Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Nama : Rahma Adilah
NIM : B1A015074
Kelompok :3
Rombongan : II
Asisten : Diah Nanda Utari
A. Latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu hasil laut yang dapat menghasilkan devisa
negara dan merupakan sumber pendapatan masyarakat pesisir. Sebagian besar rumput
laut umumnya diekspor dalam bentuk bahan mentah berupa rumput laut kering,
sedangkan hasil olahan rumput laut seperti agar-agar, karaginan, dan alginat masih
diimpor dalam jumlah yang cukup besar dengan harga yang tinggi. Hasil pengolahan
pasca panen rumput laut dari Indonesia kebanyakan tidak sesuai dengan permintaan
pasar karena mutu yang masih dinilai rendah (Deguchi, 2006). Rumput laut dianggap
sebagai sumber senyawa bioaktif karena mampu menghasilkan berbagai macam
metabolit sekunder yang dicirikan oleh spektrum aktivitas biologis yang luas dengan
aktivitas antiviral, antibakteri, dan antijamur yang bertindak sebagai senyawa bioaktif
potensial yang menarik untuk aplikasi pharmateutical, saat ini, banyak perhatian untuk
penyaringan antioksidan alami karena penggunaan antioksidan sintetik memiliki efek
karsinogen (Muawanah et al., 2016).
Karagenan adalah senyawa hidrokoloid hasil ekstraksi dari rumput laut merah,
salah satu jenisnya adalah Eucheuma spinosum yang telah dibudidayakan di Indonesia
terutama di Perairan Nusa Penida (Bali), Sumenep (Madura, Jawa Timur), dan Takalar
(Sulawesi Selatan). Karagenan adalah senyawa polisakarida kompleks, memiliki
bobot molekul tinggi, tersusun atas struktur berulang dari unit galaktosa dengan ikatan
α(1-3)-D-galaktosa β(1-4) 3,6 anhidrogalaktosa yang mengandung atau tanpa ester
sulfat, dan larut di dalam air. Ada tiga jenis karagenan yang banyak digunakan dalam
industri yaitu iota (ι), kapa (κ), dan lamda (γ) karagenan (Diharmi et al., 2015).
Alga Merah (Eucheuma spinosum), genus ini mempunyai thallus berwarna
kuning kecoklat-coklatan sampai merah keungu-unguan, berbentuk agak pipih dan
bercabang-cabang tidak beraturan. Percabangan yang terjadi pada genus ini adalah dua
(dichotome) atau tiga (trichotome) buah (Hidayat, 2006). Ciri khusus secara
morfologis, jenis ini memiliki duri-duri yang tumbuh berderet melingkari thallus
dengan interval yang bervariasi sehingga terbentuk ruas-ruas thallus di antara
lingkaran duri. Percabangan berlawanan atau berselang-seling dan timbul teratur pada
deretan duri antar ruas dan merupakan perpanjangan dari duri tersebut. Ujung
percabangan mudah melekat pada substrat (Anggadireja et al., 2006). Menurut Atmaja
et al (1996), Eucheuma spinosum mempunyai klasifikasi sebagai berikut.
Kigdom: Plantae
Divisi: Rhodophyta
Kelas: Rhodophyceae
Sub kelas: Florideae
Ordo: Gigartinales
Famili: Solieriaceae
Genus: Eucheuma
Spesies: Eucheuma spinosum.
B. Tujuan
A. Materi
B. Metode
Direbus selama 10 menit lalu dituang di nampan dan dijemur hingga kering
A. Hasil
3,16
= x 100% = 6,32 %
50
A. Kesimpulan
Sebaiknya dalam proses pemasakan diperhatikan panas api agar tidak terlalu
panas sehingga menghasilkan ekstrak yang baik, serta proses dari awal hingga akhir
dijelaskan dengan baik sehingga tidak ada kesalahan seperti kesalahan pada
pengerikan.
DAFTAR REFERENSI
Anggadiredja, J., Irawati, S., dan Kusmiyati. 2006. Rumput Laut: Pembudidayaan,
Pengolahan, dan Pemasaran Komoditas perikanan Potensial. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Atmadja, W. S., Kadi, A., Sulistijo dan Rachmaniar. 1996. Pengendalian Jenis-Jenis
Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi LIPI.
Chrismanuel, A., Pramono, Y. B. & Setyani, B.E. 2014. Efek Pemanfaatan Karaginan
Sebagai Edible Coating Terhadap pH, Total Mikroba, dan H2S pada Bakso
Selama Penyimpanan 16 Jam. Animal Agriculture Journal, 3(2), pp. 35-46.
Deguchi. 2006. Implantation Of a New Porous Gelatin–Siloxane Hybrid into a Brain
Lesion as a Potential Scaffold For Tissue Regeneration. Journal of Cerebral
Blood Flow and Metabolism, 1(2), pp. 1-10.
Diharmi, A., Fardiaz, D., Andarwulan, N & Heruwati, E. S. 2015. Profik Viskositas
Karagenan Eucheuma spinosum dari Nusa Penida (Bali), Sumenep (Madura),
dan Takalar (Sulawesi Selatan). JPHPI, 18(3), pp. 240-249.
Hidayat, A. 2006. Budidaya Rumput Laut. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional
Hudha, Mohammad I., Risa S. & Suci D. S. 2012. Ekstraksi Karaginan Dari Rumput
Laut (Eucheuma spinosum) Dengan Variasi Suhu Pelarut Dan Waktu Operasi.
Berkala Ilmiah Teknik Kimia 1(1), pp. 17-20.
Muawanah., Ahmad, A & Natsir, H. 2016. Antioxidant Activity and Toxicity
Polysaccharide Extract from Algae Eucheuma cotonii and Eucheuma
spinosum. International Journal Marina Chimica Acta The University of
Hasanuddin, 17(2), pp. 15-23.
Rahayu, U. H., Manik & Dolaria, N., 2004. Pembuatan Karaginan Kering dari Rumput
Laut Eucheuma cottonii. Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur, 2(1), pp. 23-30.
Suwandi. 1992. Isolasi dan Identifikasi Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma
cottonii. Medan: Lembaga Penelitian Universitas Sumatra Utara.
Winarno, F. G. 1985. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Anggota IKAPI.
Wiratmaja, I. G., Kusuma I. G. B. W. & Winaya, I. N. S., 2011. Pembuatan Etanol
Generasi Kedua Dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma
cottonii Sebagai Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, 5 (1), pp. 75-84.