You are on page 1of 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Skabies
2.1.1. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi
dan sensitisasi parasit Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya
ke dalam epidermis. Penyakit ini merupakan penyakit yang sangat
mudah menular. Penularan dapat terjadi secara langsung (kontak kulit
dengan kulit) misalnya berjabat tangan, hubungan seksual, atau secara
tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan selimut. Tungau ini bersifat parasit obligat pada manusia,
tinggal dalam terowongan yang dibuatnya dalam epidermis superficial.
Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian
itch, gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit ampere. Scabies ini
tidak membahayakan manusia namun adanya rasa gatal pada malam
hari ini merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan
produktivitas. Penyakit scabies ini banyak berjangkit di: (1)
lingkungan yang padat penduduknya, (2) lingkungan kumuh, (3)
lingkungan dengan tingkat kebersihan kurang. Scabies cenderung
tinggi pada anak- anak usia sekolah, remaja bahkan orang dewasa.

2.1.2. Etiologi
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100
tahun lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus
scabiei atau pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis.
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Acarina, super famili Sarcoptes.
Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan gepeng,
berwarna putih kotor, transulen dengan bagian punggung lebih lonjong

5
6

dibandingkan perut, tidak berwarna, yang betina berukuran 300-350


mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150-200 mikron. Stadium
dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan kaki depan
dan 2 pasang lainnya kaki belakang. Siklus hidup dari telur sampai
menjadi dewasa berlangsung satu bulan. Sarcoptes scabiei betina
terdapat cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4. Sedangkan pada
yang jantan bulu cambuk tersebut hanya dijumpai pada pasangan kaki
ke-3 saja.
Siklus hidup tungu ini adalah sebagai berikut. Setelah kopulasi
yang terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati. Tungau betina yang
telah dibuahi akan menggali terowongan dalam stratum korneum
dengan kecepatan 2-3 milimeter perhari dan meletakkan telurnya 2-4
butir sehari sampai mencapai jumlah 40-50 butir telur. Telur akan
menetas biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva. Larva ini
dapat tinggal, tetapi dapat juga keluar. Seluruh siklus hidupnya mulai
dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
Skabies umumnya menyerang bagian lipatan tubuh. Gejala
gatal-gatal,menyerang pada bagian kulit dimalam hari. Penyakit
skabies, disebabkan faktor kebersihan yang kurang dipelihara secara
baik. Alat tidur berupa kasur, sprei, bantal, tempat tidur dan kondisi
kamar yang pengab, dapat memicu terjadinya gatal-gatal. Penyakit
gatal-gatal ini mudah menyerang siapapun yang jarang mandi. Karena
itu, jika ingin menghindar dari serangan penyakit gatal-gatal, maka
harus menjaga kebersihan. Bahkan skabies dapat menjangkit siapa saja
yang bersentuhan tubuh dengan penderita. Skabies sering dikaitkan
sebagai penyakitnya anak pesantren alasannya karena anak pesantren
suka/gemar bertukar, pinjam meminjam pakaian, handuk, sarung,
bahkan bantal, guling dan kasurnya kepada sesamanya, sehingga
disinilah kunci akrabnya penyakit ini dengan dunia pesantren.
7

Gambar 1. Morfologi Sarcoptes Scabiei

Siklus hidup tungu ini adalah sebagai berikut. Setelah kopulasi


yang terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati. Tungau betina yang
telah dibuahi akan menggali terowongan dalam stratum korneum
dengan kecepatan 2-3 milimeter perhari dan meletakkan telurnya 2-4
butir sehari sampai mencapai jumlah 40-50 butir telur. Telur akan
menetas biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva. Larva ini
dapat tinggal, tetapi dapat juga keluar. Seluruh siklus hidupnya mulai
dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.

2.1.3. Epidemiologi
Skabies dikenal sebagai penyakit menular yang mendunia
dengan estimasi 300 juta kasus setiap tahunnya. Prevalensi ini
bervariasi dan fluktuatif setiap waktunya. Prevalensi penyakit skabies
di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum. Skabies
menduduki peringkat ke-3 dari penyakit kulit tersering di Indonesia. Di
suatu pesantren yang padat penghuninya, prevalensi skabies mencapai
78,7% dan lebih tinggi pada kelompok dengan higiene kurang baik.
Tungau scabies sudah diidentifikasi seja tahun 1600-an, namun
sekitar tahun1700-an diketahui sebagai penyebab erupsi kulit.
Diperkirakan saat ini lebih dari 300 jjuta orang diseluruh dunia
8

menderita scabies. Skabies menyerang semua kelas ekkonomi, namun


banyak ditemukan di daerah perkotaan terutama yang padat penduduk,
pondok pesantren, penjara, asrama, panti-panti banyak sekali
ditemukan kasus ini, hal ini karena kepadatan penghuni sehingga
mudah terjadi kontak satu dengan yang lainnya. Di Indonesia skabies
masih merupakan masalah kesehatan, namun dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya, kondisi saat ini sudah ada perbaikan.
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemic
skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini,
antara lain: sosial ekonomi yang rendah, heigine yang buruk,
hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis dan
perkembangan demografik serta ekologi. Penyakit ini dimasukan dala
penyakit hubungan seksual. Kegagalan terapi ini juga dapat
disebabkan kurangnya pengetahuan dan pendidikan yang rendah.

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit


Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini,
antara lain sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan, perkembangan demografis
serta ekologis. Penyakit skabies disebut juga penyakit masyarakat
karena mudah menular dan sangat cepat perkembangannya, terutama
di tempat yang padat penduduk.
Penularan dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Penularan secara langsung (kontak kulit dengan kulit)
isalnya berjabat tangan, tidur bersamaan, dan hubungan seksual.
Penularan secara tidak langsung (melalui benda) misalnya melalui
pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain. Penularan biasanya oleh
Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh
bentuk larva. Dikenal juga Sarcoptes scabiei var. anialis yang kadang-
kadang dapat menulari manusia, terutaa pada mereka yang banyak
memelihara binatang peliharaan misalnya anjing, kambing.
9

Lingkungan yang berhubungan dengan kejadian skabies yaitu


lingkungan yang memiliki populasi yang padat pada suatu tempat
sehingga dapat mempermudahkan penularan penyakit. Daerah yang
kuuh, dengan kebersihan dan heigine yang buruk juga akan
mempermudah penularan penyakit.

2.1.5. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau
skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena
bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,
menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang
terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
Siklus hidup tungau mulai dari telur sampai dewasa
memerlukan waktu selama 10- 14 hari. Pada suhu kamar (21°C dengan
kelmbaban relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup diluar pejamu
selama 24-36 jam.

2.1.6. Manifestasi Klinis


Keluhan pertama yang dirasakan penderita adalah rasa gatal terutama
pada malam hari (pruritus noktural) atau bila cuaca panas serta pasien
berkeringat. Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4
tanda dibawah ini :
10

a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas


tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga, begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.
Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya
terkena.
c. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang
dicurigai berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus
atau berkelok, rata-rata 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan
papula (tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada
infeksi sekunder, timbul polimorf (gelembung leokosit).
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang
hebat terutama pada malam sebelum tidur. Adanya tanda : papula
(bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan).
Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa
gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, selangkangan
dan lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit.

2.1.7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar : (1). Adanya terowongan yang
sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau kelok-kelok, panjangnya
beberapa millimeter sampai 1 cm, dan pada ujungnya tampak vesikula,
papula, atau pustula. (2). Tempat predileksi yang khas adalah sela jari,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, aerola mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna
(pria). Pada orang dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali
pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi
diseluruh permukaan kulit. (3). Penyembuhan cepat setelah pemberian
11

obat antiskabies topikal yang efektif. (4). Adanya gatal hebat pada
malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita gatal,
harus dicurigai adanya scabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh
temperatur tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu
meningkat.

2.1.8. Penatalaksanaan
Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2
bagian :
a. Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi
secara teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang
telah digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam
dengan air panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang
beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga
harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu
menghindari terjadinya kontak langsung. Secara umum
meningkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan
meningkatkan status gizinya. Beberapa syarat pengobatan yang
harus diperhatikan:
1. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus
diberi pengobatan secara serentak.
2. Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi
pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
3. Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei,
bantal, kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah
sinar matahari selama beberapa jam.
12

b. Penatalaksanaan secara khusus.


Dengan menggunakan obat-obatan (Djuanda, 2010), obat-obat anti
skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20%
dalam bentuk salep atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan
mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua
stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit
diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin
gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane)
kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan
karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan
jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika
masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat
pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti
gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik
dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya
sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi
setelah seminggu. Tidak anjurkan pada bayi di bawah umur 12
bulan.

2.1.9. Pencegahan
Cara pencegahan penyakit skabies adalah dengan :
a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu.
c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
13

d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.


e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi tungau skabies.
f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.
Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga
infestasi parasit. Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari
kontak langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular
pada kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit
biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat
mengganggu kehidupan sehari-hari. Bila pengobatan sudah dilakukan
secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari infeksi ulang.

2.2. Impetigo Bulosa


2.2.1. Definisi
Impetigo merupakan bentuk pioderma superfisialis yang sering
dijumpai. Penyebab terseringnya adalah Staphylococcus aureus grup
faga II. Impetigo bulosa adalah jenis impetigo yang khas terjadi pada
bayi baru lahir, meskipun dapat terjadi pula pada anak-anak dan orang
dewasa. Tipe neonatal sangat menular dan merupakan ancaman bagi
perkembangan neonatal. Dalam kebanyakan kasus, penyakit dimulai
antara hari keempat dan kesepuluh kehidupan dengan gambaran lesi
awal berupa bula, yang mungkin muncul pada setiap bagian tubuh.
Predileksi awal yang umum adalah wajah dan tangan. Pada daerah
dengan iklim hangat, orang dewasa mungkin memiliki impetigo
bulosa, paling sering di aksila atau lipatan paha, atau di tangan.
Biasanya tidak ada lesi di kulit kepala.
Kelainan kulit diawali dengan makula eritematosa yang dengan
cepat akan menjadi vesikel, bula, dan bula hipopion. Bula mudah
pecah karena letaknya subkorneal, meninggalkan skuama anular
dengan bagian tengah eritem (kolaret), dan cepat mongering. Lesi
14

dapat melebar membentuk gambaran polisiklik. Keadaan umum


biasanya tidak dipengaruhi.
Infeksi impetigo sering berpindah dari manusia ke manusia melalui
kontak, terutama antara anak-anak. Suhu yang panas, lembab, dan
higiene yang kurang baik merupakan faktor predisposisi infeksi
tersebut. Terpotong, digigit serangga, dan abrasi kadang-kadang
menyebabkan impetigo. Pasien eksim terkadang mengalami impetigo
sekunder akibat ekskoriasi lesi kulit yang gatal. Impetigo dimulai
sebagai vesikel purulen. Bila lesi menyebar maka akan mengalami
erosi dan pada permukaannya terbentuk krusta berwarna keemasan.
Infeksi biasanya dimulai pada wajah dan ekstremitas tetapi dapat
menyebar ke permukaan tubuh manapun.
Sinonim dari impetigo bulosa adalah impetigo vesiko-bulosa dan
cacar monyet.

2.2.2. Etiologi
Bakteri pathogen primer pada impetigo non-bulosa dan bulosa
adalah Staphylococcus aureus, dan jarang disebabkan oleh
Steptococcus β hemolitikus grup A.
Dalam sebuah penelitian, 51 persen pasien menunjukkan adanya
Staphylococcus aureus pada hasil kultur spesimen dari hidung dan
tenggorokannya.

2.2.3. Patofisiologi
Pada impetigo bulosa, epidermis terpisah tepat di bagian bawah
stratum granulosum sehingga membentuk bulla yang berukuran besar
yang terletak pada bagian superfisial kulit. Neutrofil berpindah melalui
epidermis spongiotik ke dalam bulla, yang juga mungkin mengandung
Staphylococcus aureus. Kadang-kadang sel akantolitik terlihat yang
mungkin disebabkan oleh reaksi dari neutrofil. Bagian atas dermis
mengandung neutrofil dan limfosit yang merupakan infiltrat inflamasi.
15

Toksin eksfoliatif (TE) yang dihasilkan oleh Staphylococcus


aureus bekerja seperti molekul spesifik pengurai Desmoglein 1 (Dsg1)
dan secara langsung menguraikan (memotong) Dsg1 tetapi tidak dapat
bekerja menguraikan Desmoglein 3 (Dsg3). Proses ini menyebabkan
munculnya bula hanya di permukaan epidermis, tidak sampai ke
lapisan kulit yang lebih dalam karena adanya mekanisme kompensasi
oleh Dsg3 di lapisan kulit yang lebih dalam.

2.2.4. Gejala Klinis


Impetigo bulosa paling sering terjadi pada neonatus dan bayi,
dan ciri khasnya adalah pertumbuhan cepat vesikel menjadi bula yang
lunak. Bula biasanya muncul di area kulit yang normal. Nicolsky sign
(kulit yang tampak normal akan terkelupas jika kulit tersebut ditekan
dan digeser) negatif. Pada umumnya bula terdiri atas cairan kuning
yang jernih yang kemudian menjadi berwarna kuning gelap dan keruh
(lihat Gambar 2), berbatas tegas dan tidak dikelilingi oleh eritem. Bula
terdapat di permukaan kulit, dan dalam satu atau dua hari bula tersebut
akan pecah dan kolaps sehingga membentuk krusta yang tipis dan
berwarna cokelat terang hingga kuning emas (lihat Gambar 3)

Gambar 2 Gambar 3

Bula yang kurang cepat pecah akan menjadi jauh lebih besar,
umumnya berdiameter 1-2 cm bahkan dapat berukuran sangat besar
dan bertahan 2 atau 3 hari. Bula yang utuh mengandung
Staphylococcus. Setelah bula pecah, akan terbentuk krusta yang tipis,
datar, dan kecokelatan. Krusta ini jika disingkirkan akan
16

memperlihatkan dasar yang merah dan basah. Central healing dan


extensi perifer dapat memberikan bentuk lesi sirsinar. Meskipun lesi
paling sering ada di wajah, lesi dapat muncul di mana saja, dan
mungkin secara luas dan tidak merata lokalisasinya, sering pada area
kulit yang telah ada lesi akibat penyakit lain sebelumnya, misalnya
miliaria atau cedera ringan seperti gigitan serangga. Membran mukosa
pipi juga dapat terlibat. Umumnya, jumlah lesi sedikit, namun
gambarannya sangat bervariasi. Adenitis regional jarang terjadi.

2.2.5. Diagnosis
a. Anamnesis
Pada pasien dengan impetigo bulosa bisa ditanyakan tempat
timbulnya bula. Biasanya bula pada impetigo bulosa timbul pada
ketiak, dada, punggung, dan ekstermitas atas dan bawah.
Hendaknya pula ditanyakan apakah sebelumnya terdapat lepuh.
Jika ada, diagnosisnya ialah impetigo bulosa
b. Pemeriksaan Fisis
Dilakukan inspeksi pada bagian-bagian badan tempat
timbulnya bula. Pada hasil inspeksi bisa didapatkan cairan bening
atau keruh pada bula dengan dinding tebal dan tipis, miliar hingga
lentikular, kulit sekitarnya tidak menunjukan peradangan, kadang-
kadang tampak hipopion. Pada palpasi bula bisa didapatkan
permukaan bula yang tegang.

2.2.6. Penatalaksanaan
Non-medikamentosa : Memperbaiki higiene penderita dan lingkungan.
Medikamentosa :
1. Topikal :
- Membersihkan lesi dengan antiseptik. Bila basah, lesi
dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000
atau NaCl 0,9%. Jika kering, lesi diolesi dengan salep yang
17

mengandung mupirosin atau asam fusidat atau pun


gentamisin.
2. Sistemik :
Lini Pertama :
- Kloksasilin 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4 dosis,
Dikloksasilin 25-50 mg/kgBB/hari, atau
- Floksasilin
 Amoxicillin + asam clavulanate ; cephalexin 25 mg/kgBB;
250-500 mg
Lini kedua (jika alergi Penisilin) :
 Azithromycin 500 mg x 1, kemudian 250 mg/hari selama 4
hari
 Clindamycin 15 mg/kgBB
 Erythromycin 250-500 mg selama 5-7 hari.

2.3. Dermatitis Atopik


2.3.1. Definisi
Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit kronik berulang
yang terjadi paling sering semasa awal bayi dan anak. Walaupun
etiologi penyakit tidak sepenuhnya dipahami, DA dianggap sebagai
produk dari interaksi komplek antara lingkungan host, gen-gen
suseptibel, disfungsi fungsi sawar kulit, dan disregulasi system imun
lokal dan sistemik.

2.3.2. Etiologi
DA adalah penyakit kulit inflamatori yang sangat gatal yang
terjadi akibat interaksi komplek antar gen-gen suseptibel
(mengakibatkan tidak efektifnya sawar kulit, kerusakan sistem imun
alami, dan meningkatnya respon imunologik terhadap alergen dan
antigen mikrobial). Menurunnya fungsi sawar kulit akibat
downregulasi gen cornified envelope (filaggrin dan loricrin),
18

penurunan level ceramid, peningkatan level enzim proteolitik endogen,


dan peningkatan kehilangan cairan trans-epidermal, selain tidak ada
inhibitor terhadap protease endogen.
2.3.3. Gambaran Klinis
Keluhan gatal dapat intermiten sepanjang hari dan lebih parah
menjelang senja dan malam. Sebagai konsekuensi keluhan gatal adalah
garukan, prurigo papules, likenifikasi, dan lesi kulit eksematosa. Lesi
akut ditandai keluhan gatal intens, papul eritem disertai ekskoriasi,
vesikel di atas kulit eritem, dan eksudat serosa. Lesi subakut ditandai
papul eritem, ekskoriasi, skuamasi. DA kronik ditandai oleh plakat
kulit tebal, likenifikasi (accentuated skin markings), dan papul fibrotik
(prurigo nodularis).
Distribusi dan pola reaksi kulit bervariasi menurut usia pasien
dan aktivitas penyakit. Pada bayi, DA umumnya lebih akut dan
terutama mengenai wajah, scalp, dan bagian ekstensor ekstremitas.
Daerah diaper (popok) biasanya tidak terkena. Pada anak yang lebih
tua, dan pada yang telah menderita dalam waktu lama, stadium
penyakit menjadi kronik dengan likenifikasi dan lokalisasi berpindah
ke lipatan fleksura ekstremitas.

Gambar 4. Dermatitis atopik pada anak dengan likenifikasi pada fosa


antecubiti dan plakat ekzematosa generalisata.
19

DA sering mereda dengan pertambahan usia, dan individu dewasa


tersebut mempunyai kulit yang peka terhadap gatal dan peradangan bila
terpajan iritan eksogen. Eksema tangan kronik mungkin merupakan
manifestasi primer dari banyak orang dewasa dengan DA.

Gambar 5. Papul, vesikel, dan eosi tipikal pada dermatitis atopic tangan.

2.4. Kedokteran Keluarga


Dokter keluarga adalah dokter praktik umum yang menyelenggarakan
pelayanan primer yang komprehensif, kontinyu, mengutamakan
pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas, dan
lingkungan yang dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan.
Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di
tingkat primer, dokter spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah
sakit rujukan, dan pihak pendana yang semuanya bekerja sama di bawah
naungan peraturan dan perundang-undangan. Pelayanan yang diberikan
kepada semua pasien tidak memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis
penyakitnya.
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit
20

tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak menanti secara pasif,
tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (IDI 1982).
Menurut Persatuan Dokter Keluarga Indonesia (2000), dokter keluarga
adalah tenaga kesehatan tempat kontak pertama pasien (fasilitas/sistem
pelayanan kesehatan) untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang
dihadapi – tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan
jenis kelamin – sedini dan sedapat mungkin, secara paripurna, dengan
pendekatan holistik, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi
dengan profesional kesehatan lainnya, dengan mennerapkan prinsip
pelayanan yang efektif dan efisien yang mengutamakan pencegahan serta
menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral.
Layanan yang diselenggarakannya (wewenang) sebatas kompetensi dasar
kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran dasar
ditambah dengan kompetensi dokter layanan primer yang diperoleh melalui
(Continuing Medical Education) CME/ (Continuing Professional
Development) CPD terstruktur atau program spesialisasi kedokteran
keluarga.
Secara lebih singkat dokter (basic medical doctor) adalah Dokter
Praktik Umum (DPU) penyelenggara pelayanan primer dasar dengan
pendekatan kedokteran keluarga. Oleh karena itu mereka dapat berpraktik
sebagai dokter keluarga sekalipun belum berpredikat ”DK” di belakang
namanya masing-masing.
Menurut the American Board of Family Practice (1969), dikatakan
sebagai dokter keluarga merupakan dokter yang memiliki tanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan
kesehatan yang menyeluruh/komprehensif yang dibutuhkan oleh semua
anggota keluarga dan bila berhadapan dengan masalah kesehatan khusus
yang tidak mampu ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter
ahli yang sesuai.

Adapun ciri – ciri profesi dokter keluarga sebagai berikut.


21

a. Mengikuti pendidikan dokter sesuai standar nasional;


b. pekerjaannya berlandaskan etik profesi;
c. mengutamakan panggilan kemanusiaan daripada keuntungan;
d. pekerjaannya legal melalui perizinan;
e. anggota – anggotanya belajar sepanjang hayat;
f. anggota – anggotanya bergabung dalam suatu organisasi profesi;
g. melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang, melainkan
sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat
sekitarnya;
h. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan
perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi
jumlah keseluruhan keluhan yang di sampaikan;
i. mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat
seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta
mengobati sedini mungkin;
j. mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya; dan
k. menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.
Kompetensi sebagai dokter layanan primer sebatas yang diperoleh
selama pendidikan, terbatas pada kedokteran dasar (basic medical
knowledge and skills) artinya belum seluruh cakupan ilmu dan
keterampilan dokter layanan primer dikuasai dan dimahir. Gelar
profesional yang dapat digunakan adalah “dokter” sesuai dengan peringkat
kompetensi, kewenangan, dan cakupan layanannya.
Dokter keluarga juga merupakan dokter yang melayani masyarakat
sebagai kontak pertama yang merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan
kesehatan, menilai kebutuhan kesehatan total pasien dan menyelenggarakan
pelayanan kedokteran perseorangan dalam satu atau beberapa cabang ilmu
kedokteran serta merujuk pasien ke tempat pelayanan lain yang tersedia
sementara tetap menjaga kesinambungan pelayanan, mengembangkan
22

tanggung jawab untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan


berkesinambungan serta bertindak sebagai koordinator pelayanan kesehatan,
menerima tanggung jawab untuk perawatan total pasien termasuk konsultasi
sesuai dengan keadaan lingkungan pasien yakni keluarga serta masyarakat
(The American Academic of General Practice, 1947).
Dalam penyelenggaraan praktik dokter keluarga, biasanya dokter
keluarga memiliki Klinik Dokter Keluarga (KDK) yang merupaka klinik
yang menyelenggarkan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK). Sebuah
klinik dokter keluarga layaknya memenuhi beberapa kriteria sebagai
berikut.
a. Mudah untuk dicapai dengan kendaraan umum atau berada di tempat
yang strategis;
b. memiliki bangunan yang memadai, dilengkapi dengan sarana
komunikasi;
c. memiliki sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK;
d. mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis yang lulus
dengan pelatihan khusus pembantu KDK;
e. bentuk praktik mandiri atau berkelompok;
f. memiliki izin berorientasi wilayah;
g. penyelenggaraan berupa pelayanan bersifat paripurna, holistik, terpadu,
dan berkesinambungan;
h. melayanai semua jenis penyakit dan golongan umur; dan
i. mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik
yang bersangkutan.

Hak dan Kewajiban Dokter Keluarga


23

Hak Dokter Keluarga


Dokter keluarga memiliki hak atau wewenang dalam menjalankan praktik
kedokterannya. Adapun hak atau wewenang dokter keluarga sebagai
berikut.
a. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standard;
b. melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat;
c. melaksanakan tindakan pencegahan penyakit;
d. mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer;
e. mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal;
f. melakukan tindakan prabedah, bedah minor, rawat pascabedah di unit
pelayanan primer;
g. melakukan perawatan sementara;
h. menerbitkan surat keterangan medis;
i. memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap; dan
j. memberikan perawatan di rumah untuk keadaan khusus.

Kewajiban Dokter Keluarga


Di samping hak atau wewenang yang dimiliki oleh dokter keluarga,
seorang dokter keluarga juga memiliki kewajiban yang harus
diselenggarakan dengan baik. Adapun kewajiban dokter keluarga sebagai
berikut.
a. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna, menyeluruh, dan
bermutu guna penampisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan;
b. mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat;
c. memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat
sehat dan sakit;
d. memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya;
e. membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan
taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi;
f. menangangi penyakit akut dan kronik
24

g. melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah
sakit;
h. tetap bertanggungjawab atas pasien yang dirujuk ke dokter spesialis atau
di rawat di rumah sakit;
i. memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan;
j. bertindak sebagai mitra, penasikat, dan konsultan bagi pasiennya;
k. mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan
pasiennya;
l. menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standard; dan
m. melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara
umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

Jenis Pelayanan Dokter Keluarga


Pelayan kedokteran keluarga adalah pelayanan dengan pendekatan
menyeluruh (holistik), terpadu dan berkesinambungan. Batasan pelayanan
dokter keluarga (lebih menunjukkan kepada ciri pelayanan) adalah
pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanannya
kepada keluarga sebagai suatu unit, pada mana tanggung jawab dokter
terhadap pelayanan kesehatan tidak di batasi oleh golongan umur atau jenis
kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.
Adapun 9 prinsip pelayanan kesehatan oleh dokter keluarga sebagai berikut.
a. Pelayanan yang holistik dan komprehensif;
b. pelayanan yang kontinyu;
c. pelayanan yang mengutamakan pencegahan;
d. pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif;
e. penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya;
f. pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya;
g. pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum;
h. pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu; dan
25

i. pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan.

Pelayanan kedokteran yang menyeluruh/komprehensif yang


memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit dimana
tanggungjawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh
golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau
jenis penyakit tertentu saja (The American Academy of Family Physician,
1969).
Pelayanan dokter keluarga juga dapat dikatakan merupakan pelayanan
spesialis yang luas yang bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang
dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya terutama ilmu penyakit
dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan penyakit kandungan, ilmu
bedah, ilmu kedokteran jiwa yang membentuk kesatuan yang terpadu,
diperkaya dengan ilmu perilaku, biomedik dan klinik sehingga mampu
mempersiapkan dokter untuk mempunyai peran unik dalam
menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah,
pelayanan konseling serta bertindak sebagai dokter pribadi yang
mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan (The American Academy
of Family Physician, 1969).

Kompetensi Dokter Keluarga


Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusu yang lebih dari
lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi inilah yang perlu
dilatihkan melalui program pelatihan. Secara garis besar, kompetensi yang
harus dimiliki oleh dokter keluarga adalah sebagai berikut.
a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran
keluarga.
b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan keterampilan klinik
dalam pelayanan kedokteran keluarga.
c. Menguasai keterampilan berkomunikasi.
26

d. Menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien yang beguna


untuk sebagai berikut.
1. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota
keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan
keluarga;
2. secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk bekerja
sama menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan,
pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pengawasan dan
pemantauan risiko kesehatan keluarga; dan
3. dapat bekerja sama secara profesional secara harmonis dalam satu tim
pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
e. Memiliki keterampilan manajemen pelayanan klinis.
f. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spiritual.
1. Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan
memperhitungkan potensi yang dimiliki pengguna jasa pelayanan
untuk menyelesaikan masalahnya; dan
2. Menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga yang bermutu
sesuai dengan standard yang ditetapkan.
g. Memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang pengelolaan
pelayanan kesehatan termasuk sistem pembiayaan (asuransi kesehatan
atau Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat/JPKM).
Untuk semua memiliki kompetensi tersebut, dokter keluarga setidaknya
telah menjalani standard pendidikan dokter keluarga sebagai berikut.
a. Paket A : konsep kedokteran keluarga;
b. Paket B : manajemen klinik DK;
c. Paket C : keterampilan klinis; dan
d. Paket D : keluasan wawasan ilmu dan penerapannya.
27

Pola Pikir dan Pola Tindak Dokter Keluarga/Dokter Layanan Primer


Dokter keluarga bertanggung jawab meningkatkan derajat
kesehatan mitranya, dan ia berhubungan dengan mitranya di kala sehat
maupun di kala sakit. Tanggung jawab ini mengharuskan dokter keluarga
menyediakan program pemeliharaan kesehatan bagi mitranya yang sehat,
dan program pengobatan atau pemulihan bagi mitranya yang sedang jatuh
sakit. Program ini harus spesifik dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
setiap mitranya. Hal ini dapat dipenuhi bila pola pikir dan pola tindaknya
mengacu pada pendekatan Medifa yang menata alur pelayanan dokter
keluarga dalam 4 kegiatan (assessment – targeting – intervention –
monitoring) yang membentuk satu siklus pelayanan terpadu7.
1) Penilaian profil kesehatan pribadi (Assessment)
Dokter keluarga mengawali upaya pemeliharaan mitranya dengan
melakukan penilaian komprehensif terhadap faktor risiko dan kodisi
kesehatan dengan tujuan memperoleh profil kesehatan pribadi dari
mitranya.7
2) Penyusunan program kesehatan spesifik (Targeting)
Tersedianya profil kesehatan ini memberi kesempatan kepada dokter
keluarga untuk mempelajari masalah kesehatan yang dimiliki mitranya,
sehingga dokter keluarga dapat menyusun program kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan spesifik setiap mitra.7
3) Intervensi proaktif (Intervention)
Dengan demikian setiap mitra, apakah ia dalam kondisi sehat,
menyandang faktor risiko atau sakit, secara proaktif akan diajak mengikuti
program pemeliharaan kesehatan yang sepesifik dengan kebutuhannya.
Melalui program proaktif ini diharapkan mitra yang sehat dapat tetap sehat,
yang saat ini menyandang faktor risiko dapat dikurangi kemungkinan jatuh
sakit berat di kemudian hari, dan yang saat ini menderita suatu penyakit
dapat segera pulih, dicegah terjadinya komplikasi, atau diupayakan agar
kecacatan seminimal mungkin. Bila diperlukan si mitra akan dirujuk ke
spesialis7
28

4) Pemantauan kondisi kesehatan (Monitoring)


Selanjutnya pelaksanaan program dan hasilnya akan dipantau dan
dievaluasi terus menerus dan menjadi masukan bagi dokter keluarga untuk
meningkatkan kualitas program dan memotivasi mitranya (monitoring).7
Upaya pemeliharaan yang sinambung ini dapat dilakukan berkat
penerapan teknologi informasi yang tepat sebagai alat kerja dokter
keluarga.7

Bentuk dan Fungsi Keluarga


Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-
sitri, atau suami-istri dan anak, atau ayah dengan anak atau ibu dengan
anak7. Bentuk keluarga dibagi menjadi 9 macam menurut Goldenberg
(1980) sebagai berikut8.
a) Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, serta anak-anak kandung.
b) Keluarga besar (extended family)
Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-anak
kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis
vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) dan ataupun
menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang dapat berasal dari pihak
suami atau istri.
c) Keluarga campuran (blended family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak tiri.
d) Keluarga menurut hukum umum (common law family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam
perkawinan sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
e) Keluarga orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah,
serta anak-anak mereka tinggal bersama.
f) Keluarga hidup bersama (commune family)
29

Keluarga yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal
bersama, berbagi hal dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan
bersama.
g) Keluarga serial (serial family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah mempunyai anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-
masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing-
masing, semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.
h) Keluarga gabungan (composite family)
Keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya
atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya yang hidup bersama.
i) Keluarga tinggal bersama (whabilation family)
Pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan.

Sedangkan Sussman (1970) membagi bentuk keluarga menjadi 2,


yaitu keluarga tradisional dan keluarga non tradisional. Bentuk keluarga
yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi keadaan kesehatannya,
sebaliknya bentuk keluarga juga dapat dipengaruhi oleh keadaan kesehatan
anggota keluarganya8. Fungsi keluarga harus dipahami oleh dokter keluarga
untuk membantu menegakkan diagnosis masalah kesehatan yang dihadapi
oleh para anggota keluarga dan juga dalam mengatasi masalah kesehatan
setiap anggota keluarga tersebut. Fungsi keluarga di Indonesia menurut PP
No. 21 tahun 1994 sebagai berikut9ungsi keagamaan :
a. Fungsi budaya
b. Fungsi cinta kasih
c. Fungsi melindungi
d. Fungsi reproduksi
e. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
f. Fungsi ekonomi
g. Fungsi pembinaan lingkungan
30

Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan Keluarga


Tahapan keluarga sejahtera dibedakan atas 5 tingkatan menurut BKKBN
(2011) sebagai berikut.
A. Keluarga pra sejahtera
Keluarga-keluarga yang belum dapat memenui kebutuhan dasarnya
secara minimal, seperti kebutuhan agama, pangan, sandang, papan,
kesehatan, dan keluarga berencana.
B. Keluarga sejahtera tahap I
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
sosial psikologisnya, seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi
dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.
C. Keluarga sejahtera tahap II
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
sosial-psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan
informasi.
D. Keluarga sejahtera tahap III
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebuthan fisik,
sosial-psikologis, dan pengembangan, namun belum dapat memberikan
sumbangan secara teratur kepada masyarakat sekitarnya, misalnya
dalam bentuk sumbangan materil dan keuangan, serta secara aktif
menjadi pengurus lembaga di masyarakat yang ada.
E. Keluarga sejahtera tahap III plus
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya
serta memiliki kepedulian dan kesertaan yang tinggi dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga disekitarnya.
31

Penentuan Sehat/Tidaknya Keluarga (APGAR)


Tingkat kepuasan anggota keluar dapat dinilai dengan APGAR
keluarga. APGAR keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan
untuk mengukur sehat tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh
Rosen, Geyman, dan Leyton. Lima fungsi pokok yang dinilai dalam
tingkat kesehatan keluarga sebagai berikut8.
a. Adaptasi (Adaptation)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan
yang diperlukannya dan anggota keluarga lainnya.
b. Kemitraan (Partnership)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi,
turun rembuk dalam mengambil keputusan dan atau menyelesaikan
suatu masalah yang sedang dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.
c. Pertumbuhan (Growth)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang
diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau
kedewasaan setiap anggota keluarga.
d. Kasih sayang (Affection)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta
interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.
e. Kebersamaan (Resolve)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan, dan ruang antar keluarga.

Keluarga dan Kesehatan


Kesehatan dan penyakit selalu berhubungan dengan keempat hal berikut8.
a. Kepribadian
b. Gaya hidup
c. Lingkungan fisik
d. Hubungan antar manusia
32

Dalam hal ini, keluarga adalah tempat pembentukan individu,


sehingga keempat hal tersebut dimulai dalam keluarga. Menurut Freeman
(1970), arti dan kedudukan keluarga sebagai berikut8.
a. Merupakan unit terkecil dalam masyarakat.
b. Sebagai suatu kelompok yang berperan penting dalam masalah
kesehatan.
c. Masalah kesehatan keluarga paling terkait dengan berbagai masalah
keluarga lainnya.
d. Sebagai pusat pengambilan keputusan kesehatan yang terpenting.
e. Sebagai wadah paling efektif untuk berbagai upaya atau penyampaian
pesan-pesan kesehatan.
Arti dan kedudukan keluarga adalah sebagai tempat bertanya pertama
(reference group) dan mempunyai pengaruh yang amat besar dalam
berbagai tindakan kedokteran seperti diagnosis, pencegahan, pengobatan,
dan perawatan8.

Pengaruh Keluarga Terhadap Kesehatan


A. Penyakit keturunan
1. Interaksi antara faktor genetik (fungsi reproduksi) dan faktor
lingkungan (fungsi-fungsi keluarga lainnya).
2. Muncul dalam perkawinan (tahap awal dan siklus kehidupan
keluarga).
3. Perlu marriage counseling dan screening
B. Perkembangan bayi dan anak
Jika dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsi-fungsi yang
sakit akan mengganggu perkembangan fisik dan perilaku.
C. Penyebaran penyakit
1. Penyakit infeksi
2. Penyakit neurosis
D. Pola penyakit dan kematian
33

Hidup membujang atau bercerai mempengaruhi angka kesakitan dan


kematian.
E. Proses penyembuhan penyakit
Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada keluarga dengan
fungsi keluarga yang sehat lebih baik dibandingkan pada keluarga
dengan fungsi keluarga sakit.

You might also like