Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Skabies
2.1.1. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi
dan sensitisasi parasit Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya
ke dalam epidermis. Penyakit ini merupakan penyakit yang sangat
mudah menular. Penularan dapat terjadi secara langsung (kontak kulit
dengan kulit) misalnya berjabat tangan, hubungan seksual, atau secara
tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan selimut. Tungau ini bersifat parasit obligat pada manusia,
tinggal dalam terowongan yang dibuatnya dalam epidermis superficial.
Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian
itch, gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit ampere. Scabies ini
tidak membahayakan manusia namun adanya rasa gatal pada malam
hari ini merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan
produktivitas. Penyakit scabies ini banyak berjangkit di: (1)
lingkungan yang padat penduduknya, (2) lingkungan kumuh, (3)
lingkungan dengan tingkat kebersihan kurang. Scabies cenderung
tinggi pada anak- anak usia sekolah, remaja bahkan orang dewasa.
2.1.2. Etiologi
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100
tahun lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus
scabiei atau pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis.
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Acarina, super famili Sarcoptes.
Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan gepeng,
berwarna putih kotor, transulen dengan bagian punggung lebih lonjong
5
6
2.1.3. Epidemiologi
Skabies dikenal sebagai penyakit menular yang mendunia
dengan estimasi 300 juta kasus setiap tahunnya. Prevalensi ini
bervariasi dan fluktuatif setiap waktunya. Prevalensi penyakit skabies
di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum. Skabies
menduduki peringkat ke-3 dari penyakit kulit tersering di Indonesia. Di
suatu pesantren yang padat penghuninya, prevalensi skabies mencapai
78,7% dan lebih tinggi pada kelompok dengan higiene kurang baik.
Tungau scabies sudah diidentifikasi seja tahun 1600-an, namun
sekitar tahun1700-an diketahui sebagai penyebab erupsi kulit.
Diperkirakan saat ini lebih dari 300 jjuta orang diseluruh dunia
8
2.1.5. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau
skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena
bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,
menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang
terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
Siklus hidup tungau mulai dari telur sampai dewasa
memerlukan waktu selama 10- 14 hari. Pada suhu kamar (21°C dengan
kelmbaban relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup diluar pejamu
selama 24-36 jam.
2.1.7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar : (1). Adanya terowongan yang
sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau kelok-kelok, panjangnya
beberapa millimeter sampai 1 cm, dan pada ujungnya tampak vesikula,
papula, atau pustula. (2). Tempat predileksi yang khas adalah sela jari,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, aerola mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna
(pria). Pada orang dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali
pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi
diseluruh permukaan kulit. (3). Penyembuhan cepat setelah pemberian
11
obat antiskabies topikal yang efektif. (4). Adanya gatal hebat pada
malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita gatal,
harus dicurigai adanya scabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh
temperatur tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu
meningkat.
2.1.8. Penatalaksanaan
Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2
bagian :
a. Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi
secara teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang
telah digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam
dengan air panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang
beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga
harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu
menghindari terjadinya kontak langsung. Secara umum
meningkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan
meningkatkan status gizinya. Beberapa syarat pengobatan yang
harus diperhatikan:
1. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus
diberi pengobatan secara serentak.
2. Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi
pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
3. Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei,
bantal, kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah
sinar matahari selama beberapa jam.
12
2.1.9. Pencegahan
Cara pencegahan penyakit skabies adalah dengan :
a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu.
c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
13
2.2.2. Etiologi
Bakteri pathogen primer pada impetigo non-bulosa dan bulosa
adalah Staphylococcus aureus, dan jarang disebabkan oleh
Steptococcus β hemolitikus grup A.
Dalam sebuah penelitian, 51 persen pasien menunjukkan adanya
Staphylococcus aureus pada hasil kultur spesimen dari hidung dan
tenggorokannya.
2.2.3. Patofisiologi
Pada impetigo bulosa, epidermis terpisah tepat di bagian bawah
stratum granulosum sehingga membentuk bulla yang berukuran besar
yang terletak pada bagian superfisial kulit. Neutrofil berpindah melalui
epidermis spongiotik ke dalam bulla, yang juga mungkin mengandung
Staphylococcus aureus. Kadang-kadang sel akantolitik terlihat yang
mungkin disebabkan oleh reaksi dari neutrofil. Bagian atas dermis
mengandung neutrofil dan limfosit yang merupakan infiltrat inflamasi.
15
Gambar 2 Gambar 3
Bula yang kurang cepat pecah akan menjadi jauh lebih besar,
umumnya berdiameter 1-2 cm bahkan dapat berukuran sangat besar
dan bertahan 2 atau 3 hari. Bula yang utuh mengandung
Staphylococcus. Setelah bula pecah, akan terbentuk krusta yang tipis,
datar, dan kecokelatan. Krusta ini jika disingkirkan akan
16
2.2.5. Diagnosis
a. Anamnesis
Pada pasien dengan impetigo bulosa bisa ditanyakan tempat
timbulnya bula. Biasanya bula pada impetigo bulosa timbul pada
ketiak, dada, punggung, dan ekstermitas atas dan bawah.
Hendaknya pula ditanyakan apakah sebelumnya terdapat lepuh.
Jika ada, diagnosisnya ialah impetigo bulosa
b. Pemeriksaan Fisis
Dilakukan inspeksi pada bagian-bagian badan tempat
timbulnya bula. Pada hasil inspeksi bisa didapatkan cairan bening
atau keruh pada bula dengan dinding tebal dan tipis, miliar hingga
lentikular, kulit sekitarnya tidak menunjukan peradangan, kadang-
kadang tampak hipopion. Pada palpasi bula bisa didapatkan
permukaan bula yang tegang.
2.2.6. Penatalaksanaan
Non-medikamentosa : Memperbaiki higiene penderita dan lingkungan.
Medikamentosa :
1. Topikal :
- Membersihkan lesi dengan antiseptik. Bila basah, lesi
dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000
atau NaCl 0,9%. Jika kering, lesi diolesi dengan salep yang
17
2.3.2. Etiologi
DA adalah penyakit kulit inflamatori yang sangat gatal yang
terjadi akibat interaksi komplek antar gen-gen suseptibel
(mengakibatkan tidak efektifnya sawar kulit, kerusakan sistem imun
alami, dan meningkatnya respon imunologik terhadap alergen dan
antigen mikrobial). Menurunnya fungsi sawar kulit akibat
downregulasi gen cornified envelope (filaggrin dan loricrin),
18
Gambar 5. Papul, vesikel, dan eosi tipikal pada dermatitis atopic tangan.
tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak menanti secara pasif,
tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (IDI 1982).
Menurut Persatuan Dokter Keluarga Indonesia (2000), dokter keluarga
adalah tenaga kesehatan tempat kontak pertama pasien (fasilitas/sistem
pelayanan kesehatan) untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang
dihadapi – tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan
jenis kelamin – sedini dan sedapat mungkin, secara paripurna, dengan
pendekatan holistik, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi
dengan profesional kesehatan lainnya, dengan mennerapkan prinsip
pelayanan yang efektif dan efisien yang mengutamakan pencegahan serta
menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral.
Layanan yang diselenggarakannya (wewenang) sebatas kompetensi dasar
kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran dasar
ditambah dengan kompetensi dokter layanan primer yang diperoleh melalui
(Continuing Medical Education) CME/ (Continuing Professional
Development) CPD terstruktur atau program spesialisasi kedokteran
keluarga.
Secara lebih singkat dokter (basic medical doctor) adalah Dokter
Praktik Umum (DPU) penyelenggara pelayanan primer dasar dengan
pendekatan kedokteran keluarga. Oleh karena itu mereka dapat berpraktik
sebagai dokter keluarga sekalipun belum berpredikat ”DK” di belakang
namanya masing-masing.
Menurut the American Board of Family Practice (1969), dikatakan
sebagai dokter keluarga merupakan dokter yang memiliki tanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan
kesehatan yang menyeluruh/komprehensif yang dibutuhkan oleh semua
anggota keluarga dan bila berhadapan dengan masalah kesehatan khusus
yang tidak mampu ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter
ahli yang sesuai.
g. melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah
sakit;
h. tetap bertanggungjawab atas pasien yang dirujuk ke dokter spesialis atau
di rawat di rumah sakit;
i. memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan;
j. bertindak sebagai mitra, penasikat, dan konsultan bagi pasiennya;
k. mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan
pasiennya;
l. menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standard; dan
m. melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara
umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal
bersama, berbagi hal dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan
bersama.
g) Keluarga serial (serial family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah mempunyai anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-
masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing-
masing, semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.
h) Keluarga gabungan (composite family)
Keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya
atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya yang hidup bersama.
i) Keluarga tinggal bersama (whabilation family)
Pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan.