You are on page 1of 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

Topik : Pendidikan Kesehatan tentang ISPA

Hari / Tanggal : Kamis, 23 Maret 2017

Waktu : 10.00 WIB

Penyaji : Kelompok 5

Tempat : Di Rumah Ketua RT 06

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Masyarakat dapat mengetahui dan memahami tentang ISPA .

2. Tujuan Khusus

Setelah diberi penyuluhan selama 15 menit, diharapkan masyarakat

dapat:

1. Mendefinisikan pengertian tentang ISPA.

2. Menyebutkan dari pembagian ISPA.

3. Menyebutkan dari penyebab ISPA.

4. Menyebutkan dari gejala ISPA.

5. Menyebutkan cara pencegahan ISPA.

6. Menyebutkan cara penanganan awal ISPA


B. Sasaran

Masyarakat dikelurahan Karang Jaya Kecamatan Gandus

C. Materi ( terlampir )

Cara pencegahan dan pengobatan tentang Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA)

D. Pelaksanaan Kegiatan

No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta

1 2 menit Pembukaan : 1. Menjawab

1. Memberi salam salam

2. Menjelaskan tujuan pembelajaran 2. Mendengarkan

dan

memperhatikan

2 7 menit Pelaksanaan : Menyimak dan

1. Menjelaskan materi penyuluhan mendengarkan

secara berurutan dan teratur

Materi :

3 4 menit Evaluasi : Bertanya dan

Meminta kepada ibu – ibu untuk menjawab

menjelaskan kembali atau pertanyaan

menyebutkan :

1. Pengertian ISPA.

2. Jenis ISPA.

3. Penyebab ISPA.

4. Gejala ISPA.
5. Cara pencegahan ISPA.

6. Cara penanganan awal ISPA

4 2 menit Penutup : Menjawab salam

Mengucapkan terima kasih dan

mengucapkan salam

E. Metode

1. Penyuluhan

2. Diskusi

3. Demontrasi

F. Media

1. Leaflet

2. Poster

G. Evaluasi

1. Apakah definisi ISPA ?

2. Apakah penyebab ISPA ?

3. Bagaimana penatalaksanaan ISPA ?


LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN

1. ISPA

A. Definisi ISPA

Infeksi pada sistem pernafasan dideskripsikan sesuai dengan

areanya. Pernafasan dideskripsikan sesuai dengan areanya. Pernafasan

atas atau saluran pernafasan atas (upper airway), yang meliputi

hidung dan faring. Sistem pernafasan bawah meliputi bronkus,

bronkeolus (bagian reaktif pada saluran pernafasan karena ototnya

yang halus dan kemampuan untuk membatasi), dan alveolus. Ketidak

setujuan penulis tentang penunjukkan kelompok bagian struktur

saluran pernafasan yang meliputi klep, laring, dan trakea (Hartono dan

Dwi, 2012).

Infeksi pernafasan menyebar dari satu struktur ke struktur lain

karena terhimpitnya membran mukus yan membentuk garis lurus pada

seluruh sistem. Akibatnya infeksi sistem pernafasan meliputi beberapa

area dari pada struktur tunggal, walaupun efeknya berpengaruh pada

banyak penyakit (Hartonodan Dwi, 2012).

Dalam buku Marni, 2014 ISPA (infeksi saluran pernafasan akut)

adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan bagian

atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan oleh

virus, jamur dan bakteri (Markamah. Et al 2012). Sedangkan menurut

Wong (2004:458) infeksi pernafasan akut adalah proses inflamasi

yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma), atau


aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu semua bagian saluran

pernafasan. Saluran pernafasan atas (jalan nafas atas) terdiri dari

hidung, faring dan laring. Saluran pernafasan bagian bawah terdiri

dari bronkus, bronkeolus dan alveoli.

ISPA mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran

pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan) paru – paru dan organ

adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru

termasuk dalam pernafasan. Infeksi akut adalah infeksi yang

berlangsung selama 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan

proses akut meskipun untuk sementara penyakit yang dapat

digolongkan dalam ISPA dalam proses ini berlangsung selama 14 hari

(Nelson, 2008).

B. Anatomi Fisioligi Sistem Pernafasan

a) Sistem pernafasan atas

Sistem pernafasan atas terdiri atas hidung faring dan laring.

1) Hidung, pada hidung, udara yang masuk akan mengalami

proses penyaringan, humidifikasi dan penghangatan.

2) Faring, faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara

dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang

kaya akan jaringan limfoit yang berfungsi menangkap dan

menghancurkan kuman patogen yang masuk bersama udara.

3) Laring, merupakan struktur yang menyerupai tulang rawan

yang bisa disebut jakun. Selain berperan dalam menghasilkan


suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan jalan

nafas dan melindungi jalan nafas bawah dan dari air makanan

yang masuk.

b) Sistem pernafasan bawah

Sistem Pernafasan bawah terdiri atas trakea dan paru – paru yang

melengkapi broncus, bronkeolus, alveoli, jaringan kapiler paru dan

membran pleura.

1) Trakea, trakea merupakan pipa membran yang kosong oleh

cincin kartilago yang menghubungkan laring dengan bronkus

utama terbagi menjadi bronkus-bronkus yang lebih kecil yang

berakhir di bronkeolus terminal. Keseluruhan jalan nafas

tersebut membentuk pohon bronkus.

2) Paru, paru – paru ada dua buah, terletak disebelah kanan dan

kiri. Masing–masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru

kanan 3 lobus, dan paru kiri 2 lobus). Dan di pasok oleh satu

bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan

nafas yang bercabang-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah

paru, jaringan ikat elastis. Permukaan luar paru dilapisi oleh

kantong tertutup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura

peristal viseral membatasi permukaan luar paru. Diantara

kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi

sebagai pelumas guna mencegah friksi selama bernafas.


C. Fisiologi Sistem Pernafasan

a) Pernafasan Eksterna

Pernafasan eksternal (pernafasan pulnomer) mengacu pada

keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan

eksternal dan sel tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam 3

langkah, yakni vertilisasi pulmoner, pertukaran gas alveolar, serta

transfor oksigen dan karbondioksida.

1) Vertilisasi pulmoner, saat bernafasa, udara berganti masuk

keluar paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran

gas antara lingkungan.

2) Pertukaran alveolar, setelah oksigen memasuki alveolus, proses

pernafasan berikutnya adalah di puasi oksigen dari alveolus ke

pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah penggerakkan molekul

dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi karena

konsentrasi atau pertukaran rendah.

3) Transport oksigen dan karbondioksida, tahap ke tiga dari proses

pernapasan adalah transport gas- gas pernafasan. Pada proses ini

oksigen di angkut dari paru menuju jaringan karbondioksida di

angkut dari jaringan kembali menuju paru.

4) Transport O2 proses ini berlangsung pada sistem jantung dan

paru-paru. Normalnya, sebagian besar oksigen (97%) berikatan

lemah dengan hemoglobin dan diangkut keseluuruh kejaringan

dalam bentuk oksihemoglobin (HB O2) dan sisanya terlarut


pada plasma. Pada proses ini di pengaruhi oleh ventilasi

(jaringan O2 yang masuk ke paru) dan berfungsi (aliran darah

ke paru dalam jaringan) kapasitas darah yang membawa oksigen

di pengaruhi jumlah O2 dalam plasma, jumlah hemoglobin dan

ikatan O2 dan HB.

5) Transport O2, karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel

terus menerus di produksi dan di angkut menuju paru dalam 3

cara:

a. sebagaian besar dioksida (70%) diangkut dalam sel darah

merah dalam bentuk dikorbonat.

b. sebanyak 23% karbondioksida berkaitan dengan hemoglobin

membentuk karbaminohemoglobin (Hb CO).

c. sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma

dan di dalam bentuk asam karbonat.

b) Pernafasan Interna

Pernapasan internal ( pernapasan jaringan) mengacu pada

metabolism intrasel yang berlangsung dalam mitrokondria, yang

menggunakan O2 damn menghasilkan CO2 selama proses penyerapan

energi molekul nutrient. Pada proses ini, darah yang banyak

mengandung oksigen di bawa keseluruhan tubuh hingga mencapai

kapiler sistemik selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara

kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran

ini juga melalui proses difusi mengikuti penurunan tekanan persial.


Sistem pernapasan pada dasarnya di bentuk oleh jalan atau saluran

napas dan paru-paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada

yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung

didalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh

diafragma.

Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring,

trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Didalamnya terdapat suatu

sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum

sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang

memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat

dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.

Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel

langsung, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal

menempel pada dinding rongga dada dalam diantara pleura visceral

dan pleura parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai

pelumas sehingga memungkinkan kepergerakan dan pengembangan

paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada.

Rongga dada di perkuat oleh tulang-tulang yang membentuk

rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum

(tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di depan, dan

vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga_iga

dibagian belakang.
Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang

berfungsi penting sebagian otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi

dalam bernafas adalah sebagai berikut :

1) Interkostalis eksternus (antara iga luar ) yang mengangkat

masing-masing.

2) Sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).

3) Skalenus yang mengangkat dua iga teratas.

4) Interkostalis Internuss (antara iga dalam) yang menurunkan iga-

iga.

5) Otot Perut yang menarik iga kebawah sekaligus membuat isi

perut mendorong diafragma keatas.

6) Otot dalam difragma yang dapat menurunkan diafragma

Percabangan saluran nafas di mulai dari trakea yang bercabang

menjadi bronkus kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus

bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum samapi ke alveoli.

Sampai dengan percabangan bronkus berakhir sebelum bronkioluis,

bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran

nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara lancar.

Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Disini

terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah

kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru

dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 mili meter.


c) Etiologi

ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) dapat disebabkan oleh:

a. Bakteri: escherchia coli, streptococcus pneumonia, chlamidya

trachomatyis, clamidia penoumenia, mycoplasma pneumonia,

dan beberapa bakteri lainnya.

b. virus: miksovirus, adenovirus, koronaviruis, virus influenza,

virus parainfluenza, rhinovirus, respiratorik syncytial virus, dan

beberapa virus lainnya.

Resiko ISPA akan meningkat bila dirumah ada sumber

pencemaran udara misalnya ada orang dewasa yang merokok atau

keluarga memasak menggunakan asap, karena asap rokok dan debu

dapat menyebabkan iritasi mukosa saluran pernafasan sehingga

merusak sistem mekanisme pertahanan di saluran pernafasan,

akibatnya bakteri mudah masuk ke dalam saluran nafas dan anak

akan mudah terkena ISPA berulang.

Paparan asap rokok pada anak dapat menimbulkan gangguan

pernafasan terutama memperberat timbulnya infeksi salularan

pernafasan akut dan gangguan fungsi paru-paru. Asap dari

pembakaran sampah juga dapat meningkatkan resiko terjadinya ispa.

Pembakaran minyak tanah, kayu bakar dan asap kendaraan bemotor

di samping akan menghasilkan zat polutan dalam bentuk debu

(partikel) juga menghasilkan zat pencemar


Kimia berupa karbondioksida, oksida sulfur, oksida sulfur, oksida

nitrogen dan hidro karbon yang berbahaya bagi kesehatan karena

zat-zat tersebut menyebabkan reaksi peradangan pada saluran

pernafasan dan bisa menyebabkan produksi lendir meningkat yang

dapat menurunkan mekanisme pertahanan di saluran pernafasan

(Nurhidayah, 2008).

D. Tanda dan gejala

ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian

saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat

peradangan

dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus

serta

perubahan struktur fungsi siliare (Muttaqin, 2008).

Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam,

pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus

(muntah),

photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara

nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya

tarikan

dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas

apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian.

(Nelson, 2003).

Sedangkan tanda gejala ispa menurut depkes RI (2002) adalah:


a. Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika

ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Batuk

2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu

mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara atau

menangis)

3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika

dahi anak diraba.

b. Gejala dari ISPA sedang

1) Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika

dijumpai

2) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang

berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per

menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara

menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah

tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat

digunakan arloji.

3) suhu lebih dari 3900C (diukur dengan termometer)

4) tenggorokkan berwarna merah

5) timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak

campak

6) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga


7) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

8) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

c. Gejala dari ISPA berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai

gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau

lebih

gejala-gejala sebagai berikut:

1) Bibir atau kulit membiru.

2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada

waktu bernafas

3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak

tampak gelisah.

5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.

6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

7) Tenggorokan berwarna merah.

E. Pencegahan

Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:

a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik Dengan menjaga

kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau

terhindar dari penyakit yang terutama antara lainpenyakit ISPA.

Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehatlima

sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta
istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita

tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan

tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah

virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.

b. Imunisasi Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada

anak-anak

maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga

kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai

macam

penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan Membuat

ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan

mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam

rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap

tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi

yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer)

agar tetap segar dan sehat bagi manusia.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA Infeksi

saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri

yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini

melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit

penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang

umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di

udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari


sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara

droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran

antara bibit penyakit).

You might also like