You are on page 1of 21

1.

PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI PADA ANAK


Antropometri merupakan ukuran dari tubuh. Pengukuran antropometri merupakan data
referensi untuk mengevaluasi dan mencatat pertumbuhan anak. Hal ini di mulai dengan
perbandingan kecenderungan umum dalam pertumbuhan fisik anak.
Metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai alat menentukan
status gizi manusia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam menggunakan
antropometri secara antropometri adala konsep pertumbuhan.
Syarat yang Mendasari Penggunaan Antropometri
a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,
mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
c. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga oleh
tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
d. Biaya relatif murah
e. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas.
f. Secara alamiah diakui kebenaranya.

Kelemahan antropometri

a. Tidak sensitive
b. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempungaruhi presisi, akurasi,
dan validitas pengukuran antropometri gizi. Kesalahan terjadi karena:
1) Pengukuran
2) Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
3) Analisis dan asumsi yang keliru
d. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
1) Latihan petugas yang tidak cukup
2) Kesalahan alat atau alat tidak ditera
3) Kesulitan pengukuran.

kelebihan antropometri

a. prosedur sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup besar.
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
c. Alat murah, mudah di bawa, tahan lama, dapat di pesan dan di buat di daerah setempat
d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat di bakukan
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau
f. Ummumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik, karena sudah ada
ambang batas jelas.
g. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu
generasu ke generasi berikutnya.

Jenis Parameter Antropometri Pada Anak

1. Umur
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Menurut Puslitbang Gizi
Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh dan untuk anak 0-2
tahun digunakan bulan penuh.
Contoh : tahun usia penuh.
Umur : 7 tahun 2 bulan dihitung 7 tahun
6 tahun 11 bulan dihitung 6 tahun.
Contoh : bulan penuh
Umur : ~ 5 bulan 5 hari di hitung 5 bulan
7 bulan 14 hari dihitung 7 bulan
2. Berat badan
Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada
bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal
atau BBLR. Penurunan berat badan merupakan yang sangat penting karena
mencerminkan masukan kalori yang tidak adekuat.
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan:
1) Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat.
2) Memberi gambaran status gizi sekarang dan gambaran yang baik tentang
pertumbuhan
3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas.
4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur
5) KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan monitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai
dasar pengisian.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan anak:
1) Pemeriksaan alat timbangan
2) Anak balita yang ditimbang
3) Keamanan
4) Pengetahuan dasar petugas.
3. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan. Tinggi badan relative
kurang sensitive pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relative lama.
Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring. .Pengukuran
dilakukan dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala.
Cara Pengukurannya :
a. Letakkan kepala bayi pada garis tengah alat pengukur. Letakkan lutut bayi secara
lembut
b. Dorong sehingga kaki ekstensi penuh dan mendatar pada meja ukuran
c. Hitung berapa panjang bayi tersebut dengan melihat angka pada tumit bayi.

Jika pengukuran dilakukan saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus,
sehingga tumit, bokong dan bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertical,
sedangkan liang telinga dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal.

Cara mengukur:

1) Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar sehingga
tepat 2 meter.
2) Lepaskan sepatu atau sandal.
3) Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna
4) Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus
menempel pada dinding.
5) Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.

Pertambahan berat badan dan tinggi badan sesuai umur anak dapat dilihat melalui table
berikut :
NO. USIA BERAT BADAN TINGGI BADAN
1 Baru lahir – 6 bulan Bertambah 140-220 gr (2XBBL) (Bertambah 2,5cm/bulan
2 6-12 bulan 85-140gr (3XBBL) 1,25cm/bulan
3 Balita 2-3 kg/tahun Pada tahun kedua kira-kira
12cm
Pada tahun ketiga kira-kira
6-8 cm
4 Pra sekolah 2-3 kg/tahun 6-8 cm/tahun
5 Usia sekolah 2-3 kg/tahun 5-25 cm/tahun

4. Lingkar Lengan Atas (LILA)


Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah, dan
cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. LILA
memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
LILA mencerminkan cadangan energy, sehingga dapat mencerminkan :
a. Status KEP pada balita
b. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: resiko bayi BBLR

Kesalahan pengukuran LILA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relatif lebih
besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi
kurang, lebih sempit pada LILA dari pada tinggi badan.

Ambang batas pengukuran LILA pada bayi umur 0-30 hari yaitu ≥ 9,5 cm. sedangkan
pada balita yaitu < 12,5cm.

Cara mengukur LILA pada bayi:

1) Tentukan posisi pangkal bahu


2) Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian
3) Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan kea rah
perut.
4) Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku siku dengan
menggunakan pita LILA,dan beri tanda dengan pulpen (sebelumnya minta izin
kepada pasien). Sebelumnya perhatikan titik nolnya.
5) Lingkarkan pita LILA sesuai dengan tanda pulpen di sekeliling lengan responden
sesuai tanda.
6) Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA
7) Pita di tarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar
8) Baca angka yang di tunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kea rah angka
yang lebih besar)
9) Tulis hasil pembacaannya.
5. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis, yang
biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan
ukuran kepala. Lingkar kepala bayi yang baru lahir di Indonesia rata-rata 3 cm dan di
Negara maju 3,5 cm. kemudian pada usia 6 bulan menjadi 40 cm (bertambah 1,5 cm
setiap bulan). Pada umur 1 tahun lingkar kepala mencapai 45-47 cm (bertambah 0,5
cm tiap bulan). Pada usia 3 tahun menjadi 50 cm dan pada umur 10 tahun 53 cm.
Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak
pun meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak
menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan
tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai keadaan gizi.
Alat dan tehnik pengukuran:
Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar kurang
dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah, pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1
desimal, caranya dengan melingkarkan pita dari pertengahan dahi (frontalis) ke tulang
telinga terus ke oksipitalis.kembali ke frontalis.
6. Lingkar Dada
Dilakukan pada bayi/anak dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada areola
mammae. Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar
kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini lingkar kepala
lebih lambat dari pada lingkar dada. Pada anak yang mengalami KEP terjadi
pertumbuhan lingkar dada yang lambat : rasio dada dan kepala < 1.
2. PEMERIKSAAN KEBUTUHAN CAIRAN PADA ANAK
Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler (CIS) dan cairan
ekstraseluler (CES). Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri
dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial, dan cairan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah
cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran
cerna.
Perbandingan CIS dengan CES: Dewasa = 2:1; Anak-Anak = 3:2; Bayi = 1:1.
Pada tubuh terdapat hampir 90% dari total berat badan adalah cairan. Persentasi cairan
tubuh manusia berbeda sesuai dengan usia. Persentasi cairan tubuh pada bayi sekitar
75%, anak 70%, pria dewasa 57%, wanita dewasa 55% dan dewasa tua 45% dari berat
tubuh total. Persentasi yang bervariasi tersebut dipengaruhi oleh lemak dalam tubuh dan
jenis kelamin.
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-
paru dan gastrointestinal.
Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang
dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone (ADH), sistem
aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
Jenis Cairan
Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan
nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, Nitrogen dan
vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar
antara 200-1500 kalori perliter.
Cairan nutrien terdiri atas :
- Karbohidrat dan air
- Asam amino
- Lemak
UMUR BB ( Kg ) AIR TOTAL 24 Jam (ml) NUTRIEN 24 Jam( ml )
1 Tahun 9,5 1350 – 1500 120 – 135
2 Tahun 11,8 1600 – 1800 115 – 125
4 Tahun 16,2 1800 – 2000 100 – 110
6 Tahun 20,0 2000 – 2500 90 – 100
10 Tahun 28,7 2200 – 2700 70 – 85
14 Tahun 45,0 2200 – 2700 50 – 60
Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Air pada Anak

Blood volume expanders

Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume
darah sesudah kehilangan darah atau plasma.

Rumus Berat Cairan Pada Anak

BERAT BADAN KEBUTUHAN AIR/ HARI


1- 10 KG 100 ML/ KG BB
11- 20 KG 1000 ML + 50 ML / KG DIATAS BB 10 KG
> 20 KG 1500 ML + 20 ML / KG DIATAS BB 20 KG
Tabel 2 .Kebutuhan air pada anak.

Kebutuhan cairan pada tubuh data dihitung sebagai berikut:

- Pada anak < 10 Kg , maka 10 Kg dihitung 100 ml/ BB. Missal BB 8 kg maka
kebutuhan cairan adalah 8 x 100 = 800 ml/hari.
- Pada anak dengan BB 10 – 20 Kg, maka 1000 ml pada 10 kg pertama dan ditambah
50 ml per Kg penambahan berat badannya. Missal BB = 15 kg, maka 1000 ml
ditambah 5 x 50 ml maka menjadi 1250 ml/ hari kebutuhan cairannya
- Pada seorang dengan berat badan > 20 Kg maka rumusnya adalah 1500 ml pada 20 kg
pertama dan ditambah 20 ml/Kg sisanya, misal seseorang dengan BB 40 Kg, maka 20
kg pertama adalah 1500 ml, sedangkan 20 kg sisanya x 20 ml = 400 ml sehingga
kebutuhan cairan seseorang dengan berat 40 kg adalah 1500 + 400 ml = 1900 ml/hari.

Gangguan dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan

- Hipovolume atau dehidrasi


Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal
atau dehidrasi, yaitu:
a. Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang
seimbang.
b. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak
daripada elektrolitnya.
c. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya
daripada air.
- Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu, hipervolume
(peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial).

Intake dan Out Put


Intake Cairan
No. Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)
3 hari 3,0 250-300
1 tahun 9,5 1150 – 1300
2 tahun 11,8 1350 – 1500
6 tahun 20 1800 – 2000
10 tahun 28,7 2000 – 2500
14 tahun 45 2200 – 2700

Tabel 3 . Kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan

Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan
berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,
sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang
mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh gastrointestinal.

Output Cairan

Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

a. Urine
b. IWL (Insesible Water Loss)
IWL Dewasa : 15 cc/kg BB/hari.
Sedangkan IWL Anak : (30-usia {tahun} cc / kgBB /hari
Usia Besar IWL (mg/kg BB/hari)
Baru lahir 30
Bayi 50-60
Anak-anak 40
Remaja 30
Dewasa 20
Tabel 4. Besar IWL menurut usia.
c. Keringat
d. Feses

Hal hal yang perlu di perhatikan:

1) Rata-rata cairan per hari


2) Rata- rata haluaran cairan per hari

Mengukur Intake Dan Output


Definisi
Merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh (intake)
dan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (out put).
Tujuan

Menentukan status keseimbangan cairan tubuh dan tingkat dehidrasi klien.

Prosedur

a. Menentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, terdiri dari air minum,
air dalam makanan, air hasil oksidasi (metabolisme), cairan intra vena.
b. Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri dari urine, keringat,
feses, muntah, insensible water loss (IWL).
c. Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus : INTAKE = OUTPUT.
d. Mendokumentasikan

Kebutuhan Elektrolit

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen,
nutrient, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan
ion.

Komposisi elektrolit

Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut :


- Natrium : 135 – 145 m Eq/L
- Kalium : 3,5 - 5,3 m Eq/L
- Klorida : 100 – 106 m Eq/L
- Bikarbonat arteri : 22 - 26 m Eq/L
- Bikarbonat vena : 24 - 30 m Eq/L
- Kalsium : 4 – 5 m Eq/L
- Magnesium : 1,5 - 2,5 m Eq/L
- Fosfat : 2,5 - 4,5 mg/100ml

Jenis Cairan Elektrolit

Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap.
Cairan saline terdir dari cairan isotonic, hipotonik, dan hipertonik.

Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan.

Gangguan /Masalah Kebutuhan Elektrolit

a. Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma


darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135
mEq/L, mual, muntah dan diare.
b. Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang
ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan
permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.
c. Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang
mengalami diare berkepanjangan.
d. Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi.
Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik.
Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
e. Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.
Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.

Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

- Usia
Usia Berat badan (kg) Kebutuhan (ml)/24 jam
3 hari 3,0 250-300
1 tahun 9,5 1150-1300
2 tahun 11,8 1350-1500
6 tahun 20,0 1800-2000
10 tahun 18,7 2000-2500
14 tahun 45,0 2200-2700
18 tahun 54,0 2200-2700
Tabel 3. Perkiraan kebutuhan cairan tubuh berdasarkan usia.
- Temperature yang tinggi
- Diet
- Stress
- Sakit.

Penyebab Terjadinya Gangguan Keseimbangan pada Cairan Tubuh dan Elektrolit

- Diare
- Nefritis
- Anoreksia
- Gagal ginjal akut (GGA)
3. TEKNIK DAN CARA PEMBERIAN OBAT PADA ANAK
MACAM-MACAM TEKNIK PEMBERIAN OBAT
A. PEMBERIAN OBAT PER ORAL
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut.
Tujuan pemberian
a. Untuk memudahkan dalam pemberian
b. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat
tersebut dapat segera diatasi.
c. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri.
d. Menghindari pemberian obat yang dapatmenyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan

Persiapan alat

a. Baki berisi obat


b. Kartu atau buku berisi catatan pengobatan
c. Pemotong obat (bila di perlukan)
d. Gelas dan air minum
e. Sendok
f. Pipet
g. Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak2

Prosedur kerja

a. Siapkan peralatan dan cuci tangan


b. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah,
adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan penghisapan lambung
dll)
c. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan
cara pemberian) periksa tangal kadaluarsa obat.
d. Ambil obat sesuai yang diperlukan.
e. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai
dengan dosis yang diperlukan tanpa mangkontaminasi obat (gunakan teknik
aseptic untuk menjaga kebersihan obat)
1. Tablet atau kapsul
a. Tuangkan tablet atau tablet ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat
b. Gunakan alat pemotong tablet bila di perlukan untuk membagi obat sesuai
dengan dosis yang diperlukan.
c. Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan
menggunakan lumping penggerus. Kemudian campurkan dengan menggunakan
air.
2. Obat dalam bentuk cair
a. Kocok/ putar obat agar bercampur dengan rata sebellum dituangkan, bunag oat
yang telah berubah warna atau berubah lebih keruh.
b. Buka penutup botol dan letakkan menghadap ke atas. Untuk menghindari
kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
c. Pegang botol sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan
obat ke arah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan
cairan, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat .
d. Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
e. Sebelum menutup botol, tutup botol dengan mrnggunakan kertas tissue.
f. Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari b5 ml maka gunakan
spuit steril untuk mengambilnya dari botol.
g. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.

1) Identifikasi klien dengan tepat


2) Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti
klien.
3) Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral.
4) Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan klien
meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian anjurkan minum.
Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.
5) Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda
tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
6) Kembalikan peralatan yang dipakai kemudian cuci tangan.
7) Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.
B. PEMBERIAN OBAT SUB LINGUAL
1. Definisi
Pemberian obat sub lingual adalah memberikan obat dengan cara meletakkan obat di bawah
lidah sampai habis diabsorbsi ke dalam pembuluh darah.
2. Tujuan
a. Mengeek efek local dan sistemik
b. Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat
dibandingkan oral
c. Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar
3. Prosedur kerja
Secara umum persiapan dan langkah pemberian sama dengan pemberian obat secara oral.
Yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberikan penjelasan untuk meletakkan obat di
bawah lidah, obat tidak boleh ditelan, dan dibiarkan berada di bawah lidah sampai habis di
absorbsi seluruhnya.
C. PEMBERIAN OBAT SECARA BUCAL
1. Pengertian
Pemberian obat secara bukal adalah memberikan obat dengan cara meletakkan obat diantara
gusi dengan membrane mukosa diantara pipi
2. Tujuan
a. Mencegah efek local dan sistemik
b. Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral
c. Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar
3. Prosedur kerja
Secara umum persiapan dan langkah pemberian sama dengan pemberian obat secara oral.
Yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberikan penjelasan untuk meletakkan obat di
antara gusi dan selaput mukosa pipi sampai habis di absorbsi seluruhnya.
D. PEMBERIAN OBAT SUPPOSITORIA MELALUI RECTAL
Pengertian
Pemberian obat suppositoria adalah cara
memberikan obat dengan memasukkan obat memalui anus atau rectum dalam bentuk
suppositoria.
Tujuan
a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
b. Untuk melunakkan feces sehingga mudah untuk di keluarkan
Persiapan alat
a. Kartu obat
b. Supositoria rectal
c. Jeli pelumas
d. Sarung tangan
e. Tissue
Prosedur kerja
Lihat checklist
E. PEMBERIAN OBAT SECARA TOPICAL
1. Pengertian
Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau pada
membran pada arean mata, hidung, lubang telinga, vagina, dan rectum.
2. Tujuan
Tujuan dari pemberian obat topical secara umum adalah untuk memperoleh reaksi lokal dari
obat tersebut.
3. Prosedur kerja
A. PEMBERIAN OBAT TOPIKAL PADA KULIT
1. Pengertian
Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal pada kulit.
2. Tujuan
Tujuan dari pemberian obat secara topical pada kulit adalah untuk memperoleh reaksi lokal
dari obat tersebut
3. Persiapan alat
a. Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol, bubuk, spray)
b. Buku obat
c. Kassa kecil steril (bila dibutuhkan)
d. Sarung tangan
e. Lidi kapas atau toung spatel
f. Baskom berisi air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
g. Kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan)
4. Prosedur kerja
a. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja, dan tempat pemberian
b. Cucu tangan
c. Atur peralatan di samping tempat tidur klien
d. Tutup gorden atau pintu
ruangan
e. Identifikasi klien secara tepat
f. Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi
obat
g. Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
h. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
i. Gunakan sarung tangan (bila ada indikasi)
j. Oleskan obat topical
· Krim, salep dan lotion yang nengandung minyak
a. Letakkan satu sampai dengan dua sendok the obat di telapak tangan kemudian lunakkan
dengan menggosok lembut diantara kedua tangan.
b. Usapkan merata di atas diatas permukaan kulit, lakukkan gerakan memanjang searah
pertumbuhan bulu.
c. Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa minyak setelah pemberian
· Lotion yang mengandung suspense
a. Kocok wadah dengan kuat
b. Oleskan jumlah sejumlah kecil lotion pada kassa balutan.
c. Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering
· Bubuk
a. Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
b. Rengangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantar ibu jari atau
bagian bawah lengan.
c. Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
· Spray aerosol
a. Kocok wadah dengan keras
b. Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauhi area (biasanya
15-30 cm)
c. Bila leher atau bagian atas dada harus di semprot, minta klien untuk memalingkan wajah
dari arah sprey
d. Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit
k. Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah tidak
digunakakan pada tempat yang sesuai
l. Cuci tangan
B. PEMBERIAN OBAT MATA
1. Pengertian
Pemberian obat melalui mata adalah memberikan obat ke dalam mata berupa cairan dan
salep.
2. Tujuan
a. Untuk mengobati gangguan pada mata
b. Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
c. Untuk melemahkann otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata
d. Untuk mencegah kekeringan mata
3. Persiapan obat
a. Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube (tergantung jenis sediaan obat)
b. Buku obat
c. Bola kapas kering steril (tupres)
d. Bola kapas basah steril
e. Baskom cuci dengan air hangat
f. Penutup mata (bila perlu)
g. Sarung tangan
4. Prosedur kerja
a. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian
b. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
c. Identifikasi klien secara tepat
d. Jelaskan prosedur pengobatan dengan tepat
e. Atur klien dengan posisi terlentang atau duduk dengan hiperretraksi leher
f. Pakai sarung tangan
g. Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopak mata dari dalam keluar.
h. Minta klien untuk melihat langit-langit
i. Teteskan obat tetes mata:
1) Dengan tangan dominan anda di dahi klien, pegnag penetes mata yang terisi obat kurang
lebih 1-2 cm (0,5 – 0,75 inchi) di atas sacus konjungtiva. Sementara jari tangan non
domminan menarik kelopak mata kebawah.
2) Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sacus konjungtiva. Sacus konjungtiva
normal menahan 1-2 tetes. Meneteskan obat tetes ke dalam sacus memberikan penyebaran
obat yang merata di seluruh mata.
3) Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggir luar kelopak mata,
ulangi prosedur
4) Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup mata dengan perlahan
5) Berikan tekanan yang lembut pada duktus nasolakrimal klien selama 30-60 detik
j. Memasukkan salep mata:
1) Pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata, pencet tube sehingga memberikan
aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada konjunggtiva.
2) Minta klien untuk melihat ke bawah
3) Membuka kelopak mata atas
4) Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva bagian dalam
5) Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak mata secara perlahan dengan
gerakan sirkuler menggunakan bola kapas
k. Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan usap dari bagian dalam
ke luar.
l. Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih di atas pada mata
yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberikan
penekanan pada mata.
m. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah dipakai.
n. Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian dan mata (kiri, kanan atau kedua
duanya) yang menerima obat.
C. PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA
1. Pengertian
Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk cair.
2. Tujuan
a. Untuk memberikan efek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organisme
penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
b. Menghilangkan nyeri
c. Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil
3. Persiapan alat
a. Botol obat dengan penetes steril
b. Buku obat
c. Cotton bud
d. Normal salin
e. Sarung tangan
4. Prosedur kerja
a. Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat
harus diberikan
b. Siapkan klien:
1) Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
2) Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
3) Atur posisi klien miring kesamping (side lying) dengan telinga yang akan diobati pada
bagian atas
c. Bersihkan daun telinga dan lubang telinga
1) Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
2) Dengan menggunkan cotton bud yang di basahi cairan, bersihkan daun telinga
d. Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat ke dalam air hangat dalam waktu
singkat
e. Tarik daun telinga ke atas dan ke belakang (untuk dewasa dan anak-anak di atas 3 tahun),
tarik daun telinga kebawah dan kebelakang
f. Memasukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal telinga
g. Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga
h. Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit
i. Kaji respon klien
Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lainnya. Lakukan
segera setelah obat di masukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja
j. Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
k. Dokumentasikan semua tindakan
D. PEMBERIAN OBAT TETES HIDUNG
1. Pengertian
Memberikan obat tetes melalui hidung
2. Tujuan
a. Untuk mengencerkan sekresi dan menfasilitasi drainase dari hidung
b. Mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus
3. Persiapan alat
a. Botol obat dengan penetes steril
b. Buku obat
c. Sarung tangan
4. Prosedur kerja
a. Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat
harus diberikan
b. Siapkan klien:
a) Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
b) Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
c) Atur posisi
c. Bersihkan daun telinga
d. Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
e. Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagian tengah konka superior tulang
etmoidalis
f. Kaji respon klien
Kaji pada karakter jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainaya.
Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
g. Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak tepakai
h. Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak terpakai
i. Dokumentasikan semua tindakan
E. PEMBERIAN OBAT MELALUI VAGINA
1. Pengertian
Memberikan sejumlah obat ke dalam vagina
2. Tujuan
a. Untuk mengobati infeksi pada vagina
b. Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
c. Untuk mengurangi peradangan
3. Persiapan alat
a. Obat sesuai yang di perlukan (cream, jelly, foam, atau supositoria)
b. Aplikator untuk krim vagina
c. Pelumas untuk suppositoria
d. Sarung tangan
e. Pembalut
f. Handuk bersih
g. Gorden/pembatas/sketsel
4. Prosedur kerja
a. Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis.
b. Siapkan klien
1) Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
2) Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
3) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
4) Tutup dengan selimut mandi dan buka pada daerah area perineal saja.
c. Pakai sarung tangan
d. Inspeksi vagina, catat adanya pengeluaran, bayu atau rasa yang tidak nyaman
e. Lakukan tindakan perawatan perinium
f. Suppositoria
1) Buka bungkus aluminium foil suppositoria dan oleskan sejumlah pelumas yang pelumas
yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus. Oleskan jari tangan
telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dominan.
2) Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan, rengangkan lipatan
labia
3) Masukkan suppositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding vagina posterior
4) Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa sekitar orifisium dan labia
5) Mintalah klien untuk tetap berada pada
g. Kream, vagina, jelly atau foam
1) Isi aplikator, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan
2) Rengangkan lipatan labia secara perlahan dengan tangan non dominan yang memakai
sarung tangan
3) Dengan tangan dominan yang telah memakai sarung tangan, masukkan aplikator ke dalam
vagina sekitar 5 cm. dorong penarik untuk aplikator untuk menluarkan obat hingga aplikator
kosong
4) Tarik aplikator dan letakkan di atas handuk. Bersihkan sisa kream pada labia dan orifisium
vaggina.
5) Buang aplikator atau bersihkan kembali sesuai dengan petunjuk pengggunaan pabriknya
6) Instrusikan klien untuk tetap berada pada posisi semula selama 5-10 menit
7) Lepaskan sarung tangan, buang di tempat semestinya
8) Cuci tangan
9) Kaji respon klien
10) Dokumentasikan semua tindakan

You might also like