik air limbah dapat dibedakan menjadi air limbah
organik dan air limbah non organik. Air limbah organik dihasilkan
dari kegiatan usaha seperti industri makanan, industri tahu
tempe, industrii kecap dan industri lainnya.

Air limbah jenis ini umumnya dapat diolah dengan


menggunakan proses pengolahan biologis, yaitu melibatkan
kemampuan mikroorganisma bakteri dalam menguraikan air
limbah. Sedangkan air limbah non organik adalah air limbah yang
umumnya dihasilkan oleh industri kimia seperti industri asam
sulfat, industri logam dan lain sebagainya. Untuk air limbah jenis
non organik, proses pengolahannya dilakukan dengan proses
kimia fisika yaitu dengan menambahkan bahan kimia sehingga
terjadi pemisahan polutan dari air.

Air limbah yang dihasilkan oleh industri tepung beras adalah


jenis air limbah organik yang dapat diuraikan oleh bakteri. Proses
pengolahan air limbah yang ideal untuk industri tepung beras
adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 13.11. Air limbah
dari proses pencucian menir, dari pencucian lantai dan mesin
serta air limbah dari kegiatan MCK ditampung dalam bak
equalisasi. Equalisasi fungsinya untuk menjaga agar supaya air
limbah yang masuk ke IPAL homogen dan dapat diatur alirannya
secara kontinyu. Air limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya
dipompa ke unit IPAL.

Di dalam unit IPAL tersebut, pertama air limbah dialirkan


masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel
lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspensi seperti sisa sisa
tepung. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi
sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke
bak kontaktor anaerob (biofilter Anaerob) dengan arah aliran
dari atas ke bawah.

295
Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media
khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon. Apabila bahan
khusus tidak dijumpai di sekitar lokasi, maka dapat dipakai juga
media dari kerikil ataupun batu apung. Penguraian zat-zat
organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi,
pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-
organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat
organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.

Air limbah dari bak kontaktor (biofilter) anaerob selanjutnya


dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob
ini diisi dengan media juga, sambil diaerasi atau dihembus
dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan
menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta
tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan
demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang
tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan
media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi
penguraian zat organik

Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di


dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung mikro-organisme
diendapkan dan sebagian air dipompa kembali ke bagian bak
pengendap awal dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air
limpasan (air olahan) dapat langsung dibuang ke sungai atau
saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob
tersebut selain dapat menurunkan secara signifikan zat organik
(BOD, COD), ammonia, padatan tersuspensi (SS), phospat,
lemak minyak dan lainnya.

296
297
Gambar 13.11. Flow Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Industri Tepung Beras Yang Ideal
DAFTAR PUSTAKA

1. Rudi Nugroho, Nusa Idaman S dan Ikbal ”Teknologi


Pengolahan Limbah Cair”, Makalah Seminar BPLHD DKI
Jakarta Dalam Rangka Penghargaan Industri Yang Peduli
Lingkungan, Oktober, 2004.

2. Rudi Nugroho, ”Teknologi Pengolahan Limbah Cair Sistem


Lumpur Aktif”, Pelatihan Teknologi Pengelolaan Limbah Cair
BPPT, Juli 2005.

3. Kementerian Lingkungan Hidup dan Institup Pertanian Bogor,


”Pedoman Teknis Pengelolaan Limbah Untuk Industri Kecil”,
Oktober 2003.

298

You might also like