Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan
hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung
jawab serta etika profesi keperawatan (Setiadi. 2008).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa
keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health)
dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Ali, Z. 2009).
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus
menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan
metode keprawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan
perawat sendiri juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan
filosofi terkini dari keperawatan memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan
yang ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat
maupun sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren praktik
keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar (Sulistyo, A. 2012).
Beberapa trend dan Isu dalam keperawatan Komunitas diantaranya (Sulistyo, A.
2012):
3
1. Trend dan isu Global:
a. Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku
kekuarga.
b. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga penyebarannya
semakin meluas.
c. Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi
penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh
terhadap interaksi keluarga yang berubah.
d. Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang
ketak serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan
kualitas pendidikan.
e. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan
kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi.
2. Trend dan Isu Nasional (Sulistyo, A. 2012):
a. Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan kesehatan.
b. Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang kesehatan.
c. Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang kesehatan.
d. Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah kesehatan
masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi
kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak mampu.
Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang muncul
di indonesia :
a. Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global serta
belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita
b. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga
kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.
d. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana-sarana pelayanan
kesehatan yang memiliki kualitas baik.
e. Pengetahuan dan ketrapilan perawat yang masih perlu ditingkatka.
4
f. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang
belum berkembang.
g. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah
disusun telh disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan
secara umum.
h. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan fasilitas
transfortasi yang cukup.
i. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
j. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
k. Lahan praktek yang terbatas.
l. Sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas.
m.Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
n. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.
Berbagai macam isu dan tren kperawatan komunitas terbagi dalam 4 hal yakni
(Sulistyo, A. 2012):
a. Tren isu dan tantangan keperawattan komunitas di masa mendatang
b. Isu dan tren dalam pendidikan keperawatan komunitas
c. Isu dan tren dalam penelitian keperawatan komunitas
d. Isu dan tren dalam ke profesian keperawatan komunitas
5
Belum terbentuknya kesepakatan mengenai fokus program sarjana dan
pascasarjana terkait dengan keperawatan keluarga. Akan tetapi, terdapat beberapa
konsensus bahwa praktik keperawatan tingkat lanjut pada keperawatan keluarga
melibatkan pembelajaran muatan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja
dengan seluruh keluarga dan individu anggota keluarga secara bersamaan. Perawat
keluarga dengan praktik tingkat lanjut dapat bekerja sebagai terapis keluarga pada
keluarga yang bermasalah. Akan tetapi, masih belum jelas muatan dan ketrampilan
apa yang dibutuhkan dalam keperawatan keluarga untuk para perawat yang
dipersiapkan di program praktik tingkat lanjut lainnya (program perawat spesialis
klinis dan praktisi). Bahasa lebih lanjut mengenai cakupan dan level muatan dan
ketrampilan klinis perlu dilakukan (Honson, R & Leni, R. 2010).
b. Issue dan Trend dalam Pendidikan Keperawatan Komunitas
1. Jenis Jenjang Pendidikan Keperawatan((Efendi, 2009):
a. Pendidikan Vokasi
Pendidikan vokasi adalah suatu program diploma yang menerapkan pelayanan
atau tindakan kesehatan.Berdasarkan pada UU NO. 34 tahun 2014 tentang
Keperawatan pada pasal 6 (1) tingkat vokasi yang paling rendah adalah
diploma (D3) keperawatan.
b. Pendidikan Akademik
Pendidikan akademik adalah pendidikan sarjan dan pasca sarjana yang
menjerumus pada penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan
keperawatan secara mendalam. Berdasarkan pada UU NO.34 tahun
2014tentang Keperawatan pada pasal 7, pendididkan akademik terdiri atas
program sarjana keperawatan, program megister keperawatan, dan program
doktor keperawatan . (S2) dengan peminatan Keperawatan Komunitas sudah
banyak beredar pada Universitas Negeri diantaranya UI, UGM, Universitas
Brawijaya dan UNDIP. Doktor Keperawatan Komunitas (S3) sudah
diterapkan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
c. Pendidikan Profesi
6
Pendididkan profesi adalah jenjang pendidikan tinggi setelah program sarjana
dimana mahasiswa memiliki skill dalam pekerjaan dengan keahlian khusus
dalam bidang profesi dan spesialis tertentu. Dimana peserta didik jenjang
pendidikan Ners Komunitas dan Spesialis Komunitas sudah diterapkan pada
Universitas Indonesia Pendidikan profesi menurut UU NO. 34 tahun 2014
tentang Keperawatan pada pasal 8 terdiri atas program profesi keperawatan
dan program spesialis keperawatan.
2. Kewenangan Pendidikan dan Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada keperawatan komunitas sudah ditetapkan oleh PBP-
PPNI 2007 bahwa kualifikasi Perawat Kesehatan Komunitas berdasarkan
jenjang pendidikan perawat. PK I dalam ruang lingkup ini perawat mampu
memberikan pelayanan keperawatan pada klien dan keluarga klien dengan
tingkat pendidikan minimal adalah D3 Keperawatan dengan memiliki
kompetensi memberikan keperawatan dasar berdasarkan ilmu dasar
keperawatan komunitas(Efendi, 2009).
PK II dalam ruang lingkup ini perawat mampu memberikan pelayanan
keperawatan pada klien, keluarga klien dan kelompok dengan masalah
kesehatan tertentu, dengan tingkat pendidikan minimal adalah S1
Keperawatan dan Ners Komunitas, dimana untuk S1 harus memiliki
kompetensi memberikan keperawatan dasar dalam lingkup keperawatan
komunitas yang masih dalam pengawasan bimbingan dari perawat senior
dengan bimbingan yang terbatas. Sedangkan untuk Ners Komunitas harus
memiliki kompetensi memberikan keperawatan dasar dalam lingkup
keperawatan komunitas dalam pengawasan bimbingan dari perawat senior
yang sepenuhnya sudah dilimpahkan atau diberikan kepercayaan oleh perawat
senior (Efendi, 2009).
PK III dalam ruang lingkup ini perawat mampu mengelola dalam
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat, dengan tingkat pendidikan
minimal adalah Magister (S2). Keperawatan Komunitas dengan memiliki
kompetensi melakukan tindakan keperawatan khusus dengan keputusan
7
mandiri dan bertanggung jawab sepenuhnya atas tindakan keperawatan yang
diberikan (Efendi, 2009).
PK IV dalam ruang lingkup ini perawat mampu dalam
mengembangkan penanggulangan masalah keperawatan kesehatan masyarakat
yang komplek, dengan tingkat pendidikan minimal adalah Spesialis
Komunitas. Pada tingkat pendidikan ini perawat harus memiliki kompetensi
melakukan tindakan keperawatan khusus atau subspesialisdengan keputusan
mandiri, memberikan keperawatan dasar pada klien dalam lingkup
keperawatan komunitas dengan menyeluruh/utuh dan melakukan rujukan
keperawatan (Efendi, 2009).
PK V dalam ruang lingkup ini perawat mampu melakukan konsultasi
dan pengembangan pelayanan, dengan tingkat pendidikan doktor dan paling
rendah adalah Magister. Doktor dalam tingkatan ini memiliki kompetensi
yang tinggi yaitu melakukan tindakan dan asuhan keperawatan khusus dengan
keputusan mandiri dan sebagai konsultan dalam lingkup komunitas (Efendi,
2009).
8
kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak
dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak
klien.
3. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk
didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan
klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).
Hak-Hak Klien (Dysparty,1998) antara lain(Mubarak, Wahit Iqbal dan
Chayatin, Nurul.2009):
1. Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya
2. Hak atas informasi tentang penyakitnya
3. Hak atas privacy
4. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
5. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :
1. Hak atas informasi yang benar
2. Hak untuk bekerja sesuai standart
3. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien
4. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok
5. Hak atas rahasia pribadi
6. Hak atas balas jasa
B. Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal
yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan
dukungan emosional dan intelektual (Mubarak, Wahit Iqbal dan
Chayatin, Nurul.2009).
Peran perawat :
1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat
sakitnya.
9
2. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode
untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau
keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman
yang lalu.
4. Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan
C. Educator :
Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu
murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu
atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk
merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku
selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis (Mubarak, Wahit
Iqbal dan Chayatin, Nurul.2009).
1. Dilakukan kepada klien /klg , tim kes. Lain baik secara spontan pada saat
berinteraksi maupun formal.
2. Membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan
kesehatan .
3. Dasar pelaksanaan adalah intervensi dalam proses keperawatan.
D. Collaborator
Peran Sebagai Kolaborator Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja
melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya dalam
kaitannya membantu mempercepat penyembuhan klien (Mubarak, Wahit Iqbal dan
Chayatin, Nurul.2009).
10
E. Coordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien (Mubarak,
Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul.2009).
Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah (Mubarak, Wahit Iqbal dan
Chayatin, Nurul.2009):
a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan
klien.
b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :
1. Merencanakan
2. Mengorganisasikan
3. Mengarahkan
4. Mengontrol
F. Change Agent
Pembawa perubahan adalah seseorang yg berinisiatip membantu orla membuat
perubahan pada dirinya atau pada system (Kemp,1986). Mengidentifikasi masalah,
mengkaji motifasi pasien dan membantu klien tuk berubah, menunjukan alternated,
menggali kemungkinan hasilk dari alternative, mengkaji sumber daya menunjukan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu
selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien melalui fase ini(Mubarak,
Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul.2009).
11
4. Peran Sebagai Koordinator
5. Peran Sebagai Kolaborator
6. Peran Sebagai Konsultan
7. Peran Sebagai Pembeharu
12
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia
seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan
kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga
diri dan aktualisasi diri.
2 Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum,
atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling
ketergantungan di antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila
bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit
kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari
dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan
bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan.
13
BAB III
PENUTUP
14
REFERENSI
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Setiadi. 2008. Konsep & proses Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Graha Ilmu.
15