Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Riza Uldin A.
NIM 4201401037
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk dimajukan ke sidang Ujian
Pembimbing I Pembimbing II
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan dalam sidang panitia Ujian Skripsi jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universiatas Negeri Semarang
pada:
Hari :
Panitia Ujian:
Ketua Sekretaris
Pembimbing I Penguji I
Pembimbing II Penguji II
Penguji III
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang tertulis dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan etika ilmiah.
Riza Uldin A
NIM 4201401037
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
¾ ”Tidak ada akal seperti kepandaian mengatur, tidak ada wara’ seperti
menahan dari sesuatu yang haram dan tidak ada kemuliaan seperti baik
budi pekerti”
PERSEMBAHAN
5. Bu Etik sekeluarga
v
KATA PENGANTAR
Skripsi ini telah tersusun dengan baik karena bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
Semarang.
2. Bapak Drs. Agus Yulianto, M.Si, dosen pembimbing utama yang telah
5. Ibu Dra. Dwi Yulianti, M. Si, dosen wali yang telah memberikan perwalian
kepada penulis.
6. Bapak Drs. Teguh Darsono, M.Si yang telah membantu penulis dalam
7. Kakak-kakakku: Mas Wasi, Mas Hamrowi, Mas Nugroho, Mas Andi, Mas
angkatan 2001 dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu.
vi
Penulis menyadari bahwa pengetahuan yang penulis miliki masih
dangkal dan sempit, sehingga penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis dengan kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak guna perbaikan dan penyempurnaan skipsi ini.
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Permasalahan ................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 3
D. Manfaat penelitian ......................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan Skripsi........................................................ 4
ix
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan........................................................................................ 40
B. Saran .............................................................................................. 40
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 42
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3. Data konversi tegangan out put terhadap medan B dan H .......... 45
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
besi yang kecil. Perkataan magnetisme berasal dari magnesia di Asia Kecil, yakni
ilmuwan berusaha mencari tahu hal yang terjadi pada kasus tersebut, hingga
memunculkan nama-nama yang dikenal sampai sekarang antara lain Oersted dan
Maxwell.
Jika rangkaian ini diberi sumber tegangan bolak-balik maka akan terjadi pengisian
tegangan pada kapasitor. Ketika kapasitor penuh maka tegangan akan menuju ke
dalam induktor. Pada proses ini energi yang diberikan oleh kapasitor adalah
energi listrik. Setelah kapasitor dalam keadaan kosong, tegangan akan kembali
lagi menuju kapasitor untuk pengisian. Sedangkan pada proses ini energi yang
jika diberi medan magnet luar. Karakteristik dari kurva histeresis magnetik dapat
Listrik magnet merupakan salah satu mata kuliah yang membahas tentang
ilmu kemagnetan dan termasuk di dalamnya adalah kurva histeresis. Pada mata
kuliah listrik magnet diajarkan mulai dari konsep dasar kemagnetan sampai
lengkap pada bahan-bahannya. Mata kuliah listrik magnet memerlukan dua kali
pemahaman yaitu hafalan dan hitungan. Konsep yang banyak hafalan dan
hitungan pada mata kuliah ini sangat dikeluhkan oleh mahasiswa. Oleh karena itu
pada mata kuliah listrik magnet perlu adanya penjelasan konsep dengan
kurangnya pengembangan alat, maka sedikit dosen yang menggunakan alat ini
merupakan pengembangan alat peraga yang sesuai sebagai alat bantu mahasiswa
secara abstraknya.
Kurva Histerisis Bahan Magnet Pada Mahasiswa Fisika Dalam Mata Kuliah
Listrik Magnet ”.
3
B. Permasalahan
1. Rancang bangun alat berupa rangkaian RLC yang dapat digunakan untuk
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai salah satu alat
bantu pengajaran mata kuliah listrik magnet dan praktikum fisika dasar tentang
kemagnetan yang selama ini sangatlah kurang. Hasilnya yang diharapkan adalah
mahasiswa menjadi lebih memahami tentang konsep kurva histeresis dari bahan
pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar,
penelitian.
diajukan.
LANDASAN TEORI
Semua bahan tersusun semata dari atom. Setiap atom terdiri dari inti dan
melakukan gerakan spin pada sumbunya. Akibat gerakan elektron ini, maka dalam
Medan magnet akibat orbit dan spin elektron ini dapat dipadu seperti
perpaduan vektor. Dan hasil perpaduannya disebut resultan medan magnet atomis.
Berdasarkan sifat medan magnet atomis bahan dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu:
1. Bahan diamagnetik
bismuth yang didekatkan ke kutub sebuah magnet akan ditolak. Zat-zat semacam
itu oleh Faraday dinamakan zat diamagnetik. Diamagnetisme yang ada di dalam
semua zat merupakan suatu efek yang begitu lemah, sehingga kehadiran efek
tersebut ditutupi (tidak terlihat) di dalam zat-zat yang terbuat dari atom-atom yang
mempunyai momen dipole magnet netto yaitu pada zat paramagnetik dan
ferromagnetik.
masing-masing atom atau molekulnya nol, tetapi orbit dan spinnya tidak nol
dipol magnet permanen. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka
6
medan magnet luar tersebut. Akibatnya, jika bahan ini dimasukkan dalam
kumparan toroida akan menyebabkan fluks induksi magnet (Ф) menjadi lebih
r
kecil, sehingga induksi magnet ( B ) yang ditimbukan juga lebih kecil.
atom mempunyai elektron orbital, maka sifat diamagnetik dimiliki oleh setiap
bahan. Suatu bahan dapat bersifat magnet apabila susunan atom dalam bahan
diamagnetik hampir semua spin elektron berpasangan, akibatnya bahan ini tidak
magnetik bahan: χ m < 0 . Contoh bahan diamagnetik yaitu: bismut, perak, emas,
2. Bahan paramagnetik
total seluruh atom/molekul dalam bahan nol (Halliday & Resnick, 1989). Hal ini
Jika bahan ini diberi medan magnet luar, maka elektron-elektronnya akan
magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet luar. Pada bahan ini efek
Oleh karena itu jika bahan ini dimasukkan dalam kumparan toroida akan
v
menyebabkan induksi magnet B bertambah besar. Dalam bahan paramagnetik
hanya sedikit spin elektron yang tidak berpasangan, sehingga bahan ini sedikit
lemah. Perubahan induksi magnet dengan adanya bahan tersebut tidaklah besar
3. Bahan ferromagnetik
atomis besar (Halliday & Resnick, 1989:422). Hal ini terutama disebabkan oleh
momen magnetik spin elektron. Pada bahan ferromagnetik banyak spin elektron
yang tidak berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat empat buah spin
domain yang momen magnetiknya kuat. Momen magnetik ini mempunyai arah
yang berbeda-beda dari satu domain ke domain yang lain, sehingga medan magnet
Jika bahan ini diberi medan magnet dari luar, maka domain-domain ini
akan mensejajarkan diri searah dengan medan magnet dari luar tersebut. Semakin
dirinya. Setelah seluruh domain terarahkan, penambahan medan magnet luar tidak
memberi pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi domain yang disearahkan.
bersifat magnet (memiliki medan magnet) meskipun pengaruh magnet dari luar
dihilangkan. Karena itu bahan ini sangat baik sebagai sumber magnet permanen.
Jika toroida diisi bahan ferromagnetik, maka induksi bahan magnetik yang
ferromagnetik antara lain: besi, baja dan besi silikon. Sifat kemagnetan bahan
ferromagnetik ini akan hilang pada temperatur yang disebut Temperatur Currie.
Temperatur Curie untuk besi lemah adalah 7700 C, dan untuk baja adalah 10430 C
B. Medan Magnet
sekitar sebuah penghantar yang dialiri arus (Halliday & Resnick, 1989: 251).
Medan magnet merupakan besaran vektor, sehingga kita dapat menggunakan garis
medan untuk menyatakan medan magnet. Salah satu besaran medan magnet
v
adalah induksi magnet dan dinyatakan dengan vektor Β . Garis medan induksi
magnet disebut garis induksi. Seperti halnya pada medan listrik, jumlah garis gaya
yang menembus pada suatu permukaan luasan S dapat ditentukan bila induksi
v r
magnet Β pada tiap titik pada permukaan luasan S tersebut diketahui. Bila dΑ
v
adalah vektor elemen luas pada luasan S tertentu dan Β adalah vektor induksi
pada elemen luas tersebut, maka jumlah garis gaya atau Fluks Ф yang keluar dari
dapat ditulis:
Φ = ∫ ΒdΑ cosθ
s
θ adalah sudut antara vektor B dan dA, sedangkan Bn= B cos θ adalah komponen
B pada arah normal. Hubungan diatas berasal dari gambaran besar induksi magnet
(B) sebagai rapat garis gaya tiap satuan luas, sehingga besar induksi magnet (B)
dapat disebut sebagai rapat fluks (Sutrisno dan Tan, 1983: 80).
rapat (Halliday & Resnick.1987: 311). Medan magnet yang ditimbulkan dari
ideal yang panjangnya tak hingga, namun persamaan (2.3) tersebut cukup baik
juga untuk medan magnet pada titik-titik di dekat pusat solenoida. Persamaan
konstan.
Kumparan toroida berisi udara dengan N jumlah lilitan yang rapat dan arus
i mengalir dalam kawat kumparan maka garis induksi magnet akan membentuk
dimana iC adalah arus yang ada dalam lengkung. Karena garis induksi magnet
r iC
a
B
b
Gambar 3. Kumparan cincin dialiri arus (Sutrisno dan Tan, 1983: 105)
12
Disamping itu harga induksi magnetik B tidak bergantung pada letak perubahan
r r
∫C
Β • d l = Β∫ d l
r r
C ………………………………................ (2.4)
∫ Β • d l =(2πr )
C
Karena ∫ dl = l
C
adalah keliling lingkaran C sebesar 2πr , sehingga induksi
B (2 πr ) = μ 0 iN
μ 0 iN
B= ………….…………………………………………......... (2.5)
2πr
Induksi magnet di luar penampang cincin sama dengan nol. Hal ini dapat
cincin. Karena arus yang terkandung dalam C adalah nol, maka induksi magnet di
Jika dalam toroida terdapat bahan magnet (dalam hal ini adalah bahan
ferromagnetik yang dianggap homogen), apabila diberi medan magnet dari luar
akan berpengaruh terhadap arah momen magnetik spin pada tiap atom dalam
bahan. Momen magnetik spin tersebut cenderung searah dengan medan magnet
luar. Hal ini mengakibatkan timbulnya momen dipol resultan yang dihasilkan oleh
arus permukaan iS. Arus permukaan iS akan mengubah harga induksi magnet total
menjadi:
13
iN i
Bt = μ0
B + μ0 S ………………………………………….......... (2.6)
l l
lilitan kawat dan iS adalah arus permukaan yang dihasilkan oleh bahan magnetik.
Bila jari-jari rerata toroida r jauh lebih besar dari pada a, maka medan dalam
toroida dianggap homogen. Dengan kata lain rapat fluks induksi magnetik sama
(iS) digunakan besaran medan magnet yang baru yaitu intensitas magnet H dan
iN i
H= dan M = S …………………………………........................(2.7)
l l
dengan l adalah keliling dari lingkaran C sebesar 2πr, sehingga satuan untuk H
dan M adalah Am-1. Dengan demikian persamaan (2.6) dapat ditulis sebagai :
Bt = μ 0 ( H + M ) ………………………………………………….......(2.8)
B
menyebabkan medan magnet total menjadi lebih besar. Demikian juga dengan
bawah:
r r
M = χ m H …………………………………………………............ (2.9)
(kerentanan magnet). Adanya medan magnet dari arus bebas pada bahan
r r
ferromagnetik akan menyebabkan hubungan M dengan H tidaklah linier. Hal ini
bahan paramagnetik.
C. Kurva Histerisis
terlihat pada gambar 4. Kurva B-H seperti ini disebut kurva induksi normal.
B
Bs (a) a
Bs (b) b
Bs ( c) c
bahwa hubungan antara B dan H adalah tidak linier. Dengan kenaikan harga H,
mula-mula B turut naik tetapi tidak linear. Mulai dari satu titik tertentu harga H
hanya akan menghaslkan harga B yang konstan, keadaan ini disebut dengan
kedaan saturasi. Harga induksi magnetik untuk keadaan saturasi disebut dengan
Bs atau induksi magnet saturasi. Bahan yang mencapai saturasi untuk harga H
rendah disebut bahan magnet lunak seperti kurva (a) pada gambar 4. Bahan
15
magnet yang saturasinya terjadi pada harga H tinggi disebut magnet keras seperti
harga B tidak terletak pada kurva semula. Pada harga H = 0, induksi magnet atau
rapat fluks B mempunyai harga Br ≠ 0. Jadi apabila arus yang masuk pada toroida
dimatikan (i = 0) dalam bahan masih tersimpan fluks induksi. Harga Br ini disebut
BS
HS
Br
-Hc 0 Hc H
(dengan membalik arus pada lilitan), kurva B-H akan memotong sumbu H pada
harga -Hc. Intensitas Hc inilah yang diperlukan untuk membuat rapat fluks B=0
koersivitas bahan. Bila selanjutnya harga diperbesar pada harga negatif sampai
mencapai saturasi dan dikembalikan melalui nol berbalik arah dan terus
16
diperbesar pada harga H positif hingga saturasi kembali, kurva B-H akan
magnet H yang besar. Bahan magnet seperti ini baik untuk membuat magnet
untuk memperbesar fluks. Dengan arus yang tidak terlalu besar, dapat dihasilkan
D. Rangkaian RC dan RL
1. Rangkaian RC R
ε(t) C
VC
∞
muatan ini terisi penuh. Isi muatan akan tetap tersimpan dalam kapasitor selama
tak ada kebocoran muatan yang mengalir dari plat kapasitor satu ke yang lain.
mengalir dari sumber tegangan dan mengisi muatan kapasitor. Pada saat t,
t
q (t ) = ∫ i dt .................................................................................. (2.10)
0
q (t )
VC (t ) =
C
t ............................................................................ (2.11)
1
VC (t ) = ∫ i dt
C0
VR = ε − VC (t )
t
1
VR = ε − ∫ i dt ........................................................................... (2.12)
C0
VR = iR
ε adalah ggl induksi pada rangkaian. Oleh karena VC terus bertambah, maka VR
akan terus berkurang sehingga arus i(t) akan terus berkurang pula. Penurunan arus
ε
i (t ) = e − t / RC ............................................................................ (2.13)
R
Tampak makin besar harga dari RC, maka makin lama waktu yang
diperlukan untuk mengisi kapasitor hingga penuh. Secara fisis ini dapat
diterangkan bahwa jika R besar maka arus untuk mengisi kapasitor kecil.
Sehingga memerlukan waktu yang lama, begitupun jika C besar diperlukan waktu
2. Rangkaian RL
Resistor R dan sumber tegangan bolak-balik. Jika induktor tidak ada dalam
rangkaian maka arus listrik yang mengalir dalam rangkaian segera mencapai nilai
RL
L
ε(t) ∞
R V0
pertumbuhan arus di/dt dalam rangkaian dimana sebelum arus mencapai harga
tetapnya yaitu ε(t)/R. Karena adanya di/dt, maka pada induktor timbul ggl induksi
diri ε = -L di/dt yang menentang pertumbuhan arus dalam rangkaian. Dengan kata
polaritas berlawanan dengan sumber tegangan ε(t). Ggl induksi diri inilah yang
mencapai harga tetapnya. Ketika arus dalam rangkaian sudah mencapai harga
19
tetapnya, laju pertumbuhan arus sudah mencapai harga nol (di/dt=0), dan ggl
Dari sini dapat disimpulkan bahwa induktor dapat menghambat laju arus
dalam rangkaian. Makin besar nilai induktansi L makin baik induktor tersebut
L
τ = ............................................................................................... (2.14)
R
Jika sumber tegangan diputus maka terjadi laju pengecilan arus dalam
rangkaian sebelum arus mencapai nol. Pada induktor timbul ggl induksi diri yang
menentang pengecilan arus dalam rangkaian. Akibat ggl induksi diri, arus dalam
arus i (t), sehingga arus tersebut dapat dihitung dangan hukum Ohm yaitu:
V
i (t ) = ............................................................................................ (2.15)
R
Medan listrik ( E ) dapat dihasilkan dari plat kapasitor yang sejajar. Disini
dianggap bahwa E semakin besar dengan kecepatan perubahan yang tetap (steady
rate) dE/dt, yang berarti bahwa muatan harus dibekalkan kepada plat-plat
kapasitor dengan kecepatan yang tepat. Untuk membekalkan muatan ini, maka
akan diperlukan sebuah arus i yang tetap memasuki plat positif dan sebuah arus
magnet dihasilkan oleh medan listrik yang berubah-ubah. Untuk menjelaskan efek
ini secara kuantitatif, maka dipandu oleh analogi dengan hukum induksi Faraday
dΦ B
∫ E • dl = − dt
......................................................................... (2.15)
yang menyatakan bahwa sebuah medan listrik (suku kiri) dihasilkan oleh sebuah
dΦ E
∫ B • dl = μ 0 ∈0
dt
.......................................................................................................... (2.16)
Persamaan 2.16 manyatakan bahwa sebuah medan magnet dapat dihasilkan oleh
Di dalam persamaan 2.3 bisa dilihat bahwa sebuah medan magnet juga
dihasilkan oleh sebuah arus i di dalam sebuah kawat. Telah dijelaskan bahwa
∫ B • dl = μ i ..................................................................................
0 (2.17)
yang di dalamnya I adalah arus konduksi yang melewati suatu simpal di sekeliling
integral garis. Jadi setidak-tidaknya ada tiga cara untuk menghasilkan medan
magnet yaitu:
dΦ E
∫ B • dl = μ 0 ∈0
dt
+ μ0i + μ0iM ........................................................................... (2.18)
∈0 adalah permitivitas dari kapasitor berisi udara yang digunakan dan iM adalah
arus pemagnet yang berasal dari bahan magnet yang dipakai dalam toroida.
M 2πr
iM =
N
dengan ................................................................................ (2.19)
B − μ0 H
M =
μ0
Rumus generalisasi hukum Ampere yang penting ini diturunkan oleh Maxwell.
F. Arus Pergeseran
dΦ E
Persamaan 2.18 memperlihatkan bahwa suku ∈0 mempunyai dimensi
dt
arus. Walaupun tidak ada gerak muatan yang terlibat, namun ada keuntungan-
keuntungan di dalam menamakan suku ini yaitu arus pergeseran. Jadi dapat
dikatakan bahwa sebuah medan magnet dapat dihasilkan baik oleh arus konduksi
dΦ E
i, arus pemagnet iM maupun oleh arus pergeseran id (= ∈0 ). Dan dapat
dt
∫ B • dl = μ (i 0 d + i + iM ) ................................................................. (2.20)
ΦE 1 dq
=
dt ∈0 dt
ΦE 1 dV
= C ............................................................................... (2.21)
dt ∈0 dt
dV
id = ∈0 C
∈0 dt
dV
id = C ...................................................................................................................................... (2.22)
dt
dari persamaan ini maka semakin jelas bahwa medan magnet juga dipengaruhi
dV
∫ B • dl = μ (C 0
dt
+ i + iM ) ........................................................... (2.23)
BAB II
LANDASAN TEORI
Semua bahan tersusun semata dari atom. Setiap atom terdiri dari inti dan
melakukan gerakan spin pada sumbunya. Akibat gerakan elektron ini, maka dalam
Medan magnet akibat orbit dan spin elektron ini dapat dipadu seperti
perpaduan vektor. Dan hasil perpaduannya disebut resultan medan magnet atomis.
Berdasarkan sifat medan magnet atomis bahan dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu:
1. Bahan diamagnetik
bismuth yang didekatkan ke kutub sebuah magnet akan ditolak. Zat-zat semacam
itu oleh Faraday dinamakan zat diamagnetik. Diamagnetisme yang ada di dalam
semua zat merupakan suatu efek yang begitu lemah, sehingga kehadiran efek
tersebut ditutupi (tidak terlihat) di dalam zat-zat yang terbuat dari atom-atom yang
mempunyai momen dipole magnet netto yaitu pada zat paramagnetik dan
ferromagnetik.
masing-masing atom atau molekulnya nol, tetapi orbit dan spinnya tidak nol
dipol magnet permanen. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka
6
medan magnet luar tersebut. Akibatnya, jika bahan ini dimasukkan dalam
kumparan toroida akan menyebabkan fluks induksi magnet (Ф) menjadi lebih
r
kecil, sehingga induksi magnet ( B ) yang ditimbukan juga lebih kecil.
atom mempunyai elektron orbital, maka sifat diamagnetik dimiliki oleh setiap
bahan. Suatu bahan dapat bersifat magnet apabila susunan atom dalam bahan
diamagnetik hampir semua spin elektron berpasangan, akibatnya bahan ini tidak
magnetik bahan: χ m < 0 . Contoh bahan diamagnetik yaitu: bismut, perak, emas,
2. Bahan paramagnetik
total seluruh atom/molekul dalam bahan nol (Halliday & Resnick, 1989). Hal ini
Jika bahan ini diberi medan magnet luar, maka elektron-elektronnya akan
magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet luar. Pada bahan ini efek
Oleh karena itu jika bahan ini dimasukkan dalam kumparan toroida akan
v
menyebabkan induksi magnet B bertambah besar. Dalam bahan paramagnetik
hanya sedikit spin elektron yang tidak berpasangan, sehingga bahan ini sedikit
lemah. Perubahan induksi magnet dengan adanya bahan tersebut tidaklah besar
3. Bahan ferromagnetik
atomis besar (Halliday & Resnick, 1989:422). Hal ini terutama disebabkan oleh
momen magnetik spin elektron. Pada bahan ferromagnetik banyak spin elektron
yang tidak berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat empat buah spin
domain yang momen magnetiknya kuat. Momen magnetik ini mempunyai arah
yang berbeda-beda dari satu domain ke domain yang lain, sehingga medan magnet
Jika bahan ini diberi medan magnet dari luar, maka domain-domain ini
akan mensejajarkan diri searah dengan medan magnet dari luar tersebut. Semakin
dirinya. Setelah seluruh domain terarahkan, penambahan medan magnet luar tidak
memberi pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi domain yang disearahkan.
bersifat magnet (memiliki medan magnet) meskipun magnet dari luar dihilangkan.
Karena itu bahan ini sangat baik sebagai sumber magnet permanen. Jika toroida
diisi bahan ferromagnetik, maka induksi bahan magnetik yang dihasilkan oleh
besi, baja dan besi silikon. Sifat kemagnetan bahan ferromagnetik ini akan hilang
pada temperatur yang disebut Temperatur Currie. Temperatur Curie untuk besi
lemah adalah 7700 C, dan untuk baja adalah 10430 C (Kraus. J. D, 1970: 165).
B. Medan Magnet
Medan magnet adalah ruangan disekitar bahan magnetik yang dialiri arus
listrik (Halliday & Resnick, 1989: 251). Medan magnet merupakan besaran
vektor, sehingga kita dapat menggunakan garis medan untuk menyatakan medan
magnet. Salah satu besaran medan magnet adalah induksi magnet dan dinyatakan
v
dengan vektor Β . Garis medan induksi magnet disebut garis induksi. Seperti
halnya pada medan listrik, jumlah garis gaya yang menembus pada suatu
v
permukaan luasan S dapat ditentukan bila induksi magnet Β pada tiap titik pada
r
permukaan luasan S tersebut diketahui. Bila dΑ adalah vektor elemen luas pada
v
luasan S tertentu dan Β adalah vektor induksi pada elemen luas tersebut, maka
jumlah garis gaya atau Fluks Ф yang keluar dari permukaan luasan S adalah
dapat ditulis:
Φ = ∫ ΒdΑ cosθ
s
θ adalah sudut antara vektor B dan dA, sedangkan Bn= B cos θ adalah komponen
B pada arah normal. Hubungan diatas berasal dari gambaran besar induksi magnet
B sebagai rapat garis gaya tiap satuan luas, sehingga induksi magnet B dapat
rapat (Halliday & Resnick). Medan magnet yang ditimbulkan dari solenoida
ideal yang panjangnya tak hingga, namun persamaan (2.3) tersebut cukup baik
juga untuk medan magnet pada titik-titik di dekat pusat solenoida. Persamaan
konstan.
Kumparan toroida berisi udara dengan N jumlah lilitan yang rapat dan arus
i mengalir dalam kawat kumparan maka garis induksi magnet akan membentuk
dimana iC adalah arus yang ada dalam lengkung. Karena garis induksi magnet
r iC
a
b
i
Gambar 3. Kumparan cincin dialiri arus (Sutrisno dan Tan, 1983: 105)
12
Disamping itu harga induksi magnetik B tidak bergantung pada letak perubahan
r r
∫C
Β • d l = Β∫ d l
C
r r
∫C
Β • d l = Β(2πr ) ………………………………................ (2.4) Karena
∫ dl = l
C
adalah keliling lingkaran C sebesar 2πr , sehingga induksi magnet dalam
cincin adalah:
B (2 πr ) = μ 0 iN
μ 0 iN
B= ………….…………………………………………......... (2.5)
2πr
Induksi magnet di luar penampang cincin sama dengan nol. Hal ini dapat
cincin. Karena arus yang terkandung dalam C adalah nol, maka induksi magnet di
Jika dalam toroida terdapat bahan magnet (dalam hal ini adalah bahan
ferromagnetik yang dianggap homogen), apabila diberi medan magnet dari luar
akan berpengaruh terhadap arah momen magnetik spin pada tiap atom dalam
bahan. Momen magnetik spin tersebut cenderung searah dengan medan magnet
luar. Hal ini mengakibatkan timbulnya momen dipol resultan yang dihasilkan oleh
arus permukaan iS. Arus permukaan iS akan mengubah harga induksi magnet total
menjadi:
13
iN i
Bt = μ0
B + μ0 S ………………………………………….......... (2.6)
l l
lilitan kawat dan iS adalah arus permukaan yang dihasilkan oleh bahan magnetik.
Bila jari-jari rerata toroida r jauh lebih besar dari pada a, maka medan magnetik
dalam toroida dianggap homogen. Dengan kata lain rapat fluks induksi magnetik
Untuk membedakan arus (i) dengan arus permukaan (iS) digunakan besaran
medan magnet yang baru yaitu intensitas magnet H dan magnetisasi bahan M
yang dirumuskan:
iN i
H= dan M = S …………………………………........................(2.7)
l l
Satuan untuk H dan M adalah Am-1, sehingga persamaan (2.6) dapat ditulis
sebagai berikut :
Bt = μ 0 ( H + M ) ………………………………………………….......(2.8)
B
menyebabkan medan magnet total menjadi lebih besar. Demikian juga halnya
dengan harga fluks induksi magnet (Φ) akan menjadi lebih besar.
intensitas megnet (H) yang diungkapkan secara matematis seperti persamaan (2.9)
di bawah.
r r
M = χ m H …………………………………………………............ (2.9)
(Reitz, 1993)
14
(kerentanan magnet). Adanya medan magnet dari arus bebas pada bahan
r r
ferromagnetik, maka menyebabkan hubungan M dan H tidaklah linier. Hal ini
bahan paramagnetik.
C. Kurva Histerisis
terlihat pada gambar 4. Kurva B-H seperti ini disebut kurva induksi normal.
B
Bs (a) a
Bs (b) b
Bs ( c) c
bahwa hubungan antara B dan H adalah tidak linier. Dengan kenaikan harga H,
mula-mula B turut naik tetapi tidak linear. Mulai dari satu titik tertentu harga H
hanya akan menghaslkan harga B yang konstan, keadaan ini disebut dengan
kedaan saturasi. Harga induksi magnetik untuk kedaan saturasi disebut dengan Bs
atau induksi magnet saturasi. Bahan yang mencapai saturasi untuk harga H rendah
disebut bahan magnet lunak seperti kurva (a) pada gambar 4. Bahan magnet yang
15
saturasinya terjadi pada harga H tinggi disebut magnet keras seperti kurva (c)
pada gambar 4.
B tidak terletak pada kurva semula. Pada harga H = 0, induksi magnet atau rapat
dalam bahan masih tersimpan fluks induksi. Harga Br ini disebut dengan induksi
BS
HS
Br
-Hc 0 Hc H
(dengan membalik arus pada lilitan), kurva B-H akan memotong sumbu H pada
harga -Hc. Intensitas Hc inilah yang diperlukan untuk membuat rapat fluks B=0
harga negatif sampai mencapai saturasi dan dikembalikan melalui nol berbalik
16
arah dan terus diperbesar pada harga H positif hingga saturasi kembali, maka
kurva B-H akan membentuk suatu lintasan tertutup yang disebut kurva histeresis.
magnet H yang besar. Bahan seperti ini baik untuk membuat magnet permanen.
maksimum yang tinggi. Bahan ini terutama digunakan untuk memperbesar fluks
karena dengan arus yang tidak terlalu besar dapat dihasilkan fluks yang besar.
D. Rangkaian RC dan RL
R
1. Rangkaian RC
ε(t) C
VC
∞
muatan ini terisi penuh. Isi muatan akan tetap tersimpan dalam kapasitor selama
tak ada kebocoran muatan yang mengalir dari plat kapasitor satu ke yang lain.
mengalir dari sumber tegangan dan mengisi muatan kapasitor. Pada saat t,
t
q (t ) = ∫ i dt .................................................................................. (2.10)
0
q (t )
VC (t ) =
C
t
1
VC (t ) = ∫ i dt ............................................................................ (2.11)
C0
VR = ε − VC (t )
t
1
C ∫0
VR = ε − i dt
V.....................................................................................................
R = iR
(2.12)
ε adalah ggl induksi pada rangkaian. Oleh karena VC terus bertambah, maka VR
akan terus berkurang sehingga arus i(t) akan terus berkurang pula. Penurunan arus
ε
i (t ) = e − t / RC ............................................................................ (2.13)
R
Tampak makin besar harga dari RC, maka makin lama waktu yang
diperlukan untuk mengisi kapasitor hingga penuh. Secara fisis ini dapat
diterangkan bahwa jika R besar maka arus untuk mengisi kapasitor kecil.
Sehingga memerlukan waktu yang lama, begitupun jika C besar diperlukan waktu
2. Rangkaian RL
Resistor R dan sumber tegangan bolak-balik. Jika induktor tidak ada dalam
rangkaian maka arus listrik yang mengalir dalam rangkaian segera mencapai nilai
V(t) ∞
R V0
pertumbuhan arus di/dt dalam rangkaian dimana sebelum arus mencapai harga
tetapnya yaitu V(t)/R. Karena adanya di/dt, maka pada induktor timbul ggl
induksi diri inilah yang menyebabkan arus listrik dalam rangkaian bertambah
secara perlahan sampai mencapai harga tetapnya. Ketika arus dalam rangkaian
sudah mencapai harga tetapnya, laju pertumbuhan arus sudah mencapai harga nol
Dari sini dapat disimpulkan bahwa induktor dapat menghambat laju arus
dalam rangkaian. Makin besar nilai induktansi L makin baik induktor tersebut
L
τ = ............................................................................................... (2.14)
R
Jika sumber tegangan diputus maka terjadi laju pengecilan arus dalam
rangkaian sebelum arus mencapai nol. Pada induktor timbul ggl induksi diri yang
menentang pengecilan arus dalam rangkaian. Akibat ggl induksi diri, arus dalam
arus I , sehingga arus tersebut dapat dihitung dangan hukum Ohm yaitu:
V
I= ............................................................................................... (2.15)
R
Medan listrik ( E ) dapat dihasilkan dari plat kapasitor yang sejajar. Disini
dianggap bahwa E semakin besar dengan kecepatan perubahan yang tetap (steady
rate) dE/dt, yang berarti bahwa muatan harus dibekalkan kepada plat-plat
kapasitor dengan kecepatan yang tepat. Untuk membekalkan muatan ini, maka
akan diperlukan sebuah arus I yang tetap memasuki plat positif dan sebuah arus
magnet dihasilkan oleh medan listrik yang berubah-ubah. Untuk menjelaskan efek
20
ini secara kuantitatif, maka dipandu oleh analogi dengan hukum induksi Faraday
dΦ B
∫ E • dl = − dt
......................................................................... (2.15)
yang menyatakan bahwa sebuah medan listrik (suku kiri) dihasilkan oleh sebuah
dΦ E
∫ B • dl = μ 0 Є0
dt
........................................................................................................... (2.16)
Persamaan 2.16 manyatakan bahwa sebuah medan magnet dapat dihasilkan oleh
Di dalam persamaan 2.3 bisa dilihat bahwa sebuah medan magnet juga
dihasilkan oleh sebuah arus I di dalam sebuah kawat. Telah dijelaskan bahwa
∫ B • dl = μ 0 I ................................................................................. (2.17)
yang di dalamnya I adalah arus konduksi yang melewati suatu simpal di sekeliling
integral garis. Jadi setidak-tidaknya ada tiga cara untuk menghasilkan medan
magnet yaitu:
dΦ E
∫ B • dl = μ 0 Є0
dt
+ μ0 I + μ0 I M ........................................................................ (2.18)
21
IM adalah arus pemagnet yang berasal dari bahan magnet yang dipakai dalam
M 2πr
I M=
N
dengan ................................................................................ (2.19)
B − μ0 H
M =
μ0
Rumus generalisasi hukum Ampere yang penting ini diturunkan oleh Maxwell.
F. Arus Pergeseran
dΦ E
Persamaan 2.18 memperlihatkan bahwa suku Є0 mempunyai dimensi
dt
arus. Walaupun tidak ada gerak muatan yang terlibat, namun ada keuntungan-
keuntungan di dalam menamakan suku ini yaitu arus pergeseran. Jadi dapat
dikatakan bahwa sebuah medan magnet dapat dihasilkan baik oleh arus konduksi
dΦ E
I, arus pemagnet IM maupun oleh arus pergeseran Id (= Є0 ). Dan dapat
dt
∫ B • dl = μ 0 ( I d + I + I M ) .............................................................. (2.20)
ΦE 1 dq 1 dV
= = C ................................................................ (2.21)
dt ∈0 dt ∈0 dt
dV dV
Id = ∈0 C =C ..................................................................................................... (2.22)
∈0 dt dt
dari persamaan ini maka semakin jelas bahwa medan magnet juga dipengaruhi
dV
∫ B • dl = μ C
0
dt
+ I + I M ) .......................................................... (2.23)
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Desain Penelitian
alat, maka tahap penelitian diawali dengan kegiatan rancang bangun alat. Rancang
bangun tersebut berupa rangkaian RLC yang dapat digunakan untuk menampilkan
kurva histeresis magnetik pada layar osiloskop. Setelah alat selesai dibuat dan
mahasiswa prodi ini adalah 40 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 20 orang
dijadikan kelompok untuk melakukan uji coba instrumen, dan 20 orang lainnya
sama untuk menjadi anggota sampel (Hadi, 1989). Hal ini dipilih dengan asumsi
bahwa semua mahasiswa pada prodi tersebut memiliki kemampuan yang tidak
jauh berbeda.
2. Proses pembelajaran
dengan memberikan soal pre-test pilihan ganda. Bentuk Pre-test berupa soal
ferromagnetik ketika diberi medan magnetik luar. Penjelasan ini juga membahas
perpaduan dua gelombang input channel 1 dan inputt channel 2 pada osiloskop
ketika menekan tombol dual dan tombol X-Y . Setelah penjelasan secara lisan ini
menit.
post-test yang diberikan kepada mahasiswa sama dengan soal pre-test. Post-test
Instrumen tes yang digunakan adalah sejumlah soal yang telah diuji
yang diberikan oleh butir soal tes dalam mencapai peran yang keseluruhan skor
soal tes. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan validitas
tes. Dalam penelitian ini validitas tes dianalisis dengan menggunakan korelasi
M −Mt p
r pbis =
p
........................................ .......... (3.1)
St q
Keterangan:
Mp = mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari
menghitung ritem. Setelah itu ritem hasil perhitungan dibandingkan dengan rtabel
hasil korelasi produk moment, dengan taraf signifikan 5%. Item soal dikatakan
b. Reliabilitas
instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
Dalam penelitian ini reliabilitas tes diuji dengan menggunakan rumus KR-20
(Arikunto.1998):
⎛ k ⎞⎛⎜ S − ∑ pq ⎞⎟
2
Keterangan:
S = Varians total
dengan harga r pada tabel r produk momen. Instrumen dianggap reliabel pada
Tingkat kesukaran dari butir soal yang diberikan pada penelitian dianalisis
JB A + JBB
IK = .................................................................... .......... (3.3)
JS A + JS B
Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
JBA= jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok atas
JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok bawah
Interval IK Kriteria
sebagai berikut:
JB A − JBB
DP = .................................................................. ……. (3.4)
JS A
28
Keterangan:
JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok atas
JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok bawah
Interval DP Kriteria
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
penelitian terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas sangat penting untuk
k
(Oi − Ei )
X2 = ∑ ………………………………………………… (3.5)
i =1 Ei
Keterangan:
K = banyaknya kelas
adalah taraf nyata untuk pengujian, sedangkan H0 diterima jika selain dari kriteria
pengujian itu. Jika data terdistribusi normal, maka dilanjutkan pengolahan data
secara statistik seperti yang tersebut dalam uraian berikut dan jika data tidak
biserial langkah selanjutnya adalah pengujian kesamaan rata-rata dua hasil belajar.
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
menggunakan model demonstrasi alat yang telah dibuat pada mahasiswa Fisika
demonstrasi alat yang telah dibuat pada mahasiswa Fisika semester V FMIPA
X1 − X 2
t=
1 1
s +
n2 n2
( n1 − 1) s12 + ( n2 − 1) s22
s=
n1 + n2 − 2 ............................................... ........... (3.7)
Keterangan:
n = jumlah testi
Kriteria pengujian yang berlaku adalah Ho diterima jika –t(1-1/2α)< t < t(1-1/2α)
serta α = 5%.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Melalui penelitian ini telah dihasilkan sebuah alat berupa rangkaian RLC
ini.
Dari tahap ujicoba telah diperoleh hasil bahwa kurva histeresis dapat
sebesar 4,7 volt. Induktansi diperoleh dari toroida berinti besi lunak berdiamater 5
dipakai untuk keperluan demonstrasi disajikan secara lengkap pada lampiran 1s/d
3.
Uji coba instrumen tes ini dilaksanakan pada mahasiswa Jurusan Fisika
non kependidikan semester V tahun 2005. Hasil uji coba tersebut selengkapnya
Butir soal tes yang valid dipakai sebagai intrumen tes penelitian,
sedangkan butir soal yang tidak valid dibuang. Secara keseluruhan soal tes uji
coba berjumlah 20 soal yang terdapat pada lampiran 10. Dari jumlah tersebut yang
tergolong valid berjumlah 15 dan yang tidak valid berjumlah 5. Untuk itu soal tes
1) Bagian awal : Pemberian pre-test, dengan soal yang ada pada lampiran
3) Bagian akhir : Pemberian pos-test, dengan soal yang sama dengan soal
Dari kegiatan tersebut diperoleh data yang dapat diolah secara statistik,
hasil pre-test dan pos-test. Data nilai yang diperoleh oleh masing-masing
Hasil pengujian kenormalan data keadaan awal yang berupa nilai pre-test
X2data < X2tabel , maka nilai pre-test mahasiswa Fisika semester V Jurusan Fisika
Fisika FMIPA UNNES adalah X2data= 8,71911, sedangkan dari tabel diperoleh
X2(0,95)(5)= 11.07. Karena X2data < X2tabel , maka nilai post-test mahasiswa Fisika
Karena hasil tersebut lebih besar dari pada 0,5, maka dapat disimpulkan bahwa
terjadi hubungan yang kuat antara hasil pre-test dan post-test, artinya bahwa
secara keseluruhan rata-rata kelas dan tiap individu testi mengalami peningkatan.
Hasil perhitungan dari koefisien korelasi biserial ini berada pada lampiran 8.
37
tahun 2005 antara pre-test dengan pos-test setelah diterapkan model belajar
demonstrasi alat yang telah dibuat adalah tdata= 7,16 sedangkan t(0,975)(18:18)= 2,04.
Karena tdata> t(0,975)(18:18) berarti terjadi perbedaan antara nilai pre-test dan post-
test. Perbedaan yang terjadi dari data tersebut adalah lebih besar, artinya terjadi
pada lampiran 9.
B. Pembahasan
L
R2
RL C L
RP C
(a) (b)
Pada gambar 10 (a) menunjukkan suatu rangkaian osilator yang terdiri atas
(berosilasi) pada frekuensi resonansinya ketika suatu pulsa energi diberikan pada
rangkaian ini. Energi ini disimpan oleh kapasitor dalam bentuk medan listrik.
untuk diubah menjadi energi magnetik. Selama proses ini suatu ggl balik
diinduksikan oleh kumparan. Dan ini menyebabkan kapasitor diisi muatan listrik
kembali. Siklus perubahan energi listrik menjadi energi magnetik dan energi
magnetik menjadi energi listrik terjadi berulang-ulang pada rangkaian ini dan
rangkaian ini mengalami osilasi. Proses osilasi dalam rangkaian osilator terjadi
1 CRs 2 − L
pada suatu frekuensi resonansi (fr), dengan f = . Perhitungan
2π (C 2 R22 L − L2 )
kurva histeresis baik melalui Osiloskop maupun MBL menunjukkan bahwa alat ini
dapat digunakan sebagai alat pengajaran maupun praktek, sehingga dengan alat ini
semua sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari populasi yang
terdistribusi normal, artinya populasi dalam penelitian ini adalah populasi yang
yang tercantum pada metodologi penelitian dapat dipakai sebagai analisis data
pemahaman ini dapat dilihat dalam analisis perhitungan koefisien biserial yang
besarnya 2,66. Dalam beberapa penelitian koefisien biserial dianggap baik bila
nilainya lebih dari 0,5. Hasil perhitungan koefisien korelasi biserial ini
digunakan analisis uji kesamaan dua rata-rata hasil belajar. Dari uji ini didapatkan
hasil yang berbeda dengan nilai perbedaan positif antara pre-tes dan post-tes.
Dari berbagai uji yang telah dilakukan melalui data statistik, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa alat ini dapat digunakan dalam proses
materi kurva histeresis bahan magnet serta praktek fisika dasar II tentang listrik
magnet sesuai Kurikulum dan Silabi Listrik Magnet yang berada pada lampiran
PENUTUP
A. Simpulan
1. Telah dibuat rangkaian RLC yang dapat digunakan untuk menampilkan kurva
dengan harga: R1=1Ω, R2=10 kΩ , C = 0,1 μf, RL=1,1 ohm dan L = 0,0082 H.
B. Saran
1. Alat yang telah dibuat dan diteliti masih sangat sederhana, maka perlu adanya
2. Jika alat hasil penelitian ini akan digunakan untuk kegiatan praktikum yang
AFG.
Daftar Pustaka
Alonso, M dan Finn, E.J. 1980. Dasar-Dasar Fisika Universitas Medan dan
Gelombang. Terjemahan lea. P dan Kusnul, H. 1994. Jakarta: Erlangga.
Halliday, D dan Resnick, R. 1978. Fisika jilid 2. Terjemahan Pantur Silaban dan
Erwin Sucipto. 1992. Jakarta: Erlangga.
Lawrence H V. 1985. Ilmu dan Teknologi Bahan. Alih Bahasa Ir. Sriati Djaprie.
Jakarta: Erlangga
Paul Gluck. High School for Sciense and Arts. Jerusalem: Israel (Physic
Education)
Subino. 1987. Konstruksi dan Analisis Tes (suatu pengantar kepada teori tes dan
pengukuran). Jakarta: DEPDIKBUD/DIKTI.
……… 1996. Olimpiade Fisika Kelas II Cawu Pertama. Jakarta: Primatika Cipta.
Sutrisno dan Tan Ik Gie.1983. Fisika Dasar Listrik Magnet dan Termodinamika.
Jakarta: Erlangga