You are on page 1of 2

Abstrak

Trauma buli-buli merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan


segera. Oleh karena dapat menimbulkan komplikasi seperti peritonitis dan sepsis.
Brosman melaporkan bahwa dari 72% pasien yang mengalami trauma buli buli
berhubungan dengan terjadinya fraktur tulang pelvis. Berdasarkan penelitian oleh Cass
didapatkan bahwa 94% kejadian trauma buli buli juga disertai dengan cedera organ
lain, dengan angka mortalitas mencapai 20%. Trauma buli-buli akibat trauma tumpul
berhubungan erat dengan fraktur pelvis sekitar 83-100% .
CT scan cystografi merupakan pemeriksaan yang paling akurat dalam mendiagnosis
trauma buli-buli. Umumnya trauma buli-buli intraperitoneal ditangani dengan operatif
sedangkan penanganan ekstraperitoneal dilakukan secara konservatif. Jumlah kasus
trauma buli-buli di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo, selama tahun 2012 sampai 2016
sebanyak 14 kasus, rata-rata 2-3 kasus pertahun, dengan perbandingan laki-laki dan
perempuan 3 : 1, yang ditemukan paling banyak pada kelompok umur 31-45 tahun yaitu
sebesar 37,7 % (ada 5 kasus), dengan keluhan utama yang paling sering yaitu nyeri
perut dan hematuri. Mekanisme trauma yang paling sering yaitu akibat kecelakaan lalu
lintas sebanyak 9 kasus (64,2%) dengan kelainan penyerta terbanyak fraktur pelvis
(28,5%). Jenis tindakan yang paling banyak dilakukan di RSUP Dr Wahidin
Sudirohusodo pada kasus trauma buli-buli yaitu laparotomi repair buli-buli yaitu
sebesar 71,4% (10 kasus).

Kata Kunci : Tumor Buli-buli, Laparotomi

Abstract
Bladder trauma is a surgical emergency that requires immediate management. It can
cause complications such as peritonitis and sepsis. Brosman reported that of 72% of
patients who had trauma buli buli associated with the occurrence of pelvic bone
fracture. Based on research by Cass it was found that 94% of trauma incident was also
accompanied by other organ injury, with mortality rate reached 20%. Bladder trauma
due to blunt trauma is closely related to pelvic fractures of 83-100%.
CT scan cystography is the most accurate examination in diagnosing bladder trauma.
Generally, Intraperitoneal bladder trauma is treated with operative whereas
extraperitoneal handling is done conservatively. The number of trauma cases in Dr
Wahidin Sudirohusodo, during 2012 to 2016 is 14 cases, on average 2-3 cases per year,
with male and female ratio of 3: 1, found most in 31- 45 years ie 37.7% (there are 5
cases), with the most frequent main complaint of abdominal pain and hematuri. The
most frequent trauma mechanisms were traffic accidents in nine cases (64.2%) with the
most associated abnormalities of pelvic fractures (28.5%). The most common type of
action performed in RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo in trauma case of bladder is
laparotomi repair bladder that is equal to 71,4% (10 cases).

Keywords: Bladder trauma, Laparotomy

You might also like