You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 758 - 766


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS FAKTOR RISIKO GANGGUAN MUSKULOSKELETAL DENGAN


METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST (QEC) PADA PERAJIN GERABAH DI
KASONGAN YOGYAKARTA

Artikel Ilmiah
MIFTAH INDRIASTUTI
*)Alumnus FKM **) Dosen Bagian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jalan Prof. Soedarto, SH. Tembalang, Semarang
Email: miftah.indriastuti@gmail.com

ABSTRACT

Implementation of ergonomics and occupational safety and health (OSH) of the


informal sector are less noticed by the owners of the industry. The activity of pottery
artisans was repetitive work,with a long duration, be done with less ergonomic
working posture, static posture, bent and requiring considerable force. Twelve of 30
pottery artisans feels pain on the neck muscles, shoulders, arms, hands and back.
The author would like to know those risk factors by using the Quick Exposure
Checklist, which is one of the tools to assess the risk factors of musculoskeletal
disorders.
The purpose of this study was to analyze the risk factors of the musculoskeletal
disorder among the pottery artisans in Kasongan based on the assessment results
by using the Quick Exposure Checklist (QEC). The design of this research is
qualitative with descriptive analysis and with observational approach.
Survey results revealed that all tasks in the process of making pottery in the Loro
Blonyo Kasongan studio was done with awkward postures on certain body parts i.e.
back, shoulder/arm, wrist and neck, with routine movements and repetitive motion.
The force factor and the maximum weight that can be lifted by the craftsmen are still
below the maximum allowable limit which is 23-25kg. The entire activity of each task
is performed within the period of time of > 4hours/day. The six respondents are
male, in the reproductive age and with the longest tenure of 17 years.

Key Word : QEC, risk factors, MSDs


Literature : 32, 1983 - 2011

PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan sebutan K3, dewasa ini
kerja yang telah popular dengan implementasinya telah menyebar
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 758 - 766
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

secara luas di hampir setiap sektor informal adalah keluhan


industri. Namun, penerapan musculoskeletal. Keluhan
keselamatan dan kesehatan kerja di musculoskeletal adalah keluhan pada
sektor informal seringkali tidak bagian otot-otot skeletal yang dirasakan
diperhatikan oleh pemilik usaha. Jumlah oleh seseorang mulai dari keluhan
total tenaga kerja Indonesia menurut sangat ringan sampai sangat sakit.
BPS sebesar 116 juta orang pada tahun Apabila otot menerima beban statis
2010, lebih dari 73 juta orang terserap secara berulang dan dalam waktu yang
ke sektor informal. (1) lama, akan menyebabkan keluhan
Penerapan K3 dan ergonomi berupa kerusakan pada sendi, ligamen
yang baik telah terbukti meningkatkan dan tendon. Keluhan hingga kerusakan
kesehatan dan keselamatan kerja inilah yang biasanya disebut dengan
sekaligus meningkatkan produktivitas musculoskeletal disorders (MSDs) atau
kerjanya. Kenyataannya penerapan cedera pada sistem musculoskeletal.(3)
ergonomi dan K3 di perusahaan Bagian otot yang sering dikeluhkan
terutama di perusahaan kecil dan meliputi otot leher, bahu, lengan,
menengah (sektor informal) belum tangan, punggung dan pinggang dan
berjalan dengan baik karena terdapat otot-otot bagian bawah. (4)
beberapa hambatan. Menurut Sutjana, Hal tersebut bisa dilihat dari
hambatan penerapan K3 dan ergonomi data yang dikumpulkan oleh, peneliti
di perusahaan antara lain, tidak dari Pusat Riset dan Pengembangan
memberikan keuntungan pada Ekologi kesehatan Departemen
perusahaan/pemilik industri, prioritas Kesehatan pada 2004. Penelitian ini
manajemen K3 masih rendah, melibatkan 800 orang dari 8 sektor
kurangnya program promotif tentang K3 informal di Tanah Air. Hasilnya
dan ergonomi di perusahaan sehingga menunjukkan bahwa gangguan
banyak pemilik industri yang tidak muskuloskeletal dialami oleh sekitar
mengetahui tentang pentingnya K3 dan 31,6 % petani kelapa sawit di Riau,
ergonomi. (2) 21% perajin wayang kulit di Yogyakarta,
Salah satu masalah ergonomi 18%
yang sering terjadi pada pekerja sektor
perajin onix di Jawa Barat, 41,6%. Rata-rata semua pekerja
16,4% penambang emas di Kalimantan mengeluhkan nyeri di punggung, bahu,
Barat, 14,9 % perajin sepatu di Bogor, dan pergelangan tangan. (5)
dan 8% perajin kuningan di Jawa Berdasarkan hasil survey awal
Tengah. Perajin batu bata di Lampung yang dilakukan di Sanggar Loro Blonyo
dan nelayan di DKI Jakarta adalah didapatkan bahwa 12 dari 30 orang
kelompok pekerja yang paling banyak perajin gerabah mengalami keluhan
menderita gangguan muskuloskeletal, pegal-
masing-masing sekitar 76,7% dan
pegal dan nyeri pada bagian tubuh tugasnya dalam proses pembuatan
tertentu terutama pada bagian leher, gerabah. Proses pembuatan gerabah
bahu, punggung, pinggang, tangan, memiliki beberapa tahapan yaitu proses
pergelangan tangan, pergelangan kaki pengolahan bahan, pembentukan baik
dan lutut. Keluhan tersebut dirasakan dengan tangan langsung, cara putar,
oleh perajin gerabah selama melakukan maupun cetak, pengeringan,
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 758 - 766
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

pengecatan/glasir, UPT Kasongan tahun 2008 terdapat


pengovenan/pembakaran dan finishing. 593 orang perajin yang terbagi dalam
Proses pembuatan gerabah tersebut 38 kelompok, sedangkan yang masuk
membutuhkan waktu yang lama, dalam wilayah Dusun Kasongan
pekerjaan perajin gerabah merupakan (Pedukuhan Kajen) terdapat 270 orang
pekerjaan berulang (repetitive), dengan perajin yang terbagi dalam 18
durasi kerja yang lama dengan postur kelompok. (6)
kerja yang kurang ergonomis, duduk Keluhan muskuloskletal terjadi
statis dan membungkuk, serta karena dipengaruhi beberapa faktor
membutuhkan tenaga yang cukup risiko antara lain adalah postur kerja
besar. yang tidak normal, pembebanan statis
Sanggar Loro Blonyo pada otot, beban kerja yang tinggi,
merupakan salah satu usaha kerajinan repetitive work (pekerjaan berulang),
gerabah di Kasongan yang memiliki 30 serta stress.. (4) Faktor risiko
orang pekerja yang terdiri dari 3 wanita musculoskeletal disorders dapat
dan 27 pria. Dusun Kasongan terletak dikategorikan menjadi tiga yaitu faktor
di Desa Bangunjiwo Kecamatan pekerjaan, lingkungan dan karakteristik
Kasihan Bantul yang terkenal sebagai individu. Faktor pekerjaan meliputi
desa wisata Kasongan sentra kerajinan postur tubuh, beban, durasi dan
gerabah di Kabupaten Bantul. Hampir frekuensi. Faktor lingkungan meliputi
setiap penduduk di Dusun Kasongan temperatur, kelembapan, dan sirkulasi
berprofesi sebagai perajin gerabah udara serta vibrasi. Faktor karakteristik
yang usahanya sudah dimulai secara individu meliputi Usia, masa kerja,
turun temurun. Berdasarkan data dari kelamin dan kebisaan merokok. (7)
Seperti halnya pada pekerjaan berisiko mengalami gangguan
pembuatan gerabah ini dilakukan dalam musculoskeletal apabila dilakukan
postur kerja yang tidak normal seperti berulang-ulang dan dalam jangka waktu
punggung terlalu membungkuk, yang lama sehingga dibutuhkan suatu
beberapa tugas dalam pembuatan upaya untuk melakukan pencegahan
gerabah ini dilakukan dalam posisi terjadinya gangguan musculoskeletal
statis, serta dilakukan beberapa kali pada perajin gerabah.
pengulangan gerakan dan dilakukan Upaya pencegahan ataupun
dalam waktu yang lama atau selama perbaikan memiliki banyak cara untuk
jam kerja yakni 8 jam. Selain itu, melakukan evaluasi ergonomi untuk
gerabah yang dibentuk memiliki berat mengetahui hubungan tekanan fisik
patung beragam antara 5 hingga 20 kg dengan risiko keluhan muskuloskletal.
sehingga terdapat variasi beban yang Pengukuran terhadap tekanan fisik ini
mampu diangkat oleh setiap pekerja. cukup sulit karena melibatkan berbagai
Aktivitas pekerjaan perajin faktor subjektif seperti kinerja, motivasi,
gerabah merupakan pekerjaan berulang harapan dan toleransi kelelahan. (3)
(repetitive), dengan durasi kerja yang Sebelum melakukan evaluasi ergonomi
lama dan dilakukan dengan postur kerja perlu diketahui faktor risiko gangguan
yang kurang ergonomis, duduk statis musculoskeletal yang ada terlebih
dan membungkuk, serta membutuhkan dahulu dengan dilakukan penilaian
tenaga yang cukup besar. Aktvitas yang faktor risiko. Penilaian faktor risiko
dilakukan oleh perajin gerabah tersebut ergonomi dapat dilakukan dengan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 758 - 766
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

beberapa metode baik itu dengan risiko dari work-related musculoskeletal


RULA, REBA, BRIEF, OWAS maupun disorders, menilai gangguan risiko yang
QEC.(8) Metode tersebut merupakan terjadi pada bagian belakang
tools / alat yang digunakan dalam punggung, bahu/lengan, pergelangan
upaya penilaian risiko ergonomi tangan dan leher. Serta dapat
terutama yang berkaitan dengan mengidentifikasi faktor risiko
gangguan musculoskeletal yang musculoskeletal disorders terutama
berhubungan dengan pekerjaan. pada faktor pekerjaan yaitu postur
Metode tersebut memiliki cara tubuh, beban, durasi dan frekuensi.
penilaian, jenis pekerjaan, subjek, Metode ini dapat diterapkan untuk jenis
variabel penilaian yang berbeda dan pekerjaan yang lebih beragam. Metode
memiliki kelebihan serta kekurangan ini melibatkan kedua pihak yakni
masing – masing. observer (pengamat/peneliti) dan
Quick Exposure Checklist (QEC) pekerja dalam melaksanakan
secara cepat dapat menilai paparan identifikasi dan penilaian risiko.
QEC merupakan metode yang sesuai
dalam penelitian ini karena telah
memperhitungkan paparan risiko
Berdasarkan uraian tersebut perlu tujuan utama untuk memuat gambaran
dilakukan suatu analisis tentang faktor deskriptif suatu keadaan secara
risiko gangguan muskuloskletal (MSDs) objektif.
pada perajin gerabah di Kasongan Populasi dalam penelitian ini
dengan menggunakan metode Quick adalah seluruh perajin gerabah di
Exposure Checklist (QEC) sehingga “Sanggar Loro Blonyo”. Pengambilan
dapat diketahui faktor risiko MSDs serta sampel disesuaikan dengan jumlah
dapat dilakukan evaluasi risiko untuk tugas dalam proses pembuatan
setiap bagian tubuh yang berisiko gerabah yakni 6 macam tugas, meliputi
gangguan musculoskeletal seperti proses pengolahan bahan baku,
durasi, frekuensi, postur kerja dan pembentukan dengan tangan langsung,
beban kerja. (9, 10) pembentukan dengan cara cetak,
pengamplasan, pengecatan/glasir, dan
bagian detail (pernik kecil).

MATERI DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian deskriptif dengan Gambaran Karakteristik Pekerja
pendekatan observasional terhadap Tabel 1 Karakteristik Perajin Gerbah di
faktor risiko terjadinya gangguan Sanggar Loro Blonyo Kasongan Tahun
musculoskeletal pada perajin gerabah 2012
di Kasongan Yogyakarta, untuk No. Karakteristik Presentase
mengidentifikasi faktor risiko terjadinya (%)
gangguan musculoskeletal pada perajin 1. Jenis Kelamin
gerabah dengan menggunakan metode a.Laki – laki 100
ergonomi risk assessment QEC ( Quick b.Perempuan 0
Exposure Checklist). Penelitian 2. Usia
deskriptif adalah suatu metode a.Remaja (12 – 0
penelitian yang dilakukan dengan 20)
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 758 - 766
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

b.Dewasa (21 – 100 sesuai dengan apa yang dikemukakan


50) Humantech, bahwa gerakan postur
3. Masa Kerja janggal tersebut merupakan faktor risiko
a. 1 – 5 tahun 16,7 terjadinya gangguan, penyakit atau
b. 6 – 10 tahun 33,3 cidera pada sistem musculoskeletal.(11)
c. > 10 tahun 50 Selain itu aktivitas pekerjaan
perajin gerabah berdasarkan jenis
Analisis Faktor Postur Kerja dengan tugasnya dilakukan dengan postur yang
QEC tidak seimbang. Menurut Simoneue et.
Berdasarkan analisis faktor al(32), postur tubuh yang tidak
risiko pada enam jenis tugas yaitu seimbang dalam jangka waktu yang
pengolahan bahan, pembentukan lama akan mengakibatkan postural
dengan tangan langsung, pembentukan stress atau stress pada bagian tubuh
dengan cara cetak, pengamplasan, tertentu. Gejala postural stress yang
pengecatan/glasir, dan pemberian timbul yaitu kelelahan, nyeri, gelisah.
bagian detail/pernik dapat diketahui Oleh karena itu diperlukan
bahwa seluruh tugas dalam proses adanya perbaikan postur kerja maupun
pembuatan gerabah di Sanggar Loro desain ulang stasiun kerja untuk masing
Blonyo Kasongan dilakukan dengan – masing jenis tugas yang dilakukan
postur janggal (awkward posture) pada oeh perajin dalam proses pembuatan
bagian tubuh tertentu yakni punggung, gerabah ini. Postur kerja yang baik
bahu/lengan, pergelangan tangan dan menjamin kerja otot statis seminimal
leher, dengan pergerakan rutin dan mungkin, sehingga memungkinkan
melakukan gerakan berulang (repetead seseorang melakukan pekerjaan
motion) dan dilakukan dalam jangka dengan efektif tanpa kerja otot
waktu yang lama. tambahan. Selain itu, postur kerja
Sebagian besar tugas dalam bervariasi lebih baik daripada postur
pembuatan gerabah ini dilakukan dalam kerja yang monoton, dan postur kerja
posisi statis dan hanya dua jenis tugas yang statis dan santai lebih baik
yang mengalami pergerakan punggung daripada postur kerja yang statis dan
lebih dari 2 kali per menit. Hal tersebut tegang.(12)
menggunakan 1 tangan (force). Berat
Analisis Faktor Force dengan Metode beban yang mampu diangkat
QEC menggunakan kedua tangan adalah
Berdasarkan analisis faktor sebagai berikut 3 perajin mampu
risiko pada enam jenis tugas yang telah mengangkat beban dengan berat beban
dijelaskan sebelumnya bahwa rata – 11 – 20 kg, 2 perajin mampu
rata force yang mampu dilakukan oleh mengangkat beban dengan berat 6 – 10
perajin gerabah dalam masing – masing kg dan 1 perajin hanya mampu
tugasnya adalah „Sedang‟. Hal tersebut mengangkat beban dengan berat < 5
dapat diketahui bahwa 4 perajin dengan kg.
masing - masing tugasnya mampu Berat hanya salah satu aspek
mengangkat beban dengan berat 1 – 4 dari force dalam penilaian risiko, beban
kg menggunakan satu tangan (force), maksimal yang diperbolehkan diangkat
sedangkan sisanya hanya mampu oleh orang dewasa yaitu 23 – 25 kg
mengangkat beban dengan berat < 1 kg untuk pengangkatan single (tidak
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 758 - 766
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

berulang). Bentuk dan ukuran objek sedekat mungkin dengan tubuh, seperti
juga mempengaruhi hal tersebut, yang diungkapkan oleh Suma‟mur(13).
semakin kecil objek semakin baik agar
dapat diletakkan sedekat mungkin dari Analisis Faktor Frekuensi dengan
tubuh. Bentuk objek harus mempunyai Metode QEC
pegangan, tidak ada sudut tajam dan Aktivitas pekerjaan dalam
tidak dingin/panas ketika diangkat. proses pembuatan gerabah/keramik
Selain itu juga ada beberapa aspek lain merupakan kegiatan yang memerlukan
yang mempengaruhi yaitu jarak beban gerakan berulang seperti pada saat
dari tubuh, ketinggian beban, postur mencampur bahan ketika mengayak
pengangkatan, jarak pengangkatan dan dan menyaring bahan baku, saat
kecepatan pergerakan. pembentukan dengan tangan langsung,
Aktivitas mengangkat beban saat proses pengamplasan dan saat
yang dilakukan dalam proses membuat bagian detail/ pernik.
pembuatan gerabah ini antara lain pada Berdasarkan hasil analisis pada
saat mengangkat patung yang telah enam jenis tugas dalam pembuatan
selesai dibentuk atau di cat/glasir, juga gerabah dapat diketahui bahwa seluruh
pada saat memindahkan patung ketika aktivitas yang dilakukan pada masing –
akan dibakar, selain itu juga pada saat masing tugas dilakukan secara
pencampuran bahan membutuhkan monoton dan berulang (repetitive), hal
tenaga untuk mengangkat karung yang tersebut dapat diketahui bahwa pada
berisi bahan baku. Objek patung yang seluruh aktivitas kerja, perajin
berbeda ukuran dan bentuknya melakukan gerakan bahu/lengan rutin
terkadang membuat perajin kesulitan dengan beberapa istirahat pendek
dalam membawa serta memindahkan, terutama pada bahu/lengan. Gerakan
sehingga untuk patung/guci ukuran berulang (repetead motion) dilakukan >
besar membutuhkan lebih dari orang 20 kali/menit oleh 4 perajin yang
untuk memindahkan. bertugas mencampur bahan,
Berdasakan uraian di atas pembentukan dengan tangan langsung,
bahwa faktor force dan berat beban pengamplasan dan bagian detail/pernik.
yang maksimal dapat diangkat oleh Perajin yang bertugas dalam proses
perajin gerabah masih di bawah batas pengecatan/glasir melakukan gerakan
maksimal yang diperbolehkan. Namun berulang sebanyak 11 – 20 kali/menit,
demikian perajin gerabah tetap berisiko sedangkan pada proses pembentukan
terhadap terjadinya gangguan dengan cara cetak hanya dilakukan
musculoskeletal apabila dilakukan gelrakan berulang < 10 kali/menit.
dalam jangka waktu yang lama dan Gerakan yang berulang – ulang
berulang-ulang. Sebaiknya ketika akan secara terus-menerus (setiap beberapa
mengangkat patung dengan ukuran detik) dalam jangka waktu yang lama (8
yang besar dan berat serta melebihi jam kerja) akan mendorong fatique dan
kemampuan dapat dilakukan secara ketegangan otot . dampak dari gerakan
bersama dengan catatan harus berulang akan meningkat bila gerakan
dilakukan dengan baik dan benar, yaitu tersebut dilakukan dengan postur
pegangan harus tepat, postur tubuh janggal dan beban berat. Frekuensi
tegak, dan beban diusahakan berada gerakan postur janggal 2 kali/menit
merupakan faktor risiko terhadap siku,
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 758 - 766
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

bahu, leher, punggung dan kaki. Seperti Risiko fisiologis utama yang
yang telah dijelaskan sebelumnya dikaitkan dengan gerakan yang sering
aktivitas kerja dalam pembuatan dan berulang-ulang adalah keletihan
gerabah ini yang dilakukan secara dan kelelahan otot. Sepanjang otot
repetitive dalam jangka waktu lama mengalami kontraksi, otot tersebut
maka akan meningkatkan risiko MSDs harus menerima pasokan tetap oksigen
apalagi bila ditambah dengan dan bahan gizi dari aliran darah. Jika
(14, 15)
gaya/beban dan postur janggal. gerakan berulang-ulang dari otot
menjadi terlalu cepat untuk membiarkan
Analisis Faktor Durasi dengan oksigen yang memadai mencapai
Metode QEC jaringan atau membiarkan uptake
Berdasakan analisis faktor risiko kalsium, terjadilah kelelahan otot.
pada enam jenis tugas dalam proses
pembuatan gerabah dapat diketahui KESIMPULAN
bahwa seluruh aktivitas kerja pada Berdasarkan hasil penelitian
masing – masing tugas dilakukan dalam dan pembahasan maka dapat ditarik
jangka waktu yang lama, hal tersebut kesimpulan sebagai berikut :
diperkuat pula dengan hasil penilaian 1. Karakteristik responden yang
durasi pada tabel 4.10 dapat diketahui bekerja sebagai perajin gerabah di
bahwa aktivitas kerja perajin gerabah Sanggar Loro Blonyo Kasongan
membutuhkan waktu > 4 jam/hari untuk Yogyakarta terdiri dari 6 responden
menyelesaikan tugasnya seperti yang seluruhnya berjenis kelamin
pencampuran bahan, pembentukan laki-laki, seluruhnya dalam usia
dengan tangan langsung, pembentukan produktif dan dengan masa kerja
dengan cara cetak, dan paling lama 17 tahun.
pengecatan/glasir. Sedangkan pada 2. Berdasarkan hasil penilaian dengan
aktivitas kerja perajin gerabah dengan metode QEC diketahui bahwa
tugas pengamplasan dan bagian detail seluruh tugas dalam proses
/pernik selama 2 – 4 jam/hari dengan pembuatan gerabah di Sanggar
ketentuan satu buah patung berukuran Loro Blonyo Kasongan dilakukan
kecil hingga sedang. Sehingga dapat dengan postur janggal (awkward
diklasifikasikan bahwa seluruh aktivitas posture) pada bagian tubuh tertentu
kerja perajin gerabah memiliki durasi yakni punggung, bahu/lengan,
lama yakni > 2 jam/hari. Aktivitas pergelangan tangan dan leher,
pekerjaan yang menggunakan otot dengan pergerakan rutin dan
yang sama untuk durasi yang lama melakukan gerakan berulang
dapat meningkatkan potensi timbulnya (repetead motion) dan sebagian
fatique dan dapat menyebabkan besar tugas dalam pembuatan
gangguan musculoskeletal, apabila gerabah ini dilakukan dalam posisi
waktu istirahat/pemulihannya tidak statis. Exposure score tertinggi
mencukupi. Seperti yang telah yakni level 4 didapatkan pada tugas
dijelaskan sebelumnya bahwa durasi pembentukan dengan tangan
untuk postur janggal yang berisiko bila langsung dan yang terendah pada
postur tersebut dipertahankan lebih dari proses pengamplasan.
10 detik. 3. Hasil penilaian dengan metode QEC
menunjukan bahwa rata – rata
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 758 - 766
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

force yang mampu dilakukan oleh langsung, pengamplasan dan


perajin gerabah dalam masing – bagian detail/pernik.
masing tugasnya adalah kategori 5. Seluruh aktivitas kerja pada masing
„Sedang‟ atau mampu mengangkat – masing tugas dilakukan dalam
beban dengan satu tangan seberat jangka waktu yang lama yaitu
1 – 4 kg. Sebagian besar responden membutuhkan waktu > 4 jam/hari
mampu mengangkat beban dengan untuk menyelesaikan tugasnya
kedua tangan sebesar 11 – 20 kg.. seperti pencampuran bahan,
Faktor force dan berat beban yang pembentukan dengan tangan
maksimal dapat diangkat oleh langsung, pembentukan dengan
perajin gerabah masih di bawah cara cetak, dan pengecatan/glasir.
batas maksimal yang diperbolehkan Sedangkan pada aktivitas kerja
23 -25 kg. perajin gerabah dengan tugas
4. Seluruh aktivitas kerja yang pada pengamplasan dan bagian detail
masing – masing tugas dilakukan /pernik selama 2 – 4 jam/hari
secara monoton dan berulang dengan ketentuan satu buah patung
(repetitive), terutama pada bagian berukuran kecil hingga sedang.
bahu/lengan dan bagian Sehingga dapat diklasifikasikan
pergelangan tangan. Gerakan bahwa seluruh aktivitas kerja perajin
berulang (repetead motion) gerabah memiliki durasi lama yakni
dilakukan oleh perajin terutama > 2 jam/hari.
yang bertugas mencampur bahan,
pembentukan dengan tangan
DAFTAR PUSTAKA
1. BPS. Data Tenaga Kerja dan Kerja Sektor Informal. Jakarta :
Angkatan Kerja. Jakarta : Badan Pusat Riset dan Pengembangan
Pusat Statistik. 2010. Ekologi Kesehatan Departemen
2. Tarwaka, PGDip.Sc, M.Erg.. Kesehatan. 2004.
Ergonomi Industri, Dasar-dasar 6. UPT Kasongan . Data Pembagian
Pengetahuan Ergonomi dan Kelompok Perajin Gerabah.
Aplikasi di Tempat Kerja Surakarta Yogyakarta : UPT Kasongan.
: Harapan Press. 2011 2008.
3. Sutjana, IDP. Hambatan dalam 7. Nursatya M. Risiko MSDs Pada
Penerapan K3 dan Ergonomi di Pekerja Catering di PT. Pusaka
Perusahaan. Bagian Fisiologi Nusantara. Jakarta: Universitas
Facultas Kedokteran / Program Indonesia.2008.
Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja 8. OSHA. Ergonomics : The Study of
Program Pascasarjana Universitas Work. U.S: Departement of
Udayana, 2006. Labour. 2000.
4. Attwood, Dennis A. et all. 9. Li G. dan Buckle, P. Evaluating
Ergonomic Solution for Process change in exposure to risk for
Industries. Elsevier Inc. 2004. musculoskeletal disorders - a
5. Herryanto. Dr., M.Kes. Kajian practical tool. HSE Books
Masalah Kesehatan Kerja pada CRR251. 1999.
Pekerja Sektor Informal untuk 10. Geoffrey David, Valerie Woods
Menyusun Strategi Kesehatan dan Peter Buckle. Further
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 758 - 766
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

development of the usability and 14. M Mirmohamadi JNS, et. all.


validity of the Quick Exposure Evaluation of Risk Factors
Check (QEC). Health and Safety Causing Musculoskeletal
Executive (HSE). University of Disorders Using QEC Method in a
Surrey. 2005. Furniture Producing Unite. Iranian
11. Humantech. Applied Ergonomics J Publ Health, Vol 33, No 2, pp24-
Training Manual Second Edition. 27. 2004
Australia: Barkeley Vale; 1995 15. Li G and Buckle P. A Practical
[cited. Method For The Assessment Of
12. NIOSH. Muskuloskeletal Disorders Work-Related Musculoskeletal
and Workplace Factors : A Critical Risks - Quick Exposure Check
Review of Epidemiologic Evidence (QEC). Proceedings Of The
for Work Related Muskuloskeletal Human Factors And Ergonomics
Disorders. 1997:97-117. Society 42nd Annual Meeting-
13. Suma‟mur, P.K. Ergonomi untuk 1998.
Produktivitas Kerja. Jakarta : CV
Haji Masagung. 1998

You might also like