Professional Documents
Culture Documents
P DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI : KATARAK
DI RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN
TAHUN 2016
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
KELOMPOK II
1. AYU ASHARI
2. NURA SAFITRA
3. ARINI ITAWARI
4. SRI MULIANI
5. ISNAWATI
6. DWIFAL NUARI FATIHA
7. ROBET JADI TUA
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Tn.P Dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori Katarakdi
Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi
maupun cara penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat
dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap
negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)
memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan
mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan
meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi
usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada
Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok
harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata
disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua,
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak
(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan
mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal
1
2
jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia
tua.Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat
berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang
Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 -
55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara
mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena
proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data
statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55
(Irawan, 2008).
Tn.P dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Rumah Sakit Sari Mutiara
Medan.
Sensori : Katarak
1. Bagi Rumah Sakit diharapkan laporan kasus ini sebagai bahan masukan dalam
Sensori : Katarak
2. Bagi pasien diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan masukan
3. Bagi institusi diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan bacaan
6. Manfaat bagi penulis diharapkan hasil penulisan laporan ini sebagai Matahari
2.1 Katarak
2.1.1 Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya
(Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang
terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).
yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat
dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata
mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan
fovea sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu
4
5
area optic darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif,
tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan
terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi
dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan
lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat
mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).
PATHWAY KATARAK
Hilangnya tranparansi
lensa
CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihatan
2.1.5 Manifestasi Klinis Katarak
KATARAK
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan
tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang
lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
8
2.1.6 Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya
2.1.9.Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan
laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru
yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar
melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan
pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja,
ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk
lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang
9
draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan
air mata.
d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan
diabetes (glaukoma).
manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok.
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status
kognitif.
Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
o
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1 Riwayat klien / Data Biologis
Nama :Tn.P
Alamat :Binjai
Telp :-
Suku :Jawa
Agama :Islam
Pendidikan :-
Alamat :Binjai
3.1.2.Riwayat Keluarga
kelumpuhan. Setelah tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang
mana mereka bertemu dipanti sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di
wisma Matahari, tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya
sekitar 5 tahun. Karena Tn.P keluarga telah meninggal dunia pada umur 100 tahun
16
17
3.1.3.Riwayat Pekerjaan
Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja
sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi
kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup untuk
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari
bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam rumah
terdapat dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut adalah 11
orang, yang mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan menantu
dari An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu membantu dikala
3.1.5.Riwayat Rekreasi
Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal
jauh.
waktu tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya Tn.P
menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau waktu makan
saja.
Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada.Tn.
Pmengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa dia terus
mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.p berobat di klinik baru
2x1 dan kalau sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam
sehari.
Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi, baik
alergi terhadap obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. P
mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam mengkonsumsi
makanan.
Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di
rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami trauma
yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang padi, sehingga
menyebabkan Tn.P tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan
sewaktu terjadinya kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada waktu itu
menurut keteranganTn.P belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati
Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn.Ptelah
meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan ayah
dari Tn.P sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13 tahun. Sedangkan
Pols : 84 x/i
Temp: 36 c
b. Pemeriksaan lain
Kepala
Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak - acakan
dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang khas.Dan
Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.
Mata
Tn.Pmengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan mata Tn.P
hanya satu yang bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya trauma yang terjadi pada
dengan baik.
Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah
kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik dikarenakan usia
lanjut.
Telinga
Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa mendengar
detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal.Di dalam telinga Tn.P tidak ada
keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa mendengar
ada obstruksi didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.P juga tidak ditemukan
pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat.Tn.P
gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.P
Leher
Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid.Nyeri tidak
pada payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan adanya
benjolan dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting susu.
Pernapasan
Inspeksi : simetris kedua lapangan paru
Perkusi : sonor kedua lapangan paru
Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru
Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru
Kardiovaskuler
Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering
mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo
napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi dapat berjalan
dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk dan terdapat perubahan warna kaki pada Tn.P
Gastrointestinal
Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan Tn.Pjuga
mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun
Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat mencerna makanan dengan baik,
masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri tanpa
dirinya belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena semakin
Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika
diberi respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut, rambut Tn.P
Integument
Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan
karena Tn.P tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya
mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan
Tn.P juga mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering
melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat
banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.
4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan – kesenangan yang penulis
jumpai antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus pada Asuhan Keperawatan Pada
Pelayanan Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan. Selanjutnya penulis akan
4.1 Pengkajian
Selama pengkajian penulis tidak ada mengalami kesulitan/ hambatan dalam
mengumpulkan data atau informasi, mengenai status kesehatan pasien ataupun data
lain tentang penulisan, di perlukan dalam penyusunan studi kasus ini penulis
mendapat bantuan penuh dari pasien, perawat, dan dokter yang merawat pasien atau
tim terkait.
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
29
kognitif.
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering
melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat
banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.
4.3 Perencanaan
yang teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah keperawatan di
merumuskan tinjauan berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang di yang
Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan
kesulitan di karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan
4.4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh
perawat untuk dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung
adalah pasien mau bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat
oleh perawat.
Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan
selanjutnya.
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan keperawatan
dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap keberhasilan
ini penulis tidak menemukan hambatan karna hasil yang diharapkan dapat d lihat
dengan jelas semua tindakan keperawatan yang penulis laksanakan dapat berhasil
dengan baik.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Matahari UPT Pelayananan sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan,
1. Pengkajian
Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan hambatan
dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Hal ini
dikarenakan adanya kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim medis
lainnya.
2. Diagnosa keperawatan
tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.Karena itu tidak dialami sepenuhnya oleh
3. Intervensi
Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan yang sesuai
disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat berdasarkan keadaan dan kondisi pasien.
32
4. Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat terlaksana dengan baik
dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara perawat, orang terdekat klien, dan
tim medis lainnya. Di samping itu juga didukung oleh sarana dan prasarana yang
ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam tahap ini
penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan mendapat respon
5.2. Saran
untuk terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya, pola
2. Kepada perawat yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita
Wilayah Binjai - Medan. Disarankan untuk lebih teliti dan lebih memperhatikan
3. Kepada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan
4. Kepada institusi, di harapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat
Bedah.EGC : Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html