You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum) di Indonesia lebih kurang 95%
diusahakan oleh rakyat dalam bentuk perkebunan rakyat yang tersebar di
seluruh provinsi. Cengkeh merupakan tanaman rempah yang termasuk dalam
komoditas sektor perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting antara
lain sebagai penyumbang pendapatan petani dan sebagai sarana untuk
pemerataan wilayah pembangunan serta turut serta dalam pelestarian sumber
daya alam dan lingkungan. Pada mulanya bagian dari tanaman cengkeh yaitu
bunga cengkeh hanya digunakan sebagai obat terutama untuk kesehatan gizi.
Pemakaian cengkeh dalam industri karena cengkeh memiliki aroma yang
enak yang berasal dari minyak atsiri yang terdapat dalam jumlah yang cukup
besar, baik dalam bunga (10-20%), tangkai (5-10%), maupun daun (1-4%).
Minyak atsiri dari bunga cengkeh memiliki kualitas terbaik dan harganya mahal
karena rendemennya tinggi dan mengandung eugenol mencapai 80-90%. Selain
itu minyak cengkeh mempunyai komponen eugenol dalam jumlah besar (70-
80%) yang mempunyai sifat sebagai stimulan, antiseptik, anestetik lokal, dll.
Kelimpahan komponen-komponen dalam minyak cengkeh bergantung dari
jenis, asal tanaman, metode isolasi, dan metode analisa yang digunakan.
Minyak cengkeh umumnya diisolasi dari bunga cengkeh kering. Proses
pengeringan bertujuan sebagai teknik pengawetan bunga cengkeh setelah panen
untuk keperluan berbagai industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Namun
selama ini belum ada riset tentang pengaruh pengeringan terhadap perubahan
komponen dalam minyak cengkeh. Hasil tanaman cengkeh dari tahun ke tahun
tidak sama, pada satu waktu hasilnya cukup tinggi dan lain waktu hasilnya
rendah. Oleh karena itu pada tanaman cengkeh dikenal musim panen besar dan
musim panen kecil yang perbedaannya tajam yang mencapai sekitar 60%. Hal
ini merugikan petani cengkeh karena pendapatannya menjadi tidak stabil.
Selain itu hal ini kadang menyebabkan adanya kelebihan suplai cengkeh yang
menyebabkan fluktuasi harga yang tajam di masyarakat ini (Nurdjannah, 2004).
1.2 Tujuan Percobaan
Mengukur jumlah eugenol terpungut dengan metode ekstraksi dan destilasi.
1.3 Batasan masalah
Mengukur jumlah eugenol terpungut dengan metode ekstraksi dan destilasi
pada minyak cengkeh 50 ml, NaOH 1N 100 ml, HCl 3N 100 ml, dan n-heksana
50 ml.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cengkeh
Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal akan kekayaan
alamnya karena memiliki berbagai jenis tumbuhan yang dapat berkhasiat
sebagai obat. Oleh karena itu, dilakukan berbagai macam penelitian dan
pengujian agar khasiat tumbuhan sebagai obat tersebut dapat bersifat lebih
rasional dan dipercaya di kalangan masyarakat. Salah satu tanaman yang dapat
berkhasiat sebagai obat adalah cengkeh. Tanaman cengkeh, dalam bahasa
Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga
pohon Myrtaceae. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda)
dan Madagaskar, cengkeh juga tumbuh subur di Zanzibar, India, dan Sri Lanka.
Tanaman cengkeh di Indonesia ±95% diusahakan oleh rakyat dalam
bentuk perkebunan rakyat yang tersebar di seluruh provinsi. Sisanya sebesar 5%
diusahakan oleh perkebunan swasta dan perkebunan negara. Cengkeh
merupakan tanaman rempah yang termasuk dalam komoditas sektor
perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting, antara lain sebagai
penyumbang pendapatan petani dan sebagai sarana untuk pemerataan wilayah
pembangunan, serta turut serta dalam pelestarian sumber daya alam dan
lingkungan. Cengkeh digunakan sebagai periang dalam industri karena
memiliki aroma khas yang berasal dari minyak atsiri yang terdapat dalam
jumlah yang cukup besar, baik dalam bunga (10-20%), tangkai (5-10%),
maupun daun (1-4%). Minyak atsiri dari bunga cengkeh memiliki kualitas
terbaik dan harganya mahal karena rendemennya tinggi dan mengandung
eugenol mencapai 80-90%. Selain itu minyak cengkeh mempunyai komponen
eugenol dalam jumlah besar (70-80%). Minyak cengkeh umumnya diisolasi
dari bunga cengkeh kering. Proses pengeringan bertujuan sebagai teknik
pengawetan bunga cengkeh setelah panen untuk keperluan berbagai industri
makanan, farmasi, dan kosmetik. Hasil tanaman cengkeh dari tahun ke tahun
tidak sama, pada satu waktu hasilnya cukup tinggi dan lain waktu hasilnya
rendah sekali (sangat berfluktuasi). Oleh karena itu pada tanaman cengkeh
dikenal musim panen besar dan musim panen kecil yang perbedaannya sangat
tajam yang mencapai sekitar 60%. Hal ini merugikan petani cengkeh karena
pendapatannya menjadi tidak stabil. Selain itu hal ini kadang-kadang
menyebabkan adanya kelebihan suplai cengkeh yang menyebabkan fluktuasi
harga yang sangat tajam. Komposisi kimia bunga cengkeh dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Komposisi kimia bunga cengkeh
Komponen Bunga cengkeh basah Bunga cengkeh kering
Eks. Indonesia % Eks. Zanzibar %
Kadar air 75.1 5.0-8.3
Kadar abu 1.6 5.3-7.6
Kadar minyak atsiri 5.2 14.0-21.0
Kadar fixed oil & 0.8 5.0-10.0
resin
Kadar protein 0.2 5.0-7.0
Kadar serat kasar 7.6 6.0-9.0
Kadar tannin - 10.0-18.0
Sumber : Salim (1975)
Kandungan fixed oil di dalam bunga cengkeh berkisar antara 5-10 % yang
terdiri dari minyak lemak dan resin. Di samping sebagai sumber bahan flavor
alami, cengkeh juga mengandung unsur unsur nutrisi lain seperti: protein,
vitamin dan mineral seperti terlihat pada Tabel 2.2. Pada tabel tersebut terlihat
bahwa cengkeh mengandung lemak, karbohidrat, dan “food energy” yang cukup
tinggi.
Tabel 2.2. Komponen nutrisi dalam 100 g bunga cengkeh
Komponen USDA (bubuk) ASTA
Air (gr) 6,86 5
Food energy (Kcal) 323 430
Protein(gr) 5,98 6,0
Lemak (gr) 20,06 14,5
Karbohidrat (gr) 61,22 68,8
Abu (gr) 5,88 5,0
Ca (gr) 0,646 0,7
P (mg) 105 110
Na (mg) 243 250
K (mg) 1.102 1.200
Fe (mg) 8,68 9,5
Thiamin (mg) 0,115 0,11
Riboflanin (mg) 0,267 -
Niacin (mg) 1,458 1,5
Asam askorlat 80,81 81
Vit. A (RE) 53 53
Sumber : Tainter dan Grenis. (1993)
Pemisahan kandungan kimia dari serbuk bunga, tangkai bunga dan daun
cengkeh menunjukan bahwa serbuk bunga dan daun cengkeh mengandung
saponin, tannin, alkaloid, glikosida dan flavonoid, sedangkan tangkai bunga
cengkeh mengandung saponin, tannin, glikosida dan flavonoid (Ferdinanti,
2001).

2.2 Minyak Cengkeh


Produk samping dari tanaman cengkeh adalah minyak cengkeh. Minyak
cengkeh merupakan minyak atsiri yang diperoleh dengan cara penyulingan,
ekstraksi dengan pelarut, dan ekstraksi dengan lemak padat. Minyak cengkeh
mengandung senyawa eugenol, eugenol asetat dan β-karyofilen. Senyawa
eugenol merupakan komponen utama penentu kualitas minyak cengkeh dengan
kandungan mencapai 70-96%. Semakin tinggi kandungan senyawa eugenol
dalam minyak cengkeh, semakin tinggi pula kualitas dan nilai jualnya.
Tergantung dari bahan bakunya ada tiga macam minyak cengkeh, yaitu minyak
bunga cengkeh, minyak tangkai cengkeh, dan minyak daun cengkeh (Hadi,
2012).
Bunga cengkeh dan tangkainya biasanya digiling kasar dulu sebelum
penyulingan untuk memecahkan sel-sel minyak dan memperluas permukaan
sehingga minyak dapat lebih mudah keluar dari dalam sel, sedangkan daun
cengkeh tidak membutuhkan pengecilan ukuran. Bunga dan tangkai cengkeh
membutuhkan waktu penyulingan yang lebih lama karena kadar minyaknya
yang jauh lebih tinggi daripada daun cengkeh. Bunga cengkeh mengandung
minyak sekitar 10–20%, tangkai cengkeh 5–10% dan daun cengkeh 1–4%.
Destilasi dari bunga cengkeh utuh menghasilkan minyak dengan kadar eugenol,
sedangkan bunga cengkeh yang mengalami pengecilan ukuran (digiling)
menghasilkan minyak dengan kadar eugenol lebih rendah. Hal ini disebabkan
karena terjadinya penguapan minyak selama proses penggilingan dan selang
waktu antara penggilingan dan penyulingan. Karena itu untuk mencegah
penguapan, proses destilasi harus dilakukan segera setelah proses penggilingan.
Waktu destilasi yang singkat (cepat) menghasilkan minyak dengan kandungan
eugenol yang jauh lebih tinggi daripada yang biasa dilakukan dengan waktu
yang lebih lama. Spesifikasi minyak cengkeh sebagai sumber rasa dan aroma
tidak hanya ditentukan oleh kandungan eugenol saja, tapi oleh komponen lain
seperti eugenol asetat dan caryophyllen. Namun untuk keperluan isolasi
eugenol, dikehendaki minyak dengan kadar eugenol yang tinggi. Ekstraksi
minyak dengan CO2 pada kondisi subkritik secara komersil, telah dilakukan
terhadap bunga cengkeh pada tekanan 50-80 bar dan temperatur antara 0-100°C
sebagai alternatif terhadap penyulingan uap. Minyak yang dihasilkan
mempunyai karakteristik yang lebih baik karena tidak ada residu pelarut dan
bau yang tidak diinginkan, disamping itu mempunyai kelarutan yang lebih baik
serta kandungan aromatik yang lebih tinggi dan lengkap.
Penyulingan minyak tangkai cengkeh dengan bobot bahan antara 50-60 kg
dengan metode air dan uap dengan alat terbuat dari stainless steel, pernah
dilakukan dan menghasilkan rendemen 5-6% dengan kadar eugenol 90-98%.
Makin lama waktu penyulingan, makin rendah kadar eugenol dari minyak yang
dihasilkan. Minyak cengkeh, selain disuling dari bunga cengkeh dapat pula
disuling dari daun cengkeh.

2.3 Pemanfaatan Minyak Cengkeh


Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu
masakan pedas di negara-negara Eropa dan sebagai bahan utama rokok kretek
khas Indonesia. Menurut Chaniago (1980), sejak tahun 22 sebelum Masehi
cengkeh digunakan sebagai rempah–rempah, diantaranya di Tiongkok
digunakan dalam upacara keagamaan yaitu dimasukan ke dalam peti mayat.
Begitu juga bagi perwira yang ingin menghadap kaisar diharuskan mengunyah
cengkeh.
Bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) mengandung minyak atsiri, dan
juga senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotanat,
fenilin, caryophyllen, resin dan gom. Minyak esensial dari cengkeh mempunyai
fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkeh sering digunakan untuk
menghilangkan bau nafas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang
terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk
menenangkan saraf gigi. Minyak cengkeh juga digunakan dalam campuran
tradisional chōjiyu (1% minyak cengkeh dalam minyak mineral; “chōji” berarti
cengkeh; “yu” berarti minyak) dan digunakan oleh orang Jepang untuk
merawat permukaan pedang mereka. Minyak bunga cengkeh juga cukup sering
digunakan untuk industri makanan, minuman dan parfum, minyak gagang
cengkeh digunakan sebagai subsitusi minyak bunga cengkeh, dan minyak daun
cengkeh digunakan sebagai bahan baku untuk isolasi eugenol dan caryophyllen.
Dalam industri makanan, cengkeh digunakan dalam bentuk bubuk atau produk
hasil ekstraksi dari bunga cengkeh seperti minyak cengkeh atau oleoresin.
Produk makanan yang menggunakan cengkeh diantaranya adalah bumbu kare
(curry powder), saus dan makanan yang dipanggang (baked foods). Indonesia
merupakan negara produsen dan sekaligus konsumen cengkeh terbesar di dunia
karena sebagian besar cengkeh yang diproduksi adalah untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku pabrik rokok kretek. Untuk keperluan ini belum jelas
kriteria mutu cengkeh yang diinginkan, setiap pabrik kelihatannya memiliki
kriteria mutu yang berbeda dan dirahasiakan. Namun demikian diduga kadar
minyak atsiri, kadar eugenol dan daya penyerapan air merupakan peubah dan
penentu preferensi pabrik dalam penentuan mutu di samping sifat fisikanya
seperti warna, kadar air, kadar kotoran dan sebagainya. Informasi dari beberapa
pabrik rokok kretek menyatakan bahwa komponen dari minyak cengkeh yang
berpengaruh terhadap mutu bunga cengkeh untuk keperluan rokok kretek,
bukan hanya eugenol, melainkan keseimbangan antara eugenol, eugenol asetat
dan β-caryophyllen. Faktor di atas dipengaruhi oleh banyak faktor yang
menyangkut tanaman, lingkungan (tanah dan iklim) serta berbagai perlakuan
prapanen dan pascapanen. Selain digunakan dalam industri makanan, minuman
dan rokok kretek, cengkeh sudah sejak lama digunakan dalam pengobatan
sehari–hari karena minyak cengkeh mempunyai efek farmakologi sebagai
stimulan, anestetik lokal, karminatif, antiemetik, antiseptik dan antispasmodik.
Sejak zaman Dinasti Han 220–206 SM, cengkeh digunakan sebagai pewangi
mulut. Sudah sejak lama pengobatan ayurvedic di India menggunakan cengkeh
dan kapolaga yang dikunyah dengan dibungkus daun sirih untuk memperbaiki
pencernaan. Selain itu dilaporkan pula bahwa di Eropa sejak abad 14 campuran
ekstrak cengkeh dan kapolaga telah digunakan sebagai obat anti plaque (karang
gigi). Di Portugal bunga cengkeh yang masih hijau diambil cairannya dan
dipakai untuk obat jantung di samping sebagai pewangi. Bahkan beberapa
dokter menyarankan penggunaan cengkeh untuk meningkatkan pencernaan
karena percaya bahwa cengkeh dapat memperkuat kerja perut, hati dan jantung.
(Maulana, 2006)

2.4 Eugenol
Eugenol (C10H12O2), merupakan turunan guaiakol yang mendapat tambahan
rantai alil, dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil) fenol.
Eugenol dapat dikelompokkan dalam keluarga alilbenzena dari senyawa-
senyawa fenol yang mempunyai warna bening hingga kuning pucat, kental
seperti minyak. Sumber alaminya dari minyak cengkeh. Terdapat pula pada
pala, kulit manis, dan salam. Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut
pada pelarut organik. Aromanya menyegarkan dan pedas seperti bunga cengkeh
kering, sehingga sering menjadi komponen untuk menyegarkan mulut. Saat ini
senyawa eugenol banyak dibutuhkan oleh banyak industri. Indonesia
merupakan negara penghasil utama minyak cengkeh di dunia, namun sebagian
besar kebutuhan eugenol untuk berbagai industri di Indonesia masih harus
dicukupi dari produk impor luar negeri. Hal tersebut terjadi karena sebagian
besar komoditi minyak cengkeh Indonesia (±90%) diekspor keluar negeri masih
dalam bentuk bahan minyak mentah dan hanya dalam jumlah terbatas saja yang
diolah di dalam negeri menjadi senyawa eugenol.
Eugenol merupakan suatu alkohol siklis monohidroksi atau fenol sehingga
dapat bereaksi dengan basa kuat. Eugenol dari minyak daun cengkeh dapat
diisolasi dengan penambahan larutan encer dari basa kuat seperti NaOH, KOH
atau Ca(OH)2. Gugusan yang membentuk senyawa eugenol memungkinkan
senyawa ini dapat disintesis menjadi senyawa lain yang bernilai lebih tinggi
seperti isoeugenol, eugenol asetat, isoeugenol asetat, benzil eugenol, benzil
isoeugenol, metil eugenol, eugenol metil eter, eugenol etil eter, isoeugenol metil
eter, vanilin dan sebagainya.
Tabel 2.3. Karakteristik Eugenol
Spesifikasi Nilai
Bobot jenis pada 25°C 1,0540
Bobot jenis pada 20°C 1,0664
Indeks bias pada 20°C 1,5379
Kelarutan dalam alkohol 70% 1:1 atau 1:2
Titik didih (°C) 253 (76 cmHg )
Sumber : Guenther. (1950)

2.5 Pemanfaatan Eugenol


2.5.1 Industri Farmasi
Eugenol dan senyawa turunannya mempunyai aktivitas farmakologi
sebagai analgesik, antiinflamasi, antimikroba, antiviral, antifungal,
antiseptik, antispamosdik, antiemetik, stimulan, anastetik lokal.
Campuran eugenol dan zinc oxide dalam bidang densitry (ilmu kedokteran
gigi). Aktivitas eugenol sebagai antimikroba dan antiseptik banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat kumur (mouthwash), pasta gigi,
toilet water, cairan antiseptik, tisu antiseptik dan spray antiseptik. Obat
kumur yang mengandung eugenol cengkeh dapat menghambat
tumbuhnya bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus viridians.
Bakteri tersebut dapat menyebabkan terjadinya plaque gigi. Hampir
semua mikroba mulut dapat ditumpas oleh senyawa eugenol. Aktivitas
analgesik senyawa eugenol banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat
gosok balsam yang dapat dipakai untuk mengurangi rasa sakit karena
rematik, serta sebagai bahan baku obat sakit gigi, cologne, dan produk
aroma terapi.
Eugenol sebagai antioksidan mempunyai potensi yang baik dalam
pengobatan penyakit Parkinson maupun penyakit cardiac hyperthripy
(sejenis penyakit jantung). Senyawa eugenol dapat menurunkan panas
demam ketika diberikan kepada kelinci percobaan. Kemampuan senyawa
ini untuk menurunkan demamnya lebih efektif daripada acetaminophen,
senyawa yang biasa dipergunakan untuk penurun demam. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa eugenol memiliki efek penghambatan
terhadap perkembangan jamur Candida albicans penyebab penyakit
candidiasis. Sifat antivirus senyawa eugenol dapat dipergunakan dalam
pengobatan kanker serviks (leher rahim), yang disebabkan virus HPV
(Human Papilloma Virus), yang merupakan jenis kanker nomor dua yang
paling sering menyerang wanita di seluruh dunia serta merupakan kanker
kedua yang paling berisiko menyebabkan kematian.
Selain untuk mengobati penyakit herpes genital (kelamin) yang
disebabkan oleh virus HSV (Herpes Simplex Virus), eugenol juga
berkemampuan sebagai antivirus hepatitis-C. Eugenol dapat disintesis
menjadi senyawa 2-hidroksi-3-metoksi-5-propil asetofenon. Senyawa ini
banyak dipergunakan sebagai senyawa intermediet dalam industri farmasi
untuk sintesis senyawa flavon asam asetat, yaitu senyawa yang bersifat
anti kanker, serta dalam sintesis senyawa bromasetofenon dan
klorasetofenon yang merupakan bahan baku gas airmata. Senyawa vanili
sintetis yang merupakan turunan eugenol dapat dibuat senyawa bibenzil
yang mempunyai aktivitas sebagai antimitotik, antileukimia dan sedang
dilakukan penelitian penggunaan senyawa ini sebagai agen sitotoksik
pada sel kanker.
2.5.2 Industri Makanan, Minuman, dan Rokok
Eugenol dan senyawa turunannya isoeugenol, eugenol asetat,
isoeugenol asetat, metil eugenol, metil isoeugenol, eugenol metil eter, dan
benzil eugenol eter dapat dipergunakan sebagai zat aditif perasa pada
produk minuman tidak beralkohol, es krim, permen karet, dan berbagai
produk pangan lainnya. Senyawa eugenol dapat dibuat menjadi senyawa
vanili sintetis (C8H8O3) yang merupakan penyedap makanan dan
minuman seperti gula-gula, permen karet, kue, roti, dan es krim. Dalam
bidang pengawetan pangan, senyawa vanili dipergunakan sebagai
antimikroba dan antioksidan. Secara alami, vanili diperoleh dari buah
vanili (Vanilla planifolia), tetapi seiring dengan laju pertumbuhan jumlah
penduduk dunia dimana kebutuhan akan vanili terus meningkat, maka
sebagian vanili dibuat secara sintesis.
Senyawa eugenol mempunyai rasa rempah cengkeh (pedas dan
panas), sehingga banyak digunakan sebagai penambah rasa rajangan
bunga cengkeh pada rokok kretek. Senyawa turunan eugenol, yaitu
isoeugenol dan isoeugenol asetat yang memiliki aroma wangi floral yang
enak dan lebih lembut dari eugenol namun masih memiliki aroma cengkeh
yang lembut, cocok digunakan sebagai perasa pada sejumlah produk
rokok filter.
2.5.3 Industri Pestisida Nabati
Eugenol cengkeh dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pestisida
nabati, mengingat beberapa hasil penelitian menunjukkan senyawa
eugenol efektif mengendalikan nematoda, jamur patogen, bakteri dan
serangga hama. Mekanisme antimikroba senyawa eugenol antara lain
dapat digunakan untuk mengganggu fungsi membran sel, menginaktivasi
enzim, menghambat sintesis kitin, sintesis asam nukleat dan protein serta
menghambat produksi energi oleh ATP (adenosine triphosphate) mikroba.
Pemanfaatan eugenol sebagai fungisida mampu menekan serangan
Phytophthora palmivora pada lada, Fusarium oxysporum pada vanili,
Drechslera maydis pada jagung, Aspergillus spp pada beras,
Callosobruchus maculatus pada biji kacang hijau. Pemanfaatan eugenol
sebagai nemasida mampu mengendalikan Meloidogyne incognita dan
Radhopolus similis pada lada, maupun Globodera rostochiensis pada
kentang. Fungsi eugenol sebagai bakterisida karena senyawa ini mampu
mengendalikan beberapa bakteri patogen seperti Bacillus subtilis pada
jahe, Staphyloccocus aurens pada nilam dan Escherichia coli pada
kentang. Sebagai insektisida, eugenol efektif mengendalikan hama
gudang dan hama penting pertanaman, serta membasmi kecoa di rumah,
sedangkan sebagai moluskisida senyawa ini berfungsi untuk
mengendalikan keong emas yang merupakan hama penting tanaman padi.
Eugenol juga merupakan herbisida yang efektif dalam mengendalikan
gulma. Senyawa eugenol dapat berperan sebagai akarisida karena dapat
membasmi tungau, serta sangat efektif sebagai termisida untuk
mengendalikan rayap Coptotermes formosanus. Metil eugenol merupakan
senyawa turunan eugenol yang dapat dipergunakan sebagai atraktan
(penarik/pemikat lalat jantan) untuk datang. Penggunaan atraktan metil
eugenol merupakan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan telah
terbukti efektif, untuk mengendalikan hama lalat buah.
2.5.5 Peran Strategis Industri Berbasis Eugenol Cengkeh
Eugenol dan senyawa turunannya mempunyai arti ekonomi yang
sangat penting dalam berbagai industri, yaitu selain mampu meningkatkan
perkembangan industri tersebut di Indonesia, juga mampu meningkatkan
profit usaha industri jika eugenol dapat diproduksi di dalam negeri.
Walaupun beberapa tanaman lain juga mengandung eugenol, seperti
selasih, kayu manis, pala dan daun salam tetapi cengkeh masih merupakan
sumber eugenol tertinggi.
Pasokan minyak daun cengkeh Indonesia ke pasar dunia cukup besar,
yaitu lebih dari 60% kebutuhan dunia, akan tetapi harga minyak daun
cengkeh di pasar dunia relatif rendah, sehingga nilai tambah yang
diperoleh juga rendah. Oleh karena itu, pengolahan eugenol maupun
senyawa turunannya di dalam negeri harus segera dapat dilakukan dan
ditingkatkan agar lebih berdampak positif pada perkembangan industri
maupun perekonomian Indonesia. Peran strategis ini diharapkan mampu
(1) mendorong pertumbuhan industri berbahan baku eugenol serta
turunannya; (2) meningkatkan perluasan lapangan kerja; (3) mening-
katkan ekspor eugenol dan senyawa turunannya serta melakukan ekspor
produk berbahan baku eugenol; (4) menurunkan impor eugenol dan
senyawa turunannya serta berbagai produk berbahan baku eugenol; (5)
meningkatkan ekspor serta menurunkan impor sehingga dapat menghemat
devisa negara; (6) meningkatkan nilai tambah pendapatan petani cengkeh
maupun pelaku industri; dan (7) meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. (Towaha, 2012)

2.6 Minyak Atsiri


Minyak yang terdapat di alam dibagi menjadi 3 golongan, yaitu minyak
mineral (mineral oil), minyak nabati, dan minyak hewani yang dapat dimakan
(edible fat), dan minyak atsiri (essential oil). Minyak atsiri yang dikenal juga
dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil),
dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar
tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungget taste), berbau
wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut
organik dan tidak larut dalam air.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam
tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia
dengan adanya air. Minyak tersebut disintesa dalam sel kelenjar (glandular cell)
pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin
(resin duct). Minyak atsiri mengandung campuran bahan-bahan hayati,
termasuk didalamnya adalah aldehida, alkohol, ester, keton, dan terpen. Bahan-
bahan ini kemungkinan merupakan sisa metabolisme tumbuh-tumbuhan.
Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai
bidang industri seperti industri kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo, lotion),
industri makanan, digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa,
industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi, industri
farmasi atau obat-obatan (anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri). Minyak
atsiri mengandung blok bangunan untuk kesehatan yang baik, termasuk mineral
dan asam amino. Minyak atsiri juga merupakan antioksidan kuat. Antioksidan
menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi radikal bebas, sehingga
membantu untuk mencegah mutasi. Sebagai pemulung radikal bebas, mereka
juga dapat membantu mencegah pertumbuhan jamur dan oksidasi dalam sel.
Minyak atsiri juga digunakan dalam industri bahan pengawet, bahkan
digunakan pula sebagai insektisida.
Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman, yaitu daun,
bunga, buah, biji, batang, atau kulit dan akar. Dalam tanaman, minyak atsiri
mempunyai 5 fungsi, yaitu:
1. Membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga
atau hewan yang dapat membantu proses penyerbukan.
2. Mencegah kerusakan dari beberapa jenis serangga atau hewan perusak.
3. Sebagai cadangan makanan dalam tanaman.
4. Sebagai penutup bagian kayu yang terluka.
5. Untuk pencegah penguapan cairan sel.
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia
yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O), serta
beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan
belerang (S).
Pada umumnya komposisi kimia dalam minyak atsiri dibagi menjadi 2
golongan, yaitu:
1. Hidrokarbon yang terdiri terutama persenyawaan terpene.
2. “Oxygenated Hydrocarbon”
Disamping itu minyak atsiri mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil
yang merupakan komponen tidak dapat menguap. Minyak atsiri eugenol adalah
minyak atsiri yang biasanya dihasilkan dari ekstraksi atau penyulingan bunga
dan daun cengkeh. Berbentuk zat cair, tidak berwarna, atau berwarna kekuning-
kuningan dan berubah menjadi coklat jika dikontakkan dengan udara. Eugenol
bersifat larut dalam alkohol, kloroform, dan eter, mudah menguap, sukar larut
dalam air, dan mempunyai rasa yg getir. Cara pengambilan minyak atsiri dari
tumbuh-tumbuhan dilakukan dengan empat cara, yaitu:
1. Penyulingan
Penyulingan dapat didefinisikan sebagai pemisahan komponen-
komponen suatu campuran dari dua jenis atau lebih berdasarkan perbedaan
tekanan uap. Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode
penyulingan, yaitu penyulingan dengan air, dimana bahan yang akan
disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung
di atas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan
jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan metode pemanasan
yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel uap, pipa uap
melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap berlingkar terbuka atau
tertutup. Penyulingan dengan air dan uap, pada metode ini ketel suling diisi
dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah saringan uap
yang digunakan adalah uap jenuh, bahan yang akan disuling kontak dengan
uap tersebut. Yang terakhir, penyulingan dengan uap, prinsipnya sama
dengan penyulingan air dan uap, tetapi uap yang digunakan pada
penyulingan uap adalah uap kelewat jenuh dan tekanannya lebih dari 1
atmosfir.
2. Ekstraksi dengan Lemak dingin (Enfluerasi)
Prinsip kerja proses enfluerasi cukup sederhana. Jenis bunga yang
digunakan tertentu (misalnya sedap malam dan bunga melati) setelah
dipetik, bunga masih meneruskan aktivitas fisiologinya sehingga
memproduksi minyak dan mengeluarkan bau wangi. Lemak mempunyai
daya absorbsi yang tinggi dan jika dicampur dan kontak dengan bunga yang
berbau wangi, maka lemak akan mengabsorbsi minyak yang dikeluarkan
oleh bunga tersebut. Bunga segar hasil pemetikan ditabur di atas permukaan
lemak (corp) yang telah disediakan dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian
diganti lagi dengan bunga yang masih segar. Pada akhir proses, lemak akan
jenuh dengan minyak bunga. Kemudian minyak bunga tersebut diekstraksi
dengan menggunakan alkohol dan selanjutnya alkohol dipisahkan.
3. Ekstraksi dengan Lemak Panas (Meserasi)
Prinsip dasar dari proses meserasi ialah, minyak bunga diekstraksi
dengan cara mencelupkan bunga ke dalam lemak panas. Dengan kata lain,
wadah yang berisi lemak panas diisi dengan bunga segar sampai lemak
tersebut jenuh dengan minyak bunga. Bunga yang telah layu dipisahkan dari
lemak, dan lemak harum yang disebut pomade, yang telah banyak dikenal
di dunia perdagangan. Pomade dapat diolah lebih lanjut dengan
mengekstraksinya menggunakan alkohol keras, misalnya ekstraksi terhadap
pomade melati atau sedap malam, sehingga dihasilkan ekstrait beralkohol
(Extrait d’Orange, Extrait d’Rose) yang telah siap diperdagangkan atau siap
menjadi pomade ekstraksi absolut dengan cara penyulingan vaccum.
4. Ekstraksi dengan Pelarut Mudah Menguap
Metode ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1835 oleh Robiquet
tidak lama kemudian Buchner dan Favrot melakukan percobaan ekstraksi
bunga dengan menggunakan pelarut dietil eter. Pada tahun 1874, ekstraksi
bunga menjadi lebih maju dengan menggunakan pelarut petroleum eter
yang merupakan pelarut sangat baik menurut beberapa Negara maju Eropa.

2.7 NaOH
Larutan NaOH berwujud cair, tidak berwarna, larut dalam air, dan memiliki
massa molekul relatifnya 40,00 g/mL. Bersifat basa dan stabil namun kaustik
terhadap mata dan kulit, memiliki titik didih 102°C, dan titik leleh -4°C
sehingga sangat higroskopis (Smith, 2013).
Reaksi minyak cengkeh dengan NaOH bersifat eksoterm karena pada saat
terjadi reaksi penggantian gugus H+ dengan Na+ ada panas yang dilepaskan dari
sistem ke lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan beaker glass terasa hangat.
Warna dari larutannya adalah kuning pekat kecoklatan. NaOH berfungsi untuk
bereaksi secara stoikiometri dengan eugenol pada ekstrak dalam proses
penggaraman sehingga terbentuk Na-eugenolat dan eugenol terpisah dari
senyawa lain pada ekstrak. Na-eugenolat adalah bentuk garam yang memiliki
sifat polar dan larut dalam air. Ketika ditambahkan NaOH, senyawa tersebut
dapat dengan mudah terpisah dari komponen minyak daun cengkeh lain yang
bersifat non polar. Eugenol ini kemudian dimurnikan dengan penguapan dan
penyulingan. Berikut merupakan gambar reaksi yang terjadi.

Gambar 2.1 Reaksi Isolasi Eugenol


Digunakan NaOH karena reaksinya dengan suatu spesi yang bersifat asam
menghasilkan garam yang lebih stabil karena ikatan dengan ion
Na+ menghasilkan ikatan yang lebih kuat sebab jari-jari Na lebih kecil sehingga
tertarik lebih kuat ke inti. Pada percobaan tidak digunakan LiOH karena reagen
ini jarang digunakan pada reaksi penggaraman dan tidak digunakan KOH
karena reaksinya dengan suatu spesi bersifat asam menghasilkan garam yang
ikatannya kurang kuat dibanding Na. Oleh karena itu, digunakan NaOH karena
ion Na+ lebih kuat mengikat eugenolat sehingga pada penggaraman diperoleh
Na-eugenolat yang lebih banyak.

2.8 HCl
Memiliki nama lain asam muriad dan hidrogen dengan rumus molekul HCl.
Senyawa ini bersifat korosif dan menyebabkan iritasi bila terkena mata dan
kulit. Tidak mudah terbakar, bau menyengat, berwujud cair, dan berwarna
kuning bening. Titik didih pada 85°C, titik lebur sebesar -20°C. Dalam air
sangat reaktif namun bersifat stabil. Penambahan HCl bertujuan untuk mengikat
senyawa non eugenol sehingga diperoleh eugenol bebas dari garam.
Penambahan HCl dilakukan sampai pH berada dalam keadaan asam yaitu
sampai pH  3, hal ini ditunjukkan dengan warna kertas lakmus yang berubah
menjadi merah, dimaksudkan untuk memberikan kondisi asam bagi reaksi
tersebut. Eugenol dalam suasana asam, akan dengan mudah menarik gugus H+
sehingga garam eugenolat dapat bereaksi dengan HCl membentuk eugenol
kembali.

2.9 N-Heksana (C6H14)


Memiliki titik didih 68°C dan berwujud cair saat pada suhu ruangan.
Heksana mempunyai sifat stabil dan bersifat mudah menguap, sehingga pelarut
tersebut sangat baik digunakan dalam proses ekstraksi, khususnya untuk proses
ekstraksi bunga. Menggunakan pelarut ini sangat menguntungkan, karena
bersifat selektif dalam melarutkan zat. Proses ini menghasilkan sejumlah kecil
lilin, albumin, dan zat warna, namun heksana juga dapat mengekstraksi zat
pewangi dalam jumlah besar (Francis Mills Turner, Thomas C. Gregory, 1919).
3.2 Bahan
1. Minyak daun cengkeh 50 ml
2. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1N, 100 ml
3. Larutan Asam Klorida (HCl) 3N, 100 ml
4. N-heksana (C6H14) 50 ml

3.3 Cara Kerja


Memipet minyak cengkeh sebanyak 50 ml, lalu mereaksikannya dengan
NaOH 1N sebanyak 100 ml sesuai dengan perbandingan 1:2 menggunakan
magnetik stirrer selama 30 menit, lalu memisahkan larutan di dalam corong
pisah selama 30 menit sehingga terbentuk 2 fase cairan. Kemudian mengambil
fase lapisan bawah yang mengandung EuONa (Natrium Eugenolat) lalu
mereaksikannya dengan HCl 3N sebanyak 100 ml menggunakan magnetik
stirrer selama 30 menit. Setelah itu, memasukkan campuran larutan ke dalam
corong pisah dan mendiamkannya selama 30 menit hingga terbentuk 2 fase
cairan. Mengambil fase lapisan atas yang diangggap sebagai eugenol lalu
menambahkan dan mencampurkan n-heksana sebanyak 50 ml dengan fase
lapisan atas ke dalam labu destilasi.
Selanjutnya melakukan proses destilasi untuk dapat memisahkan eugenol
yang telah dianggap murni dari n-heksana. Memindahkan eugenol yang tersisa
ke dalam wadah petridisk yang telah diketahui bobot kosongnya. Kemudian
memasukkan petridisk yang telah terisi eugenol ke dalam oven dengan selang
waktu tertentu (20 menit) untuk menguapkan n-heksana, lalu mendinginkan
petridisk ke dalam desikator selama 15 menit. Menimbang petridisk tersebut
sebagai bobot awal, melakukan prosedur ini secara berulang hingga
mendapatkan bobot yang konstan.
3.4 Diagram Alir

Memipet minyak cengkeh dengan perbandingan NaOH 1:2

Mereaksikan minyak cengkeh dengan NaOH 1N selama 30 menit

Memasukkan larutan ke dalam corong pisah selama 30 menit hingga


terbentuk 2 fase

Mengambil fase lapisan bawah lalu menambahkan HCl 3N selama 30


menit

Memisahkan larutan ke dalam corong pisah selama 30 menit hingga


terbentuk 2 fase

Mengambil fase lapisan atas, mencampurkan n-heksana ke dalam labu


destilasi

Melakukan proses destilasi untuk memisahkan eugenol dari n-heksana

Menimbang massa eugenol yang tersisa dari petridisk hingga


didapatkan bobot konstan
DAFTAR PUSTAKA

Ferdinanti, E. (2001) ‘Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun Cengkeh


Merr & Perry’, Fitofarmaka Indonesia, Fakultas Farmasi, Universitas
Muslim Indonesia, 3(2), pp. 188–193.
Francis Mills Turner, Thomas C. Gregory, I. M. W. (1919) The Condensed
Chemical Dictionary. 1st edn. New York: J. J. Little and Ives Co.
Hadi, S. (2012) ‘(Clove Oil) Menggunakan Pelarut N-Heksana dan Benzena’,
Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 1(2), pp. 25–30.
Maulana, F. (2006) ‘Minyak Daun Cengkeh’, Minyak daun Cengkeh. Jakarta,
71.100.60, pp. 1–16.
Nurdjannah, N. (2004) ‘Diversifikasi Penggunaan Cengkeh’, 3(12).
Smith, R. . (2013) ‘Material Safety Data Sheet Sodium hydroxide’, pp. 1–6. doi:
10.1351/goldbook.M03757.
Towaha, J. (2012) ‘The Benefits of Cloves Eugenol in Various Industries in
Indonesia’, 11(2), pp. 91–101.

You might also like